Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah Methonomi p-ISSN: 2460-562X

Volume 4 Nomor 2 (2018) e-ISSN: 2598-9693


www.methonomi.net

ANALISIS KEARIFAN LOKAL TERHADAP PENGEMBANGAN


EKONOMI LOKAL USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
WISATA DANAU TOBA KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON
KABUPATEN SIMALUNGUN

Selamat Siregar, Tiur Rajagukguk


Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of local wisdom on
local economic development in the tourist area of Lake Toba Parapat, Sipangan
Bolon District, Simalungun Regency. The hypothesis testing used the Smart Pls
program ver. 3.2.1. As a result, there is an average variable score of tangible
local wisdom values that have an unfavorable category (score score below 4),
namely tourism indicators of infrastructure conditions, cultural heritage
indicators of mythical conditions, and lake / water state tourism. The intangible
local wisdom has an unfavorable category (score score below 4) which is an
indicator of honesty, full of tenderness, indicators of concern, deliberation, and
indicators of courtesy
The R-Square value of 0.597 indicates a fairly strong model. The number
0.597 means that the Local Economic Development (LED) which is able to be
explained by the local wisdom variable is only 59.70%. Local wisdom have a
positive relationship and significant influence on Local Economic Development
(LED)

Key words: Local wisdom variables, Local Economic Development (LED), SEM
SmartPLS

PENDAHULUAN berperilaku dalam berbagai dimensi


Kearifan lokal di Indonesia kehidupan baik saat berhubungan
saat ini menjadi topik bahasan dengan sesama maupun dengan
menarik dibicarakan di tengah alam. Sekarang eksistensi kearifan
semakin menipisnya sumber daya lokal dirasakan semakin memudar
alam dan peliknya upaya pada berbagai kelompok masyarakat.
pemberdayaan masyarakat. Kearifan Kearifan lokal adalah hasil dari
lokal merupakan modal utama masyarakat tertentu melalui
masyarakat dalam membangun pengalaman mereka dan belum tentu
dirinya tanpa merusak tatanan sosial dialami oleh masyarakat yang lain.
yang adaptif dengan lingkungan alam Nilai-nilai tersebut akan melekat
sekitarnya. Kearifan lokal dibangun sangat kuat pada masyarakat tertentu
dari nilai-nilai sosial yang dan nilai itu sudah melalui perjalanan
dijunjung dalam struktur sosial waktu yang panjang, sepanjang
masyarakat sendiri dan memiliki keberadaan masyarakat tersebut.
fungsi sebagai pedoman, Dalam masyarakat yang tinggal di
pengontrol, dan rambu-rambu untuk kawasan objek wisata Danau Toba,

