Anda di halaman 1dari 186

POLA ASUH ORANG TUA SINGLE PARENT

DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK


DI DESA JETIS KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:
Ema Hartanti
NIM: 11113019

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017

i
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Lingkar Selatan Km. 2 Pulutan, Sidorejo, Telp. (0298) 323706 – Fax. (0298)
323433 Kode Pos 50716
Kota Salatiga
http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: akademik@iainsalatiga.ac.id

ii
iii
iv
v
MOTTO

         

          

 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim [66]: 6)

vi
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahku dan ibuku tersayang, Lasmono Hartanto dan Imronah yang selalu

membimbingku, nasihat, cinta, kasih sayang, dan motivasi dalam setiap roda

kehidupan yang berputar. Doa tulus yang selalu dilangitkan dalam setiap

helaan nafas mereka, yang menjadi untaian tangga menuju langit-Nya.

Semoga mereka selalu dalam kasih sayang-Nya.

2. „Aina Aulia Sari, adikku tercinta. Motivatorku yang selalu menjadi daya

dorongku untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga

engkau tumbuh menjadi anak dengan pemahaman yang baik.

3. Seseorang dalam bentangan jarak, dia yang selalu menyemangatiku untuk

segera menyelesaikan tugas akhir ini supaya kelak bisa melangkah pada anak

tangga selanjutnya, mengahadapi tantangan baru dalam perjalanan hidup guna

menggapai cita dan cinta. Semoga selalu dalam lindungan-Nya.

4. Keluarga besarku yang sesalu mendoakan dan mendukung baik secara

material maupun non material, kakek nenek dari ayah ibu yang alhamdulillah

masih dikaruniai kesehatan, paman bibi beserta sepupu- sepupuku yang selalu

memotivasi tiada henti hingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa

tercapai. Khususnya kepada Pak Sarmin, pamanku yang banyak membantuku

selama proses penelitian. Semoga mereka dalam limpahan rahmat-Nya.

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

Swt. yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pola Asuh

Orang Tua Singe Parent dalam Perkembangan Kepribadian Anak di Desa Jetis

Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung Tahun 2017.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi

agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikut yang selalu

setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat

manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju

zaman terang benderang yakni dengan ajarannya agama islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang berkanan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd.

2. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Hj. Siti Rukhayati, M. Ag.

3. Bapak Prof. Dr. H. Budiharjo, M. Ag. selaku dosen pembimbing akademik

4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk

penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

viii
5. Bapak dan ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan S1.

6. Warga Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung, tempat

peneliti melakukan penelitian dan mengumpulkan data untuk kemudian

disusun menjadi bahan tugas akhir.

7. Sahabat dekatku, Esa Puspitasari, Fatma Riftiningsih, Annisa Septiana,

Iklima Ninin Naela, dan Annilta Manzilah Adhlimah yang menjadi teman

curahan hatiku ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan

keinginan, serta mendukungku dalam segala kondisi.

8. Keluarga besar TPQ Nurul Huda, khususnya keluarga besar Bapak Atim

Ismail dan keluarga besar Bapak Ahmad Sa‟bani yang telah memberiku

kesempatan belajar bersama adik-adik TPQ Nurul Huda. Rekan-rekanku di

rumah singgah Nurul Huda: Esa, Fatma, Nisa, Putri, Mukotimah, Mas Ade,

dan warga Klaseman di lingkungan Nurul Huda yang telah banyak

membantuku.

9. Kakak-kakak yang telah memberi banyak pelajaran hidup dan arahan

kepadaku selama di Salatiga: Mbak Gunarti Zulfani, Mbak Fajri, Mas

Fahrodin Ilfat, Mas Khairudin Aji Laksono, dan Mas Riyadhus Solichin.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 khususnya jurusan PAI yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

11. Keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fathir Al-Rasyid IAIN

Salatiga.

ix
x
ABSTRAK

Hartanti, Ema. 2017. Pola Asuh Orang Tua Single Parent dalam Perkembangan
Kepribadian Anak di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten
Temanggung. Skripsi. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.

Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Single Parent, dan Perkembangan
Kepribadian Anak

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor penyebab seseorang menjadi orang tua single parent, pola asuh orang tua
single parent, dan perkembangan kepribadian anak yang diasuh oleh orang tua
single parent di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan dan bersifat deskriptif
kualitatif. Prosedur pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Dalam teknik analisis data, peneliti mengumpulkan
data, mereduksi data, menyajikan data dan penarikan kesimpulan. Pengecekan
keabsahan data dilakukan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan dengan
memanfaatkan tetangga sebagai informan untuk pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data.
Hasil penelitian faktor penyebab seseorang menjadi orang tua single parent
yaitu perceraian dan kematian. Terjadinya perceraian diakibatkan oleh
perselingkuhan serta kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan pada
pasangan. Faktor lain seseorang menjadi single parent yaitu kematian pada
pasangan karena menderita penyakit. Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua
single parent dalam perkembangan kepribadian anak di Desa Jetis Kecamatan
Selopampang Kabupaten Temanggung yaitu: 1) Pola asuh otoriter terjadi pada
orang tua single parent dengan pola pengasuhan yang didapat oleh orang tua
sebelumnya, lingkungan sosial dan fisik tempat di mana keluarga itu tinggal,
tingkat pendidikan yang rendah, dan status single parent akibat perceraian dengan
kasus perselingkuhan serta kekerasan yang dilakukan oleh pasangan sebelum
bercerai. 2) Pola asuh permisif terjadi pada orang tua single parent dengan tingkat
pendidikan yang rendah, status ekonomi, dan orang tua yang terlalu sibuk dengan
pekerjaannya. 3) Pola asuh demokratis terjadi pada orang tua single parent yang
berpendidikan tinggi, ideologi yang berkembang dalam diri orang tua, orientasi
religius, dan bakat serta kemampuan orang tua. Dampak dari pola asuh yang
diterapkan secara berbeda pada anak, menimbulkan perilaku yang berbeda pada
anak. Anak yang diasuh secara otoriter berkepribadian introvert, yaitu cenderung
pemalu dan kurang percaya diri. Anak yang diasuh secara permisif berkepribadian
introvert, dan melakukan segala sesuatu sesuka hatinya, serta memiliki prestasi
yang rendah di sekolah. Anak yang diasuh secara demokratis berkepribadian
ekstrovert, bertanggung jawab, bersikap hangat, dan lebih berprestasi.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

LEMBAR BERLOGO IAIN SALATIGA ..............................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................................iii

PENGESAHAN KELULUSAN ..............................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...............................................................v

MOTTO ..................................................................................................................vi

PERSEMBAHAN ...................................................................................................vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................viii

ABSTRAK ...............................................................................................................xi

DAFTAR ISI ...........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakan Masalah ............................................................................1

B. Fokus Penelitin ........................................................................................8

C. Tujuan Penelitian.....................................................................................9

D. Kegunaan Penelitian ................................................................................9

E. Kajian Penelitian Terdahulu ....................................................................10

F. Sistematika Penulisan..............................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pola Asuh ................................................................................................14

1. Pengertian Pola Asuh ........................................................................14

xii
2. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua ......................................................15

3. Pola Asuh Orang Tua Single Parent .................................................19

B. Single Parent ...........................................................................................21

1. Pengertian Single Parent ...................................................................21

2. Faktor-faktor menjadi Single Parent .................................................22

3. Peran Ganda Orang Tua Single Parent .............................................26

4. Keluarga Sebagai Pembentuk Utama Kepribadian ...........................31

C. Perkembangan Kepribadian Anak ...........................................................32

1. Pengertian Perkembangan Kepribadian ............................................32

2. Jenis-jenis Kepribadian .....................................................................35

3. Pengertian Anak ................................................................................36

4. Perkembangan Kepribadian Masa Anak-Anak .................................38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..............................................................40

B. Lokasi Penelitian .....................................................................................41

C. Sumber Data ............................................................................................41

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................43

E. Analisis Data ...........................................................................................45

F. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................................46

G. Tahap-Tahap Penelitian...........................................................................47

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data ...........................................................................................48

1. Profil Desa Jetis.................................................................................48

xiii
2. Profil Orang Tua Single Parent .........................................................53

B. Analisis Data ...........................................................................................59

1. Faktor Penyebab Menjadi Single Parent ...........................................59

a. Perceraian ....................................................................................59

b. Kematian ....................................................................................62

2. Pola Asuh Orang Tua Single Parent dalam Perkembangan

Kepribadian Anak .............................................................................63

a. Otoriter .......................................................................................63

b. Permisif ......................................................................................68

c. Demokratis .................................................................................70

3. Dampak dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orang Tua Single

Parent dalam Perkembangan Kepribadian Anak ..............................74

a. Kepribadian Introvert .................................................................75

b. Kepribadian Ekstrovert ..............................................................77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................80

B. Saran ........................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................83

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Penggunaan Tanah pada Luas Wilayah Desa Jetis .................................48

Tabel 4. 2 Pembagian Wilayah Administratif .........................................................49

Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ....................................50

Tabel 4. 4 Jumlah Sarana Pendidikan ......................................................................50

Tabel 4. 5 Jumlah Penduduk Menurut Agama/Kepercayaan dan Tempat Ibadah ..51

Tabel 4. 6 Sarana Kesehatan ....................................................................................51

Tabel 4. 7 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kesejahteraan ................................51

Tabel 4. 8 Organisasi Pemuda, Olah Raga, dan Kesenian .......................................52

Tabel 4. 9 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan ....................................................52

Tabel 4. 10 Lembaga Perekonomian ......................................................................53

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan (SK Dosen Pembimbing)

Lampiran 2 Surat Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 4 Catatan Lapangan

Lampiran 5 Pedoman Observasi

Lampiran 6 Pedoman Wawancara

Lampiran 7 Lembar Hasil Observasi

Lampiran 8 Lembar Hasil Wawancara

Lampiran 9 Dokumentasi

Lampiran 10 Biodata Penulis

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia mengemban amanah untuk menjadi pendidik anaknya.

Mendidik anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan upaya menanamkan

nilai-nilai agama, serta pandangan hidup yang akan menghantarkan anak

pada pemahaman yang baik. Pada dasarnya semua orang tua menghendaki

putra-putri mereka tumbuh menjadi anak yang baik, cerdas, patuh, dan

terampil. Setiap orang tua berkeinginan untuk mendidik anaknya secara baik

dan berhasil. Mereka berharap mampu membentuk anak yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbakti terhadap

orang tua, berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa, bangsa, negara,

juga bagi agamanya. Upaya mendidik anak merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari serangkaian yang harus dilaksanakan oleh orang tua.

Pengasuhan merupakan hal yang penting, sebab pengasuhan tidak sekedar

memenuhi kebutuhan jasmani, seperti makan dan pakaian, tetapi juga harus

memenuhi kebutuhan rohani anak dengan ajaran agama, serta menanamkan

nilai-nilai moral dengan mengajarkan tingkah laku yang umum dan dapat

diterima masyarakat.

Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat,

dalam keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu

kesatuan sosial yang diikuti oleh hubungan darah antara satu dengan yang

1
2

lainnya. Tujuan mulianya adalah melahirkan keturunan yang terdidik atas

sifat-sifat terpuji, tumbuh besar atas akhlak mulia dan menjadi anggota

masyarakat yang berguna, ikut andil dalam menyemarakkan segala bidang.

Pendidikan terhadap anak sudah dimulai sejak anak dilahirkan. Selanjutnya

atas bimbingan orang tua dan lingkungan, seseorang diharapkan dapat

tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlaq terpuji (Al-

Khauli, 2006:5).

Uyoh (2010:186) menyatakan, keluarga merupakan lingkungan

pertama dan utama bagi anak yang memberikan sumbangan bagi

perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik dalam kehidupannya.

Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasikan diri

dengan orang tuanya melainkan juga mengidentifikasikan diri dengan

masyarakat dan alam sekitar.

Menjadi orang tua merupakan salah satu dari sekian banyak tugas

manusia sebagai makhluk sosial. Keutuhan orang tua (ayah-ibu) dalam

sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki

dan mengembangkan diri. Keluarga yang utuh memberikan peluang besar

bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orang tuanya. Jika

dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan perlu diimbangi dengan

kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah atau ibu tetap

dirasakan kehadirannya dan dihayati secara psikologis (Schultz, 2007:31).


3

Berdasarkan firman Allah dalam Qur‟an Surah Al-Baqarah [2] ayat

233, Allah telah menjelaskan masing-masing tugas dari suami istri, seperti

berikut:

          

          

    

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban
ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (Q.S.
Al-Baqarah [2]: 233)

Suami-istri merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

satu dengan yang lainnya, saling mendukung dan melengkapi dalam

menjalankan fungsi keluarga. Dalam mencari nafkah, mengasuh dan

mendidik anak suami-istri harus saling berbagi tugas. Akan tetapi bagaiman

jika salah satu dari orang tua yaitu suami atau istri tidak ada. Banyak

dijumpai dalam kehidupan nyata di berbagai daerah, seorang ibu atau ayah

(single parent) yang membesarkan anaknya seorang diri atau anak-anak

yang dibesarkan tanpa adanya seorang ayah atau ibu yang mendampingi.

Bagaimana seorang ibu membesarkan anaknya mulai dari merawat,

mendidik, sampai mencari nafkah dijalani supaya anaknya dapat tumbuh

dengan baik menjadi anak yang bisa dibanggakan dan membanggakan orang

tuanya. Mencari nafkah yang seharusnya dilakukan oleh ayah menjadi


4

kewajiban ibu, karena ibu menggantikan posisi ayah menjadi kepala

keluarga demi keberlangsungan hidup anak-anaknya. Bagaimana ibu single

parent membekali anaknya dengan bekal ilmu agama, iman dan takwa

melalui pendidikan agama, terlebih lagi biasanya seorang anak lebih

menurut pada ayah karena di dalam keluarga seorang ayah adalah orang

yang paling disegani. Sebaliknya, bagaimana seorang ayah single parent

yang mendidik dan mengasuh anaknya seorang diri tanpa bantuan dari istri,

juga memiliki kesulitan yang seharusnya tugas seorang istri adalah

mengasuh dan mendidik juga menjadi kewajiban seorang ayah. Allah telah

menciptakan manusia berpasang-pasangan yaitu seorang suami istri dengan

kewajibannya masing-masing dan saling melengkapi satu sama lainnya.

Kematian salah seorang dari kedua orang tua adalah salah satu kondisi

yang sangat mungkin terjadi pada kehidupan setiap manusia. Hal tersebut

merupakan penyebab seseorang terpaksa harus menjalani kehidupan sebagai

single parent dan masih terdapat alasan lain yaitu perbedaan pandangan, hal

prinsip atau pengalaman buruk yang dialami selama menjalani masa

berumah tangga terkadang menyebabkan seseorang memilih berpisah dari

pasangannya atau dikarenakan hadirnya pihak ketiga yang memaksa

perpisahan harus terjadi. Jika memang pasangan yang terpisah karena

perceraian atau kematian yang memiliki anak dari perkawinan tersebut,

maka mau tidak mau akan terjadi pola asuh single parent dalam kurun waktu

permanen atau sementara waktu (Hude, 2001:34).


5

Banyak hal yang melatarbelakangi seseorang lebih memilih menjadi

orang tua tunggal atau single parent selain karena kematian. Pengalaman

konflik dalam berumah tangga baik yang dialami pribadi atau melihat

lingkungannya juga menjadi penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal.

Utami Munandar (2001:9) mengungkapkan dalam Jurnal Psikologi

Indonesia yang berjudul Peran Single Parent dalam Menghadapi Kenakalan

Anak, “biasanya wanita lebih mampu bertahan menjadi orang tua tunggal

meskipun menurutnya adalah hal yang berat. Baik ibu atau ayah harus

mampu berperan ganda sehingga ketimpangan dalam asuhan utuh diberikan

kedua orang tua”.

Menjadi single parent dalam sebuah rumah tangga tentu tidak mudah,

terlebih bagi seorang ibu yang terpaksa mengasuh anaknya hanya seorang

diri karena bercerai atau suaminya meninggal dunia. Hal tersebut

membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk membesarkan anak

termasuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Yang lebih memberatkan

diri adalah anggapan-anggapan dari lingkungan yang sering memojokkan

para ibu single parent, hal tersebut bisa jadi akan mempengaruhi kehidupan

dan perkembangan anak. Perpecahan keluarga merupakan fenomena faktual

yang menyebabkan terjadinya kesenjangan perkembangan anak karena tidak

lengkapnya orang tua.

Di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung

terdapat sejumlah orang tua single parent akibat perceraian dan kematian.

Dengan tidak adanya sosok ayah maupun ibu, perkembangan psikologi


6

anak akan memiliki perbedaan dari perkembangan anak-anak lain dari

keluarga yang normal yang masih utuh orang tuanya karena sang ibu harus

memegang peranan sebagai ayah, begitu pula ayah harus memegang

peranan sebagai ibu. Beberapa anak dari orang tua single parent yang

berada di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung

memiliki masalah dengan komunikasi dan sosialisasi terhadap lingkungan

sekitarnya, sepulang dari sekolah anak terlihat tidak pernah bermain dengan

teman sebaya ataupun berkumpul dengan anak-anak sebayanya. Anak

lainnya bermasalah di sekolahnya, terbukti beberapa kali pindah dari

sekolahnya. Anak tersebut juga bermasalah dengan kepribadiannya yang

tertutup, pemalu dan kurang percaya diri. Beberapa masalah juga terlihat

pada beberapa anak lainnya yang orang tuanya berstatus sebagai single

parent, karena memang pengasuhan anak yang diberikan oleh orang tua

single parent berbeda dari pengasuhan yang diberikan oleh orang tua dalam

keluarga normal.

Pengasuhan dari orang tua single parent kepada anaknya yang

memiliki perbedaan dari keluarga yang masih utuh pastinya akan

berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak. Perkembangan

kemandirian anak yang normal seharusnya sesuai dengan tugas

perkembangan yang diemban oleh anak pada tiap fase perkembangannya.

Dengan pola asuh yang diterapkan oleh dua orang tua yang masih lengkap

terkadang anak masih memiliki masalah dengan perkembangan


7

kepribadiannya terlebih anak yang berada dalam pola asuh keluarga dengan

hanya orang tua tunggal sebagai sumber dari pola asuh mereka.

Maka dari itu peranan orang tua sangatlah penting dalam hal ini,

karena bagaimanapun juga orang tua wajib membimbing anak-anaknya

dengan didikan yang benar, seperti yang terkandung dalam Al-Qur‟an surat

Al-Anfaal [8] ayat 28:

        


“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.S Al-
Anfaal [8]: 28).

Ayat di atas menjelaskan bahwasannya Allah memberikan cobaan

atau ujian kepada hamba-Nya dengan serupa anak dan harta. Mampukah

orang tua menjaga, mengasuh dan mendidik anaknya dengan baik.

Anak merupaka perhiasan dunia, sebagaimana firman Allah dalam

surat Al-Kahfi [18] ayat 46:

        

     


“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan” (Q.S. Al-Kahfi [18]: 46).

Maksud dari ayat di atas mengingatkan kewajiban sebagai orang tua

dalam mendidik dan membesarkan anak dalam keadaan apapun sehingga

anak diibaratkan sebagai perhiasan dunia.


8

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis meneliti tentang bagaimana

pola asuh single parent serta perkembangan kepribadian anak yang diasuh

oleh orang tua tunggal yang mempunyai fungsi ganda sebagai ayah atau ibu

dalam mendidik anaknya di Desa Jetis Kecamatan Seopampang Kabupaten

Temanggung maka, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Pola

Asuh Orang Tua Single Parent dalam Perkembangan Kepribadian Anak di

Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat ditarik

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa faktor penyebab seseorang menjadi orang tua single parent di Desa

Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung?

2. Bagaimana pola asuh orang tua single parent di Desa Jetis Kecamatan

Selopampang Kabupaten Temanggung?

3. Bagaimana perkembangan kepribadian anak yang diasuh oleh orang tua

single parent di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten

Temanggung?
9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor penyebab seseorang menjadi orang tua single

parent di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung.

2. Untuk mengetahui pola asuh orang tua single parent di Desa Jetis

Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung.

3. Untuk mengetahui perkembangan kepribadian anak yang diasuh oleh

orang tua single parent di Desa Jetis Kecamatan Selopampang

Kabupaten Temanggung.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini secara teoretis diharapkan memiliki kontribusi

untuk meningkatkan pengawasan orang tua terhadap perkembangan

kepribadian anak. Memahami pentingnya pola asuh dalam mendidik

anak, supaya anak tumbuh sesuai harapan, dan bermanfaat untuk

dijadikan wacana bagi single parent agar tetap semangat, memotivasi,

menginspirasi bagi mereka yang dirundung duka karena mau tidak mau

hidup menjadi single parent.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan memiliki kagunaan bagi

orang tua, untuk lebih mengetahui dan meningkatkan cara mendidik

anak yang baik dan benar, serta bisa menerapkannya dalam kehidupan
10

sehari-hari. Dapat dijadikan acuan bagi masyarakat bahwa dengan pola

asuh yang baik dan benar dari orang tua, maka anak akan menjadi

panutan dan mendorong terjadinya inovasi dalam masyarakat sehingga

meningkatkan kualitas kepribadian anak.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Pembahasan mengenai permasalahan peran orang tua tunggal,

termasuk didalamnya membahas mengenai pola asuh dan perkembangan

kepribadiannya anak dari orang tua single parent telah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Pada peneliti yang terdahulu dibahas berbagai

permasalahan di beberapa daerah yang terkait dengan pola asuh orang tua

single parent. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang juga mengupas

mengenai hal tersebut:

1. Siti Nilna Faiza, dengan judul skripsi “Pendidikan Moral Remaja dalam

Keluarga Single Parent di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten

Semarang Tahun 2014”. Hasil penelitian menunjukkan keluarga single

parent memberikan pendidikan moral dalam keluarganya dengan

menggunakan metode teladan, pembiasaan diri dari pengalaman,

nasihat, hiwar, dan hukuman. Faktor penghambat pendidikan moral

dalam keluarga single parent karena rendahnya pendidikan agama,

ekonomi, hubungan yang kurang harmonis dalam keluarga, dan

kurangnya waktu. Antisipasinya melalui membatasi kebebasan terhadap

anak, membiasakan anak mengaji, mengontrol perilaku anak, memilih


11

teman pergaulan, memberi nasihat, teguran, menitipkan ke orang tua

atau saudara, melibatkan anak ke dalam keluarga.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Lestari dengan judul “Pola

Pembinaan Keagamaan Anak dalam Keluarga Single Parent di

Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga

Tahun 2015” dalam temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa (1) Pola

pembinaan anak dalam keluarga single parent di Kelurahan Tegalrejo

Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga adalah dengan

menggunakan beberapa cara, yaitu cara keteladanan, cara nasihat, cara

perhatian, cara pembiasaan, dan cara hukuman (2) serta faktor

penghambat yang mempengaruhi pembinaan keagamaan anak dalam

keluarga single parent antara lain: keterbatasan waktu, kondisi

pendidikan yang beragam dari orang tua single parent, terbatasnya

pendapatan dalam kehidupan sehari-hari, seringkali anak keluarga

single parent kurang bersemangat dalam proses pembinaan keagamaan.

Faktor-faktor pendukung antara lain: adanya masjid, adanya persepsi

yang kuat tentang konsep doa anak shalih/shalihah bagi orang tuanya

yang sudah meninggal, adanya harapan yang sangat kuat dari orang tua

agar kehidupan anaknya lebih baik dari orang tuanya, dan kedekatan

dengan anak (sebagai akibat dari keuarga single parent) memudahkan

dalam pembinaan keagamaan. Serta solusinya antara lain, memberikan

waktu ekstra kepada anak, keberagaman jenjang pendidikan orang tua


12

single parent dapat dapat dimanfaatkan dengan saling tukar pikiran,

mengolah faktor psikologis anak-anak single parent.

3. “Pendidikan Moral Anak Dalam Keluarga Yang Bercerai Di Desa

Koripan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang” oleh Mallikah Dwi

Safitri, dengan kesimpulan dari penelitian ini pelaksanaan pendidikan

moral pada anak dalam keluarga bercerai sudah cukup baik. Hal ini

terbukti dengan penanaman pengetahuann agama kepada anak,

penanaman bersikap sopan santun terhadap orang lain. Metode yang

diterapkan menggunakan metode penanaman pendidikan moral yang

fleksibel yaitu dengan interaksi langsung dan tidak langsung.

Pendidikan dalam interaksi langsung meliputi: pendampingan saat

menonton televisi, pendampingan saat anak belajar di rumah,

melibatkan anak belajar mengaju dan interaksi dalambentuk teguran.

Pendidikan dalam interaksi tidak langsung meliputi: pembiasaan dan

keteladanan. Hal ini terlihat dari sikap dan perilaku orang tua dalam

mendidik anak dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada anak.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pembahasan beberapa bab

untuk memberikan gambaran sebagai berikut:

BAB I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan

kajian penelitian terdahulu.


13

BAB II berisi tentang kajian teori yang meliputi: pengertian pola asuh,

single parent, dan perkembangan kepribadian anak.

BAB III berisi metode penelitian yang memuat pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,

analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV berisi paparan data dan analisis yang memuat temuan penelitian

menjelaskan gambaran umum objek penelitian, profil desa yang terdiri dari:

kondisi geografis, ekonomi, lingkungan sosial sekitar, dan analisis hasil

penelitian.

BAB V penutup memuat tentang: kesimpulan, kritik dan saran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah

dan atau ibu dalam memimpin, mengasuh dan membimbing anak dalam

keluarga. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan

mendidiknya. Membimbing dengan cara membantu, melatih dan

sebagainya. Pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten

dan persisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan

hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan

pada anak yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola

perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dan dapat memberi efek negative

maupun positif (Djamarah, 2014:51).

Tarsis Tarmudji (2005:1) mengungkapkan bahwa pola asuh orang

tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan

kegiatan pengasuhan.

Kohn menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orang tua

dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara

orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang

tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian

serta tanggapan terhadap anaknya (Krisnawaty, 1986:46).

