Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN INTERNAL PROGRAM DBD

UPT PUSKESMAS KLANGENAN

TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN

DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS
A. Definisi

Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD)adalah proses


pengamatan,pengumpulan,pengolahan,analisis,dan interprestasi data,serta
penyebarluasan informasi kepada pemegang kebijakan,penyelenggara program
kesehatan,dan stakeholders terkait secara sistematis dan terus menetus tentang
situasi DBD dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit tersebut (determinan)agar dapat dilakukan tindakan pengendalian secara
efektif dan efisien.

Tujuan umum adalah tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai


dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan,pelaksaan,pemantaun,evaluasi program kesehatan dan peningkatan
kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.

Secara khusus tujuan surveilans DBD adalah :

a. Memantau kecenderungan/tren penyakit DBD


b. Kewaspadaan dini KLB serta penanggulangannya
c. Menindaklanjuti laporan kasus DBD dengan melakukan PE,serta
melakukan penanggulangan seperlunya
d. Memonitoring dan evaluasi program pengendalian DBD
e. Menyediakan informasi untuk perencanaan pengendalian DBD
f. Penyusunan kebijakan pengendalian DBD

Jenis dan sumber data DBD

Beberapa variabel data yang berhubungan dengan dengan pengendalian DBD


adalah:

a. Data kesakitan dan kematian menurut golongan umur dan jenis kelamin,kasus
DD,DBD,SRD,EDS dari unit pelayanan kesehatan,Wi,kewaspadaan
mingguan,bulanan,dan tahunan
b. Data penduduk menurut golongan umur tahunan
c. Data desa,kecamatan,kabupaten,profinsi terdapat kasus DD,DBD,SRD,EDS
bulanan dan tahunan
d. Data AJB kecamatan,kabupaten/kota,profinsi hasil dari kegiatan pengamatan
jentik

Data tersebut di atas dapat di peroleh dari:

a. Laporan rutin DBD,mingguan,bulanan ( puskesmas,kabupaten/kota,dan profinsi)


b. Laporan KLB/wabah/W1 ( Puskesmas,kabupaten/kota,profinsi )
c. Laporan laboratorium dari UPK ( Puskesmas,RS,Labkes dll )
d. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan ( Puskesmas,kabupaten/kota )
e. Laporan penyelidikan KLB/wabah ( Puskesmas/kota )
f. Survei kasus ( pusat,profinsi,kabupaten/kota )
g. Laporan data demografi ( puskesmas,kabupaten/kota )
h. Laporan data vektor ( puskesmas,kabupaten/kota )
i. Laporan dari badan meteorologi dan geofisika
profinsi,kabupaten/kota,kecamatan tentang curah hujan dan dari hujan.
B. Ruang Lingkup

1. Epidemiologi penyakit Dengue adalah ilmu yang mempelajari tentang


kejadian dan distribusi frekuensi penyakit Dengue ( DD/DBD/SRD/EDS )
menurut variabel epidemiologi ( orang,tempat dan waktu ) dan berupaya
menentukan faktor resiko ( determinan ) kejadian tersebut pada suatu
kelompok populasi.Distribusi yang di maksud diatas adalah distribusi
orang,tempat dan waktu,sedangkan frekuensi dalam hal ini adalah
insidens,CFR,dll.Determinan faktor resiki yang memberi risiko atas terjadinya
penyakit DD/DBD/SRD/EDS
2. Sejarah
KLB Dengue kali terjadi tahun 1653 di Frech West Indies (Kepulauan
Karibia)Meskipun penyakitnya sendiri sudah dilaporkan di Cina pada
permulaan tahun 992 SM. Di Australia serangan penyakit DBD [ertama kali di
laporkan pada tahun 1897 serta di Italia dan Taiwan pada tahun 1931.KLB di
Filipina terjadi pada tahun 1953-1954 sejak saat itu serangan penyakit DBD
disertai tingkat kematian yang tinggi melanda di beberapa negara di wilayah
Asia Tenggara termasuk India dan Indonesia.
C. Tata Laksana DBD