Program Studi Manajemen – FE UMI 2018 124


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net

kearifan lokal diwujudkan dalam Kecamatan Sipangan Bolon


bentuk mitos, legenda, adat, tradisi, Kabupaten Kabupaten Simalungun.
kepercayaan, relief-relief yang
dipahatkan rumah adat, peti mati, TELAAH PUSTAKA
kain tenun dan organisasi-organisasi Konsep Kearifan Lokal
sosial lainnya. Pengertian kearifan lokal (local
Selama ini pembangunan wisdom) dalam kamus terdiri dari
pariwisata Danau Toba hanya dua kata: kearifan (wisdom) dan
mengeksploitasi sumberdaya alam lokal (local). Bila diterjemahkan
tanpa memperhatikan keberadaan yang terdapat dalam kamus Bahasa
masyarakat setempat. Sehingga dapat Inggris maka local berarti setempat,
dilihat masyarakat sekitar Danau sedangkan wisdom (kearifan) sama
Toba belum mempunyai pola pikir dengan kebijaksanaan. Secara umum
melayani, tetapi mengambil maka local wisdom (kearifan
kesempatan demi keuntungan sesaat setempat) dapat dipahami sebagai
menunjukkan kearifan lokal mulai kebijakan setempat (local wisdom),
menurun di masa sekarang. Melalui penuh kearifan, bernilai baik, yang
pendekatan kearifan lokal ini, proses tertanam dan diikuti oleh anggota
dan pelaksanaan pembangunan akan masyarakatnya.
memerhatikan kekayaan budaya Kutanegara, dkk. (2014),
masyarakat setempat, yang bukan menyatakan bahwa kearifan lokal
hanya untuk dilestarikan tetapi adalah semacam pandangan hidup
menjadi instrumen dan landasan dan pengetahuan serta berbagai
dalam pembangunan. Strategi strategi kehidupan yang berwujud
pengembangan ekonomi lokal aktivitas yang dilakukan oleh
ditujukan untuk mengoptimalkan masyarakat lokal dalam menjawab
pemanfaatan potensi sumber daya berbagai masalah di dalam
alam secara berkelanjutan dengan pemenuhan kebutuhan hidup mereka.
menekankan pada pengembangan Pengetahuan ini dapat berupa norma,
daerah pusat pertumbuhan, pusat nilai dan kepercayaan yang
produksi, serta meningkatkan melandasi perilaku suatu masyarakat
pertumbuhan usaha mikro kecil yang terkadang diekspresikan dalam
menengah. Pengembangan ekonomi mitos dan tradisi. Perangkat ini
lokal juga perlu diarahkan untuk (kearifan lokal/kearifan lingkungan)
mendukung perkembangan sektor- dapat dilakukan secara sadar atau
sektor ekonomi yang mempunyai tidak sadar oleh masyarakat yang
potensi menciptakan kesempatan berimplikasi pada pelestarian
kerja yang luas dan memiliki prospek lingkungan.
yang baik dalam meningkatkan Bentuk kearifan lokal dapat
kesejahteraan masyarakat di suatu dikategorikan ke dalam dua aspek,
wilayah. yaitu kearifan lokal yang berwujud
Berdasarkan pemikiran nyata (tangible) dan yang tidak
tersebut, rumusan masalah dalam berwujud (intangible):
penelitian ini adalah analisis a. Kearifan lokal yang
bagaimana pengaruh kearifan lokal berwujud nyata (tangible) Bentuk
terhadap pengembangan ekonomi kearifan lokal yang berwujud
lokal di kawasan wisata Danau Toba nyata meliputi beberapa aspek
berikut:
Program Studi Manajemen – FE UMI 2018 125
Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net
1. Tekstual, beberapa jenis Batak adalah: Batak Toba, Batak
kearifan lokal seperti sistem Karo, Batak Pakpak, Batak
nilai, tata cara, ketentuan Simalungun, Batak Angkola,
khusus yang dituangkan ke dan Batak Mandailing. Kearifan
dalam bentuk catatan tertulis lokal dalam jenisnya dan digunakan
seperti yang ditemui dalam pada suku Batak ini tergolong dalam
kitab tradisional primbon, pepatah (Batak: umpasa) nasihat.
kalender dan prasi (budaya Dan pepatah ini digunakan sebagai
tulis di atas lembaran daun nasehat orang-orang tua kepada
lontar) anak-anaknya. Berikut ada beberapa
2. Bangunan, banyak bangunan- contoh pepatah orang Batak Toba
bangunan tradisional yang dengan artinya:
merupakan cerminan dari  Ingkon songon poting, lam marisi
bentuk kearifan lokal, seperti lam so marsoara
bangunan rumah rakyat. Semakin tinggi ilmu pengetahuan
Bangunan vernakular ini seseorang, harus semakin hati-hati
mempunyai keunikan karena berbicara.
proses pembangunan yang  Jolo dinilat bibir asa nidok hata
mengikuti para leluhur, baik Pikir dahulu baik-baik sebelum
dari segi pengetahuan maupun berbicara
metodenya.  Ingkon sada do songon dai ni aek,
3. Benda cagar budaya unang mardua songon dai ni tuak
Setiap orang harus saling terbuka
b. Kearifan lokal yang tidak agar seia sekata, dan bukan
berwujud (intangible) berdebat dalam pendapat yang
Selain bentuk kearifan lokal berbeda
yang berwujud, ada juga bentuk  Ndang piga halak sigandai
kearifan lokal yang tidak berwujud sidabuan, alai godang sigandai
seperti petuah yang disampaikan hata
secara verbal dan turun temurun Dalam kehidupan tidak banyak
yang dapat berupa nyanyian dan orang yang berkata jujur dan
kidung yang mengandung nilai-nilai berbuat ikhlas, tetap orang-orang
ajaran tradisional. Melalui petuah lebih banyak menggosipi orang
atau bentuk kearifan lokal yang tidak lain dan memutarbalikkan fakta
berwujud lainnya, nilai sosial  Aek godang, aek laut. Dos ni roha
disampaikan secara verbal dari sibahen nasaut
generasi ke generasi. Hasil musyawarah untuk mufakat
itulah yang terbaik
Kearifan Lokal Masyarakat  Tumpakna do tajomna, rim ni tahi
Kawasan Danau Toba Parapat. do gogona.
Batak merupakan salah Organisasi atau kumpulan akan
satu suku bangsa di Indonesia. Nama kuat bila tetap dalam kebersamaan
ini merupakan sebuah tema kolektif dan seia-sekata
untuk mengidentifikasikan beberapa  Martampuk bulung, marbona
suku bangsa yang bermukim dan sangkalan. Marnata suhut
berasal dari Tapanuli dan Sumatera marnampuna ugasan.
Timur, di Sumatera Utara. Suku Mengingatkan supaya keluarga
bangsa yang dikategorikan sebagai terdekat lebih berpratisipasi dan