14
15

Menurut Hetherington dan Parke, pola asuh orang tua diartikan

sebagai suatu interaksi antara orang tua dengan dua dimensi perilaku orang

tua. Dimensi pertama adalah hubungan emosional antara orang tua dengan

anak. Lingkungan pola asuh demokratis orang tua yang sehat bagi psikis

individu ditentukan pula oleh faktor kasih sayang, emosional, perasaan

aman, dan kehangatan yang diperoleh anak melalui pemberian perhatian,

pengertian dan kasih sayang orang tuanya. Dimensi kedua adalah cara-cara

orang tua mengontrol perilaku anaknya. Kontrol yang dimaksud di sini

adalah disiplin. Disiplin mencakup tiga hal, yaitu peraturan, hukuman, dan

hadiah. Tujuan dari disiplin adalah memberitahuakan kepaa anak mana

yang baik dan mana yang buruk dan mendorongnya untuk beraku sesuai

dengan standar yang ada (Ilahi, 2013:134-135).

Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak dengan

menggunakan teknik dan metode yang menitikberatkan pada kasih sayang

dan ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua. Pola asuh tidak akan

terlepas dari adanya sebuah keluarga.

2. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua

Menurut Ilahi (2013:135) Metode asuh yang digunakan oleh orang

tua kepada anak menjadi faktor utama yang menentukan potensi dan

karakter seorang anak. Berkaitan dengan jenis-jenis pola asuh orang tua,

Baumrid (dalam Hetherington dan Parke, 1999) mengatakan ada tiga

macam pola asuh orang tua yang mencakup, pola asuh otoriter
16

(authoritarian), pola asuh permisif (permissive), dan pola asuh demokratis

(authoritative), yaitu:

a. Pola asuh otoriter (authoritarian)

Pola asuh otoriter mencerminkan sikap orang tua yang bertindak

keras dan cenderung diskriminatif. Hal ini ditandai dengan tekanan

anak untuk patuh kepada semua perintah dan keinginan orang tua,

control yang sangat ketat terhadap tingkah laku anak, anak kurang

endapat kepercayaan dari orang tua, anak sering dihukum, apabila anak

berhasil atau berprestasi anak jarang diberi pujian dan hadiah. Pola asuh

demikian, mencerminkan ketidakdewasaan orang tua dalam merawat

anak, tanpa mempertimbangkan hak-hak yang melekat pada anak.

Akibatnya, anak semakin tertekan dan tidak bisa leluasa dalam

menentukan masa depannya sendiri (Ilahi, 2013:136)

Baumrid (dalam Stewart, 1983) yang kemudian dikutip oleh Ilahi

(2013:136) menjelaskan bahwa pola asuh orang tua yang otoriter

ditandai bahwa hubungan orang tua dengan anak tidak hangat dan

sering menghukum. Sikap dan kebijakan orang tua cenderung tidak

persuasif, bahkan sering menggunakan kekuasaannya untuk menekan

anak dengan cara-cara yang tidak patut. Hal ini terermin dari sikap

orngtua yang tidak memberi kasih sayang dan simpatik terhadap anak.

Pada saat bersamaan, anak dipaksa untuk selalu patuh pada nilai-nilai

orang tua. Orang tua berusaha membentuk tingkah laku anak sesuai
17

dengan tingkah laku mereka. Anak dituntut mempunyai tanggung jawab

seperti orang dewasa sementara hak anak sangat dibatasi.

b. Pola asuh permisif (permissive)

Sikap orang tua dalam pola asuh permisif biasanya memberikan

kebebasan penuh kepada anak dalam berperilaku sesuai dengan apa

yang diinginkannya. Akibatnya, anak tumbuh menjadi seseorang yang

berperilaku agresif dan antisosial karena sejak awal ia sudah diberi

kebebasan dalam melaksanakan peraturan sosial. Anak tidak diberi

hukuman ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan orang tua.

Sebab, orang tua dengan pola asuh permisif menganggap anak mampu

berpikir sendiri dan ia sendirilah yang merasakan akibatnya. Selain itu,

ketidakacuhan orang tua mengembangkan emosi yang tidak stabil pada

anak. Anak akan bersifat mementingkan diri sendiri dan kurang

menghargai orang lain (Ilahi, 2013:138)

Steinberg, dkk (1992) menyatakan pola asuh permisif pada

umumnya tidak ada pengawasan, bahkan cenderung membiarkan anak

tanpa ada nasihat dan arahan yang bisa mengubah perilaku yang tidak

baik. Orang tua dengan pola asuh ini memberikan sedikit tuntutan dan

menekankan sedikit disiplin. Anak dibiarkan mengatur tingkah laku

mereka sendiri dan membuat keputusan sendiri. Orang tua bersikap

serba membiarkan anak tanpa mengendalikan, tidak menuntut, dan

hangat. Pola asuh permisif ini lemah dalam mendisiplinkan tingkah

laku anak (Ilahi, 2013:138)


18

c. Pola asuh demokratis (authoritative)

Pola asuh demokratis adalah jenis pola asuh yang responsif dan

memberikan perhatian penuh tanpa mengekang kebebasannya. Orang

tua bersikap fleksibel, responsive, dan merawat. Orang tua melakukan

pengawasan dan tuntutan, tetapi juga hangat, rasional, dan mau

berkomunikasi. Anak diberi kebebasan tetapi dalam aturan yang

mempunyai acuan. Batasan-batasan tentang disiplin anak dijelaskan,

boleh ditanyakan, dan dapat dirundingkan (Ilahi, 2013:138).

Ilahi (2013:139) berpendapat bahwa prinsip kedisiplinan menjadi

cerminan dari sikap orang tua untuk memberdayakan anak. Orang tua

demokratis menjelaskan aturan dan menjelaskan mengapa mereka

menuntut anak bertingkah laku tertentu. Disiplin ini disebut induction,

yaitu tipe disiplin efektif dalam waktu yang lama. Pola asuh demokratis

mendorong perkembangan jiwa anak, mempunyai penyesuaian sosial

yang baik, kompeten, mempunyai kontrol. Menjadikan anak tidak

tergantung dan tidak berperilaku kekanak-kanakan, mendorong anak

untuk berprestasi, anak menjadi percaya diri, mandiri, imajinatif, mudah

beradaptasi, kreatif, dan disukai banyak orang serta responsif. Orang tua

dalam memberikan pujian, hukuman, dan berkomunikasi dengan anak-

anak akan turut mempengaruhi terbentuknya kreativitas anak. Faktor

pola asuh demokratis orang tua merupakan kekuatan yang penting dan

sumber utama dalam pengembangan kemampuan kreatif anak.


19

d. Pola Asuh yang Efektif

Dikutip oleh Yusuf (2009: 52) mengenai pernyataan Weiten dan

Lioyd mengemukakan lima prinsip effective parenting (pola asuh yang

efektif) yaitu: Pertama, menyusun atau membuat standar (aturan

perilaku) yang tinggi namun dapat dipahami. Dalam hal ini, anak

diharapkan untuk berperilaku dengan cara yang tepat sesuai dengan

usianya. Kedua, menaruh perhatian terhadap perilaku anak yang baik

dan memberikan reward atau ganjaran. Perlakuan ini perlu dilakukan

sebagai pengganti dari kebiasaan orang tua pada umumnya, yaitu bahwa

mereka suka menaruh perhatian kepada anak pada saat anak berperilaku

menyimpang, namun membiarkannya ketika melakukan yang baik.

Ketiga, menjelaskan alasannya (tujuannya) ketika meminta anak untuk

melakukan sesuatu. Keempat, mendorong anak untuk menelaah dampak

perilakunya terhadap orang lain dan yang terakhir menegakkan aturan

secara konsisten.

3. Pola Asuh Orang Tua Single Parent

Perkembangan anak didalam keluarga yang mengalami perceraian,

terutama bagi anak yang diasuh oleh pihak ibu. Hetherington melakukan

penelitian terhadap 96 keluarga selama dua tahun lebih. Setengah jumlah

ini adalah keluarga utuh, setengah lagi keluarga yang mengalami kasus

perceraian. Anak-anak dari keluarga retak ini ketika terjadi kasus

perceraian mereka berusia 4 tahun. Penelitian ini dilakukan dalam tiga

tahap. Pertama, setelah dua bulan perceraian, kedua setelah satu tahun dan
20

ketiga setelah dua tahun. Berikut ini hasil dari penelitian yang

diungkapkan oleh Hetherington yang dikutip oleh Dagun (2002:116).

Dalam kasus perceraian, kaum ibu lebih mengalami kesulitan

konkret dalam menangani anak-anak. Sementara bagi ayah, ia mengalami

kesulitan dalam taraf berpikir, merenungi bagaimana menghadapi situasi

dari perceraian yang terjadi. Menurut hasil penelitian Hetherington,

peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidakstabilan emosi, mengalami

rasa cemas, tertekan dan sering marah-marah. Dalam menghadapi kemelut

ini, pihak ibulah yang paling pahit merasakannya. Mereka merasa tertekan

lebih berat dan pengaruhnya lebih lama, terutama ibu yang mengasuh anak

laki-laki. Malah setelah dua tahun berlalu, ibu ini masih merasa kurang

mampu, cemas, masih trauma dibandingkan ibu yang mengasuh anak

putri. Hetherington juga menjelaskan bahwa ibu tunggal akan menjadi

lebih keras pada anak laki-laki dan akan sering membentak anak laki-

lakinya dikarenakan tekanan batin yang menimpa ibu tunggal tersebut.

Perlakuan ibu tersebut pada sang anak sudah pasti akan mempengaruhi

pola asuh yang diberikan oleh ibu tunggal pada sang anak (Dagun,

2002:117).

Dagun (2002:118) menyatakan ketika kasus perceraian terjadi,

ternyata cara ayah dan ibu dalam mangasuh anaknya berbeda. Misalnya

dalam soal memberikan perhatian, keramahan, dan kebebasan kepada

anak-anak. Dan barangkali dipengaruhi gambaran bahwa tokoh ibu dekat

dengan anaknya, maka kasus percerceraian bisa diduga adanya


21

kecenderungan kaum ibu dibebani mengasuh anak. Tetapi juga sebaliknya,

karena figur ayah digambarkan kurang dekat dengan anak-anak maka

dalam kasus perceraian pun ayah jarang mengambil resiko. Namun ketika

ayah dan ibu hidup dalam situasi percerian, adanya kecenderungan sikap

yang berbeda pada ayah-ibu. Seorang ibu menjadi kurang memperlihatkan

kasih saying kepada anak-anaknya, khususnya terhadap anak laki-laki.

B. Single Parent

1. Pengertian

Orang tua tunggal merupakan orang tua yang secara sendirian atau

tunggal membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, dan

tanggung jawab pasangannya (Haryanto, 2012:36).

Single parent menurut Poerwodarminto dalam skripsi Siti Nilna

Faiza (2014:12) adalah orang tua satu-satunya, Orang tua satu-satunya

dalam konteks ini adalah sebuah keluarga dengan orang tua tunggal

sehingga dalam mengasuh dan membesarkan anak-anaknya sendiri tidak

dengan bantuan pasangannya, karena istri atau suami mereka meninggal

dunia atau sudah berpisah/cerai.


22

2. Faktor-faktor menjadi Single Parent

Beberapa faktor yang menjadikan seseorang menyandang gelar

single parent, adalah sebagai berikut:

a. Perceraian

Dijelaskan oleh Cohen (1992:181) bahwa penyebab-penyebab

perceraian hampir tidak terbatas karena perkawinan melibatkan dua

individu dengan kepribadiannya masing-masing dan latar belakang

yang berbeda yang berusaha untuk hidup bersama. Alasan pokok

terjadinya perceraian adalah harapan-harapan berlebihan yang

diharapkan dari masing-masing pihak sebelum memasuki jenjang

perkawinan. Harapan-harapan tersebut dapat berupa status sosial di

masa depan, hubungan yang bersifat seksual, popularitas, jaminan

kesehatan, jaminan pekerjaan, peranan yang tepat sebagai suami istri.

Sementara itu, pada peraturan pemerintah Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan dijelaskan mengenai beberapa

penyebab perceraian, diantaranya adalah: salah satu pihak berbuat zina

atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang

sukar disembuhkan, salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2

(dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang

sah atau karena hal lain di luar kemampuannya, salah satu pihak

mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih

berat setelah perkawinan berlangsung, salah satu pihak melakukan


23

kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain,

salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau istri, antara

suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengakaran

yang tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

George dalam Ihromi (1999:153) dengan mengambil sampel 600

pasangan suami istri yang mengajukan perceraian dimana mereka ini

paling sedikit mampunyai satu orang anak di bawah usia 14 tahun

menyusun 12 kategori keluhan penyebab pasangan suami istri bercerai,

diantaranya: karena pasangan sering mengabaikan kewajiban terhadap

rumah tangga dan anak, masalah keuangan, adanya penyiksaan fisik

terhadap pasangan, pasangan sering berteriak dan mengeluarkan kata-

kata kasar serta menyakitkan, tidak setia (berselingkuh),

ketidakcocokan dalam masalah hubungan seksual, sering mabuk,

adanya keterlibatan dan tekanan sosial dari pihak kerabat pasangan,

sering muncul kecurigaan, kecemburuan dan ketidakpercayaan dari

pasangan serta adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan.

Dijelaskan oleh Hurlock (1978:216) mengenai pengaruh rumah

tangga yang pecah pada hubungan keluarga adalah rumah tangga yang

pecah karena perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan

keluarga daripada rumah tangga yang pecah karena kematian. Terdapat

dua alasan untuk hal ini. Pertama, periode penyesuaian terhadap

perceraian lebih lama dan sulit bagi anak daripada periode penyesuaian
24

yang menyertai kematian orang tua. Hozman dan Froiland menemukan

bahwa kebanyakan anak melalui lima tahap dalam penyesuaian ini,

yaitu: penolakan terhadap perceraian, kemarahan yang ditujukan pada

mereka yang terlibat dalam situasi tersebut, tawar menawar dalam

usaha mempersatukan orang tua, depresi dan akhirnya penerimaan

perceraian. Kedua, perpisahan yang disebabkan perceraian itu serius,

sebab mereka cenderung membuat anak berbeda dalam mata kelompok

teman sebaya. Jika anak ditanya dimana orang tuanya atau mengapa

mereka mempunyai orang tua baru sebagai pengganti orang tua yang

tidak ada, mereka menjadi serba salah dan merasa malu. Di samping

itu anak mungkin merasa bersalah jika menikmati waktu bersama

orang tua yang tidak ada atau jika mereka lebih suka tinggal dengan

orang tua yang tidak ada daripada tinggal dengan orang tua yang

mengasuh mereka.

b. Kematian

Pengaruh rumah tangga yang pecah karena sebab kematian pada

hubungan keluarga bahwa keretakan rumah tangga yang disebabkan

oleh kemtian dan anak menyadari bahwa orang tua mereka tidak akan

pernah kembali lagi, mereka akan bersedih hati dan mengalihkan kasih

sayang mereka pada orang tua yang masih ada yang tenggelam dalam

kesedihan dan masalah praktis yang ditimbulkan rumah tangga yang

tidak lengkap lagi, anak merasa ditolak dan tidak diinginkan. Hal ini
25

akan menimbulkan ketidaksenangan yang sangat membahayakan

hubungan keluarga.

Hurlock (1978:216) menyatakan pada awal masa hidup anak

kehilangan ibu jauh lebih merusak daripada kehilangan ayah.

Alasannya ialah bahwa pengasuhan anak kecil dalam hal ini harus

dialihkan ke sanak saudara atau pembatu rumah tangga yang

menggunakan cara mendidik anak yang mungkin berbeda dari yang

digunakan ibu mereka, jarang dapat memberi anak perhatian dan kasih

sayang yang sebelumnya ia peroleh dari ibunya.

Seiring bertambahnya usia anak, kehilangan ayah sering lebih

serius daripada kehilangan ibu, terutama bagi anak laki-laki. Ibu harus

bekerja, dan dengan beban ganda di rumah dan pekerjaan di luar, ibu

mungkin kekurangan waktu atau tenaga untuk mengasuh anak sesuai

dengan kebutuhan mereka. Akibatnya mereka merasa diabaikan dan

merasa benci. Jika ibu tidak memberikan hiburan dan lambang status

seperti yang diperoleh teman sebaya, maka perasaan tidak senang anak

akan meningkat. Bagi anak laki-laki yang lebih besar, kehilangan ayah

berarti bahwa mereka tidak mempunyai sumber identifikasi

sebagaimana teman mereka dan mereka tidak senang tunduk pada

wanita dirumah sebagaimana halnya di sekolah (Hurlock, 1978: 216).


26

3. Peran Ganda Orang Tua Single Parent

a. Peran Ibu dalam Keluarga

Ibu memegang peran penting dalam mendidik anak-anaknya.

Sejak dilahirkan yang selalu di sampingnya, mulai dari menyusui yang

berlangsung selama kurang lebih 2 tahun, memberi makan, minum,

mengganti pakaian dan sebagainya. Ibu dalam keluarga merupakan

orang yang pertama kali berinteraksi dengan anaknya. Ibu menjaga

anaknya agar tetap sehat dan hidup, ia merawat anaknya dengan penuh

kasih sayang tanpa mengenal lelah dan berat beban hidupnya.

Berdasarkan firman Allah dalam Qur‟an Surah Al-Baqarah [2]

ayat 233, Allah telah menjelaskan masing-masing tugas dari suami istri,

seperti berikut:

          

 
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”. (Q.S. Al-
Baqarah [2]: 233)

Ngalim Purwanto dalam Sadulloh (2010:194-195) mengatakan

bahwa sesuai fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga,

dapat dijelaskan bahwa peranan ibu dalam mendidik anaknya adalah

sebagai berikut:

1) Sumber dan pemberi rasa kasih sayang

2) Pengasuh dan pemelihara


27

3) Tempat mencurahkan isi hati

4) Pengatur dalam kehidupan berumah tangga

5) Pembimbing hubungan pribadi

6) Pendidik dalam segi-segi emosional

Peran ibu dalam merawat dan mengurus keluarga dengan sabar,

mesra dan konsisten, ibu mempertahankan hubungan-hubungan dalam

keluarga. Ibu menciptakan suasana mendukung kelangsungkan

perkembangan anak dan semua kelangsungan keberadaan unsur

keluarga lainnya. Seorang ibu yang sabar menanamkan sikap-sikap,

kebiasaan pada anak, tidak panik dalam menghadapi gejolak didalam

maupun diluar diri anak, akan memberi rasa tenang dan rasa

tertampungnya unsur-unsur keluarga. Terlebih lagi, sikap ibu yang

mesra terhadap anak akan memberi kemudahan bagi anak yang lebih

besar untuk mencari hiburan dan dukungan pada orang dewasa, dalam

diri ibunya. Seorang ibu yang merawat dan membesarkan anak dan

keluarganya tidak boleh dipengaruhi oleh emosi atau keadaan yang

berubah-ubah (Gunarsa, 2004:32).

Ibu sebagai contoh dan teladan dalam mengembangkan

kepribadian dan membentuk sikap anak, seorang ibu perlu memberikan

contoh dan teladan yang dapat diterima. Dalam pengembangan

kepribadian, anak belajar melalui peniruan terhadap orang lain. Sering

kali tanpa disadari, orang dewasa memberi contoh dan teladan yang

sebenarnya justru tidak diinginkan. Misalnya: orang dewasa di depan


28

anak menceritakan suatu cerita yang tidak sesuai atau tidak jujur. Anak

melihat ketidaksesuaian tersebut. Anjuran untuk berbicara jujur tidak

akan dilakukan, bila anak disekitarnya selalu melihat dan mendengar

ketidakjujuran. Anak sering menerima perintah diiringi dengan suara

keras dan bentakan, tidak bisa diharapkan untuk bicara dengan lemah

lembut. Karena itu dalam menanamkan kelembutan dan sikap ramah,

anak membutuhkan contoh dari ibu yang lembut dan ramah (Gunarsa,

2004:33).

Ibu sebagai manajer yang bijaksana. Seorang ibu adalah manajer

di rumah. Ibu mengatur kelancaran rumah tangga dan menanamkan rasa

tanggung jawab pada anak. Anak pada usia dini sebaiknya sudah

mengenal adanya peraturan-peraturan yang harus diikuti. Adanya

disiplin di dalam keluarga akan memudahkan pergaulan di masyarakat

kelak. Ibu memberi rangsangan dan pelajaran. Seorang ibu juga

memberi rangsangan sosial bagi perkembangan anak. Sejak masa bayi

pendekatan ibu dan percakapan dengan ibu memberi rangsangan bagi

perkembangan anak, kemampuan bicara dan pengetahuan lainnya.

Setelah anak masuk sekolah, ibu menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan agar anak senang belajar di rumah, membuat PR di

rumah. Anak akan belajar dengan lebih giat bila merasa enak daripada

bila disuruh belajar dengan bentakan. Dengan didampingin ibu yang

penuh kasih sayang akan memberi rasa aman yang diperlukan setiap

anggota keluarga (Gunarsa, 2004:34)


29

b. Peran Ayah dalam Keluarga

Sosok ayah seperti telah terkondisi bukan sebagai pengasuh anak,

dan lebih sibuk sebagai pencari nafkah. Ia memiliki citra keperkasaan

dan kekokohan, berdasarkan firman Allah dalam Qur‟an Surah Al-

Baqarah [2] ayat 233, Allah telah menjelaskan masing-masing tugas

dari suami istri, seperti berikut:

          

  

“dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para


ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 233)

Ayah memiliki beberapa peranan dalam perkembangan anak

diantaranya ayah mengatur serta mengarahkan aktivitas anak. Misalnya

menyadarkan anak bagaimana menghadapi lingkungannya dan situasi

di luar rumah. Ia memberi dorongan, membiarkan anak mengenal lebih

banyak, melangkah lebih jauh, menyediakan perlengkapan permainan

yang menarik, mengajar mereka membaca, mengajak anak untuk

memperhatikan kejadian-kejadian dan hal-hal yang menarik di luar

rumah dan mengajak anak untuk berdiskusi (Dagun, 2013:2).

Peran ayah dalam keluarga dibatasi berkaitan dengan lingkungan

luar keluarga. Sang ayah hanya dianggap sebagai sumber materi dan

yang hampir menjadi orang asing, karena seolah-olah hanya berurusan


30

dengan dunia di luar keluarga. Dari berbagai contoh terlihat bahwa ayah

yang kurang menyadari fungsinya di rumah akhirnya kehilangan tempat

dalam perkembangan anak. Anak membutuhkan ayah bukan hanya

sebagai sumber materi, akan tertapi juga sebagai pengarah

perkembangannya, terutama perannya di kemudian hari. Ayah sebagai

otak dalam keluarga mempunyai beberapa tugas pokok yaitu: ayah

sebagai pencari nafkah. Ayah sebagai suami yang penuh pengertian

akan memberi rasa aman. Ayah sebagai pelindung. Bagi anak laki-laki

ayah menjadi model dan teladan untuk perannya kelak sebagai seorang

laki-laki. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana dan

mengasihi keluarga (Gunarsa, 2004:35).

Peran ayah untuk perkembangan peran jenis pada anak

perempuan juga penting. Setiono (2011:98) menyatakan bahwa

ketakhadiran seorang ayah pada anak perempuan kurang berpengaruh,

tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa figur ayah penting bagi anak

perempuan di awal masa remaja dalam mempelajari lawan jenisnya.

Anak perempuan dengan ibu janda akan memperlihatkan sikap malu

dan perasaan tidak enak bisa berada di sekitar anak laki-laki berbeda

dengan anak perempuan yang hidup bersama ayah-ibunya, akan lebih

tegas terhadap anak laki-laki umumnya, malah akan memberikan

respon, kepada kaum pria. Jika seorang anak perempuan diasuh oleh ibu

saja, tampaknya akan memperoleh konsekuensi yang disebabkan

perubahan perilaku ibu, yang menyebabkan anak perempuannya kurang


31

bergaul dengan pria, mereka cenderung berinteraksi dengan sesama

wanita.

Menurut Ngalim Purwanto dalam Sadulloh (2010:195) peranan

ayah dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut:

1) Sumber kekuasaan dalam keluarga

2) Penghubung intern antara keluarga dengan masyarakat atau dunia

luar

3) Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga

4) Pelindung terhadap ancaman dari luar

5) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan

6) Pendidik dalam segi-segi rasional

4. Keluarga sebagai Pembentuk Utama Kepribadian

Kepribadian tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia,

terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di lingkungan

keluarga, diasuh oleh orang tua, dan bergaul dengan anggota keluarga

lainnya. Karena itu, dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan

keluarga serta orang tua dalam membentuk pribadi seorang anak.

Pada masa kanak-kanak (umur 2-5 tahun), pembentukan kepribadian

melalui pembiasaan sangat penting artinya, karena kemampuan

inteligensinya masih rendah, belum dapat membedakan nilai yang baik,

buruk, dan mengapa dilarang, disuruh dan sebagainya. Setelah anak

berumur 6 atau 7 tahun, kemampuan berpikirnya semakin tinggi dan mulai

mengenal nilai-nilai, sudah mengerti larangan atau anjuran. Saat itu


32

mereka sudah memasuki SD. Pembentukan kepribadian pada periode ini

berlangsung lebih sulit jika dibandingkan pada masa sebelum sekolah.

Karena anak pada usia ini semakin banyak bergaul, di sekolah, di luar

sekolah, sehingga pengalamannya semakin banyak. Akibatnya pengaruh

yang diterimanya dari luar (positif atau negatif) semakin banyak mewarnai

kepribadian yang dibina orang tuanya di rumah. Pembentukan kepribadian

harus dilakukan secara kontinu dan diadakan pemeliharaan sehingga

menjadi matang dan tidak mudah berubah lagi (Ahmadi dan Sholeh,

2005:168).

Lingkungan keluarga merupakan tempat yang sangat berpengaruh

terhadap kepribadian bagi seorang anak untuk tumbuh dan berkembang.

Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentuk kepribadian anak.

Alasannya yaitu keluarga adalah kelompok sosial pertama yang menjadi

pusat identifikasi anak dan anak banyak menghabiskan waktunya di

lingkungan keluarga.

C. Perkembangan Kepribadian Anak

1. Pengertian Perkembangan Kepribadian Anak

a. Perkembangan

Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu

proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam

perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit

banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan


33

menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang

bersifat tetap dan maju (Ahmadi dan Sholeh: 2005:1).

Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini

tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak

ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional.

Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya suatu proses

pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan

disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar.

b. Kepribadian

Kepribadian menurut George Kelly merupakan cara yang unik

dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.

Sedang menurut Gordon Allport, merumuskan kepribadian sebagai

sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan

memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.

