Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA VI
URIN KUALITATIF
INHAL

Disusun oleh :
Wildan Wisnu Pramudiya PT/07307

LABORATURIUM BIOKIMIA NUTRISI


DEPARTEMEN NITRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
ACARA VI
URIN KUALITATIF

Tujuan Praktikum
Praktikum urin kualitatif bertujuan untuk mengetahui senyawa
organik yang terdapat dalam urin, zat-zat anorganik dan keadaan abnormal
dalam urin.

Tinjauan Pustaka
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi (Murray
dan Robert, 2003). Soenanto dan Kuncoro (2005) menyatakan bahwa ginjal
berfungsi untuk mengatur keseimbangan air, mengatur konsentrasi garam
dalam darah, keseimbangan asam basa, dan pengeluaran bahan buangan.
Ginjal berperan menentukan bahan-bahan yang harus disimpan dan yang
harus dikeluarkan oleh tubuh. Proses pembentukan urin dalam ginjal
meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan
penambahan zat – zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan
kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan
augmentasi terjadi di tubulus distal.
Penyebab urin sedikit dan pekat adalah : sistem counter current,
mekanisme ADH (Anti Diuretik Hormon), penyakit, pengaruh obat, kurang
minum, dan lain-lain. Apabila urin pekat, terjadi retensi air dibandingkan zat
terlarut dan bila urin encer, terjadi ekskresi air yang lebih dibandingkan zat
terlarut. Kedua hal ini memiliki arti penting dalam konservasi dan
pengaturan osmolalitas cairan tubuh. Pengaturan ekskresi air terutama
dilakukan oleh hormon vasopresin yang berkerja pada duktus kolingentes.
Perbedaan kandungan Cl dalam urin dapat disebabkan karena perbedaan
aktivitas ginjal, misalnya perubahan jumlah yang difiltrasi dan reabsorbsi
dalam tubulus, kadar aldosteron dalam darah dan hormon-hormon
adrenokorteksialin dan hormon neuratik (Ganong, 2003).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum urin kualitatif antara lain
tabung reaksi, spiritus/bunsen, penangas air, pipet, kaca, kertas saring,
cawan porselin, waterbath, labu takar, objek glass dan sendok pengaduk.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum urin kualitatif antara
lain NaOH, CuSO4, ureum, fenol merah, Na2CO3 2 %, asam urat, tepung
kedelai, air, pereaksi benedict, HNO3, NH4OH, asam urat, AgNO3, NaOH
10 %, asam pikrat, BaCl2, urin abnormal, benzidin, H2O2, serbuk belerang,
pereaksi Obermeyer, dan khloroform.