126 Program Studi Manajemen – FE UMI 2018


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net

bertanggungjawab, jangan terus Menurut A. H. J. Helming


mengandalkan kerabat yang (2003) bahwa PEL adalah suatu
mereka yang hubungan proses dimana kemitraan yang
kekerabatannya jauh mapan antara pemerintah daerah,
 Songon tuhil, ia pinasak masuk, ia kelompok berbasis masyarakat, dan
tinait ro dunia usaha mengelola sumber daya
Bagaikan pahat dipukul; masuk, yang ada untuk menciptakan
ditarik kembali. Maksudnya; lapangan pekerjaan dan merangsang
janganlah bekerja kalau disuruh, (pertumbuhan) ekonomi pada suatu
ambil inisiatif wilayah tertentu. Menekankan pada
 Naso matanggak di hata, naso kontrol lokal, dan penggunaan
matahut di bohi. potensi sumber daya manusia,
Berani mengatakan yang benar itu kelembagaan dan sumber daya fisik
benar dan yang salah itu salah.
Tahut = takut Usaha Kecil dan Menengah
 Dalihan Na Tolu Berdasarkan Keputusan
Kekerabatan saling tolong Menteri Keuangan Nomor 316/KMK
menolong: Kekerabatan 016/194 tanggal 27 Juni 1994, usaha
mencakup hubungan primordial kecil didefinisikan sebagai
suku, kasih sayang dipupuk atas perorangan atau badan usaha yang
dasar hubungan darah. telah melakukan kegiatan/usaha yang
mempunyai penjualan / omset per
Pengembangan Ekonomi Lokal tahun setinggi - tingginya Rp.
(PEL) 600.000.000,00 (di luar tanah dan
Menurut World Bank bahwa bangunan yang ditempati) terdiri
PEL sebagai proses yang dilakukan dari: badan usaha (Fa, CV, PT dan
secara bersama oleh pemerintah, koperasi) dan perorangan
usahawan, dan organisasi non (pengrajin/industri rumah tangga,
pemerintah untuk menciptakan petani, peternak, nelayan, perambah
kondisi yang lebih baik untuk hutan, penambang, pedagang barang
pertumbuhan ekonomi dan dan jasa).
penciptaan lapangan kerja di tingkat Menurut UU No. 20 Tahun
lokal. 2008 yang disebut Usaha Kecil
Menurut International Labour adalah entitas yang memiliki kriteria
Organization (ILO) bahwa PEL sebagai berikut:
adalah proses partisipatif yang 1. Kekayaan bersih lebih dari Rp.
mendorong kemitraan antara dunia 50.000.000,00 (lima puluh juta
usaha dan pemerintah dan rupiah) sampai dengan paling
masyarakat pada wilayah tertentu, banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
yang memungkinkan kerjasama ratus juta rupiah) tidak
dalam perancangan dan pelaksanaan termasuk tanah dan bangunan
strategi pembangunan secara umum, tempat usaha, dan
dengan menggunakan sumber daya 2. Memiliki hasil penjualan tahunan
local dan keuntungan kompetitif lebih dari Rp. 2.500.000.000,00
dalam konteks global, dengan tujuan (dua milyar lima ratus juta rupiah)
akhir menciptakan lapangan sampai dengan paling banyak Rp.
pekerjaan yang layak dan 50.000.000.000,00 (lima puluh
merangsang kegiatan ekonomi. milyar rupiah)

Program Studi Manajemen – FE UMI 2018 127


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net
pengembangan ekonomi lokal adalah
modal sosial (Y1); pendidikan dan
keahlian (Y2); karakteristik sosial &
METODE PENELITIAN ekonomi (Y3); pasar tenaga kerja
Lokasi Penelitian (Y4); kebijakan pengembangan
Penelitian ini dilakukan di ekonomi (Y5); karakteristik geografis
Kawasan Danau Toba, Kelurahan (Y6) (Sinaga, 2013)
Parapat Kecamatan Girsang
Sipangan Bolon, Kabupaten
Simalungun Provinsi Sumatera
Utara.