Tepatnya rumusan Allport tentang kepribadian adalah suatu organisasi

yang dinamis dari sistem psikofisis individu yang menetukan tingkah

laku dan pemikiran individu secara khas. Allport menggunakan istilah

sistem psikofisis dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga

manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan

satu sama lain, serta di antara keduanya selalu terjadi interaksi dalam

mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan

kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu bertingkah

laku dalam caranya sendiri karena setiap individu memiliki


34

kepribadiannya sendiri. Sementara itu, Sigmud Freud memandang

kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id,

ego, dan superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain

merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian

tersebut (Koeswara, 1991:11).

Apabila dianalisis, maka pengertian kepribadian menurut Ahmadi

dan Sholeh (2005:157-158) adalah sebagai berikut:

(1) Bahwa kepribadian adalah organisasi yang dinamis, artinya suatu

organisasi yang terdiri dari sejumlah aspek/unsur yang terus

tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia.

(2) Aspek-aspek tersebut adalah mengenai psiko-fisik (rohani dan

jasmani) antara lain sifat-sifat, kebiasaan, tingkah laku, bentuk-

bentuk tubuh, ukuran, warna kulit dan sebagainya. Semuannya

tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi yang dimiliki

seseorang.

(3) Semua aspek kebribadian, baik sifat-sifat maupun kebiasaan, sikap,

tingkah laku, bentuk tubuh dan sebagainya, merupakan suatu

sistem (totalitas) dalam menentukan cara yang khas dalam

mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ini

mengandung arti bahwa setiap orang memiliki cara yang khas atau

penampilan yang berbeda-beda dalam bertindak atau berinterkasi

terhadap lingkungannya.
35

Dari uraian tentang pengertian kepribadian, dapat diambil

kesimpulan bahwa kepribadian yaitu keseluruhan pola atau bentuk

tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh serta

unsur-unsur psiko-fisis lainnya yang selalu menampakkan diri

dalam kehidupan seseorang.

2. Jenis-jenis Kepribadian

Orang tua merupakan media sosialisasi pokok dalam pembentukan

kepribadian anak, karena interaksi anak dengan orang tua mempunyai

tingkat tertinggi dalam kehidupan anak. Menurut Mussen (2005:54)

kepribadian anak dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu sebagai

berikut:

a. Kepribadian Ekstrovert

Kecenderungan seorang anak untuk mengarahkan perhatiannya

keluar dirinya sehingga segala sikap dan keputusan-keputusan yang

diambilnya adalah berdasarkan pada pengalaman orang lain. Mereka

cenderung ramah, terbuka, aktif, dan suka bergaul. Anak dengan

kecenderungan kepribadian yang ekstrovert biasanya memiliki banyak

teman dan disukai banyak orang karena sikapnya yang ramah dan

terbuka.

b. Kepribadian Introvert

Kecenderungan seorang anak yang menarik diri dari lingkungan

sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan

sesuatu biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan


36

pengalamnnya sendiri. Kepribadian introvert biasanya pendiam dan

suka menyendiri, merasa tidak butuh orang lain karena bisa

melakukannya sendiri.

Awalnya, ekstrovert dan introvert adalah sebuah reaksi seorang anak

terhadap sesuatu. Namun, jika reaksi demikian ditunjukkan terus menerus,

maka dapat menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan tersebuat akan

menjadi bagian tipe kepribadiannya. Kepribadian anak dilihat dari

keajegan tingkah laku anak ditandai dengan perubahan-perubahan dalam

setiap perkembangannya (Mussen, 2005:66).

Pertumbuhan dan perkembangan anak akan mulai terlihat ketika anak

menginjak masa sekolah di mana anak akan mulai mengenal dunia sosial

sehingga kebiasaan yang dilakukan anak ketika masa kecil akan menjadi

sebuah patokan pribadi dengan disertai pengalaman anak di masa itu

(Koeswara, 1991:93).

3. Pengertian Anak

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengenai

Perkawinan pada pasal 42 disebutkan bahwa anak yang sah merupakan

anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.

Disebutkan lebih lanjut, jika seorang anak dilahirkan diluar perkawinan

anak tersebut hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya atau

keluarga ibunya.

Pengertian anak menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979

tentang kesejahteraan anak, anak adalah seseorang yang belum mencapai


37

usia 21 tahun dan belum menikah. Batas 21 tahun ditetapkan karena

berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi

dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut. Anak

adalah potensi serta penerus bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan

oleh generasi sebelumnya.

Menurut Hurlock (1980:108) masa kanak-kanak dimulai setelah

melewati masa bayi yang penuh dengan ketergantungan, yakni kira-kira

usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira 13 tahun

wanita dan 14 tahun untuk pria. Masa kanak-kanak kemudian dibagi lagi

menjadi dua periode. Periode awal berlangsung dari umur dua sampai

enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya anak matang

secara seksual. Setelah matang secara seksual maka anak akan mengalami

perkembangan tahap menjadi seorang remaja.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Piaget yang dikutip oleh Hurlock

(1980:206) mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia

dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak

tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah

hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif,

kurang lebih berhubungan dengan masa puber termasuk juga perubahan

intelektual yang mencolok. Transformasi yang khas dari cara berfikir

remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan


38

sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum

dari periode perkembangan ini.

4. Perkembangan Kepribadian Masa Anak-Anak

Perkembangan kejiwaan pada masa anak-anak terkadang disebut

dengan masa anak kecil atau masa menjelang sekolah, sebab masa ini anak

sedang mempersiapkan diri untuk bersekolah. Demikian pula masa ini ada

yang menyebut dengan masa estetis, dikarenakan anak mulai mengenal

dunia sekitarnya terasa serba indah. Dengan berjalannya waktu, anak

semakin banyak berhubungan dengan orang lain, baik dalam lingkungan

keluarga maupun lingkungan pergaulannya, sehingga membawa pengaruh

dalam konsep diri.

Hurlock (2006:134) berpendapat bahwa aspek pola kepribadian

tertentu berubah selama awal masa anak-anak sebagai akibat dari

pematangan, pengalaman dan lingkungan sosial serta lingkungan budaya

dan kehidupan anak. Faktor-faktor di dalam diri anak sendiri atau tekanan-

tekanan emosional atau identifikasi dengan orang lain dapat juga

menyebabkan perubahan. Adapun yang menunjang perubahan dalam

kepribadian anak yaitu:

a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik disebabkan oleh proses kematangan, gangguan

struktural di otak, sering disertai perubahan kepribadian. Pengaruhnya

terutama pada konsep diri anak.


39

b. Perubahan Lingkungan

Apabila perubahan dalam lingkungan meningkatkan status anak

dalam kelompok dengan teman sebaya, perubahan mempunyai

pengaruh menguntungkan pada konsep diri.

c. Tekanan Sosial

Sejak lahir, seorang anak telah mengalami proses sosialisasi.

Artinya, sejak lahir seseorang melakukan proses belajar mengenai

bagaimana bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma

sosial yang berlaku di dalam masyarakat melalui refleksi terhadap

orang lain (Suryabrata, 2005:23).

Pada hakikatnya sosialisasi primer dalam keluarga merupakan

langkah penting bagi anak dalam beradaptasi dan mempelajari nilai

serta norma dalam masyarakat, karena apa yang telah dipelajari sejak

kecil akan menentukan bagaimana seorang anak di masa depan

maupun memilih pergaulan dalam membentuk pribadinya (Mussen,

2005:33).

Anak tumbuh dan berkembang memerlukan dua figur, yaitu figur

ayah dan ibu. Ayah memberikan pengalaman mengenai logika,

tantangan, keberanian, dan pengambilan keputusan. Semua ini akan

merangsang otak kiri anak. Sedangkan ibu akan merangsang otak

kanan anak dengan memberikan kelembutan, kasih sayang, insting,

imajinasi, dan tanggung jawab.


BAB III

METODE PENELITIAN

G. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(Moleong 2011:4).

Laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Peneliti akan

mengkaji permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya

melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku

yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.

2. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni deskriptif

kualitatif maka kehadiran peneliti di kancah penelitian menjadi

mutlak adanya. Relevansi dalam penelitian kualitatif, peneliti

menjadi “key instrumen” atau alat peneliti utama. Peneliti

mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur,

sering hanya menggunakan buku catatan. Selain itu guna menunjang

perolehan informasi yang valid, peneliti akan menggunakan alat

40
41

rekam atau kamera dan peniliti tetap memegang peranan utama

sebagai alat penelitian.

H. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Desa Jetis Kecamatan

Selopampang Kabupaten Temanggung. Alasannya adalah ada sejumlah

single parent yang berfungsi ganda sebagai ayah atau ibu, mandiri

dalam mengurus rumah tangga serta mendidik anaknya dengan pola

asuh yang berbeda-beda sehingga menghasilkan kualitas kepribadian

anak yang berbeda pula.

I. Sumber Data

Sumber data adalah situasi yang wajar atau “natural setting”.

Peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar

sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi dengan sengaja.

Berdasarkan pada penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber

data, yakni:

a. Data Primer

Sumber data utama adalah sumber informasi yang langsung

mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan

dan penyimpanan data (Ali, 1993:42).

Peneliti dalam penelitian ini mengambil subjek sebanyak tujuh

orangtua single parent dikarenakan penelitian yang dilakukan


42

difokuskan pada orangtua single parent yang masih memiliki anak

pada usia sekolah dimana usia anak tersebut dibatasi hingga 21

tahun. Pembatasan usia 21 tahun didasarkan pada pembatasan pada

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak

dimana dijelaskan anak adalah seseorang yang belum mencapai usia

21 tahun dan belum menikah. Peneliti melakukan observasi dan

wawancara pada tujuh orangtua single parent, tujuh anak dari

orangtua single parent tersebut, baik yang berstatus janda atau duda

dikarenakan perceraian dan kematian di Desa Jetis Kecamatan

Selopampang Kabupaten Temanggung.

b. Data Sekunder

Sumber data pendukung merupakan data-data yang digunakan

untuk memperkuat sumber data utama. Sumber data sekunder

diantaranya didapat dari hasil wawancara dengan tetangga untuk

memperkuat data. Data lain juga didapat dari sumber bacaan dan

berbagai sumber lainnya. Sumber data pendukung di sini adalah

buku-buku yang terkait dengan cara mendidik anak dan berbagai

macam yang berkaitan dengan single parent.


43

J. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah peninjauan secara cermat (Alwi, 2007:794).

Sedangkan menurut Hadi (1980:136) sebagai metode ilmiah

observasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengamatan dan

pencatatan dengan sistematik tentang fenomena-fenomena yang

diselidiki dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Peneliti melakukan pengamatan terhadap pola asuh yang

diterapkan orangtua single parent serta perilaku anak dari orangtua

single parent tersebut dalam keseharian.

2. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data langsung secara

lebih mendalam dan akurat tentang permasalahan yang diteliti.

Dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

kepada tujuh orang single parent yang mempunyai anak usia sekolah,

mulai dari anak usia 5 tahun sampai 21 tahun secara langsung terkait

bagaimana pola mengasuh anak di samping harus mencari nafkah

demi memenuhi kebutuhan hidupnya di Desa Jetis Kecamatan

Selopampang Kabupaten Temanggung. Metode ini peneliti lakukan

dengan bertatap muka secara langsung dengan subjek penelitian,

guna mendapat data yang valid. Selain melakukan wawancara


44

dengan tujuh orangtua single parent tersebut, peneliti juga

mengadakan wawancara dengan anak yang bersangkutan, dan

tetangga sebagai pendukung sumber data utama.

3. Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode yang lain adalah

metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

Metode dokumentasi ini peneliti gunakan sebagai pelengkap

dalam mengumpulkan data. Dalam penerapannya, metode berwujud

arsip dan dokumen tertulis yang peneliti peroleh dari kantor kepala

desa tentang profil desa dan data single parent di Desa Jetis

Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung, serta foto-foto

kegiatan selama proses observasi dan wawancara berlangsung.


45

K. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008:244).

Penelitian ini akan di analisis secara kualitatif untuk mengolah

data dari lapangan:

a. Pengumpulan data

Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang

diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara

mendalam (indepth interview), observasi dan dokumentasi yang

diperoleh dari penelitian.

b. Reduksi data

Dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, abstraksi

merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga dalam penelitian ini.

c. Penyajian data

Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan

sesuai dengan data yang telah di reduksi terlebih dahulu.

d. Kesimpulan

Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran

terhadap apa yang akan diteliti.


46

L. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam hal pengecekan keabsahan data peneliti terdapat beberapa

kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik

pemeriksaannya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya

kreadibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan,

ketekunan, pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan

referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci dan audit

kepastian.

Untuk mengetahui apakan data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan

pengecekan data yang disebut validitas data. Untuk menjamin validitas data

maka dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data ini (Moleong, 2006:330).

Pendapat tersebut mengandung makna bahwa dengan

menggunakan metode trianggulasi dengan mempertinggi validitas

memberi kedalaman hasil penelitian sebagai pelengkap apabila data

yang diperoleh dari sumber data pertama masih ada kekurangan agar

data yang diperoleh ini semakin dapat dipercaya, maka data yang

dibutuhkan tidak hanya dari satu sumber data saja tetapi berasal dari

sumber-sumber lain yang terkait dengan sumber penelitian.


47

M. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian dan penyusunan laporan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Administrasi meliputi beberapa hal di bawah ini:

1) Pengajuan permohonan izin operasional untuk melakukan

penelitian dari IAIN Salatiga kepada Kepala Desa Jetis

Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung.

2) Mengkonfirmasi permohonan izin penelitian dengan menemui

Kepala Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten

Temanggung, untuk mengetahui tindak lanjut dari surat

permohonan izin tersebut.

b. Kegiatan Lapangan meliputi beberapa hal di bawah ini:

1) Melihat kehidupan keseharian orangtua single parent.

2) Melakukan observasi ke lapangan dengan mengamati langsung

dan melakukan wawancara kepada para responden untuk

mengumpulkan data dan menganalisis data.

3) Menyajikan data dengan susunan yang memungkinkan untuk

mempermudah pemaknaan.

4) Melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen

pembimbing untuk mendapatkan perbaikan serta saran-saran

demi kesempurnaan dan ditindak lanjuti hasil bimbingan

tersebut dan disempurnakan.

5) Menyusun laporan akhir penelitian.


BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Paparan Data

1. Profil Desa Jetis

Desa Jetis merupakan salah satu desa pada ketinggin 1.050 meter dari

permukaan laut. Desa Jetis berada di wilayah Kecamatan Selopampang

Kabupaten Temanggung dengan luas wilayah 214,76 Ha serta batas wilayah

sebelah utara Desa Ngaditirto, sebelah timur Desa Salamrejo dan Desa

Bulan, sebelah selatan Desa Tanggulanom dan Desa Gunungsari

(Kabupaten Magelang), sebelah barat perhutani.

Luas Wilayah Desa Jetis 214,76 Ha dengan rincian terlihat pada Tabel

4. 1 berikut:

Tabel 4.1
Penggunaan Tanah

NO PENGGUNAAN LUAS ( Ha )
1 Pemukiman 29,0215
2 Sawah 2,2520
3 Tanah Kering/Tegalan 178,4059
4 Lain – lain 5,0806
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)

48
49

Secara administrasi Desa Jetis terbagi menjadi 4 (empat) Dusun yang

terbagi menjadi 4 (empat) Rukun Warga (RW) dan 11 (sebelas) Rukun

Tangga (RT) sebagaimana Tabel 4. 2 berikut:

Tabel 4. 2
Pembagian Wilayah Administratif

NO NAMA DUSUN NAMA RW JUMLAH RT


1 Dusun Jetis I RW 01 3 RT
2 Dusun Jetis II RW 02 3 RT
3 Dusun Tompak RW 03 2 RT
4 Dusun Kemirikerep RW 04 3 RT
JUMLAH 04 RW T 11
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)

Jumlah penduduk Desa Jetis pada akhir tahun 2016 sebanyak 2.339

jiwa, yang terdiri dari:

a. Penduduk laki-laki sebanyak 1.174 jiwa

b. Penduduk perempuan sebanyak 1.165 jiwa

c. Kepala Keluarga sebanyak 639 KK.

Kondisi sosial masyarakat Desa Jetis ditunjukkan masih rendahnya

kualitas dari sebagian besar SDM masyarakat serta cenderung masih

kuatnya budaya paternalistik. Meskipun demikian pola budaya seperti ini

dapat dikembangkan sebagai kekuatan dalam pembangunan yang bersifat

mobilitas masa. Disamping itu masyarakat Desa Jetis yang cenderung

memiliki sifat ekspresif, agamis dan terbuka dapat dimanfaatkan sebagai

pendorong budaya transparansi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan. Munculnya masalah kemiskinan, ketenagakerjaan dan

perburuhan menyangkut pendapatan, status pemanfaatan lahan pada fasilitas

umum menunjukkan masih adanya kelemahan pemahaman masyarakat


50

terhadap hukum yang ada saat ini. Hal tersebut sebagai akibat dari tidak

meratanya tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat.

Adapun tingkat pendidikan masyarakat Desa Jetis dapat dilihat pada

Tabel 4. 3 berikut:

Tabel 4. 3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH ( JIWA )


1 Belum/tidak Tamat SD 525
2 Tamat SD 1.196
3 Tamat SLTP 489
4 Tamat SLTA 68
5 Tamat D1 – D2 8
6 Tamat S1 8
JUMLAH 2.294
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)

Sedangkan Sarana pendidikan formal cukup memadai dalam rangka

meningkatkan kualitas peserta didik, Pemerintah Desa beserta warga

masyarakat sedang melakukan peningkatan sarana pendidikan berupa

rehabilitasi sarana pendidikan seperti terlihat dalam Tabel 4. 4 berikut:

Tabel 4. 4
Jumlah Sarana Pendidikan

NO SARANA PENDIDIKAN JUMLAH ( BUAH )


1 Taman Kanak – Kanak 1
2 PAUD 1
3 SD 2
JUMLAH 4
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)

Dilihat dari tingkat ketagwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

sarana tempat ibadah, masyarakat Desa Jetis hanya memeluk satu agama

yaitu Islam, seperti terlihat pada Tabel 4. 5 berikut:


51

Tabel 4. 5
Jumlah Penduduk
Menurut Agama/ Kepercayaan Dan Tempat Ibadah

NO AGAMA JUMLAH ( JIWA )


1 Islam 2.294
2 Masjid 4
3 Mushola 3
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)

Disamping itu Pemerintah Desa Jetis berupaya menyediakan sarana

kesehatan agar kesejahteraan masyarakat terjamin. Adapun sarana kesehatan

dan tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada Table 4. 6 berikut:

Tabel 4. 6
Sarana Kesehatan

NO SARANA KESEHATAN JUMLAH (


BUAH )
1 Polides 1
2 Bidan Desa 1
3 Posyandu 4
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)

Tabel 4. 7
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kesejahteraan

NO TINGKAT SEJAHTERA JUMLAH ( KK )


1 Prasejahtera 233
2 Sejahtera 1 405
3 Sejahtera 2 10
4 Sejahtera 3 -
5 Sejahtera 3 Plus -
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)

Organisasi Pemuda, Olah Raga, dan Kesenian juga banyak terdapat di

Desa Jetis. Adapun jenis dan jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 4. 8

berikut:
52

Tabel 4. 8
Organisasi Pemuda, Olah Raga, dan Kesenian

NO NAMA ORGANISASI JUMLAH (Kel / Unit)


1 Karang Taruna 1
2 Remaja Masjid 4
3 Tenis Meja 2
4 Bola Voly 4
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)

Perekonomian Desa Jetis secara umum didominasi pada sektor

pertanian yang sistem pengelolaannya masih sangat tradisional(pengolahan

lahan, pola tanam maupun pemilihan komoditas produk pertaniannya).

Lahan pertanian yang ada di Desa Jetis sebagian besar lahan kering dan

hanya sebagian kecil lahan basah. Cara bertanam masih monoton pada

unggulan tanaman tembakau dan sedikit tanaman jagung, hortikultura,

palawija, serta tanaman tahunan (sengon, kopi dan cengkeh). Disamping itu

warga masyarakat ada yang menekuni sektor peternakan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. 9 berikut:

Tabel 4. 9
Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH ( JIWA )
1 Belum/tidak bekerja 254
2 Petani dan buruh tani 1.580
3 Pegawai Negeri Sipil 3
4 TNI / Polri -
5 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 4
6 Guru Swasta 9
7 Karyawan Swasta 12
8 Pedagang dan wiraswasta 16
9 Buruh harian lepas 39
10 Pelajar dan Mahasiswa 367
11 Kepala Desa 1
12 Perangkat Desa 9
JUMLAH 2.294
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)
53

Lembaga Perekonomian yang terdapat di Desa Jetis dapat dilihat pada

Table 4. 10 berikut:

Tabel 4. 10
Lembaga Perekonomian

NO JENIS JUMLAH
(Kel/Unit)
1 Simpan Pinjam 6
2 Kelompok Tani 12
3 Gapoktan 1
4 Industri Makanan Ringan 2
(Sumber: Dokumen desa Jetis tahun 2016)

Sebagai daerah yang penduduknya sebagian besar petani, Desa Jetis

memiliki berbagai potensi di sektor pertanian yaitu Padi, Jagung,

Tembakau, Kopi, cengkeh dan petani hortikultura. Dari potensi tersebut

masih dalam berbagai keterbatasan, maka perlu perhatian, pemberdayaan

dan peningkatan kesejahteraan para petani. Disamping itu peningkatan

peran serta tanggung jawabnya perlu perhatian khusus agar para petani

dapat menambah ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan serta kerja keras

dalam memperjuangkan kepentingan sendiri dan secara mandiri.

2. Profil Orang tua Single Parent

Peneliti dalam penelitian ini mengambil subjek sebanyak tujuh orang

tua single parent dikarenakan penelitian yang dilakukan difokuskan pada

orang tua single parent yang masih memiliki anak pada usia sekolah dimana

usia anak tersebut dibatasi hingga 21 tahun. Pembatasan usia 21 tahun

didasarkan pada pembatasan pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979

tentang kesejahteraan anak dimana dijelaskan anak adalah seseorang yang


54

belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Lebih lanjut

dikarenakan penentuan subjek dalam penelitian kualitatif, peneliti memilih

orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang

diperlukan dan selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh

dari subjek. Sebelum itu peneliti dapat menetapkan informan lainnya yang

dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Peneliti melakukan

observasi dan wawancara pada tujuh orang tua single parent, tujuh anak dari

orang tua single parent tersebut, dan pihak lain yang dapat memberi

informasi yang peneliti butuhkan. Berikut gambaran umum mengenai objek

penelitian:

a. Bapak Sunarno, berusia 45 tahun seorang ayah single parent

disebabkan oleh kematian istrinya yang menderita penyakit jantung. Ia

mempunyai dua orang anak, yaitu Winda Widya Astuti berusia 17

tahun dan Dadang Juwantoro yang berusia 10 tahun. Pendidikan Bapak

Sunarno sampai tingkat SLTP. Keluarga Bapak Sunarno termasuk

keluarga golongan menengah ke bawah. Bapak Sunarno hanya tinggal

bersama kedua anaknya pada sebuah bangunan rumah yang sederhana,

dindingnya masih batu bata belum ditembok halus. Lantainya juga ala

kadarnya, hanya dilapisi karpet supaya tampak rapih karena masih

lantai kasar belum dikeramik. Bapak Sunarno yang kerap dipanggil Pak

Narno bekerja sebagai seorang kuli bangunan. Ia biasanya berangkat

bekerja pada pukul 08.00 setelah mengantar Dadang ke sekolah yang

masih kelas 4 di SDN 02 Jetis, dan pulang bekerja pada pukul 16.30.
55

Setiap hari ia bekerja selama 8,5 jam, anak pertamanya, Winda sudah

lulus SMP dan tidak melanjutkan ke SMA karena masalah biaya. Meski

waktu bekerja Pak Narno hampir sehari penuh, hal tersebut tidaklah

mengurangi intensitasnya bersosialisasi dengan tetangga. Ia masih bisa

bertemu, dan bercengkrama dengan tetangga maupun masyarakat

sekitar ketika ke masjid saat maghrib dan isya‟, serta mengikuti

pengajian rutin yasin tahlil setiap malam jum‟at di lingkungan RT 07

RW 03 Jetis (Observasi pada tanggal 17, 18 Mei 2017, di lingkungan

rumah narasumber).

b. Bapak Juwari, berusia 42 tahun seorang ayah single parent disebabkan

oleh perceraian karena istrinya berselingkuh. Riwayat pendidikan

Bapak Juwari yaitu tamatan SD. Siti Lailatul Munawaroh, anak

keduanya yang berusia 13 tahun terbilang mempunyai pribadi yang

cukup dewasa pasca kecelakaan yang menimpa kakaknya, Budi Susanto

(20 tahun). Ela menggantikan posisi ibunya dalam merawat kakaknya

yang patah tulang kakinya akibat kecelakaan. Hampir setahun lebih

Budi hanya tinggal di rumah saja karena dalam masa pemulihan,

sehingga Pak Juwari hanya bekerja seorang diri, jika sebelumnya Budi

yang membantu Pak Juwari bekerja. Pak Juwari bekerja sebagai petani,

ia menggarap lahannya sendiri yang tidak begitu luas namun cukup

untuk ditanami sayuran guna kebutuhan sehari-hari, namun kerap juga

ia menggarap lahan orang lain seperti mencangkul, bahkan menanami

untuk kemudian hasilnya dibagi antara ia dan pemilik lahan. Terkadang


56

ia juga bekerja ikut seorang penebas kayu untuk mengangkuti kayu dari

lokasi yang ditebangi untuk diangkut ke truk pengangkut. Pak Juwari

adalah seorang yang tegar dan humoris, karena dalam kondisi hatinya

yang remuk akibat perselingkuhan istrinya ia tetap terlihat ceria, sumeh,

dan tak jarang membuat orang tertawa dalam menjalani hidup

bermasyarakat (Observasi pada tanggal 19, 20 Mei 2017 di lingkungan

rumah narasumber).

c. Ibu Dwi Hartini, berusia 52 tahun seorang ibu single parent disebabkan

oleh kematian suaminya yang menderita penyakit struk. riwayat

pendidikan Ibu Dwi yaitu sarjana. Profesinya seorang guru SD. Ibu Dwi

adalah seorang perempuan yang aktif di masyarakat, hampir semua

warga desa Jetis mengenal ia. Selain ia merupakan seorang guru, ia juga

pengurus dari Muslimat NU kecamatan Selopampang. Ibu Dwi

mempunyai 3 orang anak yang masih sekolah. Anak pertamanya, Dessi

Ria Pratiwi (19 tahun) masih kuliah semester 5 di UMM. Anak kedua

dan ketiganya kembar, yaitu Yoga Tri Pratama (16 tahun) dan Yogi

Catur Nugraheni (19 tahun) masing-masing masih duduk di bangku

SMA kelas XI di SMA N 03 Temanggung. Kehidupan ekonomi Bu

Dwi tergolong cukup, dengan bangunan rumah yang sederhana namun

cukup luas. Lantainya sudah dikeramik, dindingnya sudah tembok halus

dengan bebrapa foto anak-anaknya dan dirinya bersama almarhum

suaminya. Dapurnya cukup rapi dan terdapat sebuah mesin cuci pada

samping pintu kamar mandi. Ia termotivasi untuk menyekolahkan anak-


57

anaknya setinggi mungkin supaya kelak anak-anaknya menjadi orang

yang lebih mapan, menjadi pelayan masyarakat dan berguna bagi

masyarakat (Observasi pada tanggal 21, 22 Mei 2017 di lingkungan

rumah narasumber).

d. Ibu Sunaryati, berusia 29 tahun seorang ibu single parent disebabkan

oleh perceraian karena suaminya berselingkuh. Tingkat pendidikan Ibu

Sunaryati lulusan SLTA. Sudah lama ia menjadi orang tua tunggal bagi

anaknya, Bunga Lailatus Shalihah (8 tahun) yang sekarang duduk di

kelas 4 SDN 01 Jetis. Ibu Sunaryati tergolong keluarga dengan ekonomi

menengah ke atas, selain karena rumah tingkat dua dengan dinding

yang sudah ditembok halus dan lantai berkeramik yang sudah cukup

bagus, keluarga besarnya termasuk keluarga petani terpandang yang

lahannya sangat luas. Selain dikenal baik oleh tetangga sekitar, ia juga

seorang yang ramah, terlihat ketika penulis berkunjung ke rumahnya

untuk melakukan wawancara, ia langsung saja mempersilakan masuk

dan bergegas ke dapur untuk membuatkan minum (Observasi pada

tanggal 23, 24 Mei 2017 di lingkungan rumah narasumber).

e. Ibu Repiyah, berusia 43 tahun seorang ibu single parent disebabkan

oleh kematian suaminya karena struk. Tingkat pendidikan Ibu Repiyah

yaitu lulusan SD. Ibu Repiyah bekerja sebagai pedagang. Sebagai

tulang punggung keluarga ia bekerja keras guna mencukupi kebutuhan

hidup serta membiayai anak bungsunya, Melissa (9 tahun) yang masih

duduk di kelas 3 SD. Melissa dipindahkan sekolah karena ia tidak naik


58

kelas sehingga ia masih duduk di kelas 3 SD (Observasi pada tanggal

25, 26 Mei 2017 di lingkungan rumah narasumber).

f. Ibu Trimunasih, berusia 27 tahun seorang ibu sigle parent disebabkan

oleh perceraian karena suaminya mengabaikan kewajibannya dalam

rumah tangga sehingga terjadi ketidakcocokan dan akhirnya sering

melakukan kekerasan. Tingkat pendidikan Ibu Trimunasih yaitu lulusan

SLTP. Ia seorang ibu single parent yang tergolong masih muda yang

merawat anaknya, Sintya Puspitasari (5 tahun) seorang diri sejak lahir.