Metode
Senyawa organik dalam urin
Uji Biuret terhadap ureum. Dua ml ureum dipanaskan dalam
tabung dengan api kecil, setelah itu didinginkan dan ditambahkan 1 m
NaOH encer dan 1 m CuSO4, serta amati perubahan warna yang terjadi.
Deteksi Ureum secara enzimatik. Dua buah tabung reaksi disiapkan,
tabung reaksi pertama diisi dengan urin dan tabung reaksi kedua diisi
dengan air, kemudian masing – masing tabung reaksi ditambahkan phenol
red, Na2CO3 dan asam asetat, larutan dipanaskan dengan suhu 60o C,
setelah dipanaskan ditambahkan tepung kedelai dan dilihat perubahan
yang terjadi pada masing – masing tabung.
Uji Benedict terhadap garam urat. Urin ditambahkan dengan reagen
benedict dan ditambahkan Na2CO3 serta dipanaskan sampai terbentuk
endapan merah bata.
Uji Murexida. Asam urat padat ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 3
tetes sampai terbentuk endapan berwarna ungu, setelah terbentuk
endapan ditambahkan NH4OH dan dilihat perubahan yang terjadi.
Uji daya mereduksi asam urat. Larutan asam urat ditambahkan
larutan Na2CO3, disiapkan kertas yang sudah dibasahi dengan larutan
AgNO3 dan dilihat noda hitam yang terdapat dalam kertas.
Uji Pikrat. Dua buah tabung reaksi disiapkan, tabung reaksi pertama
diisi dengan urin dan tabung kedua diisi dengan air, masing – masing
larutan ditambahkan asam pikrat jenuh dan NaOH 10%. Masing – masing
tabung dilihat perbedaanya, tabung pertama berwarna jingga dan tabung
kedua berwarna kuning.
Uji terhadap garam ammonium. Tabung reaksi ditambahkan urin,
indikator PP dan Na2CO3 2% , kemudian larutan dipanaskan diatas tabung
reaksi disimpan kaca yang telah dibasahi oleh larutan PP dan dilihat
perubahan pada kaca.
Zat – zat Anorganik dalam urin
Uji khlorida. Tabung reaksi diisi dengan urin sebanyak 1 ml
ditambahkan larutan HNO3 pekat sebanyak 3 - 5 tetes dan 1 ml AgNO3
0,0171 N, kemudian dicatat warna yang terjadi setelah terbentuk warna
ditambahkan NH4OH berlebihan dan diamati perubahan yang terjadi dalam
larutan.
Uji fosfat dan kalsium. Dua buah tabung reaksi disiapkan, masing
– masing tabung diisi dengan 10 ml urin , 3 – 5 tetes NH4OH, kemudian
dipanaskan dengan Bunsen sampai mendidih lalu disaring. Endapan dicuci
dengan akuades menggunakan tabung reaksi lain dan ditambahkan 1 ml
asam asetat 2% , kemudian dipanaskan menggunakan Bunsen sampai
mendidih, kemudian dibagi menjadi 2. Tabung pertama ditambahkan 1 tetes
HNO3 pekat dan 3 tetes amonium molibdat, kemudian dipanaskan dengan
Bunsen dan diamati warna yang terjadi. Tabung ke-2 ditambahkan kalium
oksalat dan dicatat perubahanya.
Uji Sulfat. Tabung reaksi diisi dengan 1 ml urin dan lima tetes HCL
0,4%, kemudian banyak 1 ml BaCL2 10% dan dicatat perubahan yang
terjadi pada larutan.

Keabnormalan Urin
Uji Benedict terhadap urin abnormal. Tabung reaksi diiisi 0,5 urin
abnormal dan ditambahkan 3 ml reagen benedict, kemudian tabung reaksi
dipanaskan dengan bunsen sampai terbentuk endapan merah bata pada
larutan.
Uji Heller. Tabung reaksi diisi 1 ml urin ditambahkan sebanyak 1 ml
HNO3 pekat, penambahan HNO3 dialirkan melalui dinding tabung reaksi,
kemudian dicatat perubahan yang terjadi pada larutan.
Uji Benzidin terhadap pigmen darah. Tabung reaksi diisi dengan 1
ml larutan benzidin dan ditambahkan 1 ml H2O2, kemudian larutan dibagi
menjadi 2, tabung reaksi pertama ditambahkan 1 ml urin normal dan tabung
reaksi ke-2 ditambahkan 1 ml urin abnormal serta dicatat perubahan yang
terjadi dan dibandingkan tabung reaksi pertama yang ke-2.
Uji Gmelin terhadap pigmen empedu. Tabung reaksi diisi dengan 3
ml HNO3 pekat, dan ditambahkan 1 ml urin abnormal, penambahan urin
abnormal dengan cara dialirkan melalui dinding tabung reaksi dan dicatat
perubahan yang terjadi pada larutan.
Uji Hay untuk garam kholat . Dua buah tabung reaksi disiapkan,
tabung reaksi pertama diisi dengan 1 ml urin dan ditambahkan 1 sendok
serbuk belerang. Tabung reaksi ke-2 diisi dengan akuades sebanyak 1 ml
dan ditambahkan 1 sendok serbuk belerang, kemudian amati perbedaanya.
Uji obermeyer terhadap indikan. Tabung reaksi diisi dengan 4 ml
urin dan ditambahkan 5 ml reagen Obermeyer kemudian ditambahkan
khloroform sebanyak 2 ml, kemudian diamati perubahan yang terjadi pada
tabung reaksi.