Gambar 2. Structural Equation


Model SmartPLS
Gambar 1. Peta Objek Wisata Danau
Toba Kecamatan Sipangan Bolon, HASIL
Kabupaten Simalungun, Provinsi Menilai Outer Model atau
Sumatera Utara. Measurement Model
Terdapat dua kriteria di dalam
Sampel penggunaan teknik analisis data
Sampel penelitian ini adalah dengan SmartPLS untuk menilai
30 wisatawan berkunjung ke Parapat outer model yaitu Convergent
dan 30 orang UMKM. Validity dan Composite Reliability.
Convergent validity dari model
Model Analisis pengukuran dengan refleksif
Analisis statistik dalam indikator dinilai berdasarkan korelasi
penelitian ini meliputi : uji validitas antara item score/component score
dan reliabilitas, uji asumsi klasik, yang diestimasi dengan Software
analisis faktor, analisis SEM, uji SmartPLS 3. Ukuran refleksif
kesesuain model, uji hipotesis individual dikatakan tinggi jika
menggurnakan software SmartPLS berkorelasi lebih dari 0,70 dengan
ver 3.2.1. Indikator variabel kearifan konstruk yang diukur. Namun
lokal adalah yang berwujud wisata menurut Chin dalam Ghozali (2006)
alam (X1), pertunjukan budaya (X2), untuk penelitian tahap awal dari
cagar budaya (X3), dan tindak pengembangan skala pengukuran
kearifan lokal tidak berwujud adalah nilai loading 0,6.
sopan santun (X4), penuh kelembutan
(X5), kepedulian (X6), ramah tamah
(X7), kejujuran (X8), kerjasama (X9),
musyawarah (X10) (Menurut Suryadi,
2007). Indikator variabel

128 Program Studi Manajemen – FE UMI 2018


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net

Tabel 1.

Outer Loadings (Measurement Model)

Sumber: Olahan Data Uji Smart PLS v. 3.2.1, 2018.


Pada Tabel. 1 tersebut
menunjukkan bahwa semua indikator Tabel 2.
yang memiliki loading factor di atas Composite Reliability
0,60, maka semua indikator Variabel Composite
dinyatakan semua valid, sehingga Reliability
konstruk untuk semua variabel sudah Kearifan Lokal 0,954
tidak ada dieliminasi dari model. PEL 0,952
Mengevaluasi Reliability Sumber: Olahan Data Uji Smart PLS
Kriteria reliability juga dapat v. 3.2.1, 2018.
dilihat dari nilai reliabilitas suatu Tabel 2. dapat disimpulkan
konstruk. Menurut Ghozali (2006) bahwa semua konstruk memenuhi
konstruk dikatakan memiliki kriteria reliabel. Hal ini ditunjukkan
reliabilitas yang tinggi jika nilainya dengan nilai composite reliability
0,70. Pada Tabel 2. akan disajikan diatas 0,70 sebagaimana kriteria
nilai Composite Reliability untuk yang direkomendasikan.
seluruh variabel.
Mengevaluasi Cronbach Alpha
Kriteria nilai suatu konstruk
dinyatakan reliabel jika Cronbach
Alpha lebih besar dari 0,6
(Ghozali,2006). Pada Tabel 3. akan

Program Studi Manajemen – FE UMI 2018 129


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net
disajikan nilai Cronbach Alpha untuk
seluruh variabel. Tabel 4
Average Variance Extracted
Tabel 3. Variabel AVE
Cronbach Alpha Kearifan Lokal 0,676
Variabel Cronbachs PEL 0,768
Alpha Sumber: Olahan Data Uji Smart PLS
Kearifan Lokal 0,945 v. 3.2.1, 2018.
PEL 0,938 Tabel 4. dapat disimpulkan
Sumber: Olahan Data Uji Smart PLS bahwa semua konstruk memenuhi
v. 3.2.1, 2018. kriteria. Hal ini ditunjukkan dengan
Tabel 3. dapat disimpulkan nilai AVE di atas 0,50 sebagaimana
bahwa nilai Cronbachs Alpha lebih kriteria yang direkomendasikan.
besar 0,60 sehingga dapat Dengan demikian dapat dikatakan
disimpulkan bahwa variabel convergent validity yang baik.
dinyatakan reliabel atau dapat
dipercaya. Pengujian Model Struktur (Inner
Model)
Mengevaluasi Average Variance Pengujian inner model atau
Extracted (AVE) model struktural dilakukan untuk
Kriteria nilai Average Variance melihat hubungan antara konstruk,
Extracted (AVE) dari masing-masing nilai signifikansi dan R-square dari
konstruk. Menurut Ghozali (2006) model penelitian. Model struktural
konstruk dikatakan memiliki AVE dievaluasi dengan menggunakan R-
berada diatas 0,50. Pada Tabel 4. square untuk konstruk dependen uji t
akan disajikan nilai AVE untuk serta signifikansi dari koefisien
seluruh variabel. parameter jalur struktural.