Setelah bercerai dengan suaminya dan anaknya menginjak usia 3 bulan,

ia memilih tinggal bersama kedua orang tuanya supaya ada yang

membantu mengasuh anaknya ketika ia bekerja. Ia bekerja sebagai

asisten rumah tangga di kota Semarang, kadangkala ia pulang setiap 3

bulan sekali untuk menjenguk anaknya, namun sekarang ia sudah tidak

bekerja dan memilih untuk fokus merawat anaknya yang masih duduk

di bangku TK. Untuk membiayai anaknya, Bu Tri hanya mengandalkan

hasil panenan dari ladang bapak ibunya (Observasi pada tanggal 27, 28

Mei 2017 di lingkungan rumah narasumber).

g. Ibu Seti Yani, berusia 32 tahun seorang ibu single parent disebabkan

oleh perceraian karena suaminya selingkuh dan sering melakukan

kekerasan fisik. Riwayat pendidikan Ibu Seti Yani yaitu lulusan SD. Ia

harus ekstra sabar mengasuh anak laki-lakinya seorang diri, Andika

Sajana (8 tahun) yang sangat hiperaktif. Setelah berpisah dengan

suaminya, Bu Yani tinggal di rumah bapaknya yang sederhana, ia hanya


59

memfokuskan diri untuk merawat anak satu-satunya dan merawat

ayahnya yang sudah lanjut usia sembari mengurus ladang untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ladang yang digarap Bu Yani

tidaklah luas, namun cukup untuk ditanami beberapa macam sayuran

dan hasil perkebunan lainnya untuk kemudian dijual ke pasar dan

uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup dan membiayai

anaknya. Biasanya jika musim menanam, Bu Yani memburuhkan

seseorang untuk mencangkuli ladangnya karena ia tidak bisa

mencangkul, lalu setelah ladang siap tanam, ia akan menanaminya

sendiri (Observasi pada tanggal 29, 30 Mei 2017 di lingkungan rumah

narasumber).

B. Analisis Data

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Jetis Kecamatan Selopampang

Kabupaten Temanggung dapat dikemukakan analisis data sebagai berikut:

1. Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Orang tua Single Parent

Hasil observasi dan wawancara di Desa Jetis Kecamatan Selopampang

Kabupaten Temanggung ditemukan dua faktor penyebab seseorang menjadi

orang tua single parent, adalah sebagai berikut:

a. Perceraian

Perceraian merupakan perpisahan antara dua orang yang bersatu

dalam ikatan pernikahan karena suatu hal. Faktor penyebab terjadinya

perceraian antara lain, perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga,


60

ketidakcocokan antara suami dengan isrti sehingga muncul suatu

konflik yang tidak terpecahkan sehingga jalan satu-satunya adalah

berpisah. Seperti halnya yang dialami oleh Pak Juwari, ia memilih

untuk bercerai dengan istrinya setelah mengetahui istrinya berselingkuh

dengan tetangga dekatnya selama Pak Juwari bekerja di luar kota.

Perselingkuhan terjadi disebabkan oleh tetangganya yang ditinggal

bekerja ke luar negeri sebagai TKW oleh istrinya dan istri Pak Juwari

juga sedang ditinggal bekerja ke luar kota sehingga mereka menjalin

hubungan karena sama-sama merasa kesepian.

Kasus perceraian akibat perselingkuhan juga dialami oleh Ibu

Sunaryati dan Ibu Seti Yani yang memilih untuk bercerai dan hidup

sebagai orang tua tunggal dalam mengasuh anaknya. Selain

berselingkuh, suami Ibu Seti Yani juga sering melakukan kekerasan

dalam rumah tangga. Hal serupa juga dialami oleh Ibu Trimunasih yang

kerap ditampar oleh suaminya ketika marah-marah, bukan hanya

bertempramen tinggi suaminya juga sering mengabaikan kewajibannya

dalam rumah tangga sehingga terjadi ketidakcocokan dan akhirnya

sering melakukan kekerasan.

Beberapa kasus di atas menjadi alasan bagi mereka untuk

berpisah, karena bukan hanya sakit hati dikhianati oleh pasangan

melainkan juga sakit di badan akibat kekerasan yang dilakukan oleh

pasangaan. Yang menjadi alasan pokok terjadinya perceraian adalah

harapan-harapan berlebihan yang diharapkan dari masing-masing pihak


61

sebelum memasuki jenjang perkawinan. Harapan-harapan tersebut

dapat berupa status sosial di masa depan, hubungan yang bersifat

seksual, popularitas, jaminan kesehatan, jaminan pekerjaan, peranan

yang tepat sebagai suami istri.

Sementara itu, pada peraturan pemerintah Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan dijelaskan mengenai beberapa

penyebab perceraian, diantaranya adalah: salah satu pihak berbuat zina

atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang

sukar disembuhkan, salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2

(dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang

sah atau karena hal lain di luar kemampuannya, salah satu pihak

mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih

berat setelah perkawinan berlangsung, salah satu pihak melakukan

kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain,

salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau istri, antara

suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengakaran

yang tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

George dalam Ihromi (1999:153) dengan mengambil sampel 600

pasangan suami istri yang mengajukan perceraian dimana mereka ini

paling sedikit mampunyai satu orang anak di bawah usia 14 tahun

menyusun 12 kategori keluhan penyebab pasangan suami istri bercerai,


62

diantaranya: karena pasangan sering mengabaikan kewajiban terhadap

rumah tangga dan anak, masalah keuangan, adanya penyiksaan fisik

terhadap pasangan, pasangan sering berteriak dan mengeluarkan kata-

kata kasar serta menyakitkan, tidak setia (berselingkuh),

ketidakcocokan dalam masalah hubungan seksual, sering mabuk,

adanya keterlibatan dan tekanan sosial dari pihak kerabat pasangan,

sering muncul kecurigaan, kecemburuan dan ketidakpercayaan dari

pasangan serta adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan

b. Kematian

Kematian dari salah satu pasangan akan mengakibatkan duka

pada pasangan yang ditinggalkan, terlebih bagi pasangan yang sudah

mempunyai anak, ia akan menyandang status single parent. Status

single parent karena kematian yang dialami oleh pasangan terjadi pada

Pak Sunarno, Ibu Dwi Hartini, dan Ibu Repiyah. Pengaruh rumah

tangga yang pecah karena sebab kematian pada salah satu dari orang tua

baik ibu maupun ayah dan anak menyadari bahwa orang tua mereka

tidak akan pernah kembali lagi akan membuat anak bersedih hati dan

mengalihkan kasih sayang mereka pada orang tua yang masih ada.

Mereka akan tenggelam dalam kesedihan dan masalah praktis akan

timbul pada rumah tangga yang tidak lengkap lagi.

Dua tahun sudah istri Pak Sunarno meninggal akibat penyakit

jantung. Berbagai perawatan sudah dijalani, namun kehendak Allah

lebih besar dari kehendak manusia. Kematian karena sakit juga dialami
63

oleh suami Ibu Dwi Hartini dan Ibu Repiyah. Suami Ibu Dwi Hartini

meninggal sudah hampir tujuh tahun yang lalu, tepatnya sejak

september 2010 akibat penyakit struk. Suami Ibu Repiyah juga

meninggal akibat penyakit struk sekitar lima tahun yang lalu.

Hurlock (1978:216) menyatakan pada awal masa hidup anak

kehilangan ibu jauh lebih merusak daripada kehilangan ayah.

Alasannya ialah bahwa pengasuhan anak kecil dalam hal ini harus

dialihkan ke sanak saudara atau pembatu rumah tangga yang

menggunakan cara mendidik anak yang mungkin berbeda dari yang

digunakan ibu mereka, jarang dapat memberi anak perhatian dan kasih

sayang yang sebelumnya ia peroleh dari ibunya.

Perkembangan kepribadian anak dalam tahap kanak-kanak ketika

ibunya meninggal merasa sangat terpukul, karena sesuai dengan

pendapat Hurlock di atas bahwa anak masih sangat butuh sosok ibu

dalam pengasuhannya.

2. Pola Asuh Orang tua Single Parent dalam Perkembangan Kepribadian

Anak

Pada halaman ini merupakan bagian dari analisis saya terhadap data di

lapangan, analisis saya merujuk pada teori-teori yang saya pelajari, sejauh

yang bisa dilakukan oleh saya dalam melihat data bisa terjadi berbeda

dengan hasil analisis orang lain. Jenis-jenis pola asuh yang diterapkan oleh
64

orang tua single parent di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten

Temanggung adalah sebagai berikut:

e. Pola asuh otoriter (authoritarian)

Pola asuh otoriter merupakan pola pengasuhan orang tua yang

menekan kepada anak untuk selalu mengikuti aturan yang orang tua

terapkan. Apabila anak tidak menuruti apa yang orang tua inginkan,

maka orang tua tidak segan untuk berbuat kekerasan atau menghukum

anak.

Hal ini senada dengan pernyataan Dariyo (2011:207) yang

menyebutkan bahwa pola asuh otoriter adalah sentral artinya segala

ucapan, perkataan, maupun kehendak orang tua dijadikan patokan

(aturan) yang harus ditaati oleh anak-anaknya. Supaya taat, orang tua

tidak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak.

Cara pengasuhan dan faktor penyebab orang tua single parent

menerapkan pola asuh otoriter, yaitu:

1) Penanaman kedisiplinan

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent yang

peneliti analisis terdapat macam-macam cara pengasuhan dalam

menanamkan kedisiplinan terhadap anak, di antaranya meliputi

waktu bemain, belajar, serta berperilaku. Seperti yang dilakukan oleh

Ibu Sunaryati (29 tahun) kepada anaknya Bunga (8 tahun). Dalam

menanamkan kesiplinan terhadap anaknya tersebut, setelah pulang

sekolah Bunga harus mandi, makan, kemudian baru diberi waktu


65

bermain sekitar 2 jam, lalu tidur siang, dan setelah tidur siang

menjelang sore mengaji di TPQ. Setelah pulang mengaji ibunya

memberinya waktu 2 jam untuk belajar atau mengerjakan PR dengan

didampinginya, atau terkadang belajar pada malam hari sebelum

tidur. Berikut penuturan dari Ibu Sunaryati:

“nggih tak terapke, misal mangsane sekolah nggih sekolah


wangsul jam 12 niko terus pakpung, bar niku maem njo dolan
sekitar 2 jam, nek mpun dolan tak ken wangsul bobok siang
mboten pareng nek dolan terus mesti tak ken wangsul, rodo
sore niko ngaji teng TPQ, bar niku tak paringi wektu 2 jam
damel sinau garap PR, tak sinaoni kaleh kulo nopo nek mboten
nek dalu sakderenge bobok (iya, saya terapkan, semisal waktu
sekolah ya sekolah, pulang sekolah jam 12 kemudian mandi,
makan, terus main sekitar 2 jam. Jika sudah pulang bermain
saya suruh untuk tidur siang, tidak saya bolehkan jika ingin
bermain terus pasti saya suruh pulang. Agak sore waktunya
mengaji di TPQ, setelah pulang mengaji waktunya belajar atau
mengerjakan PR selama 2 jam, nanti saya dampingi ketika
belajar, terkadang belajarnya ya malam sebelum tidur)”.
(Wawancara pada tanggal 16 Juli 2017, pukul 09.50-10.27 di
rumah narasumber)

Selain Ibu Sunaryati, pola asuh serupa juga diterapkan oleh Bu

Trimunasih. Ia selalu memberlakukan peraturan yang harus anak

jalankan meskipun anaknya, Sintya Puspitasari masih berusia 5

tahun. Ketika Sintya bermain di luar, maka ibunya akan segera

mencarinya untuk disuruh pulang. Apalagi ketika anak bermain

seharian di luar, tak segan-segan ia akan berlaku kasar. Berikut

penuturan dari Ibu Trimunasih:

“nek wangsul sekolah niko to, paling main sebentar, nggih setiap
hari belajar walaupun libur, nek dolan kesuen tak seneni, kan
dipadosi main ting pundi terus tak kasih tau to, nggih tak
tangleti bocahe wau dolanan nopo teng pundi, nggih nek mpun
66

mboten saget dikandani alus nggih kadang tak jewer (setiap


setelah pulang sekolah, main sebentar, iya setiap hari belajar
walaupun sekolah libur. Jika bermain terlalu lama saya marahi,
pertama saya cari main di mana lalu saya nasehati, saya tanya
tadi main apa di mana, kalau sudah tidak bisa dinasehati secara
halus, maka saya jewer)”. (Wawancara pada tanggal 16 Juli
2017, pukul 11.15-12.00 di rumah narasumber)

Tidak berbeda jauh dari Bu Trimunasih, tindakan kasar

terhadap anak juga kerap dilakukan oleh Bu Seti Yani apabila

anaknya, Andika Sajana (8 tahun) bermain seharian di luar rumah.

Berikut penuturan dari Bu Seti Yani:

“tak seneni kon bali, terus tak kandani lha tapi dasare bocah yo
tetep wae dilakoni meneh yo nek ora nganut tak jiwit tapi ora
sero (saya marahi saya suruh pulang, kemudian saya nasehati,
tapi yang namanya anak-anak ya masih saja diulangi, kalau
tidak mengikuti perintah saya cubit, tapi tidak keras)”.
(Wawancara pada tanggal 16 Juli 2017, pukul 12.10-1.55 di
rumah narasumber)
Pak Sunarno yang bekerja hampir seharian di luar tentunya

tidak dapat memantau kegiatan anaknya secara penuh, ia hanya bisa

memasrahkannya anak bungsunya, Dadang (10 tahun) pada anak

sulungnya, Winda (17 tahun) dalam masalah belajar. Berikut

penuturan yang disampaikan oleh Pak Sunarno:

”Ya, tak kei wektu kanggo dolan, tapi Winda tak kon nang omah
wae njogo umah. Nek wektu belajar, nek Dadang entuk PR sek
ora biso digarap dewe terus diwarai Winda paling tak tekoni
bocahe nek pas bali sekolah kerepe tak kon do nang omah (ya
saya beri waktu untuk bermain, tapi Winda saya suruh di
rumah saja, menjaga rumah. Untuk waktu belajar, kalau
Dadang dapat PR yang tidak bisa dikerjakan sendiri maka
diajari Winda. Paling saya tanyakan setelah pulang, saya
anjurkan untuk tetap dirumah saja)”. (Wawancara pada tanggal
17 Juli 2017, pukul 17.20-18.00 di rumah narasumber)
67

Pak Sunarno lebih menganjurkan supaya anak-anaknya tetap di

rumah saja selama ia bekerja, terutama untuk Winda anak suungnya

dengan alasan supaya mengerjakan pekerjaan rumah dan rumah ada

yang menjaga. Penanaman kedisiplinan yang dilakukan oleh Pak

Sunarno, Ibu Sunaryati, Ibu Trimunasih dan Ibu Seti Yani

menggunakan pola asuh otoriter (authoritarian).

Pola asuh otoriter dapat ditandai dengan sikap orang tua yang

terlalu menekankan anak supaya patuh selalu mengikuti perintah dan

keinginan dari orang tua. Mereka cenderung menekan anak mereka

dalam menanamkan kedisipinan untuk selalu mengikuti perintah dari

orang tua, sehingga tak jarang Ibu Trimunasih dan Ibu Seti Yani

menggunakan kekerasan seperti mencubit dan menjewer anak untuk

membuat mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama secara

terus menerus.

Sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Ilahi (2013:135)

menjelaskan bahwa pola asuh orang tua yang otoriter ditandai bahwa

hubungan orang tua sering menghukum apabila anak tidak menuruti

perintah orang tua. Sikap dan kebijaksanaan orang tua cenderung

tidak persuasif, bahkan sering menggunakan kekuasaannya untuk

menekan anak dengan cara-cara orang tua.

2) Faktor penyebab pola asuh otoriter

Faktor penyebab pola asuh otoriter oleh orang tua single

parent di antaranya berkaitan dengan pola pengasuhan yang didapat


68

oleh orang tua sebelumnya, lingkungan sosial dan fisik tempat di

mana keluarga itu tinggal, tingkat pendidikan yang rendah, dan

status single parent akibat perceraian dengan kasus perselingkuhan

serta kekerasan yang dilakukan oleh pasangan sebelum bercerai.

Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan teori Manurung

(1995:53) beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pola

pengasuhan orang tua adalah: Latar belakang pola pengasuhan orang

tua. Maksudnya para orang tua belajar dari metode pola pengasuhan

yang pernah didapat dari orang tua mereka sendiri. Tingkat

pendidikan orang tua Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan

tinggi berbeda pola pengasuhannya dengan orang tua yang hanya

memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

f. Pola asuh permisif (permissive)

Pola asuh permisif berkebalikan dengan pola asuh otoriter. Pola

asuh permisif lebih memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan

sesuatu yang anak sukai tanpa adanya suatu paksaan atau tuntutan dari

orang tua.

Cara pengasuhan dan faktor penyebab orang tua single parent

menerapkan pola asuh otoriter, yaitu:

1) Penanaman kedisiplinan

Berbeda dengan Ibu Sunaryati, Ibu Trimunasih, dan Ibu Seti

Yani yang cenderung menerapkan peraturan dalam menanamkan

kedisiplinan dengan sedikit menekan anak-anak mereka, Ibu


69

Repiyah justru membiarkan anaknya, Melissa (9 tahun) untuk

melakukan apa saja selama perilaku Melissa tidak menyimpang. Bu

Repiyah menganggap Melissa sudah tahu mana yang boleh

dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, sehingga ia

cenderung membiarkannya ketika bermain diluar rumah. Berikut

penuturan Ibu Repiyah:

“tak bebaske mawon paling nek bar sekolah, jam 2 muleh, jam 4
ngaji. Ora tau tak hukum, wong sok wes ngerti dewe kok ya
ora perlu tak cek bocahe wes ngerti sing apik utowo sing elek.
(saya beri kebebasan, setelah pulang sekolah, pulang sekolah
pukul 2 kemudian pukul 4 mengaji. Saya tidak pernah
menghukum, anak sudah tau sendiri harus bagaimana, jadi
tidak perlu saya cek dia sudah tahu mana yang baik mana yang
buruk)”. (Wawancara pada tanggal 16 Juli 2017, pukul 10.30-
11.05 di rumah narasumber)

Anak tidak diberi hukuman ketika melanggar peraturan, sebab

orang tua dengan pola asuh permisif menganggap anak mampu

berpikir sendiri dan ia sendirilah yang merasakan akibatnya.

Hal tersebut senada dengan pola asuh permisif yang dijelaskan

oleh Ilahi (2013: 138) biasanya memberikan kebebasan penuh

kepada anak dalam berperilaku sesuai dengan apa yang

diinginkannya. Akibatnya, anak tumbuh menjadi seseorang yang

berperilaku agresif dan antisosial karena sejak awal ia sudah diberi

kebebasan dalam melaksanakan peraturan sosial. Selain itu,

ketidakacuhan orang tua mengembangkan emosi yang tidak stabil

pada anak. Anak akan bersifat mementingkan diri sendiri dan kurang

menghargai orang lain.


70

2) Faktor penyebab pola asuh permisif

Faktor penyebab pola asuh permisif oleh orang tua single

parent di antaranya terjadi pada orang tua single parent dengan

tingkat pendidikan yang rendah, status ekonomi, dan orang tua yang

terlalu sibuk dengan pekerjaannya terkadang kurang memperhatikan

keadaan anaknya.

Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan teori Manurung

(1995:53) beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pola

pengasuhan orang tua adalah: Tingkat pendidikan orang tua Orang

tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi berbeda pola

pengasuhannya dengan orang tua yang hanya memiliki tingkat

pendidikan yang rendah. Status ekonomi serta pekerjaan orang tua.

Orang tua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaannya

terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya.

g. Pola asuh demokratis (authoritative)

Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk

mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan

tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang

tua. Dalam pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang tua dengan

anak. Mereka membuat aturan-aturan yang telah disetujui bersama. Anak

diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan

keinginannya. Jadi dalam pola asuh ini terdapat komunikasi yang baik

antara orang tua dengan anak.


71

Cara pengasuhan dan faktor penyebab orang tua single parent

menerapkan pola asuh otoriter, yaitu:

1) Penanaman kedisiplinan

Apabila Bu Sunaryati, Bu Trimunasih, dan Bu Seti Yani lebih

ketat terhadap anak-anak mereka dalam menanamkan kedisiplinan,

sedangkan Bu Repiyah cenderung memberi kebebasan, maka Bu

Dwi Hartini lebih kepada tengah-tengahnya. Ia memberi peraturan

kepada ketiga anaknya yaitu, Dessi Ria Pratiwi (19 tahun), Yoga Tri

Pratama (15 tahun), dan Yogi Catur Nugraheni (15 tahun) namun

juga memberi kebebasan. Dalam wawancara yang peneliti lakukan

hanya mewawancarai Bu Dwi dan Dessi, anak pertamanya,

dikarenakan kedua anaknya yang kembar yaitu Yoga dan Yogi

tinggal di pesantren dekat dengan sekolahannya di kota kabupaten.

Berikut penuturan dari Bu Dwi:

“nggih nek waktune bermain nggih main, waktune shalat nggih


sholat ngoten mboten tau tak hukum, paling tak kandani nek
dolan ampun dugi larut wengi ngoten niku nggih tak terapke,
nek belajar sekolah misal mboten gadah PR nggih bar isya‟
niku tak ken sinau. Nek tangi mggih jarang krinan bocah niku,
mesti tiap subuh wes tangi wong njo shalat subuh to. Nek ting
jawi medal niku nggih sok tak takoni, misal teng pundi, ajeng
nopo, wangsul jam pinten, paling tak sms niku to tak kandani
mbak, ben nek salah mboten terus-terusan tak kandani, paling
ngko nek wangsul ampun wengi-wengi ngoten nek enten
kegiatan, tapi ora tau dolan nek mboten nten kegiatan, anakku
mesti pamit nek ajeng keluar (kalau waktunya bermain ya
bermain, waktu shalat ya shalat seperti itu. Tidak pernah saya
hukum, hanya saya nasehati kalau keluar pulangnya jangan
sampai larut malam. Saya terapkan, untuk belajar pelajaran
sekolah misal tidak ada PR ya setiap setelah shalat isya‟ saya
suruh belajar. Kalau bangun pagi anak saya jarang terlambat
bangun, setiap subuh pasti sudah bangun untuk shalat subuh.
72

Jika anak di luar saya tanya sedang di mana, mau ada


keperluan apa, pulang jam berapa, saya hubungi melalui sms,
saya nasehati mbak, supaya kalau salah tidak diulangi, kalau
pulang jangan malam-malam jika memang ada kegiatan, tapi
anak-anak tidak pernah main keluar kalau tidak ada kegiatan,
biasanya juga izin setiap mau keluar rumah)”. (Wawancara
pada tanggal 16 Juli 2017, pukul 08.55-09.40 di rumah
narasumber)

Bu Dwi memberi waktu bermain, belajar, dan berperilaku di

luar rumah kepada anaknya dengan sedikit kebebasan namun juga

disertai pengontrolan terhadap kegiatan anak, pola asuh yang

responsif dan memberikan perhatian penuh tanpa mengekang

kebebasannya. Orang tua melakukan pengawasan dan tuntutan,

tetapi juga hangat, rasional, dan mau berkomunikasi.