Hasil dan Pembahasan


Senyawa organik dalam urin
Uji Biuret terhadap ureum. Uji biuret terhadap ureum bertujuan untuk
mengetahui adanya ikatan peptida dalam urin. Prinsip dari uji biuret ini
adalah adanya warna ungu yang terbentuk karena adanya ikatan antara ion
Cu++ dari CuSO4 dengan N dari ureum NaOH ditambahkan sebagai
suasana basa. Peningkatan intensitas warna (semakin gelap) menujukkan
semakin banyak ikatan peptida (kadar ureum tinggi).
Berdasarkan praktikum yang dilakukan urin yang ditambahkan
dengan NaOH dan CuSO4 terbentuk warna ungu. Hal tersebut disebabkan
oleh adanya reaksi antara Cu++ dengan N dalam ureum. Makfoeld et al.,
(2002) mengatakan bahwa adanya ikatan peptida dalam sample ditandai
dengan terbentuknya warna ungu violet ketika larutan tembaga sulfat
ditambahkan ke dalam larutan alkali yang mengandung peptida.
Uji enzimatis terhadap ureum. Uji enzimatik dilakukan bertujuan untuk
mengetahui adanya kadar ureum didalam urin. Prinsip kerja uji enzimatik
yaitu indikator phenol red akan berwarna merah dalam kondisi basa. Warna
tersebut timbul disebabkan karena pada suhu 60oC urea dihidrolisis oleh
enzim urease menjadi NH3 dan CO2. Pada praktikum ini penambahan
Na2CO3 berfungsi untuk memberikan suasana basa sedangkan fungsi
pemanasan 60o C ialah untuk mengoptimalkan kerja enzim urease.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, urin yang ditambahkan asam
asetat dan phenol red dalam suasana basa akan membentuk warna merah.
Hal ini dikarenakan terjadinya hidrolisis urea oleh enzim urease menjadi
NH3 dan CO2. Indikator phenol red akan berwarna merah pada suasana
asam. Penambahan tepung kedelai sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Makfoeld et al.,(2002) bahwa dalam tepung kedelai sebagai sumber enzim
urease sehingga terjadi reaksi enzimatik yang berperan dalam
menghidrolisis urea dalam urin.
Uji Benedict terhadap garam urat. Tujuan dari uji benedict terhadap
garam urat adalah untuk mengetahui adanya garam urat (senyawa
mereduksi). Prinsip dari uji ini adalah terbentuknya endapan merah bata
pada tabung reaksi hal ini disebabkan terbentuk senyawa CuO pada reagen
Benedict yang direduksi oleh garam urat dalam urin menjadi Cu 2O.
Praktikum ini dilakukan dengan penambahan reagen benedict pada urin
yang berfungsi untuk mendapatkan CuSO4 dan ditambah 1 sendok kristal
Na2CO3.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, penambahan reagen
benedict dan Na2CO3 pada urin menyebabkan terbentuknya endapan
berwarna merah, Hal ini disebabkan karena CuO dalam reagen benedict di
reduksi oleh garam kholat menjadi Cu2O. Sumardjo (2006) menyatakan
bahwa pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi benedict akan
menyebabkan terjadi perubahan warna dari biru menjadi kemerah-merahan
dan akhirnya terbentuk endapna merah bata apabila konsentrasi
karbohidrat pereduksi cukup tinggi.
Uji Murexida. Uji murexida dilakukan untuk mengetahui kadar asam
urat dalam urin. Prinsip kerja uji murexida asam urat direduksikan oleh
HNO3 menjadi dialurat dan alloxan. Kemudian senyawa tesebut oleh
NH4OH akan direduksi menjadi amonium purpurat (murexida) yang
berwarna ungu. Praktikum uji murexida dilakukan dengan penambahan
HNO3 pada asam urat berfungsi untuk mereduksi asam urat setelah itu
dipanaskan dengan bunsen dengan tujuan agar terjadi penguapan.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan bahwa penambahan
HNO3 dan NH4OH serta dilakukan pemanasan menyebabkan terjadinya
warna ungu pada cawan. Hal ini dikarenakan terjadi reduksi asam urat oleh
HNO3 dan NH4OH. Febry (2008) mengatakan bahwa asam urat disebabkan
oleh metabolisme purin yang tidak normal ditandai dengan meningkatnya
kadar asam urat dalam darah.