Gambar 3. Model Struktural (Inner Model)

130 Program Studi Manajemen – FE UMI 2018


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net

Dalam menilai model dengan kearifan lokal hanya sebesar 59,70 %


PLS dimulai dengan melihat R-
square untuk setiap variabel laten Pengujian Hipotesis
dependen. Tabel 5. merupakan hasil Signifikansi parameter yang
estimasi R-square dengan diestimasi memberikan informasi
menggunakan SmartPLS. yang sangat berguna mengenai
hubungan antara variabel-variabel
Tabel 5. penelitian. Untuk melihat
R-Square signifikansi kearifan lokal (X)
Variabel R2 terhadap pengembangan ekonomi
Independen lokal (Y) yaitu dengan melihat nilai
Kearifan Lokal 0,597 koefisien parameter dan nilai
Sumber: Olahan Data Uji Smart PLS signifikansi t statistic. Dalam PLS
v. 3.2.1, 2018. pengujian secara statistik setiap
hubungan yang dihipotesiskan
Pada prinsipnya penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
menggunakan 2 buah variabel yang simulasi. Dalam hal ini dilakukan
dipengaruhi oleh variabel lainnya metode bootstraping terhadap
yaitu variabel kearifan lokal (X) sampel. Pengujian dengan
yang dipengaruhi oleh variabel bootstraping juga dimaksudkan
pengembangan ekonomi lokal (PEL) untuk meminimalkan masalah
(Y). Nilai R-Square sebesar 0,597 ketidaknormalan data penelitian.
mengindikasikan model cukup kuat. Hasil output SmartPLS dengan
Angka 0,597 berarti bahwa variabel menggunakan calculate-PLS
pengembangan ekonomi lokal (PEL) Bootstrapping sebagai berikut:
yang mampu dijelaskan oleh variabel

Program Studi Manajemen – FE UMI 2018 131


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net
Tabel 6.
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Sumber: Olahan Data Uji Smart PLS v. 3.2.1, 2


Hasil pada Tabel 6. path mengandalkan keindahan alam
coefficients tampak bahwa variabel Danau Toba. Danau Toba sebagai
kearifan lokal (X) memiliki destinasi yang nyaman dan aman
hubungan yang positif terhadap maka wisatawan akan betah berlama
pengembangan ekonomi lokal lama di sana.
dengan nilai koefisein sebesar 0,772 Pada saat libur sekolah,
dan adanya pengaruh signifikan peningkatkan kunjungan wisata ke
terhadap pengembangan ekonomi Danau Toba meningkat terjadi
lokal (Y) dengan signifikan dengan kemacetan yang panjang. Belum lagi
t.statistic 8,616 pada p-value 0.000. infrastruktur di kawasan Danau Toba
Nilai p-value tersebut lebih kecil dari kurang memadai dari kurangnya
nilai alpha (5%). Artinya bahwa hunian yang terjangkau dan lahan
variabel kearifan lokal berpengaruh parkir menjadikan kurang
positip dan signifikan terhadap nyamannya berwisata.
pengembangan ekonomi lokal. Pada pelestarian sumber daya
air diungkapkan yakni lunturnya
Interpretasi Hasil nilai-nilai kearifan lokal budaya suku
Secara empiris hasil Batak membuat fungsi Danau Toba
pengolahan data diperoleh informasi sebagai sumber air kehidupan mulai
dari responden terdapat skor rata-rata menurun, dimana dahulu Danau
variabel nilai-nilai kearifan lokal Toba dikenal sebagai raja dari segala
yang berwujud terdapat kategori danau sehingga masyarakat sangat
kurang baik (skor nilai di bawah 4) menghormati dan menjaga kualitas
yaitu pada jawaban responden yang airnya, serta perilaku sebagian
terendah terdapat pada indikator masyarakat membuat keramba ikan
wisata keadaan infrastruktur (X13) dan diduga masih adanya dunia
yaitu memiliki skor rata-rata 3,4, usaha membuang limbah domestik
indikator cagar budaya keadaan dan limbah cair ke badan air Danau
mitos (X33) yaitu memiliki skor rata- Toba. Kearifan adalah seperangkat
rata 3,6 dan terakhir pada indikator pengetahuan yang dikembangkan
wisata keadaan danau/air (X11) yaitu oleh suatu kelompok masyarakat
memiliki skor rata-rata 3,7. tentang mengolah, menciptakan atau
Hingga kini destinasi wisata memberdayakan lingkungan,
Danau Toba masih monoton sehingga kearifan ini merupakan
mengandalkan keindahan alamnya sikap arif manusia dalam menjaga
saja. Danau Toba harus punya lingkungannya.
produk wisata yang mampu membuat Secara empiris hasil
orang tertarik di samping pengolahan data diperoleh informasi