Sama halnya dengan pola asuh ibu single parent, pola asuh

yang diterapkan oleh ayah single parent pun demikian dalam

menanamkan kedisiplinan anak, namun tidak sedetail yang

dilakukan oleh ibu single parent. Berikut penuturan Pak Juwari

sebagai seorang ayah single parent dalam menanamkan kedisiplinan

terhadap anak:

“waktune dolan yo dolan, sinau yo sinau bocahe mesti sinau


saben dino, bocahe wes ngerti dewe mangsane sinau yo sinau
garap PR. yo nek bocahe wes bali dolan tak takoni seko ngendi
(waktunya bermain ya bermain, waktunya belajar ya belajar
anak saya belajar setiap hari, anaknya sudah mengerti sendiri
kapan waktunya belajar dan mengerjakan PR, kalau anaknya
sudah pulang dari bermain saya tanya dari mana)”.
(Wawancara pada tanggal 17 Juli 2017, pukul 15.00-16.00 di
rumah narasumber)

Ketika waktu bermain dan belajar ia memberi kebebasan

waktu kapan anak akan melaksanakannya, ia percaya bahwa


73

anaknya, Siti Lailatul Munawaroh (13 tahun) sudah bisa

memanfaatkan waktu yang ia miliki setelah pulang sekolah. Apabila

anak bermain di luar ia baru akan menanyakannya ketika anak sudah

pulang.

Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua single parent di atas

dalam menanamkan kedisiplinan terhadap anak yang meliputi waktu

bermain, belajar, dan berperilaku di luar rumah lebih mengacu pada

pengasuhan yang beragam. Empat orang menerapkan pola asuh

otoriter, dimana mereka terlalu menekan anak untuk patuh dan dapat

mengikuti semua keinginan orang tua. Mereka menentukan apa saja

yang harus anak lakukan karena anak yang mereka asuh masih

berusia antara 5-8 tahun, sehingga mereka menganggap bahwa anak

harus didikte dalam melakukan suatu hal. Satu orang menerapkan

pola asuh permisif, yang memberi kebebasan penuh kepada anak

sesuai dengan yang anak inginkan karena menganggap anak mampu

berpikir sendiri, dan dua orang menerapkan pola asuh demokratis,

yang responsif dan memberi perhatian penuh tanpa mengekang

kebebasannya.

Peryataan tersebut sesuai dengan pendapat dari Hetherington

dan Parke yang dikutip oleh Ilahi (2013:134-135) pola asuh orang

tua diartikan sebagai suatu interaksi antara orang tua dengan dua

dimensi perilaku orang tua. Dimensi pertama adalah hubungan

emosional antara orang tua dengan anak. Lingkungan pola asuh


74

demokratis orang tua yang sehat bagi psikis individu ditentukan pula

oleh faktor kasih sayang, emosional, perasaan aman, dan kehangatan

yang diperoleh anak melalui pemberian perhatian, pengertian dan

kasih sayang orang tuanya. Dimensi kedua adalah cara-cara orang

tua mengontrol perilaku anaknya. Kontrol yang dimaksud di sini

adalah disiplin. Disiplin mencakup tiga hal, yaitu peraturan,

hukuman, dan hadiah. Tujuan dari disiplin adalah memberitahuakan

kepaa anak mana yang baik dan mana yang buruk dan

mendorongnya untuk beraku sesuai dengan standar yang ada.

2) Faktor penyebab pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis terjadi pada orang tua single parent yang

berpendidikan tinggi, ideologi yang berkembang dalam diri orang

tua, orientasi religius, dan bakat serta kemampuan orang tua.

Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak

dengan menggunakan teknik dan metode yang menitikberatkan pada

kasih sayang dan ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua.

Pola asuh tidak akan terlepas dari adanya sebuah keluarga.

3. Dampak dari Pola Asuh yang Diterapkan oleh Orang tua Single Parent

dalam Perkembangan Kepribadian Anak

Analisis penulis terhadap data di lapangan merujuk pada teori-teori

yang dipelajari setiap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua akan

memiliki dampak berbeda pada setiap anak, termasuk sikap anak terhadap
75

lingkungan sosialnya, sikap anak terhadap orang tua dan sikap anak pada

dirinya sendiri seperti perkembangan kepribadiannya. Dengan sikap orang

tua yang terlalu otoriter dan keras, anak menjadi takut untuk melakukan

sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak orang tua, karena takut jika yang

dikerjakannya salah dan tidak diterima oleh orang tua. Sikap orang tua yang

permisif juga akan menjadikan anak berlaku semaunya sendiri karena tidak

ada larangan atau pengontrolan dari orang tua dalam setiap perbuatan yang

anak lakukan. Sedangkan sikap orang tua yang demokratis akan membentuk

anak menjadi pribadi yang seimbang, karena dalam pola asuh demokratis

anak diberi kebebasan tetapi dalam aturan yang mempunyai acuan. Pola

asuh demokratis mendorong perkembangan jiwa anak mempunyai

penyesuaian sosial yang baik, kompeten, dan mempunyai kontrol.

Orang tua merupakan media sosialisasi pokok dalam pembentukan

kepribadian anak, karena interaksi anak dengan orang tua mempunyai

tingkat tertinggi dalam kehidupan anak. Menurut Mussen (2005:54)

kepribadian anak dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu sebagai

berikut:

a. Kepribadian Introvert

Pola asuh orang tua yang terlalu menekan anaknya untuk patuh

kepada semua perintah dan keinginan orang tua, kontrol yang sangat

ketat terhadapa tingkah laku anak akan menbuat anak menjadi takut dan

kurang percaya diri dalam melakukan suatu hal karena dipandang akan

salah jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua. Pribadi kurang
76

percaya diri, pemalu, menarik diri dari lingkungan sosial, dan penakut

tersebut yang akan membentuk anak menjadi seseorang yang introvert.

Seperti halnya pola asuh otoriter yang diterapkan oleh Pak

Sunarno berdampak pada kepribadian Winda dan Dadang. Perlakuan

terlalu ketat yang menganjurkan anak-anaknya untuk tetap berada di

rumah selama ia bekerja telah menjadikan Winda dan Dadang menjadi

pribadi yang kurang percaya diri dan pemalu dalam berinteraksi sosial.

Bahkan jika ada keluarga lain yang terkena musibah mereka juga

kurang tanggap. Berikut penuturan dari Pak Sunarno:

“pergaulane rodo kurang do isinan kabeh wong neng ngomah wae,


nek masalah gawean umah yo nek Winda wes ngerti misal
ngumbai, asah-asah, masak, nyapu, gawean umah ki Winda wes
paham, tapi nek pergaulane nang njobo kurang, nek ono keluarga
se alangan yo kurang tanggap (pergaulannya kurang dan tertutup,
pemalu semua karena sering di rumah saja. Masalah pekerjaan
rumah sudah mengerti misal mencuci baju, mencuci piring,
memasak, menyapu, biasanya Winda yang mengerjakan, tapi
pergaulannya di luar kurang, misal ada keluarga yang terkena
musibah juga kurang tanggap)”. (Wawancara pada tanggal 17 Juli
2017 pukul 17.20-18.00 di rumah narasumber)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Winda untuk

memperkuat dan membenarkan dari yang Pak Sunarno sampaikan.

Berikut penuturan Winda:

“ndak pernah main keluar, tok neng umah wae kadang nonton tv,
resik-resik omah, ngumbai, asah-asah, masak, nyapu, karo
ngancani Dadang nggarap tugas (tidak pernah main keluar,
hanya di rumah saja melakukan pekerjaan ruah seperti mencuci
baju, mencuci piring, masak, menyapu dan terkadang nonton Tv,
jika Dadang sudah pulang sekolah maka menemani Dadang
mengerjakan tugas)”.(Wawancara pada tanggal 17 Juli 2017
pukul 17.20-18.00 di rumah narasumber)
77

Pribadi yang kurang percaya diri dan pemalu dalam berinteraksi

sosial membuat anak menjadi berkepribadian introvert diperkuat

dengan pendapat Mussen (2005:54) yang mengatakan kecenderungan

seorang anak yang menarik diri dari lingkungan sosialnya. Sikap dan

keputusan yang ia ambil untuk melakukan sesuatu biasanya didasarkan

pada perasaan, pemikiran, dan pengalamnnya sendiri. Kepribadian

introvert biasanya pendiam dan suka menyendiri, merasa tidak butuh

orang lain karena bisa melakukannya sendiri.

b. Kepribadian Ekstrovert

Pola asuh demokratis orang tua yang melakukan pengawasan dan

tuntutan tetapi juga hangat, rasional, dan mau berkomunikasi dalam

pengasuhan terhadap anak, sehingga anak diberi kebebasan tapi dalam

aturan yang mempunyai acuan akan membentuk anak menjadi percaya

diri, mendorong perkembangan jiwa anak, mempunyai penyesuaian

sosial yang baik, kompeten dan mempunyai kontrol.

Hal tersebut akan membentuk sebuah kepribadian ekstrovert,

yang mana kepribadian ekstrovert menurut Mussen (2005:54)

merupakan kecenderungan seorang anak untuk mengarahkan

perhatiannya keluar dirinya sehingga segala sikap dan keputusan-

keputusan yang diambilnya adalah berdasarkan pada pengalaman orang

lain. Mereka cenderung ramah, terbuka, aktif, dan suka bergaul. Anak

dengan kecenderungan kepribadian yang ekstrovert biasanya memiliki


78

banyak teman dan disukai banyak orang karena sikapnya yang ramah

dan terbuka.

Peneliti mendapatkan hasil bahwa pola asuh orang tua yang

demokratis akan membentuk anak menjadi pribadi yang ekstrovert. Hal

ini didukung oleh perlakuan orang tua single parent terhadap anak,

yang mana ia menerapkan kebebasan, keterbukaan namun juga

pengawasan, adanya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua

sehingga anak mengerti. Berikut penuturan Ibu Dwi Hartini:

“Dessi ki bocahe ora seneng mung terimo neng umah, soale aktif
organisasi, neng umah nderek IPNU, ting sekolahan riyen nggih
nderek OSIS. Nek kegiatane positif tak entuke wae, malah aku
seneng karo tak arahke ben ora nang umah wae ben jiwa sosiale
tinggi nek ngerti kahanan njobo (Dessi itu anaknya tidak suka
hanya berdiam diri di rumah, dia senang berorganisasi baik di
rumah maupun di sekolah seperti IPNU atau OSIS ketika dulu
masih sekolah. Selama kegiatannya positif saya perbolehkan,
malah saya dukung dia supaya aktif sekaligus saya arahkan,
supaya jiwa sosialnya tinggi jika dia tahu keadaan luar)”.
(Wawancara pada tanggal 16 Juli 2017 pukul 08.55-09.40 di
rumah narasumber)

Awalnya, ekstrovert dan introvert adalah sebuah reaksi seorang

anak terhadap sesuatu. Namun, jika reaksi demikian ditunjukkan terus

menerus, maka dapat menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan

tersebuat akan menjadi bagian tipe kepribadiannya. Kepribadian anak

dilihat dari keajegan tingkah laku anak ditandai dengan perubahan-

perubahan dalam setiap perkembangannya (Mussen, 2005:66).

Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak

dengan menggunakan teknik dan metode yang menitikberatkan pada

kasih sayang dan ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua. Pola
79

asuh tidak akan terlepas dari adanya sebuah keluarga. Anak tumbuh dan

berkembang memerlukan dua figur, yaitu figur ayah dan ibu. Ayah

memberikan pengalaman mengenai logika, tantangan, keberanian, dan

pengambilan keputusan. Semua ini akan merangsang otak kiri anak.

Sedangkan ibu akan merangsang otak kanan anak dengan memberikan

kelembutan, kasih sayang, insting, imajinasi, dan tanggung jawab.

Kepribadian tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia,

terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di

lingkungan keluarga, diasuh oleh orang tua, dan bergaul dengan

anggota keluarga lainnya. Karena itu, dapat dipahami cukup besar

pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua dalam membentuk

pribadi seorang anak.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Faktor penyebab seseorang menjadi orang tua single parent yaitu

perceraian dan kematian. Terjadinya perceraian diakibatkan oleh

perselingkuhan serta kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang

dilakukan pada pasangan sehingga pasangan sakit hati karena

dikhianati juga sakit fisik akibat kekerasan dan akhirnya memilih

untuk bercerai. Faktor lain seseorang menjadi single parent yaitu

kematian pada pasangan karena menderita penyakit yang tidak

mudah disembuhkan sehingga mengakibatkan pada kematian.

2. Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua single parent dalam

perkembangan kepribadian anak di Desa Jetis Kecamatan

Selopampang Kabupaten Temanggung yaitu: 1) Pola asuh otoriter

terjadi pada orang tua single parent dengan pola pengasuhan yang

didapat oleh orang tua sebelumnya, lingkungan sosial dan fisik

tempat di mana keluarga itu tinggal, tingkat pendidikan yang rendah,

dan status single parent akibat perceraian dengan kasus

perselingkuhan serta kekerasan yang dilakukan oleh pasangan

sebelum bercerai. 2) Pola asuh permisif terjadi pada orang tua single

80
81

parent dengan tingkat pendidikan yang rendah, status ekonomi, dan

orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya terkadang kurang

memperhatikan keadaan anaknya. 3) Pola asuh demokratis terjadi

pada orang tua single parent yang berpendidikan tinggi, ideologi

yang berkembang dalam diri orang tua, orientasi religius, dan bakat

serta kemampuan orang tua.

3. Dampak dari pola asuh yang diterapkan secara berbeda pada anak,

menimbulkan perilaku yang berbeda pada anak. Anak yang diasuh

dengan pola asuh otoriter berkepribadian introvert, yaitu cenderung

pemalu dan kurang percaya diri. Anak yang diasuh dengan pola asuh

permisif berkepribadian introvert, dan melakukan segala sesuatu

sesuka hatinya, serta memiliki prestasi yang rendah di sekolah.

Kemudian untuk anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis

berkepribadian ekstrovert, bersikap lebih tanggung jawab, bersikap

hangat dan lebih berprestasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan

sebagai berikut:

1. Bagi orang tua harus memperhatikan pola asuh yang diberikan pada

anak dan dampaknya pada kehidupan anak di masa mendatang. Orang

tua yang bersikap terlalu memperbolehkan anak melakukan apapun

yang diinginkan diharapkan lebih tegas dan memperingatkan anak


82

ketika berbuat tidak baik. Untuk orang tua yang bersikap sangat

otoriter diharapkan lebih melonggarkan aturannya yang ketat dan

lebih mengetahui apa yang diinginkan oleh anak. Agar anak menjadi

sosok yang mandiri dan tidak menggantungkan hidupnya pada orang

lain, terlebih anak menjadi lebih berguna untuk orang-orang

disekitarnya.

2. Bagi anak diharapkan memahami pola asuh yang diberikan oleh orang

tua, melaksanakan apa yang diperintahkan oleh orang tua dengan

patuh namun juga memberikan masukan pada orang tua jika dirasakan

apa yang dilakukan oleh orang tua kurang tepat. Anak harus

memahami bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua adalah untuk

kebaikan sang anak itu sendiri. Anak diharapkan untuk mencoba

bersikap lebih mandiri karena hal itu untuk kebaikan anak.


DAFTAR PUSTAKA

Adiratna, Angela. 2014. Succesful Single Parent. Yogyakarta:

Charissa Publisher.

Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ali, M. 1993. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.

Bandung: Angkasa.

Al-Khauli, Muhammad Abdul Aziz. 2006. Membina Keluarga Islam.

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Dagun, Save M. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan

Komunikasi dalam Keluarga Upaya Membangun Citra

Membentuk Pribadi Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Faiza, Siti Nilna. 2014. Pendidikan Moral Remaja dalam Keluarga

Single Parent di Desa Klepu Kecamatan Pringapus


Kabupaten Semarang Tahun 2014. Skripsi tidak diterbitkan.

Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

Fudyartanta, KI. 2012. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan

Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Hadi, Sutrisno. 1980. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas

Psikologi UGM.

Haryanto, Joko Tri. 2012. Transformasi dari Tulang Rusuk Menjadi

Tulang Punggung. Yogyakarta: CV.Arti Bumi Intaran.

Hude, Darwis. 2001. Menjadi Single Parent Bukan Sebuah Pilihan.

Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

__________________. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu

Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:

Erlangga.

Ihromi. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Quantum Parenting: Kiat Sukses

Mengasuh Anak secara Efektif dan Cerdas. Yogyakarta:

Katahati.

Koerwara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco.


Munandar, Utami. 2001. Peran Single Parent dalam Menghadapi

Anak. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol 10

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bndung:

Alfabeta.

Schult, Duane. 2007. Psikologi Pertumbuhan Model-model

Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.

Setiono, Kusdwiratri. 2011. Psikologi Keluarga. Bandung: PT.

Alumni.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: PT Rineka cipta.

Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Syafei, M. Sahlan. 2006. Bagaimana Anda Mendidik Anak. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Ulwan, Abdullah Nashih. 1996. Mengembangkan Kepribadian Anak.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

_____________. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak


LAMPIRAN
CATATAN LAPANGAN

No Tanggal Kegiatan
1 Senin, 15 Mei 2017 Penyerahan surat izin meneliti kepada kepala
Pukul 08.15-08.30 WIB desa Jetis
2 Selasa, 16 Mei 2017 Minta data mengenai profil desa Jetis kepada
sekretaris desa Jetis di Kantor Kepala Desa
Jetis
3 Rabu-kamis, 17-18 Mei Observasi keluarga Bapak Sunarno
2017
4 Jum‟at-sabtu, 19-20 Mei Observasi keluarga Bapak Juwari
2017
5 Minggu-senin, 21-22 Observasi keluarga Ibu Dwi Hartini
Mei 2017
6 Selasa-rabu, 23-24 Mei Observasi keluarga Ibu Sunaryati
2017
7 Kamis-jum‟at, 25-26 Observasi keluarga Ibu Repiyah
Mei 2017
8 Sabtu-minggu, 27-28 Observasi keluarga Ibu Trimunasih
Mei 2017
9 Senin-selasa, 29-30 Mei Observasi keluarga Ibu Seti Yani
2017
10 Minggu-senin, 16- 17 Wawancara
Juli 2017
PEDOMAN OBSERVASI
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

Observer : Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam


Observe : Orangtua Single Parent
Anak dari Single Parent

Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :

FOKUS
INDIKATOR DATA
PENELITIAN
1. Pola asuh yang 1. Pola Asuh Otoritarian 1. Mengamati profil
diberikan oleh 2. Pola Asuh Permisif orangtua single
orangtua single parent 3. Pola Asuh Demokrasi parent dan anak
pada anak dalam 2. Mengamati
perkembangan kehidupan orangtua
kepribadiannya single parent dan
anak
2. Dampak dari pola 1. Kepribadian Anak 1. Mengamati
asuh yang diberikan kepribadian anak
oleh orangtua single
parent pada anak
PEDOMAN WAWANCARA
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

I. Untuk Orangtua Single Parent


A. Identitas Narasumber
Nama :
Usia :
Alamat :
Hari, tanggal :
Pukul :
B. Pertanyaan
Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Single Parent
Penanaman Disiplin
1. Apakah anda menerapkan peraturan mengenai waktu bermain anak
anda?
2. Jika anak pulang melebihi waktu yang ditentukan apa anda akan
menghukum anak?
3. Apakah anda menerapkan peraturan belajar untuk anak setiap hari?
4. Apakah anda akan membangunkan anak di pagi hari jika anak terlambat
bangun?
5. Apakah anda sering melakukan pengecekan terhadap perilaku atau
kegiatan yang dilakukan anak di luar rumah?
6. Jika anak berperilaku buruk apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
7. Jika anak bermain diluar seharian apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
8. Ketika anda bekerja diluar seharian, apakah anda mengecek kegiatan
anak dengan menghubungi anggota keluarga yang lain?
Pemberian Hukuman dan Penghargaan
1. Apakah anda sering menghukum anak jika tidak menaati perintah?
2. Apakah anda memberikan hukuman fisik pada anak?
3. Jika anak berprestasi apakah anda akan memberi hadiah?
4. Jika anak anda terlambat pulang hingga larut apakah anda akan
memarahinya? (remaja)
5. Seberapa sering anda menasehati anak mengenai masa depan anak
dengan lebih rajin belajar?
6. Ketika terjadi masalah, apakah anda sering mengungkit mengenai status
single parent anda dihadapan anak?

Ketakwaan Terhadap Tuhan


1. Apakah anda mendampingi anak ketika beribadah seperti mengaji atau
melaksanakan sholat?
2. Apakah anda membiasakan anak melaksanakan ibadah semenjak usia
dini?
3. Apakah anda selalu mengecek kegiatan beribadah anak?
4. Sejak usia berapa anda membiasakan anak melaksanakan ibadah puasa
wajib?
5. Apakah anda menganjurkan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunah?

Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak
Perilaku Anak
1. Apakah anak anda memiliki temperamen yang tinggi?
2. Apakah anak anda mudah terpengaruh?
3. Apakah anak anda menunjukkan sikap kurang bersahabat?
4. Apakah anak anda bersikap agresif melebihi anak-anak lain?
5. Apakah anak anda suka memberontak?
6. Apakah anak anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
7. Apakah anak anda akan cepat tanggap jika ada anggota keluarga lain
yang terkena musibah?
8. Apakah anak anda bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan
kepadanya?
9. Apakah anak masih harus disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak
akhir)
10. Apakah anak masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
11. Apakah anak membereskan mainannya sendiri? (kanak-kanak akhir)
12. Apakah anak masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang
sekolah? (kanak-kanak akhir)
13. Apakah anak sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas
dari sekolah? (kanak-kanak akhir)
14. Ketika bangun tidur apakah anak langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
15. Apakah anak sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri
maupun bekas orang lain?
16. Apakah anak mencuci pakaiannya sendiri?
17. Apakah anak sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
18. Apakah anak bertanggung jawab pada barang-barangnya sendiri?
19. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda harus menyiapkan
seragam untuk anak?
20. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anak berpamitan dengan
mencium tangan?
21. Apakah anak meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan
tugas sekolah?
II. Untuk anak
Nama :
Usia :

Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

1. Apakah anda masih disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak akhir)


2. Apakah anda masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
3. Apakah anda membereskan mainannya sendiri? (kanak-kanak akhir)
4. Apakah anda masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang sekolah?
(kanak-kanak akhir)
5. Apakah anda sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas dari
sekolah? (kanak-kanak akhir)
6. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
7. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
8. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
9. Apakah anda sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
10. Apakah anda bertanggung jawab pada barang-barangnya sendiri?
11. Ketika hendak berangkat sekolah apakah orangtua anda harus menyiapkan
seragam untuk anda?
12. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda berpamitan dengan
mencium tangan orangtua?
13. Apakah anda meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan tugas
sekolah?
HASIL OBSERVASI

POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT

DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG

KABUPATEN TEMANGGUNG

Observer : Ema Hartanti

Observe : Orangtua Single Parent

Anak dari Single Parent

Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Rabu-Kamis/17-18 Mei 2017

Tempat : lingkungan rumah narasumber

Observasi Deskripsi

1. Mengamati profil Bapak Sunarno, berusia 45 tahun seorang ayah

orangtua single parent single parent disebabkan oleh kematian istrinya

dan anak yang menderita penyakit jantung. Ia mempunyai

dua orang anak, yaitu Winda Widya Astuti berusia

17 tahun dan Dadang Juwantoro yang berusia 10

tahun. Pendidikan Bapak Sunarno sampai tingkat

SLTP.

2. Mengamati Keluarga Bapak Sunarno termasuk keluarga

kehidupan orangtua golongan menengah ke bawah. Bapak Sunarno

single parent dan hanya tinggal bersama kedua anaknya pada sebuah
kepribadian anak bangunan rumah yang sederhana, dindingnya masih

batu bata belum ditembok halus. Lantainya juga ala

kadarnya, hanya dilapisi karpet supaya tampak

rapih karena masih lantai kasar belum dikeramik.

Bapak Sunarno yang kerap dipanggil Pak Narno

bekerja sebagai seorang kuli bangunan. Ia biasanya

berangkat bekerja pada pukul 08.00 setelah

mengantar Dadang ke sekolah yang masih kelas 4

di SDN 02 Jetis, dan pulang bekerja pada pukul

16.30. Setiap hari ia bekerja selama 8,5 jam, anak

pertamanya, Winda sudah lulus SMP dan tidak

melanjutkan ke SMA karena masalah biaya. Meski

waktu bekerja Pak Narno hampir sehari penuh, hal

tersebut tidaklah mengurangi intensitasnya

bersosialisasi dengan tetangga. Ia masih bisa

bertemu, dan bercengkrama dengan tetangga

maupun masyarakat sekitar ketika ke masjid saat

maghrib dan isya‟, serta mengikuti pengajian rutin

yasin tahlil setiap malam jum‟at di lingkungan RT

07 RW 03 Jetis
HASIL OBSERVASI

POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT

DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

DI DESA JETIS KECAMATAN SELOPAMPANG

KABUPATEN TEMANGGUNG

Observer : Ema Hartanti

Observe : Orangtua Single Parent

Anak dari Single Parent

Pelaksanaan

Hari/Tanggal: Jum‟at-sabtu/19-20 Mei 2017

Tempat : lingkungan rumah narasumber

Observasi Deskripsi

1. Mengamati profil Bapak Juwari, berusia 42 tahun seorang ayah

orangtua single parent single parent disebabkan oleh perceraian karena

dan anak istrinya berselingkuh. Riwayat pendidikan Bapak

Juwari yaitu tamatan SD. Siti Lailatul

Munawaroh, anak keduanya yang berusia 13

tahun terbilang mempunyai pribadi yang cukup

dewasa pasca kecelakaan yang menimpa

kakaknya, Budi Susanto (20 tahun).