Uji daya mereduksi asam urat. Uji daya mereduksi asam urat ini
bertujuan untuk megetahui adanya daya mereduksi asam urat dalam urin
sapi. Prinsip kerja dari uji daya mereduksi asam urat adalah akan timbulnya
noda hitam karena adanya reaksi antara Ag+ dari AgNO3 telah direduksi
oleh asam urat menjadi Ag. Asam urat sangat sukar larut dalam air tetapi
membentuk garam-garam yang larut dalam alkali. Urin yang dibiarkan akan
ada endapan. Praktikum uji daya mereduksi asam urat ini dilakukan dengan
penambahan Larutan Na2CO3 pada asam urat untuk menimbulkan suasana
basa setelah itu larutan di tetesi ke dalam kertas saring yang dibasahi
dengan AgNO3. Fungsi penambahan AgNO3 ialah untuk mendapatkan ion
Ag+.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan terdapat noda hitam
pada keras saring. Hal tersebut dikarenakan adanya reaksi antara Ag+ dari
AgNO3 telah direduksi oleh asam urat menjadi Ag. Poedjiadi (2005)
menyatakan bahwa urin asam apabila dibiarkan akan menyebabkan asam
urat mengendap karena tidak dapat bereaksi, sehingga memisahkan diri.
Uji pikrat. Uji pikrat dilakukan untuk mengetahui tentang adanya
kreatinin dalam urin. Prinsip kerja uji pikrat adalah asam pikrat yang
berwarna kuning jika bereaksi dengan kreatinin (dalam urin) dalam suasana
basa (NaOH) membentuk kompleks keatin-pikrat yang berwarna jingga.
Pada uji pikrat dilakukan penambahan NaOH yang berfungsi sebagai
suasana basa setelah itu penambahan asam pikrat yang berfungsi untuk
membentuk kratinin-pikrat yang berwarna jingga dengan kreatinin dalam
urin.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan adanya perubahan
warna dari warna kuning ke jingga. Hal ini dikarenakan terbentuknya
kompleks kreatinin-pikrat dari reaksi asam pikrat dengan kreatinin.
Sumardjo (2008) menyatakan bahwa asam pikrat jenuh dalam suasana
basa dapat digunakan untuk menunjukan adanya kreatinin dalam urin.
Oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam urat dan reduksi asam pikrat
menjadi kratinin pikrat yang berwarna jingga.
Uji terhadap garam ammonium. Uji terhadap garam ammonium
bertujuan untuk mengetahui adanya garam amonium dalam urin. Prinsip
dari percobaan ini adalah garam amonium saat dipanaskan akan
melepaskan HN3 dan akan ditangkap oleh indikator pp yang ada dikaca
sehingga membentuk warna merah. Terbentuknya warna merah
menunjukkan adanya amonium dalam urin. Penambahan indikator pp
adalah sebagai indikator warna jika adanya amoniak pada urin warna pada
kaca akan cepat menghilang.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, terbentuk warna merah
muda pada kaca. Warna merah muda pada kaca dikarenakan NH3
ditangkap dengan indikator pp yang terdapat pada kaca. Rohman (2013)
mengatakan bahwa hilangnya N dari tanah karena larut dalam air yang
mengalir atau menguap ke udara melalui proses penguapan NH3.
Zat–zat anorganik dalam urin
Uji khlorida. Uji khlorida (metode volhard ) dalam urin bertujuan
untuk menentukan kadar khlor dalam urin. Prinsip kerja uji kadar cl ialah
bilamana dalam sejumlah larutan yang mengandung ion cl dibubuhkan
larutan AgNO3 berlebihan dan diasamkan dengan asam nitrat maka akan
terbentuk endapan AgCl. Asam nitrat di gunakan untuk mencegah
terjadinya endapan perak fosfat. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan
menggunakan larutan standar ammonium tiosianat dan feri-amonium-sulfat
akan membentuk komplek feri-sulfosianat yang berwarna merah.
Penambahan HNO3 pada urin berfungsi untuk memberi suasana asam
sedangkan penambahan AgNO3 berfungsi untuk mendapatkan Ag+ dan
penambahan larutan standar ammonium tiosianat dan feri-amonium-sulfat
berfungsi untuk membentuk kompleks feri-sulfosianat.
Berdasarkan hasil praktikum yang di lakukan terjadi endapan putih
pada saat penambahan HNO3 yang dikarenakan terjadi reaksi antara asam
nitrat dengan HNO3 sedangkan pada saat ditambahkan NH4OH berlebihan
endapan putih kembali larut. Hal ini dikarenakan terbentuknya komplek feri-
sulfosianat yang berwarna merah. Takami et al. (2008) menyatakan bahwa