132 Program Studi Manajemen – FE UMI 2018


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net

dari responden terdapat skor rata-rata Dalam penelitian ini indikator


variabel nilai-nilai kearifan lokal variabel pengembangan ekonomi
yang tidak berwujud terdapat lokal yang digunakan adalah modal
kategori kurang baik (skor nilai di sosial (Y1); pendidikan dan keahlian
bawah 4) yaitu pada jawaban (Y2); karakteristik sosial & ekonomi
responden yang terendah terdapat (Y3); pasar tenaga kerja (Y4);
pada indikator kejujuran (X8) yaitu kebijakan pengembangan ekonomi
memiliki skor rata-rata 3,3, penuh (Y5); karakteristik geografis (Y6)
kelembutan (X5) yaitu memiliki skor (Sinaga, 2013). Secara empiris hasil
rata-rata 3,5, indikator kepedulian pengolahan data diperoleh informasi
(X6) yaitu memiliki skor rata-rata dari responden terdapat skor rata-rata
3,6, indikator pada musyawarah/ variabel pengembangan ekonomi
mengedepankan dialog (X10) yaitu lokal (PEL) terdapat kategori kurang
memiliki skor rata 3,83 dan terakhir baik (skor nilai dibawah 4) yaitu
pada indikator sopan santun (X4) pada jawaban responden yang
yaitu memiliki skor rata-rata 3,86. terendah terdapat pada indikator
Pengembangan ekonomi lokal Karakteristik sosial ekonomi (Y3)
tidak terlepas dari budaya yaitu memiliki skor rata-rata 2,4,
masyarakat setempat. Pengembangan Kebijakan pengembangan ekonomi
ekonomi lokal harus berbasis budaya (Y5) yaitu memiliki skor rata-rata
masyarakat setempat. Budaya 2,6, indikator Pasar tenaga kerja (Y4)
masyarakat setempat merupakan yaitu memiliki skor rata-rata 3,0,
kearifan lokal yang harus dilestarikan indikator pada Karakteristik
dan dikembangankan dalam bentuk geografis (Y6) yaitu memiliki skor
terintegrasi dalam setiap kegiatan rata 3,3 dan terakhir pada indikator
pembangunan. Kearifan lokal dalam Keahlian stakeholders (Y2) yaitu
bentuk dapat nilai-nilai yang diyakini memiliki skor rata-rata 3,6.
kebenarannya dalam bertingkah laku Hasil analisis deskriptif dalam
sehari-hari masyarakat setempat. penelitian yang dilakukan terhadap
Kelangsungan kearifan lokal akan kelima faktor yang mempengaruhi
tercermin dalam nilai-nilai yang suksesi implmentasi PEL
berlaku dalam kelompok masyarakat mencerminakan bila dilihat dari
tertentu. Nilai-nilai itu menjadi faktor modal sosial karakteristik
pegangan kelompok masyarakat sosial-ekonomi dan kebijakan
tertentu yang biasanya akan menjadi pengembangan ekonomi, program
bagian hidup tak terpisahkan yang PEL masing kurang mendukung
dapat diamati melalui sikap dan untuk diimplementasikan di kawasan
perilaku mereka sehari-sehari. wisata Danau Toba Parapat
Sejalan dengan itu, diharapkan Kecamatan Sipangan Bolon
adanya kesadaran masyarakat Kabupaten Kabupaten Simalungun,
terutama kejujuran (X8), penuh Namun bila dilihat dari faktor
kelembutan (X5), kepedulian (X6), pendidikan dan keahlian serta pasar
musyawarah/mengedepankan dialog tenaga kerja, program PEL sangat
(X10), sopan santun (X4) dalam memungkinkan diimplementasikan
pembangunan pariwisata yang didalam menggali berbagai potensi
berwawasan lingkungan (Rakib, yang dimiliki wilayah wisata Danau
2017). Toba Parapat Kecamatan Sipangan