2. Mengamati kehidupan Ela menggantikan posisi ibunya dalam merawat

orangtua single parent kakaknya yang patah tulang kakinya akibat


dan kepribadian anak kecelakaan. Hampir setahun lebih Budi hanya

tinggal di rumah saja karena dalam masa

pemulihan, sehingga Pak Juwari hanya bekerja

seorang diri, jika sebelumnya Budi yang

membantu Pak Juwari bekerja. Pak Juwari bekerja

sebagai petani, ia menggarap lahannya sendiri

yang tidak begitu luas namun cukup untuk

ditanami sayuran guna kebutuhan sehari-hari,

namun kerap juga ia menggarap lahan orang lain

seperti mencangkul, bahkan menanami untuk

kemudian hasilnya dibagi antara ia dan pemilik

lahan. Terkadang ia juga bekerja ikut seorang

penebas kayu untuk mengangkuti kayu dari lokasi

yang ditebangi untuk diangkut ke truk

pengangkut. Pak Juwari adalah seorang yang

tegar dan humoris, karena dalam kondisi hatinya

yang remuk akibat perselingkuhan istrinya ia tetap

terlihat ceria, sumeh, dan tak jarang membuat

orang tertawa dalam menjalani hidup

bermasyarakat
HASIL OBSERVASI

POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT

DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

DI DESA JETIS KECAMATAN SELOPAMPANG

KABUPATEN TEMANGGUNG

Observer : Ema Hartanti

Observe : Orangtua Single Parent

Anak dari Single Parent

Pelaksanaan

Hari/Tanggal: Minggu-senin/21-22 Mei 2017

Tempat : lingkungan rumah narasumber

Observasi Deskripsi

1. Mengamati profil Ibu Dwi Hartini, berusia 52 tahun seorang ibu

orangtua single parent single parent disebabkan oleh kematian suaminya

dan anak yang menderita penyakit struk. riwayat

pendidikan Ibu Dwi yaitu sarjana.

2. Mengamati kehidupan Profesinya seorang guru SD. Ibu Dwi adalah

orangtua single parent seorang perempuan yang aktif di masyarakat,

dan kepribadian anak hampir semua warga desa Jetis mengenal ia.

Selain ia merupakan seorang guru, ia juga

pengurus dari Muslimat NU kecamatan

Selopampang. Ibu Dwi mempunyai 3 orang anak


yang masih sekolah. Anak pertamanya, Dessi Ria

Pratiwi (19 tahun) masih kuliah semester 5 di

UMM. Anak kedua dan ketiganya kembar, yaitu

Yoga Tri Pratama (16 tahun) dan Yogi Catur

Nugraheni (19 tahun) masing-masing masih

duduk di bangku SMA kelas XI di SMA N 03

Temanggung. Kehidupan ekonomi Bu Dwi

tergolong cukup, dengan bangunan rumah yang

sederhana namun cukup luas. Lantainya sudah

dikeramik, dindingnya sudah tembok halus

dengan bebrapa foto anak-anaknya dan dirinya

bersama almarhum suaminya. Dapurnya cukup

rapi dan terdapat sebuah mesin cuci pada samping

pintu kamar mandi. Ia termotivasi untuk

menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin

supaya kelak anak-anaknya menjadi orang yang

lebih mapan, menjadi pelayan masyarakat dan

berguna bagi masyarakat.


HASIL OBSERVASI

POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT

DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

DI DESA JETIS KECAMATAN SELOPAMPANG

KABUPATEN TEMANGGUNG

Observer : Ema Hartanti

Observe : Orangtua Single Parent

Anak dari Single Parent

Pelaksanaan

Hari/Tanggal: Selasa-rabu/23-24 Mei 2017

Tempat : lingkungan rumah narasumber

Observasi Deskripsi

1. Mengamati profil Ibu Sunaryati, berusia 29 tahun seorang ibu single

orangtua single parent parent disebabkan oleh perceraian karena

dan anak suaminya berselingkuh. Tingkat pendidikan Ibu

Sunaryati lulusan SLTA.

2. Mengamati kehidupan Sudah lama ia menjadi orangtua tunggal bagi

orangtua single parent anaknya, Bunga Lailatus Shalihah (8 tahun) yang

dan kepribadian anak sekarang duduk di kelas 4 SDN 01 Jetis. Ibu

Sunaryati tergolong keluarga dengan ekonomi

menengah ke atas, selain karena rumah tingkat

dua dengan dinding yang sudah ditembok halus


dan lantai berkeramik yang sudah cukup bagus,

keluarga besarnya termasuk keluarga petani

terpandang yang lahannya sangat luas. Selain

dikenal baik oleh tetangga sekitar, ia juga seorang

yang ramah, terlihat ketika penulis berkunjung ke

rumahnya untuk melakukan wawancara, ia

langsung saja mempersilakan masuk dan bergegas

ke dapur untuk membuatkan minum.


HASIL OBSERVASI

POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT

DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

DI DESA JETIS KECAMATAN SELOPAMPANG

KABUPATEN TEMANGGUNG

Observer : Ema Hartanti

Observe : Orangtua Single Parent

Anak dari Single Parent

Pelaksanaan

Hari/Tanggal: Kamis-jum‟at/25-26 Mei 2017

Tempat : lingkungan rumah narasumber

Observasi Deskripsi
1. Mengamati profil Ibu Repiyah, berusia 43 tahun seorang ibu single
orangtua single parent parent disebabkan oleh kematian suaminya
dan anak karena struk. Tingkat pendidikan Ibu Repiyah
yaitu lulusan SD.
2. Mengamati kehidupan Ibu Repiyah bekerja sebagai pedagang. Sebagai
orangtua single parent tulang punggung keluarga ia bekerja keras guna
dan kepribadian anak mencukupi kebutuhan hidup serta membiayai
anak bungsunya, Melissa (9 tahun) yang masih
duduk di kelas 3 SD. Melissa dipindahkan sekolah
karena ia tidak naik kelas sehingga ia masih
duduk di kelas 3 SD.
HASIL OBSERVASI

POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT

DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

DI DESA JETIS KECAMATAN SELOPAMPANG

KABUPATEN TEMANGGUNG

Observer : Ema Hartanti

Observe : Orangtua Single Parent

Anak dari Single Parent

Pelaksanaan

Hari/Tanggal: Sabtu-minggu/27-28 Mei 2017

Tempat : lingkungan rumah narasumber

Observasi Deskripsi

1. Mengamati profil Ibu Trimunasih, berusia 27 tahun seorang ibu

orangtua single parent sigle parent disebabkan oleh perceraian karena

dan anak suaminya mengabaikan kewajibannya dalam

rumah tangga sehingga terjadi ketidakcocokan

dan akhirnya sering melakukan kekerasan.

Tingkat pendidikan Ibu Trimunasih yaitu lulusan

SLTP.

2. Mengamati kehidupan Ia seorang ibu single parent yang tergolong masih

orangtua single parent muda yang merawat anaknya, Sintya Puspitasari

dan kepribadian anak (5 tahun) seorang diri sejak lahir. Setelah bercerai
dengan suaminya dan anaknya menginjak usia 3

bulan, ia memilih tinggal bersama kedua

orangtuanya supaya ada yang membantu

mengasuh anaknya ketika ia bekerja. Ia bekerja

sebagai asisten rumah tangga di kota Semarang,

kadangkala ia pulang setiap 3 bulan sekali untuk

menjenguk anaknya, namun sekarang ia sudah

tidak bekerja dan memilih untuk fokus merawat

anaknya yang masih duduk di bangku TK. Untuk

membiayai anaknya, Bu Tri hanya mengandalkan

hasil panenan dari ladang bapak ibunya.


HASIL OBSERVASI

POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT

DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

DI DESA JETIS KECAMATAN SELOPAMPANG

KABUPATEN TEMANGGUNG

Observer : Ema Hartanti

Observe : Orangtua Single Parent

Anak dari Single Parent

Pelaksanaan

Hari/Tanggal: Senin-selasa/29-30 Mei 2017

Tempat : lingkungan rumah narasumber

Observasi Deskripsi

1. Mengamati profil Ibu Seti Yani, berusia 32 tahun seorang ibu single

orangtua single parent parent disebabkan oleh perceraian karena

dan anak suaminya selingkuh dan sering melakukan

kekerasan fisik. Riwayat pendidikan Ibu Seti Yani

yaitu lulusan SD.

2. Mengamati kehidupan Ia harus ekstra sabar mengasuh anak laki-lakinya

orangtua single parent seorang diri, Andika Sajana (8 tahun) yang sangat

dan kepribadian anak hiperaktif. Setelah berpisah dengan suaminya, Bu

Yani tinggal di rumah bapaknya yang sederhana,

ia hanya memfokuskan diri untuk merawat anak


satu-satunya dan merawat ayahnya yang sudah

lanjut usia sembari mengurus ladang untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ladang yang

digarap Bu Yani tidaklah luas, namun cukup

untuk ditanami beberapa macam sayuran dan hasil

perkebunan lainnya untuk kemudian dijual ke

pasar dan uangnya digunakan untuk mencukupi

kebutuhan hidup dan membiayai anaknya.

Biasanya jika musim menanam, Bu Yani

memburuhkan seseorang untuk mencangkuli

ladangnya karena ia tidak bisa mencangkul, lalu

setelah ladang siap tanam, ia akan menanaminya

sendiri.
HASIL WAWANCARA
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

III. Untuk Orangtua Single Parent


C. Identitas Informan
Nama : Dwi Hartini
Usia : 52 tahun
Alamat : RT.01 RW.01, Desa Jetis
Hari, Tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Pukul : 08.55-09.40
D. Pertanyaan
Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Single Parent

Penanaman Disiplin
9. Apakah anda menerapkan peraturan mengenai waktu bermain anak
anda?
Jawab: nggih nek waktune bermain nggih main, waktune shalat nggih
sholat ngoten (kalau waktunya bermain ya bermain, waktu shalat ya
shalat seperti itu)
10. Jika anak pulang melebihi waktu yang ditentukan apa anda akan
menghukum anak?
Jawab: mboten tau tak hukum, paling tak kandani nek dolan ampun dugi
larut wengi ngoten niku (tidak pernah saya hukum, hanya saya nasehati
kalau keluar pulangnya jangan sampai larut malam)
11. Apakah anda menerapkan peraturan belajar untuk anak setiap hari?
Jawab: nggih tak terapke, nek belajar sekolah misal mboten gadah PR
nggih bar isya‟ niku do tak ken sinau (saya terapkan, untuk belajar
pelajaran sekolah misal tidak ada PR ya setiap setelah shalat isya‟ saya
suruh belajar)
12. Apakah anda akan membangunkan anak di pagi hari jika anak terlambat
bangun?
Jawab: jarang krinan bocah-bocah niku, mesti tiap subuh wes do tangi
wong njo shalat subuh to (anak-anak jarang terlambat bangun, setiap
subuh pasti sudah bangun untuk shalat subuh)
13. Apakah anda sering melakukan pengecekan terhadap perilaku atau
kegiatan yang dilakukan anak di luar rumah?
Jawab: nggih sok tak takoni, misal teng pundi, ajeng nopo, wangsul jam
pinten, paling tak sms niku to (saya tanya sedang di mana, mau ada
keperluan apa, pulang jam berapa, saya hubungi mereka melalui sms)
14. Jika anak berperilaku buruk apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: tak kandani mbak, ben nek salah mboten terus-terusan (saya
nasehati mbak, supaya kalau salah tidak diulangi lagi)
15. Jika anak bermain diluar seharian apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: tak kandani, paling ngko nek wangsul ampun wengi-wengi ngoten
nek enten kegiatan, tapi bocah-bocah ora tau dolan nek mboten nten
kegiatan (saya nasehati, kalau pulang jangan malam-malam jika
memang ada kegiatan, tapi anak-anak tidak pernah main keluar kalau
tidak ada kegiatan)
16. Ketika anda bekerja diluar seharian, apakah anda mengecek kegiatan
anak dengan menghubungi anggota keluarga yang lain?
Jawab: iya, tak takonke anakku nangdi yo, misal ora nang umah pas aku
bali ngajar, tapi anak-anak mesti pamit nek ajeng keluar (iya, saya
tanyakan anak saya di mana misal tidak di rumah ketika saya pulang
mengajar, tapi anak-anak saya biasanya izin setiap mau keluar rumah)

Pemberian Hukuman dan Penghargaan


7. Apakah anda sering menghukum anak jika tidak menaati perintah?
Jawab: mboten pernah tak kasari, paling tak kandani (tidak pernah saya
hukum, hanya saya nasehati)
8. Apakah anda memberikan hukuman fisik pada anak?
Jawab: mboten pernah (tidak pernah)
9. Jika anak berprestasi apakah anda akan memberi hadiah?
Jawab: nggih nek berprestasi njaluke ora macem-macem, kadang tak ajak
maem-maem niko to, maem bakso nopo jajan liane dimaem bareng-
bareng ngoten (iya, kalau anak berprestasi tidak pernah minta hadiah
macam-macam, kadang saya ajak makan bakso, atau jajan makanan
yang lainnya bersama-sama begitu)
10. Jika anak anda terlambat pulang hingga larut apakah anda akan
memarahinya? (remaja)
Jawab: yo paling tak kandani ben ora nganti wengi (hanya saya nasehati
supaya tidak pulang larut malam)
11. Seberapa sering anda menasehati anak mengenai masa depan anak
dengan lebih rajin belajar?
Jawab: sering, bendino tak kandani ben ora koyo mak‟ne, ben uripe luwih
mulyo kepenak (sering saya nasehati setiap hari, supaya tidak seperti
saya, supaya masa depannya lebih mulia)
12. Ketika terjadi masalah, apakah anda sering mengungkit mengenai status
single parent anda dihadapan anak?
Jawab: tidak pernah, soale bocah-bocah wes do ngerti wes do nalar (tidak
pernah, karena anak-anak sudah mengerti)

Ketakwaan Terhadap Tuhan


6. Apakah anda mendampingi anak ketika beribadah seperti mengaji atau
melaksanakan sholat?
Jawab: iya tak dampingi, kadang shalat jamaah, terus bar maghrib do
ngaji nderes Al-Qur‟an (iya, saya dampingi, terkadang shalat
berjamaah, lalu setelah maghrib membaca Al-Qur‟an)
7. Apakah anda membiasakan anak melaksanakan ibadah semenjak usia
dini?
Jawab: iya, ket TK wes tak ajari sholat poso (iya, semenjak TK sudah saya
ajari shalat dan puasa)
8. Apakah anda selalu mengecek kegiatan beribadah anak?
Jawab: paling tak takoni mpun shalat dereng, tapi wes do ngerti dewe (saya
tanya sudah shalat belum, tapi seringnya sudah pada tahu sendiri)
9. Sejak usia berapa anda membiasakan anak melaksanakan ibadah puasa
wajib?
Jawab: awet TK wes tak latih poso mbak (sejak TK sudah saya latih puasa
mbak)
10. Apakah anda menganjurkan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunah?
Jawab: iya, nek wajib tok ki mboten cukup to mbak, njo ben ono tabungane
nek karo sunnah, biasane yo poso senin kemis, shalat dhuha wong jare
nek shalat dhuha ki nglancarke rezeky ya mbak, terus kadang yo
tahajjud (iya, saya anjurkan, karena jika hanya ibadah wajib saja tidak
cukup kan mbak, supaya ada tabungannya jika melaksanakan ibadah
sunnah, biasanya ya puasa senin kamis, shalat dhuha karena dengan
shalat dhuha dapat melancarkan rezeky, kadang juga tahajjud)

Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak
Perilaku Anak
22. Apakah anak anda memiliki temperamen yang tinggi?
Jawab: tidak
23. Apakah anak anda mudah terpengaruh?
Jawab: tidak, wong pas ono rame-rame dangdut nang ngarep omah ki yo
do ora gumun (tidak, karena ketika ada acara hiburan di depan rumah
tidak tertarik untuk ikut menonton)
24. Apakah anak anda menunjukkan sikap kurang bersahabat?
Jawab: tidak, kancane ki malah akeh banget, kadang sok do dolan rene
(tidak, teman-temannya banyak sekali, kadang pada main kesini)
25. Apakah anak anda bersikap agresif melebihi anak-anak lain?
Jawab: tidak
26. Apakah anak anda suka memberontak?
Jawab: tidak
27. Apakah anak anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
Jawab: Dessi ki bocahe ora seneng mung terimo neng umah, soale aktif
organisasi, neng umah nderek IPNU, ting sekolahan riyen nggih
nderek OSIS. Nek kegiatane positif tak entuke wae, malah aku seneng
karo tak arahke ben ora nang umah wae ben jiwa sosiale tinggi nek
ngerti kahanan njobo (Dessi itu anaknya tidak suka hanya berdiam diri
di rumah, dia senang berorganisasi baik di rumah maupun di sekolah
seperti IPNU atau OSIS ketika dulu masih sekolah. Selama kegiatannya
positif saya perbolehkan, malah saya dukung dia supaya aktif sekaligus
saya arahkan, supaya jiwa sosialnya tinggi jika dia tahu keadaan luar)
28. Apakah anak anda akan cepat tanggap jika ada anggota keluarga lain
yang terkena musibah?
Jawab: iya, sok muni ayo mak tileki (iya, segera mengajak menjenguk jika
ada keluarga lain yang terkena musibah)
29. Apakah anak anda bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan
kepadanya?
Jawab: iya Dessi bertanggung jawab kaleh tugase, kabeh gaweane omah
digarap koyo dene masak, ngumbai, asah-asah, resik-resik ki kadang
dewenen kabeh seng nglakoni nek wes bali kuliah (iya Dessi
bertanggung jawab dengan tugasnya, semua tugas rumah seperti
memasak, mencuci pakaian, mencuci piring, bersih-bersih rumah juga
terkadang dia yang melakukan semua setelah pulang kuliah)
30. Ketika bangun tidur apakah anak langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: iya, diberesi kiambak (iya, dibereskan sendiri)
31. Apakah anak sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri
maupun bekas orang lain?
Jawab: iya, bar maem kae langsung dicuci piringe (iya, setelah makan
langsung dicuci piringnya)
32. Apakah anak mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: iya, do ngumbai dewe-dewe (iya, dicuci sendiri-sendiri)
33. Apakah anak sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: ya paling resik-resik umah, nyapu, masak (ya bersih-bersih rumah,
menyapu, masak)
34. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anak berpamitan dengan
mencium tangan?
Jawab: iya , mesti pamitan cium tangan (iya, pasti berpamitan dengan
mencium tangan)
35. Apakah anak meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan
tugas sekolah?
Jawab: iya, kadang nek adine njaluk tulung mbakyune opo kancane (iya,
terkadang adiknya minta tolong kakaknya atau temannya)

IV. Untuk anak


Nama : Dessi Ria Pratiwi
Usia : 19 tahun
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

14. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: iya, tentu langsung dibereskan
15. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
Jawab: iya, saya mencuci piring sendiri kadang bekas adik-adik sama ibu
16. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: iya, tidak pernah dicucikan malah saya yang mencucikan
17. Apakah anda sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: ya paling bersih-bersih rumah, memasak
18. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda berpamitan dengan
mencium tangan orangtua?
Jawab: iya, selalu pamitan sambil cium tangan
HASIL WAWANCARA
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

V. Untuk Orangtua Single Parent


E. Identitas Informan
Nama : Sunaryati
Usia : 29 tahun
Alamat : RT.01 RW.01, Desa Jetis
Hari, Tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Pukul : 09.50-10.27
F. Pertanyaan
Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Single Parent
Penanaman Disiplin
17. Apakah anda menerapkan peraturan mengenai waktu bermain anak
anda?
Jawab: nggih tak terapke, misal mangsane sekolah nggih sekolah wangsul
jam 12 niko terus pakpung, bar niku maem njo dolan sekitar 2 jam niku
njo wangsul (iya, saya terapkan, semisal waktu sekolah ya sekolah,
pulang sekolah jam 12 kemudian mandi, makan, terus main sekitar 2
jam)
18. Jika anak pulang melebihi waktu yang ditentukan apa anda akan
menghukum anak?
Jawab: paling tak padosi terus tak kandani niku to, terus tak weden-wedeni
ngenjeng maleh nek wangsul sonten digondol nopo ngoten (saya cari
kemudian saya nasehati, lain kali kalau pulang jangan sore-sore)
19. Apakah anda menerapkan peraturan belajar untuk anak setiap hari?
Jawab: nggih mangkeh nek mpun wangsul ngaos tak paringi wektu 2 jam to
tak sinaoni kaleh kulo, nopo nek mboten nggih dalu nek ajeng bobok
(sepulang ngaji nanti saya temani belajar selama 2 jam, kadang juga
malam sebelum tidur belajarnya)
20. Apakah anda akan membangunkan anak di pagi hari jika anak terlambat
bangun?
Jawab: nggih tak gugah, tapi alhamdulillah larene ngertos sekolah gasik
njo jam 5 niko mpun tangi kiambak (saya bangunkan, tapi
alhamdulillah anak saya sering bangun sendiri karena harus sekolah
pagi kemudian jam 5 sudah bangun)
21. Apakah anda sering melakukan pengecekan terhadap perilaku atau
kegiatan yang dilakukan anak di luar rumah?
Jawab: nggih sok tak tangletke kaleh rencang-rencange (saya tanyakan
dengan teman-temannya)
22. Jika anak berperilaku buruk apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: nggih tak kandani (ya saya nasehati)
23. Jika anak bermain diluar seharian apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: nggih mboten pareng, nek awan tak ken bobok barang to (saya
nasehati, tidak boleh bermain di luar seharian karena siang saya suruh
tidur juga)
24. Ketika anda bekerja diluar seharian, apakah anda mengecek kegiatan
anak dengan menghubungi anggota keluarga yang lain?
Jawab: nggih, sok tak tangletke kaleh wakne niku to anakku ki nandi (ya
saya tanyakan dengan pak leknya anak saya ke mana seperti itu)

Pemberian Hukuman dan Penghargaan


13. Apakah anda sering menghukum anak jika tidak menaati perintah?
Jawab: mboten, paling tak kandani niku, mboten pernah tak kasari (tidak,
hanya saya nasehati, tidak pernah saya hukum)
14. Jika anak berprestasi apakah anda akan memberi hadiah?
Jawab: nggih, lak wingi niko ndrek lomba ngaos niku angsal juara, dados
anak berprestasi ngoten wong jilidan angsal juara, tajwid angsal juara,
maos doa-doa angsal juara terus nyuwun hadiah kaleh kulo barang
(iya, ketika ikut lomba di TPQ termasuk anak berprestasi karena omba
jilidan dapat juara, tajwid dapat juara, baca doa harian dapat juara, lalu
juga minta hadiah dari saya)
15. Seberapa sering anda menasehati anak mengenai masa depan anak
dengan lebih rajin belajar?
Jawab: nggih tiap hari tak kandani, karepe ben anake ora koyo makne, ben
sregep sinau ben dadi wong seng mulyo (setiap hari saya nasehati,
supaya kelak menjadi orang yang masa depannya cerah)
16. Ketika terjadi masalah, apakah anda sering mengungkit mengenai status
single parent anda dihadapan anak?
Jawab: kadang nggih sok muni ngoten, ki mak‟e se ngopeni pean kiambak
mbok se prihatin ampun sok nakal (terkadang saya ungkit, ini ibu yang
merawatmu sendiri jadi anak yang prihatin jangan nakal)

Ketakwaan Terhadap Tuhan


11. Apakah anda mendampingi anak ketika beribadah seperti mengaji atau
melaksanakan sholat?
Jawab: nggih nek sholat kaleh kulo, nek ngaji kan teng TPQ niko to (kalau
shalat dengan saya, kalau mengaji di TPQ)
12. Apakah anda membiasakan anak melaksanakan ibadah semenjak usia
dini?
Jawab: nggih, pun kulo biasake ket TK (iya, sudah saya biasakan semejak
TK)
13. Apakah anda selalu mengecek kegiatan beribadah anak?
Jawab: nggih, sok tak tangleti ngaose pripun ngoten (iya, sering saya tanya
mengajinya bagaimana)
14. Sejak usia berapa anda membiasakan anak melaksanakan ibadah puasa
wajib?
Jawab: ket TK mpun latihan poso, awale setengah hari, terus sue-sue full
ngoten (sudah semenjak TK sudah saya latih puasa, awalnya hanya
setengah hari, lama-kelamaan sudah kuat sampai maghrib)
15. Apakah anda menganjurkan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunah?
Jawab: nggih kadang nek kulo tangi wengi niku to njo melu-melu, mak‟e
sholat tahajjud ngoten (iya, terkadang ketika saya bangun malam dia
ikut bangun)

Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak
Perilaku Anak
36. Apakah anak anda memiliki temperamen yang tinggi?
Jawab: mboten (tidak)
37. Apakah anak anda mudah terpengaruh?
Jawab: nggih kadang nek kancane ngene melu ngene kancane ngono melu
ngono, (iya, terkadang jika teman begini, ikut begini, teman begitu ikut
begitu)
38. Apakah anak anda menunjukkan sikap kurang bersahabat?
Jawab: mboten, nggih nek dolan yo dolan karo koncone (tidak, jika bermain
ya bermain bersama teman-temannya)
39. Apakah anak anda bersikap agresif melebihi anak-anak lain?
Jawab: mboten (tidak)
40. Apakah anak anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
Jawab: nggih, wong nek enten lomba teng TPQ nopo teng sekolahan niku
sok tumut nggih, lak wingi niko ndrek lomba ngaos niku angsal juara,
dados anak berprestasi ngoten wong jilidan angsal juara, tajwid angsal
juara, maos doa-doa angsal juara terus nyuwun hadiah kaleh kulo
barang (iya, ketika ada lomba di TPQ maupun sekolahan selalu ikut,
ketika ikut lomba di TPQ termasuk anak berprestasi karena lomba
jilidan dapat juara, tajwid dapat juara, baca doa harian dapat juara, lalu
juga minta hadiah dari saya)
41. Apakah anak anda akan cepat tanggap jika ada anggota keluarga lain
yang terkena musibah?
Jawab: nggih, sok gage meni ayo mak tilek (iya, sering mengajak untuk
menjenguk)
42. Apakah anak anda bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan
kepadanya?
Jawab: nggih, misal diparingi tugas ngoten nggih dikerjakke (iya, ketika
diberi tugas ya dikerjakan)
43. Apakah anak masih harus disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak
akhir)
Jawab: maem taseh disiapke meski mpun mboten didulang, tapi kadang
mpun madosi kiambak misal pengen maem mie nggih damel kiambak
(masih disiapkan ketika makan meskipun tidak disuapi, tapi terkadang
ketika ingin makan sudah menyiapkan sendiri, misal ingin makan mie
ya membuat sendiri)
44. Ketika bangun tidur apakah anak langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: kulo sing lempiti slimute (saya yang melipat selimut sendiri)
45. Apakah anak sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri
maupun bekas orang lain?
Jawab: nek asah-asah nggih tasih kulo asahi (kalau mencuci piring masih
saya yang melakukan)
46. Apakah anak mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: nggih, kadang ngumbahi kiambak, kadang tak kumbahke, mesakke
to wong taseh alit (iya, kadang mencuci sendiri kadang saya cucikan,
kasihan masih kecil)
47. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anak berpamitan dengan
mencium tangan?
Jawab: nggih, nek pamitan mesti cium tangan (iya, kalau berpamitan pasti
cium tangan)
48. Apakah anak meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan
tugas sekolah?
Jawab: kerep-kerepe digarap kiambak, terus mangkeh paling dicoccokke
kaleh rencange (seringnya dikerjakan sendiri, kemudian nanti
dicocokkan dengan teman-temannya)