dalam urin terdapat senyawa-senyawa anorganik seperti Ca+2, Mg+2, NH4,
Cl-, dan PO4-3.
Uji fosfat dan kalsium. Tujuan dari uji fosfat dan kalsium adalah
untuk mengetahui adanya kandungan fosfat dan kalsium dalam urin. Prinsip
dari uji fosfat dan kalsium ialah adanya endapan amonium fosfomolibdat
yang berwarna kuning menunjukkan adanya fosfat dalam urin. Endapan
kalsium okasalat yang berwarna putih menunjukkan adanya kandungan
kalsium dalam urin.
Sepuluh ml urin ditambah dengan 3 sampai 5 tetes NH 4OH dan
dipanaskan menggunakan bunsen hingga terdapat endapan yang
melayang-layang pada urin. Endapan tersebut disaring menggunakan
kertas saring. Endapan pada kertas saring di cuci menggunakan larutan
aquades dan ditambah 1 ml asam asetat 2% kemudian dipanaskan lagi
hingga mendudidih. Larutan dibagi menjadi dua tabung. Tabung satu
ditambah 1ml HNO3 pekat dan dipanaskan lagi di atas bunsen. Tabung satu
berubah warnanya menjadi kuning namun tidak terdapat endapan pada
tabung reaksi tersebut. Tabung dua ditambah 3 tetes larutan kalium
okasalat. Larutan yang berada pada tabung dua tidak terjadi apa-apa warna
larutan bening seperti air pada dasarnya dan tidak terdapat endapan warna
putih pada larutan tersebut. Uji fosfat dan kalsium ini tidak ditemukan
adanya endapan pada larutan yang berarti hasilnya adalah negatif hal ini
bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor seperti kandungan fosfat dan
kalsium dalam urin yang terlalu sedikit sehingga tidak teridentifikasi atau
memang tidak adanya kandungan fosfat dan kalsium dalam urin sapi PO.
Takami et al.,(2008) menyatakan bahwa dalam urin terdapat senyawa-
senyawa anorganik seperti Ca+2, Mg+2, NH4, Cl-, dan PO4-3.
Uji sulfat. Tujuan dari uji sulfat adalah untuk mengetahui adanya
kandungan sulfat dalam urin sapi. Endapan BaSO 4 yang berwarna putih
dihasilkan dari reaksi antara SO42- (dalam urin) dan Ba2+ dari BaCl2.
Praktikum ini dilakukan dengan menambahkan HCl yang berfungsi untuk
mengasamkan suasana, setelah itu ditambahkan BaCL 2 yang berfungsi
untuk mendapatkan ion Ba2+.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan terjadi perubahan
warna menjadi warna putih keruh. Hal ini dikarenakan adanya endapan
BaSO4 yang dihasilkan dari reaksi antara SO42- (dalam urin) dan Ba2+ dari
BaCl2.
Keabnormalan Urin
Uji Benedict terhadap urin abnormal. Tujuan dari uji benedict
terhadap urin abnormal adalah untuk mengetahui adanya karbohidrat
dalam urin abnormal. Prinsip dari uji benedict terhadap urin abnormal
adalah terbentuknya endapan merah bata pada tabung reaksi disebabkan
glukosa mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Praktikum ini dilakukan dengan
penambahan reagen Benedict pada urin yang berfungsi untuk
mendapatkan ion Cu
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, terdapan endapan
merah karena glukosa dalam urin mereduksi Cu2+ menjadi Cu+.sehingga
terdapat endapan Cu2O. Sumardjo (2006) menyatakan bahwa pemanasan
karbohidrat pereduksi dengan pereaksi benedict akan menyebabkan terjadi
perubahan warna dari biru menjadi kemerah-merahan dan akhirnya
terbentuk endapna merah bata apabila konsentrasi karbohidrat pereduksi
cukup tinggi.
Uji Heller. Tujuan uji Heller adalah untuk mengetahui adanya
albumin dalam urin abnormal. Prinsip kerja uji Heller cincin putih keruh
adalah koagulasi albumin karena penambahan asam nitrat pekat, albumin
akan mengalami denaturasi. Praktikum uji Heller dilakukan dengan
penambahan asam nitrat pekat yang berfungsi untuk mengdenaturasi
albumin.
Berdasarkan hasil dari uji Heller yang dilakukan, larutan dalam urin
abnormal terbentuk endapan cincin putih keruh, karena albumin mengalami
denaturasi dan hasil dari urin normal tidak terdapat cincin putih keruh,
karena dalam larutan ini albumin tidak mengalami denaturasi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya cincin putih keruh
adalah adanya albumin dalam urin, penambahakan HNO3 pekat dan
metode mencampurkan asam nitrat pekat, apabila ditambahkan secara
langsung cicin putih keruh tidak akan terlihat jelas. Seperti apa yang di