Program Studi Manajemen – FE UMI 2018 133


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net
Bolon Kabupaten Kabupaten yaitu aspek fisik, sosial, biotis,
Simalungun. tipologis, tata ruang, tata bangunan,
Nilai R-Square sebesar 0,597 budaya, kerajinan, cerita rakyat dan
mengindikasikan terdapat hubungan upacara adat (Rokib, 2017).
kedua variabel yang kuat. Angka
0,597 berarti bahwa variabel KESIMPULAN
pengembangan ekonomi lokal (PEL) Kesimpulan
yang mampu dijelaskan oleh variabel 1. Terdapat skor rata-rata variabel
kearifan lokal hanya sebesar 59,70 nilai-nilai kearifan lokal yang
%. Hal ini dapat dilihat dari hasil berwujud memiliki kategori
tanggapan responden bahwa secara kurang baik (skor nilai di bawah
deskriptif indikator variabel kearifan 4) yaitu indikator wisata keadaan
lokal juga memiliki nilai rendah juga infrastruktur (X13), indikator
indikator variabel pengembangan cagar budaya keadaan mitos
ekonomi lokal. (X33), dan wisata keadaan
Hasil output SmartPLS dengan danau/air (X11). Sedangkan yang
menggunakan calculate-PLS memiliki kategori yang baik
Bootstrapping diperoleh hasil bahwa (skor di atas 4) yaitu pada
variabel kearifan lokal berpengaruh indikator wisata keadaan udara
positif dan signifikan terhadap (X12), pertunjukan budaya (X2)
pengembangan ekonomi lokal. Ini dan cagar budaya keadaan
membuktikan dalam hal rumah adat (X31) dan cagar
pengembangan ekonomi lokal budaya keadaan rumah adat,
berbasis kearifan lokal, masyarakat ulos dan souvenir (X32).
lokal sebagai pelaku yang menjadi 2. Terdapat skor rata-rata variabel
aktor yang akan membangun, nilai-nilai kearifan lokal yang
memiliki dan mengelola langsung tidak berwujud memiliki
fasilitas wisata serta pelayanannya, kategori kurang baik (skor nilai
sehingga dengan demikian dibawah 4) yaitu indikator
masyarakat diharapkan dapat kejujuran (X8), penuh
menerima langsung keuntungan kelembutan (X5), indikator
ekonomi. Pengembangan ekonomi kepedulian (X6),
berbasis kearifan lokal merupakan musyawarah/mengedepankan
konsep mengembangkan potensi dialog (X10), dan indikator sopan
alam, budaya, dan tradisi yang santun (X4). Sedangkan
dimiliki oleh masyarakat setempat. memiliki kategori baik (skor
Masyarakat berpartisipasi langsung nilai diatas 4) yaitu pada
di dalamnya sehingga sedikit demi indikator ramah tamah (X7), dan
sedikit akan tercipta suatu kreativitas kerjasama (X9).
masyarakat dalam mengembangkan 3. Terdapat skor rata-rata variabel
daya tarik wisata sebagai salah satu pengembangan ekonomi lokal
sumber pendapatan dalam (PEL) terdapat kategori kurang
meningkatkan kesejahteraannya. baik (skor nilai di bawah 4) yaitu
Dengan demikian, dalam upaya pada jawaban responden yaitu
mewujudkan suatu daya tarik wisata indikator karakteristik sosial
menjadi destinasi wisata yang ekonomi (Y3), kebijakan
menarik perlu didukung oleh pengembangan ekonomi (Y5),
beberapa indikator kearifan lokal indikator pasar tenaga kerja (Y4)