VI. Untuk anak


Nama : Bunga Lailatus Shalihah
Usia : 8 tahun
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

19. Apakah anda masih disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak akhir)
Jawab: kadang iya, kadang tidak
20. Apakah anda masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: tidak
21. Apakah anda masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang sekolah?
(kanak-kanak akhir)
Jawab: tidak, bareng teman-teman
22. Apakah anda sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas dari
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: kadang minta bantuan ibu
23. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: iya
24. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
Jawab: iya
25. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: kadang dicuci ibu
26. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda berpamitan dengan
mencium tangan orangtua?
Jawab: iya
HASIL WAWANCARA
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

VII. Untuk Orangtua Single Parent


G. Identitas Informan
Nama : Sunaryati
Usia : 29 tahun
Alamat : RT.01 RW.01, Desa Jetis
Hari, Tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Pukul : 09.50-10.27
H. Pertanyaan
Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Single Parent
Penanaman Disiplin
25. Apakah anda menerapkan peraturan mengenai waktu bermain anak
anda?
Jawab: nggih tak terapke, misal mangsane sekolah nggih sekolah wangsul
jam 12 niko terus pakpung, bar niku maem njo dolan sekitar 2 jam niku
njo wangsul (iya, saya terapkan, semisal waktu sekolah ya sekolah,
pulang sekolah jam 12 kemudian mandi, makan, terus main sekitar 2
jam)
26. Jika anak pulang melebihi waktu yang ditentukan apa anda akan
menghukum anak?
Jawab: paling tak padosi terus tak kandani niku to, terus tak weden-wedeni
ngenjeng maleh nek wangsul sonten digondol nopo ngoten (saya cari
kemudian saya nasehati, lain kali kalau pulang jangan sore-sore)
27. Apakah anda menerapkan peraturan belajar untuk anak setiap hari?
Jawab: nggih mangkeh nek mpun wangsul ngaos tak paringi wektu 2 jam to
tak sinaoni kaleh kulo, nopo nek mboten nggih dalu nek ajeng bobok
(sepulang ngaji nanti saya temani belajar selama 2 jam, kadang juga
malam sebelum tidur belajarnya)
28. Apakah anda akan membangunkan anak di pagi hari jika anak terlambat
bangun?
Jawab: nggih tak gugah, tapi alhamdulillah larene ngertos sekolah gasik
njo jam 5 niko mpun tangi kiambak (saya bangunkan, tapi
alhamdulillah anak saya sering bangun sendiri karena harus sekolah
pagi kemudian jam 5 sudah bangun)
29. Apakah anda sering melakukan pengecekan terhadap perilaku atau
kegiatan yang dilakukan anak di luar rumah?
Jawab: nggih sok tak tangletke kaleh rencang-rencange (saya tanyakan
dengan teman-temannya)
30. Jika anak berperilaku buruk apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: nggih tak kandani (ya saya nasehati)
31. Jika anak bermain diluar seharian apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: nggih mboten pareng, nek awan tak ken bobok barang to (saya
nasehati, tidak boleh bermain di luar seharian karena siang saya suruh
tidur juga)
32. Ketika anda bekerja diluar seharian, apakah anda mengecek kegiatan
anak dengan menghubungi anggota keluarga yang lain?
Jawab: nggih, sok tak tangletke kaleh wakne niku to anakku ki nandi (ya
saya tanyakan dengan pak leknya anak saya ke mana seperti itu)

Pemberian Hukuman dan Penghargaan


17. Apakah anda sering menghukum anak jika tidak menaati perintah?
Jawab: mboten, paling tak kandani niku, mboten pernah tak kasari (tidak,
hanya saya nasehati, tidak pernah saya hukum)
18. Jika anak berprestasi apakah anda akan memberi hadiah?
Jawab: nggih, lak wingi niko ndrek lomba ngaos niku angsal juara, dados
anak berprestasi ngoten wong jilidan angsal juara, tajwid angsal juara,
maos doa-doa angsal juara terus nyuwun hadiah kaleh kulo barang
(iya, ketika ikut lomba di TPQ termasuk anak berprestasi karena omba
jilidan dapat juara, tajwid dapat juara, baca doa harian dapat juara, lalu
juga minta hadiah dari saya)
19. Seberapa sering anda menasehati anak mengenai masa depan anak
dengan lebih rajin belajar?
Jawab: nggih tiap hari tak kandani, karepe ben anake ora koyo makne, ben
sregep sinau ben dadi wong seng mulyo (setiap hari saya nasehati,
supaya kelak menjadi orang yang masa depannya cerah)
20. Ketika terjadi masalah, apakah anda sering mengungkit mengenai status
single parent anda dihadapan anak?
Jawab: kadang nggih sok muni ngoten, ki mak‟e se ngopeni pean kiambak
mbok se prihatin ampun sok nakal (terkadang saya ungkit, ini ibu yang
merawatmu sendiri jadi anak yang prihatin jangan nakal)

Ketakwaan Terhadap Tuhan


16. Apakah anda mendampingi anak ketika beribadah seperti mengaji atau
melaksanakan sholat?
Jawab: nggih nek sholat kaleh kulo, nek ngaji kan teng TPQ niko to (kalau
shalat dengan saya, kalau mengaji di TPQ)
17. Apakah anda membiasakan anak melaksanakan ibadah semenjak usia
dini?
Jawab: nggih, pun kulo biasake ket TK (iya, sudah saya biasakan semejak
TK)
18. Apakah anda selalu mengecek kegiatan beribadah anak?
Jawab: nggih, sok tak tangleti ngaose pripun ngoten (iya, sering saya tanya
mengajinya bagaimana)
19. Sejak usia berapa anda membiasakan anak melaksanakan ibadah puasa
wajib?
Jawab: ket TK mpun latihan poso, awale setengah hari, terus sue-sue full
ngoten (sudah semenjak TK sudah saya latih puasa, awalnya hanya
setengah hari, lama-kelamaan sudah kuat sampai maghrib)
20. Apakah anda menganjurkan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunah?
Jawab: nggih kadang nek kulo tangi wengi niku to njo melu-melu, mak‟e
sholat tahajjud ngoten (iya, terkadang ketika saya bangun malam dia
ikut bangun)

Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak
Perilaku Anak
49. Apakah anak anda memiliki temperamen yang tinggi?
Jawab: mboten (tidak)
50. Apakah anak anda mudah terpengaruh?
Jawab: nggih kadang nek kancane ngene melu ngene kancane ngono melu
ngono, (iya, terkadang jika teman begini, ikut begini, teman begitu ikut
begitu)
51. Apakah anak anda menunjukkan sikap kurang bersahabat?
Jawab: mboten, nggih nek dolan yo dolan karo koncone (tidak, jika bermain
ya bermain bersama teman-temannya)
52. Apakah anak anda bersikap agresif melebihi anak-anak lain?
Jawab: mboten (tidak)
53. Apakah anak anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
Jawab: nggih, wong nek enten lomba teng TPQ nopo teng sekolahan niku
sok tumut nggih, lak wingi niko ndrek lomba ngaos niku angsal juara,
dados anak berprestasi ngoten wong jilidan angsal juara, tajwid angsal
juara, maos doa-doa angsal juara terus nyuwun hadiah kaleh kulo
barang (iya, ketika ada lomba di TPQ maupun sekolahan selalu ikut,
ketika ikut lomba di TPQ termasuk anak berprestasi karena lomba
jilidan dapat juara, tajwid dapat juara, baca doa harian dapat juara, lalu
juga minta hadiah dari saya)
54. Apakah anak anda akan cepat tanggap jika ada anggota keluarga lain
yang terkena musibah?
Jawab: nggih, sok gage meni ayo mak tilek (iya, sering mengajak untuk
menjenguk)
55. Apakah anak anda bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan
kepadanya?
Jawab: nggih, misal diparingi tugas ngoten nggih dikerjakke (iya, ketika
diberi tugas ya dikerjakan)
56. Apakah anak masih harus disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak
akhir)
Jawab: maem taseh disiapke meski mpun mboten didulang, tapi kadang
mpun madosi kiambak misal pengen maem mie nggih damel kiambak
(masih disiapkan ketika makan meskipun tidak disuapi, tapi terkadang
ketika ingin makan sudah menyiapkan sendiri, misal ingin makan mie
ya membuat sendiri)
57. Ketika bangun tidur apakah anak langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: kulo sing lempiti slimute (saya yang melipat selimut sendiri)
58. Apakah anak sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri
maupun bekas orang lain?
Jawab: nek asah-asah nggih tasih kulo asahi (kalau mencuci piring masih
saya yang melakukan)
59. Apakah anak mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: nggih, kadang ngumbahi kiambak, kadang tak kumbahke, mesakke
to wong taseh alit (iya, kadang mencuci sendiri kadang saya cucikan,
kasihan masih kecil)
60. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anak berpamitan dengan
mencium tangan?
Jawab: nggih, nek pamitan mesti cium tangan (iya, kalau berpamitan pasti
cium tangan)
61. Apakah anak meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan
tugas sekolah?
Jawab: kerep-kerepe digarap kiambak, terus mangkeh paling dicoccokke
kaleh rencange (seringnya dikerjakan sendiri, kemudian nanti
dicocokkan dengan teman-temannya)

VIII. Untuk anak


Nama : Bunga Lailatus Shalihah
Usia : 8 tahun
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

27. Apakah anda masih disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak akhir)
Jawab: kadang iya, kadang tidak
28. Apakah anda masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: tidak
29. Apakah anda masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang sekolah?
(kanak-kanak akhir)
Jawab: tidak, bareng teman-teman
30. Apakah anda sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas dari
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: kadang minta bantuan ibu
31. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: iya
32. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
Jawab: iya
33. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: kadang dicuci ibu
34. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda berpamitan dengan
mencium tangan orangtua?
Jawab: iya
HASIL WAWANCARA
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

IX. Untuk Orangtua Single Parent


I. Identitas Informan
Nama : Repiyah
Usia : 43 tahun
Alamat : RT.03 RW.02, Desa Jetis
Hari, Tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Pukul : 10. 30-11.05
J. Pertanyaan
Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Single Parent
Penanaman Disiplin
33. Apakah anda menerapkan peraturan mengenai waktu bermain anak
anda?
Jawab: tak bebaske mawon, paling nek bar sekolah, jam 2 muleh, jam 4
ngaji (saya bebaskan saja, setelah pulang sekolah, pulang sekolah pukul
2 kemudian pukul 4 mengaji)
34. Jika anak pulang melebihi waktu yang ditentukan apa anda akan
menghukum anak?
Jawab: mboten nate wangsul telat (tidak pernah pulang terlambat)
35. Apakah anda menerapkan peraturan belajar untuk anak setiap hari?
Jawab: nggih, setiap hari sinau (iya, setiap hari belajar)
36. Apakah anda akan membangunkan anak di pagi hari jika anak terlambat
bangun?
Jawab: kadang gugah, kadang tangi dewe (terkadang saya bangunkan,
terkadang bangun sendiri)
37. Apakah anda sering melakukan pengecekan terhadap perilaku atau
kegiatan yang dilakukan anak di luar rumah?
Jawab: wong sok wes ngerti dewe kok ya ora perlu tak cek bocahe wes
ngerti sing apik utowo sing elek (anak sudah tau sendiri harus
bagaimana, jadi tidak perlu saya cek dia sudah tahu mana yang baik
mana yang buruk)
38. Jika anak berperilaku buruk apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: yo tak kandani nek wes mulai rodo ngengkel (sering saya nasehati
jika sudah mulai membangkang)
39. Ketika anda bekerja diluar seharian, apakah anda mengecek kegiatan
anak dengan menghubungi anggota keluarga yang lain?
Jawab: iyo, tak takoke karo se nang umah (iya, saya tanyakan sama yang di
rumah)

Pemberian Hukuman dan Penghargaan


21. Apakah anda sering menghukum anak jika tidak menaati perintah?
Jawab: tidak pernah
22. Apakah anda memberikan hukuman fisik pada anak?
Jawab: tidak pernah
23. Jika anak berprestasi apakah anda akan memberi hadiah?
Jawab: yo kadang sok njaluk hadiah (terkadang anak minta hadiah)
24. Seberapa sering anda menasehati anak mengenai masa depan anak
dengan lebih rajin belajar?
Jawab: setiap hari tak kandani (setiap hari saya nasehati)
25. Ketika terjadi masalah, apakah anda sering mengungkit mengenai status
single parent anda dihadapan anak?
Jawab: tidak pernah
Ketakwaan Terhadap Tuhan
21. Apakah anda mendampingi anak ketika beribadah seperti mengaji atau
melaksanakan sholat?
Jawab: iya kadang, nek sholat bareng (iya, terkadang ketika sholat
berjamaah)
22. Apakah anda membiasakan anak melaksanakan ibadah semenjak usia
dini?
Jawab: iya, tak biasake ket cilik tapi mandang saiki bocahe rodo keset nek
gek karep yo dilakoni nek ora karep yo ora (iya, saya biasakan sejak
kecil tapi sekarang menjadi agak malas-malasan, jika ingin shalat ya
shalat jika tidak ya tidak mau melaksanakan)
23. Apakah anda selalu mengecek kegiatan beribadah anak?
Jawab: yo paling tak takoni mpun sholat dereng (hanya saya tanya sudah
shalat atau belum)
24. Sejak usia berapa anda membiasakan anak melaksanakan ibadah puasa
wajib?
Jawab: ket TK wes tak latih poso (semenjak TK sudah saya latih berpuasa)
25. Apakah anda menganjurkan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunah?
Jawab: durung wong iseh cilik (belum karena masih kecil)

Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak
Perilaku Anak
62. Apakah anak anda memiliki temperamen yang tinggi?
Jawab: tidak
63. Apakah anak anda mudah terpengaruh?
Jawab: yo kadang tiru-tiru kancane (ya kadang ikut-ikutan temannya)
64. Apakah anak anda menunjukkan sikap kurang bersahabat?
Jawab: nek main ting griyo rodo malu dan kurang PD soale rencange
benten kaleh seng teng sekolahan, nek se teng griyo boten patio akrab
(ketika bermain di rumah anaknya pemalu dan kurang percaya diri
karena teman di rumah dan di sekolah beda, kalau sama teman yang di
rumah kurang akrab)
65. Apakah anak anda bersikap agresif melebihi anak-anak lain?
Jawab: mboten (tidak)
66. Apakah anak anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
Jawab: nggih kadang wanen kadang isen nek ting sekolahan niku ken maju
ting kelas menjawab soal jare (terkadang malu terkadang berani jika di
kelas disuruh maju menjawab soal)
67. Apakah anak anda akan cepat tanggap jika ada anggota keluarga lain
yang terkena musibah?
Jawab: kurang tanggap
68. Apakah anak anda bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan
kepadanya?
Jawab: nggih tanggung jawab, nggih digarap nek angsal tugas (iya,
bertanggung jawab dikerjakan jika dapat tugas)
69. Apakah anak masih harus disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak
akhir)
Jawab: kadang tasih disiapke walaupun mboten didulang (terkadang masih
disiapkan walaupun tidak disuapi)
70. Apakah anak masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: nggih nek mandi tasih kudu diken terutama mandi sore (mandi
masih harus disuruh terutama mandi sore)
71. Apakah anak masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: antar jemput saking sekolahan (dijemput dan diantar dari
sekolahan)
72. Apakah anak sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas
dari sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: mboten (tidak)
73. Apakah anak sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri
maupun bekas orang lain?
Jawab: kadang yo asah-asah dewe, kadang ora (terkadang dicuci sendiri,
terkadang tidak)
74. Apakah anak mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: nek ngumbai iseh tak kumbahke (kalau mencuci masih saya
cucikan)
75. Apakah anak sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: mboten tak ken ewang-ewang sok an, paling nyaponi niku (tidak
saya anjurkan untuk membantu, hanya menyapu saja biasanya)
76. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anak berpamitan dengan
mencium tangan?
Jawab: nggih (iya)
77. Apakah anak meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan
tugas sekolah?
Jawab: sok digarap kiambak, paling tanglet kulo nek nten se mboten
ngertos (biasa dikerjakan sendiri, kadang tanya kepada saya jika tidak
tahu)

X. Untuk anak
Nama : Melissa
Usia : 9 tahun
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

35. Apakah anda masih disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak akhir)
Jawab: kadang masih, kadang menyiapkan sendiri
36. Apakah anda masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: tidak, mandi sendiri
37. Apakah anda masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang sekolah?
(kanak-kanak akhir)
Jawab: diantar jemput bis sekolah
38. Apakah anda sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas dari
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: kalau tidk bisa minta bantuan ibu
39. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: iya, melipat selimut sendiri
40. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
Jawab: kadang-kadang sendiri, kadang dicuci ibu
41. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: tidak, pakaiannya dicuci ibu
42. Apakah anda sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: kadang menyapu
43. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda berpamitan dengan
mencium tangan orangtua?
Jawab: iya, pamitan dengan mencium tangan ibu
44. Apakah anda meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan tugas
sekolah?
Jawab: kalau tidak bisa, minta diajarin ibu
HASIL WAWANCARA
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

XI. Untuk Orangtua Single Parent


K. Identitas Informan
Nama : Trimunasih
Usia : 27 tahun
Alamat : RT.11 RW.04, Desa Jetis
Hari, Tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Pukul : 11.15-12.00
L. Pertanyaan
Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Single Parent

Penanaman Disiplin
40. Apakah anda menerapkan peraturan mengenai waktu bermain anak
anda?
Jawab: nggih nek wangsul sekolah niko to, paling main sebentar (setiap
setelah pulang sekolah, main sebentar)
41. Jika anak pulang melebihi waktu yang ditentukan apa anda akan
menghukum anak?
Jawab: nggih tak seneni, kan dipadosi main ting pundi terus tak kasih tau
to (saya marahi, pertama saya cari main di mana lalu saya nasehati)
42. Apakah anda menerapkan peraturan belajar untuk anak setiap hari?
Jawab: nggih setiap hari, walaupun libur (iya setiap hari walaupun sekolah
libur)
43. Apakah anda akan membangunkan anak di pagi hari jika anak terlambat
bangun?
Jawab: nggih kudu digugah (iya, harus dibangunkan)
44. Apakah anda sering melakukan pengecekan terhadap perilaku atau
kegiatan yang dilakukan anak di luar rumah?
Jawab: nggih tak tangleti bocahe wau dolanan nopo teng pundi (iya, saya
tanya tadi main apa di mana)
45. Jika anak berperilaku buruk apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: nggih tak kasih tahu ngoten, tak nasehatin (saya nasehati)
46. Jika anak bermain diluar seharian apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: nggih mesti tak kandani (pasti saya nasehati)
47. Ketika anda bekerja diluar seharian, apakah anda mengecek kegiatan
anak dengan menghubungi anggota keluarga yang lain?
Jawab: nggih tak tangletke mbahe (iya saya tanyakan mbahnya)

Pemberian Hukuman dan Penghargaan


26. Apakah anda sering menghukum anak jika tidak menaati perintah?
Jawab: nggih nek mpun mboten saget dikandani alus nggih kadang tak
jewer (kalau sudah tidak bisa dinasehati secara halus, maka saya jewer)
27. Apakah anda memberikan hukuman fisik pada anak?
Jawab: nggih paling tak jewer niku nek nakal, tapi nggih mboten sero-sero
(hanya saya jewer jika sudah tidak bisa dinasehati, tapi ya tidak keras-
keras)
28. Jika anak berprestasi apakah anda akan memberi hadiah?
Jawab: nggih sok nyuwun hadiah kadang (ya terkadang minta hadiah)
29. Seberapa sering anda menasehati anak mengenai masa depan anak
dengan lebih rajin belajar?
Jawab: setiap hari kulo kandani (setiap hari saya nasehati)
30. Ketika terjadi masalah, apakah anda sering mengungkit mengenai status
single parent anda dihadapan anak?
Jawab: mboten (tidak)
Ketakwaan Terhadap Tuhan
26. Apakah anda mendampingi anak ketika beribadah seperti mengaji atau
melaksanakan sholat?
Jawab: nggih kadang nek shalat sok tiru-tiru kulo, tapi nek ngaji niku tak
titipke ting TPQ (terkadang jika shalat ikut-ikutan saya, tapi mengajinya
saya titipkan di TPQ)
27. Apakah anda membiasakan anak melaksanakan ibadah semenjak usia
dini?
Jawab: nggih, ket alit mpun tak ken nderek ngaos ting TPQ (iya, semenjak
kecil sudah saya anjurkan mengaji di TPQ)
28. Apakah anda selalu mengecek kegiatan beribadah anak?
Jawab: nggih, paling tak tangleti niku larene pripun ngaose (iya, biasanya
saya tanyakan pada anak, bagaimana mengajinya)
29. Sejak usia berapa anda membiasakan anak melaksanakan ibadah puasa
wajib?
Jawab: nggih kemarin niku nderek poso, tapi cuma setengah hari (bulan
puasa kemarin sudah mulai berlatih puasa setengah hari)
30. Apakah anda menganjurkan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunah?
Jawab: dereng (belum)

Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak
Perilaku Anak
78. Apakah anak anda memiliki temperamen yang tinggi?
Jawab: nggih kadang nek dikasari malah sok nesu (terkadang kalau dikasari
malah marah)
79. Apakah anak anda mudah terpengaruh?
Jawab: nggih sok melu-melu kancane (suka ikut-ikutan teman)
80. Apakah anak anda menunjukkan sikap kurang bersahabat?
Jawab: sok malu-malu bocahe niku dadi jarang keluar, nek main di luar tak
ken wangsul ben dolanan teng griyo mawon (anaknya malu-malu
sehingga jarang main di luar karena ketika bermain di luar langsung
saya suruh pulang, biar main di rumah saja)
81. Apakah anak anda bersikap agresif melebihi anak-anak lain?
Jawab: mboten (tidak)
82. Apakah anak anda suka memberontak?
Jawab: nggih nek gek rewel niku paling (kadang suka rewel)
83. Apakah anak anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
Jawab: sok malu-malu anake kulo niku, tapi nggih kadang wani (anak saya
itu pemalu, tapi terkadang juga pemberani)
84. Apakah anak anda akan cepat tanggap jika ada anggota keluarga lain
yang terkena musibah?
Jawab: dereng nalar nek niku (belum cukup tanggap terhadap masalah itu)
85. Apakah anak anda bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan
kepadanya?
Jawab: nggih nek nten tugas sok digarap, tak kancani (jika ada tugas ya
dikerjakan, saya dampingi)
86. Apakah anak masih harus disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak
akhir)
Jawab: tasih, kadang tasih dulang (kadang masih disuapi ketika makan)
87. Apakah anak masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: nggih nek apung tasih diken (jika mandi masih harus disuruh)
88. Apakah anak masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: paling diantar niku, nek wangsul sareng rencang-rencange (hanya
diantar, kalau pulang bareng teman-temannya)
89. Apakah anak sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas
dari sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: nggih, tak kancani nek pas garap tugas (iya, saya temani ketika
mengerjakan tugas)
90. Ketika bangun tidur apakah anak langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: mboten (tidak)
91. Apakah anak sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri
maupun bekas orang lain?
Jawab: mboten (tidak)
92. Apakah anak mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: dereng, tasih kulo se ngumbai (belum, masih saya yang
mencucikan)
93. Apakah anak sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: dereng (belum)
94. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anak berpamitan dengan
mencium tangan?
Jawab: nggih, cium tangan (iya, mencium tangan ketika berpamitan)
95. Apakah anak meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan
tugas sekolah?
Jawab: nggih kulo niku se nyinaoni (saya yang membantunya mengerjakan
tugas)

XII. Untuk anak


Nama : Sintya Puspitasari
Usia : 6 tahun
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

45. Apakah anda masih disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak akhir)
Jawab: iya
46. Apakah anda masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: iya
47. Apakah anda masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang sekolah?
(kanak-kanak akhir)
Jawab: diantar
48. Apakah anda sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas dari
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: iya, dibantu ibu
49. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: tidak, dibereskan ibu
50. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
Jawab: tidak
51. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: tidak
52. Apakah anda sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: belum
53. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda berpamitan dengan
mencium tangan orangtua?
Jawab: iya
54. Apakah anda meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan tugas
sekolah?
Jawab: minta tolong ibu
HASIL WAWANCARA
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

XIII. Untuk Orangtua Single Parent


M. Identitas Informan
Nama : Seti Yani
Usia : 32 tahun
Alamat : RT.10 RW.04, Desa Jetis
Hari, Tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Pukul : 12.10-12.55
N. Pertanyaan
Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Single Parent
Penanaman Disiplin
48. Apakah anda menerapkan peraturan mengenai waktu bermain anak
anda?
Jawab: nggih nek mpun wangsul sekolah (iya, setiap pulang sekolah)
49. Jika anak pulang melebihi waktu yang ditentukan apa anda akan
menghukum anak?
Jawab: nggih tak seneni niku paling (saya marahi ketika pulang terlambat)
50. Apakah anda menerapkan peraturan belajar untuk anak setiap hari?
Jawab: nggih, biasane bar maghrib (iya, biasanya setelah maghrib)
51. Apakah anda akan membangunkan anak di pagi hari jika anak terlambat
bangun?
Jawab: nggih kudu tak gugah (iya, harus saya bangunkan)
52. Apakah anda sering melakukan pengecekan terhadap perilaku atau
kegiatan yang dilakukan anak di luar rumah?
Jawab: nggih tak takoke kancan-kancane niku (saya tanyakan pada teman-
temannya)
53. Jika anak berperilaku buruk apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: nggih tak kandani (saya nasehati)
54. Jika anak bermain diluar seharian apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: tak seneni kon bali, terus tak kandani lha tapi dasare bocah yo tetep
wae dilakoni meneh (saya marahi saya suruh pulang, kemudian saya
nasehati, tapi yang namanya anak-anak ya masih saja diulangi)
55. Ketika anda bekerja diluar seharian, apakah anda mengecek kegiatan
anak dengan menghubungi anggota keluarga yang lain?
Jawab: nggih tak tangletke mbahe (iya saya tanyakan pada mbahnya)