katakan oleh Sumardjo (2006) dalam urin abnormal mengandung komposisi
antara lain albumin/protein, glukosa, eritrosit, leukosit, birilubin, urobilirubin
dan urobilin.
Uji Benzidin terhadap pigmen darah. Uji Benzidin ini bertujuan
untuk mengetahui adanya pigmen darah (Hb) dalam urin abnormal. Prinsip
dari uji benzidin terhadap pigmen darah merah dalam urin ini terjadi karena
H2O2 akan mengalami dekomposisi menjadi 2H2O dan O2 karena adanya
Hb. Oksigen yang bebas akan mengoksidasi benzidin menjadi derivatnya
yang berwarna hijau/biru. Praktikum uji Benzidin dilakukan dengan
penambahan H2O2 yang berfungsi untuk menghasilkan 2H2O dan O2
sehingga O2 dapat mengoksidasi Benzidin.
Berdasarkan hasil praktikum yaitu pada urin normal berwarna hijau
hitam lebih bening ketimbang hasil pada urin abnormal berwarna hijau
hitam yang lebih gelap. Hal ini dikarenakan terjadi oksidasi benzidin oleh O2
sehingga membentukwarna biru kehijau hijauan. Djojodibroto (2001)
mengatakan bahwa mengatakan bahwa dalam urin abnormal apabila
mengandung albumin, gula, aseton,nanah atau butir darah.
Uji Gmelin terhadap pigmen empedu. Uji Gmelin ini bertujuan
untuk mengetahui adanya pigmen empedu dalam urin abnormal. Prinsip
kerja dari uji gmelin ini adalah terjadinya reaksi kimia antara urin dengan
HNO3 akan membentuk warna hujau, biru, ungu, merah, kuning
kemerahan. Warna yang berbeda tersebut di sebabkan karena HNO 3
mengkondensasi pigmen empedu yang terdapat dalam urin. Pigmen
empedu seperti bilirubin, biliverdin, urolubilin, arau urubilinogen. Tujuannya
ditambahkan HNO3 agar membuat suasana asam pada urin tersebut dan
mengoksidasikan pigmen empedu pada urin tersebut. Berdasarkan hasil
praktikum diperoleh bahwa terbentuknya warna cincin kuning dikarenakan
terjadinya kondensasi pigmen empedu oleh HNO3. Sumardjo (2006)
mengatakan bahwa dalamurin abnormal mengandung komposisi antara
lain albumin/protein, glukosa, eritrosit, leukosit dan pigmen empedu
(birilubin, urobilirubin dan urobilin).
Uji Hay untuk garam kholat. Uji hay dilakukan untuk mengetahui
adanya kandungan garam kholat dalam urin abnormal. Prinsip kerja uji hay
yaitu tenggelamnya serbuk belerang dalam urin menunjukkan bahwa dalam
urin tesebut terdapat garam kholat yang dapat menurunkan tegangan
permukaan serbuk belerang. Praktikum ini dilakukan dengan penambahan
serbuk belerang yang berfungsi untuk mengetahui adanya garam kholat
dalam urin.
Berdasarkan praktikum ini diperoleh hasil bahwa serbuk belerang
tenggelam pada urin abnormal. Hal ini disebabkan karena garam kholat
dalam urin memiliki fungsi untuk menurunkan tegangan permukaan. Sesuai
dengan apa yang dikatakan oleh Marks et al.,(2000) bahwa lemak dalam
makanan manusia yang tidak larut dalam air akan diemulsikan oleh garam
kholat (garam empedu). Emulsi oleh garam kholat akan menurunkan
tegangan permukaan sehingga memudahkan usus halus untuk menyerap
makanan.
Uji obermeyer terhadap indikan. Uji obermeyer dilakukan
bertujuan untuk mengetahui adanya indikan dalam urin abnormal. Prinsip
kerja uji obermeyer yaitu dengan penambahan obermeyer maka indikan
berubah menjadi indigo blue yang larut dalam khloroform, warna biru ini
menandakan adanya indikan dalam urin. Indikan berasal dari penguraian
triptophan yang masuk dalam darah lalu diekskresikan lewat urin. Uji ini
dilakukan dengan penambahan obermeyer yang berfungsi sebagai
indikator warna sedangkan fungsi khloroform ialah untuk melarutkan indigo
blue
Berdasarkan uji obermeyer terhadap indikan di peroleh warna biru
terang. Hal ini dikarenakan Karena penambahan Obermeyer dan
khloroform dilakukan untuk mengubah indikan menjadi indigo blue yang
dapat larut dalam cairan khloroform. Hal tersebut menyebabkan adanya
warna biru muda yang menandakan adanya indikan dalam urin tersebut.
Poedjiadi (2005) menyatakan bahwa indikan merupakan pemecahan asam
amino triptophan yang masuk dalam darah lalu diekskresikan lewat urin)
dalam urin.
Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat di