134 Program Studi Manajemen – FE UMI 2018


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net

indikator karakteristik geografis Parapat Kecamatan Sipangan


(Y6), dan indikator keahlian Bolon Kabupaten Kabupaten
stakeholders (Y2). Sedangkan Simalungun
hanya satu kategori yang 4. Diperlukan penelitian lanjutan
memiliki nilai baik (nilai di atas untuk mengembangkan variabel
4) adalah modal sosial (Y1). lain diluar dua variabel yang
4. Nilai R-Square sebesar 0,597 dikaji dalam penelitian sehingga
mengindikasikan model cukup kajian perencanaan yang
kuat. Angka 0,597 berarti bahwa dihasilkan lebih komprehensif
variabel pengembangan ekonomi dan tepat sasaran di wilayah
lokal (PEL) yang mampu wisata Danau Toba Parapat
dijelaskan oleh variabel kearifan Kecamatan Sipangan Bolon
lokal hanya sebesar 59,70 %. Kabupaten Kabupaten
5. Variabel kearifan lokal (X) Simalungun.
memiliki hubungan yang positif
dan pengaruh signifikan DAFTAR PUSTAKA
terhadap pengembangan Haba, John. (2007). Revitalisasi
ekonomi lokal (PEL) Kearifan Lokal: Studi Resolusi
Konflik di Kalimantan Barat,
Saran Maluku, dan Poso. Jakarta:
1. Pemerintah dan masyarakat ICIP dan European
disarankan untuk mencari solusi Commission
untuk kembali kepada nilai-nilai HATA UMPAMA BATAK TOBA
luhur yang telah turun temurun DAN ARTINYA
dalam pelestarian nilai-nilai http://worldbatakcommunity.bl
kearifan lokal yang selama ini ogspot.com/2015/06/hata-
terjadi penurunan akibat umpama-batak-toba-dan-
perkembangan jaman artinya.html
globalisasi. Helming, A.H.J. 2003. Local
2. Kepada lemabaga keuangan Economic Development New
bank dan pemerintah Sumatera Generations of Actors,
Utara agar bekerjsama untuk Policies, and Instruments for
memperioritaskan dan Africa.Public Administration
mempermudah akses kredit and Development.
kepada Usaha Kecil dan Nyamai-Kisia, C. 2010. Kearifan
menengah wisata Danau Toba Lokal dan Pembnangunan
Parapat Kecamatan Sipangan Indonesia.
Bolon Kabupaten Kabupaten http://phenomenaaroundus.
Simalungun. blogspot.com / 2010 / 06 /
3. Kepada pihak swasta yang ada kearifan - lokal -
di Sumatera Utara disarankan danpembangunan.html
agar dapat berinvestasi serta Munir, Risfan. (2007)
memberikan CSR (Corporate Pengembangan Ekonomi Lokal
Social Responsibility) yang lebih Partisipatif: Masalah, kebijakan
memadai dan lebih tepat sasaran, dan Panduan Pelaksanaan
terutama didalam menumbuh Kegiatan. Jakarta, Local
UMKM dan pengembahan di Governance Support Program
daerah wisata Danau Toba (LGSP)

Program Studi Manajemen – FE UMI 2018 135


Siregar & Rajagukguk (2018) p-ISSN: 2460-562X
Jurnal Ilmiah Methonomi Vol. 4 No. 2 (124-136) e-ISSN: 2598-9693
www.methonomi.net
Rakib, M., (2017). Strategi
Pengembangan Ekonomi
Kreatif Berbasis Kearifan
Lokal Sebagai Penunjang Daya
Tarik Wisata, Jurnal
Kewarisataan Vol. 01, ISSN
2580-7803 (print), 2580-5681
(online) Politeknik Pariwisata
Makassar.
Sinaga, Anton, A.P, 2013, Pengaruh
Pemberdayaan Usaha Kecil
Dan Menengah Terhadap
Pengembangan Ekonomi lokal
dan Kesejahteraan Masyarakat
di Kota Medan. Disertasi.
Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
Supriyadi, Edy. (2007) Telaah
Kendala Penerapan
Pengembangan Ekonomi
Lokal: Pragmatisme dalam
Praktek Pendekatan PEL.
Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota 18 (2): 103-123.
Suryadi, E, dan Kusnendi. 2010,
“Kearifan Lokal Dan Perilaku
Edukatif, Ilmiah, Religius
(Pengaruh Kearifan Lokal
Sunda terhadap Aktualisasi
Perilaku Edukatif, Ilmiah, dan
Religius Sivitas Akademika
Universitas Pendidikan
Indonesia)’, Proceedings of
The 4th International
Conference on Teacher
Education; Join Conference
UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November
2010
Wagiran, dkk. 2010.”Pengembangan
Model Pendidikan Kearifan
Lokal di Wilayah Provinsi DIY
dalam Mendukung Perwujudan
Visi Pembangunan DIY
menuju Tahun 2025 (Tahun
Kedua)”.Penelitian.Yogyakarta
: Biro Administrasi
Pembangunan.

136 Program Studi Manajemen – FE UMI 2018

Anda mungkin juga menyukai