Pemberian Hukuman dan Penghargaan


31. Apakah anda sering menghukum anak jika tidak menaati perintah?
Jawab: tak seneni niku mbak paling kaleh tak kandani (saya marahi kalau
tidak menaati perintah, dengan menasehatinya)
32. Apakah anda memberikan hukuman fisik pada anak?
Jawab: yo nek ora nganut tak jiwit tapi ora sero (kalau tidak mengikuti
perintah saya cubit, tapi tidak keras)
33. Jika anak berprestasi apakah anda akan memberi hadiah?
Jawab: nggih nyuwun hadiah (ya minta hadiah)
34. Seberapa sering anda menasehati anak mengenai masa depan anak
dengan lebih rajin belajar?
Jawab: saben dino tak kandani mbak (setiap hari saya nasehati)
35. Ketika terjadi masalah, apakah anda sering mengungkit mengenai status
single parent anda dihadapan anak?
Jawab: mboten (tidak)

Ketakwaan Terhadap Tuhan


31. Apakah anda mendampingi anak ketika beribadah seperti mengaji atau
melaksanakan sholat?
Jawab: nek ngaji ting TPQ niku, nek shalat kadang kaleh kulo, kulo mboten
patio telaten nek ken ngoprak-oprak Andika shalat wong pancen dasare
cah angel diatur (kalau mengaji di TPQ, shalat kadang bareng saya
kalau lagi ingin, saya tidak begitu telaten jika mendampingi Andika
shalat karena memang anaknya susah disuruh shalat)
32. Apakah anda membiasakan anak melaksanakan ibadah semenjak usia
dini?
Jawab: nggih (iya)
33. Apakah anda selalu mengecek kegiatan beribadah anak?
Jawab: nggih tak tangleti wes shalat durung (saya tanyakan sudah shalat
belum)
34. Sejak usia berapa anda membiasakan anak melaksanakan ibadah puasa
wajib?
Jawab: ket kelas 1 SD wes tak latih poso bedug (sudah sejak kelas 1 SD
mulai saya latih puasa setengah hari)
35. Apakah anda menganjurkan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunah?
Jawab: dereng (belum)

Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak
Perilaku Anak
96. Apakah anak anda memiliki temperamen yang tinggi?
Jawab: nggih nek dikasari malah dadi jengkel (jika dikasari nanti marah)
97. Apakah anak anda mudah terpengaruh?
Jawab: nggih kepinginan kados kancane niku (mudah terpengaruh teman)
98. Apakah anak anda menunjukkan sikap kurang bersahabat?
Jawab: mboten, nek nten kancane nggih dolan, tapi kadang sok malu-malu
nek pas kaleh rencange niku (tidak, jika ada teman bermain ya bermain,
tapi terkadang suka malu-malu jika ingi menghampiri teman)
99. Apakah anak anda bersikap agresif melebihi anak-anak lain?
Jawab: mboten (tidak)
100. Apakah anak anda suka memberontak?
Jawab: nggih nek pengen nopo mboten dituruti ngoten dados nesu (jika
ingin sesuatu kemudian tidak dituruti maka akan marah)
101. Apakah anak anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
Jawab: isinan nek kon maju neng kelas (pemalu jika disuruh maju ke depan
kelas)
102. Apakah anak anda akan cepat tanggap jika ada anggota keluarga lain
yang terkena musibah?
Jawab: dereng nalar nek niku (belum mengerti kalau tentang itu)
103. Apakah anak anda bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan
kepadanya?
Jawab: nek mboten tak tunggoni nggih mboten digarap (kalau tidak saya
dampingi, ya tidak dikerjakan)
104. Apakah anak masih harus disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak
akhir)
Jawab: nggih, tasih disiapke kadang malah didulang nek mboten didulang
mboten purun maem (iya, masih disiapkan, terkadang malah disuapin
karena kalau tidak anaknya tidak mau makan)
105. Apakah anak masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: kadang tasih dipakpungi, nek pakpung niku kudu diken (terkadang
masih saya mandikan, kalau mau mandi itu harus disuruh)
106. Apakah anak masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: mboten, sareng rencange niku (tidak, bareng teman-temannya)
107. Apakah anak sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas
dari sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: nggih tasih digarap kaleh kulo tak tunggoni (iya masih, saya temani
ketika mengerjakan)
108. Ketika bangun tidur apakah anak langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: mboten (tidak)
109. Apakah anak sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri
maupun bekas orang lain?
Jawab: mboten (tidak)
110. Apakah anak mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: mboten (tidak)
111. Apakah anak sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: dereng (belum)
112. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anak berpamitan dengan
mencium tangan?
Jawab: nggih (iya)
113. Apakah anak meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan
tugas sekolah?
Jawab: paling nggih kaleh kulo niku nek mboten kaleh rencang-rencange
(dengan saya kalau tidak ya dengan teman-temannya)

XIV. Untuk anak


Nama : Andika Sajana
Usia : 8 tahun
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

55. Apakah anda masih disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak akhir)
Jawab: iya
56. Apakah anda masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: iya
57. Apakah anda masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang sekolah?
(kanak-kanak akhir)
Jawab: tidak
58. Apakah anda sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas dari
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: iya
59. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: tidak
60. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
Jawab: tidak
61. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: tidak
62. Apakah anda sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: belum
63. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda berpamitan dengan
mencium tangan orangtua?
Jawab: iya
64. Apakah anda meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan tugas
sekolah?
Jawab: iya
HASIL WAWANCARA
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

XV. Untuk Orangtua Single Parent


O. Identitas Informan
Nama : Sunarno
Usia : 45 Tahun
Alamat : RT.07 RW.03, Desa Jetis
Hari, Tanggal : Senin, 17 Juli 2017
Pukul : 17.20-18.00
P. Pertanyaan
Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Single Parent
Penanaman Disiplin
56. Apakah anda menerapkan peraturan mengenai waktu bermain anak
anda?
Jawab: Ya, tak kei wektu kanggo dolan, tapi Winda tak kon nang omah
wae njogo umah (ya saya beri waktu untuk bermain, tapi Winda saya
suruh di rumah saja, menjaga rumah)
57. Jika anak pulang melebihi waktu yang ditentukan apa anda akan
menghukum anak?
Jawab: enggak dihukum, paling tok dikandani (tidak dihukum, hanya
dinasehati)
58. Apakah anda menerapkan peraturan belajar untuk anak setiap hari?
Jawab: ya tak kon belajar, nek Dadang entuk PR sek ora biso digarap dewe
terus diwarai Winda (iya, saya suruh belajar, kalau Dadang dapat PR
yang tidak bisa dikerjakan sendiri maka diajari Winda)
59. Apakah anda akan membangunkan anak di pagi hari jika anak terlambat
bangun?
Jawab: yo tak gugah nek subuh, terus Dadang siap-siap sekolah (saya
bangunkan kalau subuh, lalu Dadang siap-siap untuk sekolah)
60. Apakah anda sering melakukan pengecekan terhadap perilaku atau
kegiatan yang dilakukan anak di luar rumah?
Jawab: paling tak tekoni bocahe nek pas bali sekolah utowo dolan nek
baline telat, tapi kerepe do nang omah (saya tanya setelah pulang dari
sekolah atau bermain apabila pulang terlambat, tetapi mereka sering di
rumah)
61. Jika anak berperilaku buruk apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: ya tak kandani nek ngono kui ora apik (saya nasehati kalau seperti
itu tidak baik)
62. Jika anak bermain diluar seharian apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: yo tak nengke, tapi karo tak kandani nek dolane ora bener (saya
biarkan, tapi juga saya nasehati jika bermainnya tidak ada manfaatnya)
63. Ketika anda bekerja diluar seharian, apakah anda mengecek kegiatan
anak dengan menghubungi anggota keluarga yang lain?
Jawab: yo paling tak takoke Yu Parmi kui se cedak (ya paling saya tanya
dengan Mbak Parmi, tetangga terdekat)

Pemberian Hukuman dan Penghargaan


36. Apakah anda sering menghukum anak jika tidak menaati perintah?
Jawab: ora tau tak tangani, paling tak kandani (tidak pernah saya hukum,
hanya saya nasehati saja)
37. Apakah anda memberikan hukuman fisik pada anak?
Jawab: ora pernah karo anak se jenenge nangani (tidak pernah kasar
dengan anak)
38. Jika anak berprestasi apakah anda akan memberi hadiah?
Jawab: ora mesti (belum tentu)
39. Jika anak anda terlambat pulang hingga larut apakah anda akan
memarahinya? (remaja)
Jawab: Winda ora tau dolan tekan bengi, malah neng omah wae (Winda
tidak pernah keluar sampai malam, ia hanya di rumah saja)
40. Seberapa sering anda menasehati anak mengenai masa depan anak
dengan lebih rajin belajar?
Jawab: yo nek pas kumpul delok tv kae tak kandani
41. Ketika terjadi masalah, apakah anda sering mengungkit mengenai status
single parent anda dihadapan anak?

Ketakwaan Terhadap Tuhan


36. Apakah anda mendampingi anak ketika beribadah seperti mengaji atau
melaksanakan sholat?
Jawab: biasane ngaji nang TPA nek sholat yo paling subuh tak gugah,
maghrib karo isya neng mesjid wong cedak, nek dzuhur „asar aku neng
tempat kerjo (biasanya anak-anak ngaji di TPA, kalau shalat subuh saya
bangunkan, maghrib sama isya‟ shalat di masjid karena dekat, kalau
dzuhur dan „asar saya di tempat kerja)
37. Apakah anda membiasakan anak melaksanakan ibadah semenjak usia
dini?
Jawab: iyo, wes ket cilik tak biasake kon ngaji karo shalat, tapi nek Dadang
rodo angel paling tok ngaji neng TPA (iya, sudah saya biasakan sejak
kecil, tapi kalau Dadang agak susah dan hanya mau ngaji di TPA)
38. Apakah anda selalu mengecek kegiatan beribadah anak?
Jawab: paling tak takoni wes sholat opo durung, ngaji opo ora, nek
Dadang biasane tak ajak neng mesjid nek maghrib karo isya‟ (hanya
saya tanya sudah shalat atau belum, ngaji atau tidak, kalau Dadang
biasanya saya ajak ke masjid setiap maghrib dan isya‟)
39. Sejak usia berapa anda membiasakan anak melaksanakan ibadah puasa
wajib?
Jawab: nek winda ket SD kelas siji wes mulai poso, latian poso mbedug,
nek Dadang tekan saiki iseh mbedug durung kuat poso sedino (kalau
Winda sudah sejak SD kelas 1 belajar puasa sampai dzuhur lalu sampai
maghrib, sedangkan Dadang sampai sekarang masih puasa sampai
dzuhur belum kuat sampai maghrib)
40. Apakah anda menganjurkan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunah?
Jawab: shalat wajib wes gelem wae alhamdulillah, ben sak karepe bocahe
wong aku yo ora isoh ngawasi terus-terusan ( shalat wajib saja sudah
dilaksanakan itu sudah alhamdulillah, biar terserah anaknya saja karena
saya juga tidak bisa mengawasi secara terus menerus)

Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak
Perilaku Anak
114. Apakah anak anda memiliki temperamen yang tinggi?
Jawab: ora, paling nek tak bentak njo bocahe nangis (tidak, tapi kalau saya
bentak anaknya menangis)
115. Apakah anak anda mudah terpengaruh?
Jawab: nek Dadang paling neng sekolahan kepinginan kancane, nek Winda
neng omah wae dadine ora tau neko-neko (kalau Dadang di sekolah
terpengaruh dengan teman-temannya ingin ini ingin itu, kalau Winda di
rumah saja jadi tidak pernah macam-macam)
116. Apakah anak anda menunjukkan sikap kurang bersahabat?
Jawab: pergaulane rodo kurang (pergaulannya kurang dan tertutup)
117. Apakah anak anda bersikap agresif melebihi anak-anak lain?
Jawab: tidak
118. Apakah anak anda suka memberontak?
Jawab: Dadang paling nek pengen opo-opo ora dituruti dadi nangis
(Dadang kalau ingin sesuatu tidak dituruti jadi menangis)
119. Apakah anak anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
Jawab: do isinan kabeh wong neng ngomah wae (pemalu semua karena
sering di rumah saja)
120. Apakah anak anda akan cepat tanggap jika ada anggota keluarga lain
yang terkena musibah?
Jawab: kurang tanggap
121. Apakah anak anda bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan
kepadanya?
Jawab: iya, tanggung jawab tapi kadang yo ora, nek gek gelem wae (iya
tanggung jawab, namun tidak semua dilaksanakan, jika hanya ingin saja
baru dilaksanakan)
122. Apakah anak masih harus disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak
akhir)
Jawab: nek Dadang kudu disiapk emeski wes kelas papat, (kalau Dadang
harus disiapkan walaupun sudah kelas empat)
123. Apakah anak masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: nek adus Dadang kudu dikon, tapi adus dewe ora didusi (Dadang
masih harus disuruh ketika waktunya mandi, tapi ia mandi sendiri tidak
dimandikan)
124. Apakah anak masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: nek mangkat tak terke tapi nek bali bareng-bareng kancane (kalau
berangkat saya antarkan, tapi kalau pulang tidak, biasanya bersama
teman-temannya)
125. Apakah anak sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas
dari sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: nek Dadang biasane ora biso garap kon marai Winda (jika Dadang
tidak bisa mengerjakan, maka minta bantuan Winda)
126. Ketika bangun tidur apakah anak langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: kalau Winda langsung dibereskan, kalau Dadang tidak
127. Apakah anak sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri
maupun bekas orang lain?
Jawab: Winda se sok asah-asah, nek Dadang wong durung ngerti asah-
asah meski wes gede (Winda yang mencuci piring, kalau Dadang tidak)
128. Apakah anak mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: nggon Dadang dikumbahke Winda (pakaian Dadang dicucikan
Winda)
129. Apakah anak sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: nek Winda yo wes resik-resik omah, masak, momong adine (Winda
yang merapikan rumah, masak, dan menemani Dadang)
130. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anak berpamitan dengan
mencium tangan?
Jawab: iyo, soale tak terke tekan sekolahan (iya, karena saya antar sampai
sekolahan)
131. Apakah anak meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan
tugas sekolah?
Jawab: paling nek ono tugas kelompok digarap bareng-bareng (kalau ada
tugas berkelompok dikerjakan bersama-sama teman sekelompoknya)

XVI. Untuk anak


Nama : Dadang Juwantoro
Usia : 10 tahun
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

65. Apakah anda masih disiapkan ketika ingin makan? (kanak-kanak akhir)
Jawab: masih
66. Apakah anda masih harus disuruh dan membutuhkan bantuan ketika
mandi? (kanak-kanak akhir)
Jawab: masih disuruh, tapi mandi sendiri
67. Apakah anda masih diantar jemput ketika berangkat atau pulang sekolah?
(kanak-kanak akhir)
Jawab: diantar saja, pulang bersama teman-teman
68. Apakah anda sering meminta bantuan ketika mengerjakan tugas-tugas dari
sekolah? (kanak-kanak akhir)
Jawab: iya
69. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: tidak
70. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
Jawab: tidak, dicucikan mbak Winda
71. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: tidak, kadang dicuci bapak, kadang mbak winda
72. Apakah anda sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: belum
73. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda berpamitan dengan
mencium tangan orangtua?
Jawab: iya
74. Apakah anda meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan tugas
sekolah?
Jawab: iya, minta bantuan mbak Winda

Nama : Winda Widyastuti


Usia : 17 tahun
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

1. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur


sendiri?
Jawab: iya
2. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
Jawab: iya, saya yang mencuci piring semua
3. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: iya, saya mencuci baju adik dan kadang bapak juga
4. Apakah anda sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: membantu bersih-bersih, masak, mencuci, dan menemani adik
HASIL WAWANCARA
POLA ASUH ORANGTUA SINGLE PARENT
DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
DI DESA JETIS, KECAMATAN SELOPAMPANG
KABUPATEN TEMANGGUNG

XVII. Untuk Orangtua Single Parent


Q. Identitas Informan
Nama : Juwari
Usia : 42 Tahun
Alamat : RT.08 RW.03, Desa Jetis
Hari, Tanggal : Senin, 17 Juli 2017
Pukul : 15.00-16.00
R. Pertanyaan
Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Single Parent
Penanaman Disiplin
64. Apakah anda menerapkan peraturan mengenai waktu bermain anak
anda?
Jawab: iya, waktune dolan yo dolan, sinau yo sinau (iya, waktunya bermain
ya bermain, waktunya belajar ya belajar)
65. Jika anak pulang melebihi waktu yang ditentukan apa anda akan
menghukum anak?
Jawab: paling yo dikandani niku (cukup dinasehati saja)
66. Apakah anda menerapkan peraturan belajar untuk anak setiap hari?
Jawab: bocahe mesti sinau saben dino, bocahe wes ngerti dewe mangsane
sinau yo sinau garap PR (anak saya belajar setiap hari, anaknya sudah
mengerti sendiri kapan waktunya belajar dan mengerjakan PR)
67. Apakah anda akan membangunkan anak di pagi hari jika anak terlambat
bangun?
Jawab: tak gugah nek mpun awan dereng tangi (saya bangunkan jika sudah
siang belum bangun)
68. Apakah anda sering melakukan pengecekan terhadap perilaku atau
kegiatan yang dilakukan anak di luar rumah?
Jawab: yo nek bocahe wes bali tak takoni seko ngendi (kalau anaknya sudah
pulang saya tanya dari mana)
69. Jika anak berperilaku buruk apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab: yo tak kandani sak isohku ngandani (saya nasehati sebisa saya)
70. Jika anak bermain diluar seharian apakah anda akan menasehati atau
membiarkannya?
Jawab : tak nengke wae tapi nek wes wayah wengi tak kon bali (saya
biarkan saja tapi ketika sudah malam saya suruh pulang)
71. Ketika anda bekerja diluar seharian, apakah anda mengecek kegiatan
anak dengan menghubungi anggota keluarga yang lain?
Jawab: ono biyung nang umah se ngawasi bocah-bocah (ada ibu di rumah
yang mengawasi keseharian anak-anak)

Pemberian Hukuman dan Penghargaan


42. Apakah anda sering menghukum anak jika tidak menaati perintah?
Jawab: yo paling tak kandani kui nek neko (hanya saya nasehati saja, jika
berbuat macam-macam)
43. Apakah anda memberikan hukuman fisik pada anak?
Jawab: blas ora tau tak kasari (tidak pernah saya kasari)
44. Jika anak berprestasi apakah anda akan memberi hadiah?
Jawab: yo nek bocahe njaluk tak kei, tapi yo ora kendel ndak kulino, paling
tak kei opo se diperluke (kalau anaknya minta saya kasih, tapi ya tidak
sering nanti jadi kebiasaan)
45. Jika anak anda terlambat pulang hingga larut apakah anda akan
memarahinya? (remaja)
Jawab: orak tak seneni (tidak saya marahi)
46. Seberapa sering anda menasehati anak mengenai masa depan anak
dengan lebih rajin belajar?
Jawab: yo kadang nek ono wektu ngumpul do tak kandani (ya terkadang
jika sedang ada waktu berkumpul saya nasehati)
47. Ketika terjadi masalah, apakah anda sering mengungkit mengenai status
single parent anda dihadapan anak?
Jawab: mboten pernah (tidak pernah)

Ketakwaan Terhadap Tuhan


41. Apakah anda mendampingi anak ketika beribadah seperti mengaji atau
melaksanakan sholat?
Jawab: mboten, paling nek maghrib karo isya do neng mesjid, ngaji neng
TPQ (tidak, kalau maghrib dan isya‟ shalat ke masjid, mengajinya di
TPQ)
42. Apakah anda membiasakan anak melaksanakan ibadah semenjak usia
dini?
Jawab: paling gek iseh cilik do melu neng mesjid (ketika masih kecil
biasanya ikut ke masjid)
43. Apakah anda selalu mengecek kegiatan beribadah anak?
Jawab: kadang tak takoni wes sholat durung (terkadang saya tanya sudah
shalat belum)
44. Sejak usia berapa anda membiasakan anak melaksanakan ibadah puasa
wajib?
Jawab: mulai melbu sekolah dasar wes do latihan poso (mulai awal masuk
sekolah dasar sudah berlatih puasa)
45. Apakah anda menganjurkan anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah
sunah?
Jawab: nek ela ki kadang poso senin kamis, kadang yo tangi bengi nek meh
ujian biasane (kalau Ela terkadang puasa senin kamis, juga bangun
malam sholat tahajjud ketika sedang menghadapi ujian sekolah)
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak
Perilaku Anak
132. Apakah anak anda memiliki temperamen yang tinggi?
Jawab: nek dikasari yo kasar, nek dialusi yo manut (kalau dikasari ya jadi
memberontak, kalau dinasehati secara halus ya mengikuti)
133. Apakah anak anda mudah terpengaruh?
Jawab: nek Budi kae sok gampang tiru kancane, nek Ela saiki ora mbasan
wes melbu SMP ki (kalau Budi mudah terpengaruh teman-temannya,
kalau Ela ketika sudah masuk SMP ini tidak)
134. Apakah anak anda menunjukkan sikap kurang bersahabat?
Jawab: kancane akeh malahan, yo kadang sok do ngumpul neng kene
(teman-temannya banyak, terkadang pada berkumpul di sini)
135. Apakah anak anda bersikap agresif melebihi anak-anak lain?
Jawab: ora tau, kerep-kerepe do manut (tidak pernah, mereka patuh)
136. Apakah anak anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
Jawab: yo nek Ela lumayan, wong sok melu organisasi to neng sekolahan
(kalau Ela lumayan percaya diri, karena sering ikut organisasi di
sekolah)
137. Apakah anak anda akan cepat tanggap jika ada anggota keluarga lain
yang terkena musibah?
Jawab: kadang iyo kadang ora, tergantung keakrabane (terkadang cepat
tanggap, terkadang tidak peduli, tergantung keakraban dan
kedekatannya)
138. Apakah anak anda bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan
kepadanya?
Jawab: nek Ela tanggung jawab, nek Budi kadang iyo kadang ora nek gek
karep tok (kalau Ela bertanggung jawab, sedangkan Budi sesuai
keinginan, kadang bertanggung jawab kadang tidak dilaksanakan)
139. Ketika bangun tidur apakah anak langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: iya, wes do gede kok yo kudune ngerti (iya, sudah besar seharusnya
sudah mengerti sendiri)
140. Apakah anak sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri
maupun bekas orang lain?
Jawab: kerepe se asah-asah yo Ela (yang sering mencuci piring ya Ela)
141. Apakah anak mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: iya, tak kon ngumbai dewe-dewe (iya, saya suruh untuk mencuci
pakaiannya sendiri-sendiri)
142. Apakah anak sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: yo kadang-kadang ya jenengane bocah kok (kadang-kadang,
namanya juga masih anak-anak moodnya masih naik turun)
143. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anak berpamitan dengan
mencium tangan?
Jawab: nek aku iseh nang umah durung mangkat neng tegal yo pamitan,
njaluk sangu (kalau saya masih di rumah belum berangkat ke ladang ya
biasanya pamitan, cium tangan, minta uang saku)
144. Apakah anak meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan
tugas sekolah?
Jawab: paling yo nek Ela nggarap tugas karo konco-koncone kui sok do
dolan rene, nek ora yo Ela se rono (kalau Ela biasanya mengerjakan
tugas dengan temannya pada ke sini, terkadang ya Ela yang main ke
rumah mereka)

XVIII. Untuk anak


Nama : Siti Lailatul Munawaroh
Usia : 13 tahun
Dampak Dari Pola Asuh yang Diberikan oleh Orangtua Single Parent pada
Anak

75. Ketika bangun tidur apakah anda langsung membereskan tempat tidur
sendiri?
Jawab: iya, saya bereskan sendiri
76. Apakah anda sering mencuci piring kotor bekas makannya sendiri maupun
bekas orang lain?
Jawab: iya
77. Apakah anda mencuci pakaiannya sendiri?
Jawab: iya
78. Apakah anda sudah bisa membantu pekerjaan rumah orangtua?
Jawab: biasane bangun pagi, sak derenge mangkat sekolah damel sarapan
kagem kulo, mas, kaleh pak‟e, bar niku mangkat sekolah, pak‟e ting tegil.
Nek wangsul sekolah kadang beres-beres rumah, nyapu, ngumbai, nek
mpun rampung garap tugas sekolah, nek tugase mpun rampung gek dolan,
rodo sore niko ngaji (biasanya bangun pagi sebelum berangkat sekolah
menyiapkan sarapan untuk saya, kakak, sama bapak. Nanti saya berangkat
sekolah, kakak di rumah, bapak ke ladang. Sesudah pulang sekolah
terkadang beres-beres rumah, menyapu, mencuci pakaian, jika sudah
selesai pekerjaan rumah lalu mengerjakan tugas sekolah. Setelahnya baru
main keluar, agak sore mengaji di TPQ)
79. Ketika hendak berangkat sekolah apakah anda berpamitan dengan
mencium tangan orangtua?
Jawab: kadang-kadang, kalau bapak belum berangkat ke ladang
80. Apakah anda meminta bantuan pada orang lain dalam mengerjakan tugas
sekolah?
Jawab: kadang-kadang bersama teman
DOKUMENTASI

Gambar Kantor Kepala Desa Jetis

Gambar lingkungan rumah Ibu Sunaryati


Gambar Masjid Desa Jetis

Gambar lingkungan rumah Ibu Trimunasih


Gambar rumah Ibu Seti Yani

Gambar Rumah Bapak Juwari


Gambar Rumah Bapak Sunarno

Gambar wawancara dengan Bapak Juwari dan Ela


Gambar wawancara dengan Bapak Sunarno, Dadang dan Winda

Gambar wawancara dengan Ibu Dwi


Gambar wawancara dengan Dessi (anak ibu Dwi)

Gambar bersama Ibu Dwi dan Dessi


Gambar wawancara dengan Ibu Repiyah dan Melissa

Gambar wawancara dengan Ibu Seti Yani


Gambar wawancara dengan Ibu Sunaryati

Gambar wawancara dengan Ibu Trimunasih

Anda mungkin juga menyukai