simpulkan bahwa pada sampel urin sapi PFH terdapat zat- zat organik
antara lain adanya ikatan peptida, urea,akan tetapi tidak terdapat garam
urat, adanya asam urat, adanya kreatinin, dan adanya garam amonium.
Serta terdapat zat-zat anorganik seperti adanya ion Cl, tetapi tidak
ditemukan adanya phospat dan kalsium, dan terdapat sulfat. Senyawa-
senyawa abnormal yang terkandung pada urin abnormal sampel adalah,
senyawa mereduksi, protein albumin, pigmen empedu, garam kholat
(garam empedu), dan tidak terdapat indikan.

Daftar Pustaka

Djojodibroto D. 2001. Seluk Beluk Periksaan Kesehatan General Medical


Check Up . Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Febri,A.B. 2008. Sajian Sehat Dan Lezat Untuk Penderita Asam Urat .
DeMedia Pustaka. jakarta selatan.
Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Makfoeld, Djarir, Djagal WM, Pudji H, Sri R, Sudarmanto S, Suhardi,


Soeharsono M, Suwedo H, Tranggono. 2002. Kamus Istilah Pangan
& Nutrisi. Kanisius : Yogyakarta.

Marks B.M., Allan D.M.,Collen M.S. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar.


Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Murray, K., Robert.2003.Biokimia Harper. EGC. Jakarta

Poedjiadi, A. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indoneia.


Jakarta

Rohman, M.S. andFauz, A. 2013. Pengaruh pelapisan arangaktif


padapupuk ureaterhadap efisiensi penggunaan pupuk urea dan
prokdutivitas tanaman pakan. DIPOITEKS: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Undip ,1(1),pp.12-16.

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Jakarta.

Takami, Tomonori , Shioyama S.,Fuji K.,Goto Ri., Kuno T. 2008. Qualitative


and relative quantitative analysis of urinary components with
linear ion trap and FT ICR mass spectrometer to search for
biomarkers. Kobe J. Med. Sci. Vol. 54, No. 5, pp. E250-E259.
uji selliwanof

Anda mungkin juga menyukai