1) Pertolongan Pertama Penderita Demam Berdarah Dengue oleh Masyarakat


Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik oleh karena itu
masyarakat/keluarga di harapkan waspada jika terdapat gejala dan tanda yang
mungkin merupakan awal perjalanan penyakit tersebut.Gejala dan tanda awal
DBD dapat berupa panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak,terus
menerus selama 2-7 hari,badan lemah/lesu,nyeri ulu hati,tampak bintik-bintik
merah pada kulit seperti bekas gigitan nyamuk di sebabkan pecahnya pembuluh
darah kapiler di kulit.Untuk membedakannya kulit diregangkan bila bintik itu
hilang bukan tanda penyakit DBD.
Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda diatas,maka
pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring selama demam
b. Antipiretik ( paracetamol ) 3 kali 1 tablet untuk dewasa,10-15mg/kgBB/kali
untuk anak.Asetosal,salisilat,ibuprofen jangan di pergunakan karena dapat
menyebabkan nyeri ulu hati akibat gastritis atau perdarahan
c. Kompres hangat
d. Minum banyak (1-2 liter/hari)semua cairan berkalori diperbolehkan kecuali
cairan yang berwarna coklat dan merah ( susu coklat,sirup merah )
e. Bila terjadi kejang ( jaga lidah agar tidak tergigit,longgarkan pakaian,tidak
memberikan apapun lewat mulut selama kejang)

Jika dalam 2-3 hari panas tidak turun atau turun disertai timbulnya gejala dan
tanda lanjut seperti perdarahan di kulit ( seperti bekas gigitan nyamuk) muntah-
muntah,gelisah,mimisan di anjurkan segera berobat/periksaakan ke dokter atau
ke unit pelayanan kesehatan untuk segara mendapat pemeriksaan dan
pertolongan.

2) Langkah-langkah Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue

Penderita yang menunjukan gejala/tanda klinis DBD maka dilakukan


pemeriksaan sebagai berikut :

a. Anamnesis ( wawancara )dengan penderita atau keluarga penderita


tentang yang di rasakan,sehubungan dengan gejala DBD
b. Observasi kulit dan konjungtiva untuk mengetahui tanda
perdarahan.Observasi kulit meliputi wajah,lengan,tungkai,dada,perut dan
paha
c. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital ( kesadaran,tekanan
darah,nadi,dan suhu tubuh )
d. Penekanan pada hipokondrium kanan menimbulkan rasa sakit/nyeri yang
di sebabkan karena peregangan kapsul hati
e. Perabaan hati
f. Uji Tourniquet ( Rumple Leede )
g. Pemeriksaan laboratorium trombosit dan hematokrit

3) Tatalaksana Rujukan Penderita DBD

Demam Berdarah Dengue termasuk salah satu penyakit menular yang dapat
menimbulkan wabah sesuai dengan undang-undang No.4 th 1984 tentang wabah
penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No.560 tahun 1989,maka bila
dijimpai kasus DBD wajib dilaporkan dalam kurun waktu kurang dari 24 jam

Dokter atau petugas kesehatan yang menemukan kasus/tersangka DBD


diwajibkan melaporkan ke puskesmas setempat sesuai domosili ( tempat tinggal )
pasien dan membuat surat pengantar untuk disampaikan kepada kepala
desa/kelurahan melalui keluarga pasien.Formulir rujukan pasien DBD dari puskesmas
dan sarana pelayanan kesehatan lainnya menggunakan formulir atau surat tersendiri
yang memuat data,nama ,jenis kelamin,umur,nama kepala keluarga,alamat,tanggal
mulai masuk rumah sakit dan keluar saarana pelayanan kesehatan (puskesmas
perawatan,rumah sakit)dan pengobatan yang telah diberikan,disampaikan kepada
RS rujukan.

Sebelum merujuk pasien DBD perlu memperhatikan :

a. Tanda vital pasien harus stabil


b. Disertakan formulir dengan hasil parameter klinis dan laboratorium serta terapi
penting yang sudah diberikan

Penderita dirujuk ke rumah sakit bila ditemukan tanda-tanda berikut :

a. Anak tampak lemas


b. Badan dingin,terutama tangan dan kaki
c. Muntah terus menerus
d. Kejang
e. Mimisan
f. Perdarahan lain ( Hematemesis,Melena )

4) Tatalaksana DD dan DBD

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif,yaitu mengatasi


kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai
akibat perdarahan.pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien dirawat diruang
perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan
intensif.Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat
syok,merupakanhal yang penting untuk mengurangi angka kematian.Dipihak lain perjalanan
penyakit DBD sulit diramalkan.Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/DSS terletak pada
ketrampilan para petugas medis dan paramedis ke fase penurunan suhu ( fase kritis,fase
syok )dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai