A
A
Pe renca e nt) Pa da
"
T:,#HllT,ffilI Jil?fl ;lffiT
(Rivicw [lcsign)
Oleh
gb
LEMBAGA PENELITIAN
TINIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2013
PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
2. Peneliti
a. Nama Lengkap . Yetty Riris Rotua Saragi, ST" MT
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Golongan/Pangkat : IllbiPenata Muda Tingkat I
d. Jabatan Fungsional .-
e. Jabatan Strultural .-
f. Fakultas/Jurusan : Teknik/Sipil
g. Pusat Penelitian . Teknologi Terapan
Proyek Pelebaran Jl Arnir Hamzah Binjai terletak di Kota Binjai Pr,ovinsi Sumatera
L tara. Lokasi pekerjaan ini berbatasan langsung dengan l(abupaten Langkat menuju Provinsi
\anggro Aceh Darussalam. Status jalan ini adalah Jalan Nasional dimana kondisi jalan
':erkerasan lentur tersebut masih perlu pelebaran agar arus lalu lintas antar kedua Provinsi
.:ircar sefta dapat meningkatkan roda perekonomian sehingga pendapatan perkapita daerah
"ersebut akan meningkat. Dari hasil survey aw-a\ yang dilakukan bersama yaitu PT Hutama
Kan'a, Konsultan dan Pihak DireksilPengawas lapangan di lokasi terdapat utilitas yang ada
:isamping 5 jembatan harus direlokasi. Disamping itu terdapat utilitas (pipa PDAM, jaringan
PL\. TELKOM) yang teftanam di sepanjang rencana pelebaran jalan 1,50 m kiri-kanan dan
:erdasarkan hasil DCP harus direlokasi. Selain darr pada itu terdapat juga pohon-pohon di
separrjang jalan yang mempersulit ruang gerak alat berat untuk melakukan gahan area
:elebaran jalan.
Penelitian ini adalah melakul<an perubahan desain dari perkerasan lentur (flexible
::r ement) menjadi perkerasan kaku (rigid pavement) dan direncanakan ketebalan rigid
:ar ement tidak melampaui/mencapai kedalaman utilitas, dengan kata lain pekerjaan rigid
:a\ elrent tidak rnengganggu utilitas yang ada. Perkerasan kaku (perkerasan beton semen)
.:alah suatu struktur perkerasan yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah
::n lapis beton semen dengan tulangan ataupun tanpa tulangan. Metode dasar pereneanaan
:erkerasan kaku adalah perkiraan lalu lintas dan komposisinya selama umur rencana,
,.ekuatan tanah dasar yang dinyatakan dengan CBR(%), kekuatan beton yang digunakan,
::iis bahu jalan,jenis perkerasan danjenis penyaluran beban.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan buku Pedoman Konstruksi
Batrsunan Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-20A, dihitung tebal
:e:kerasan. Dari hasil perhitungan diperoleh tebal perkerasan yang paling efisien adalah 27
:.1. lantai kerja 10 cm, material porous 10, jadi total kedalaman 47 cm. Sehingga ketebalan
:::kerasan kaku tidak melampaui kedalaman utilitas dan tidak mengganggu utilitas yang ada.
DAFTAR ISI
L{TA PEhIGANTAR
ABSTRAK
B.{B I PENDAHLTLUAN i
II Latar Belakang 1
I: Perumusan Masalah 2
I3 Tujuan Penelitian J
I4 Kontribusi Penelitian J
DAFTAR PUSTAKA
L T\IPIRAN
ilt
KATA PENGANTAR
Pertama sekali dipanjatan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih dan anugerahNya sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Peneliti
menyadari bahwa dengan segala keterbatasannya laporan penelitian ini masih kurang dari
sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran untuk
menyempurnakan laporan penelitian ini.
Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini tanpa bantuan dari berbagai pihak, penelitian
dan laporan penelitian ini tidak akan selesai sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Ir. Hasan Sitorus sebagai Ketua Lembaga Penelitian UHN.
2. Bapak Ir. Humisar Sibarani, MS.Met sebagai Dekan FT UHN.
3. PT Hutama Karya sebagai pelaksana Paket Pekerjaan Pelebaran Jalan Amir Hamzah (Binjai)
sebagai lokasi penelitian.
4. Direktorat Jendral Bina Marga Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Medan
5. Serta pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi yang
membacanya.
Peneliti
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Proyek Pelebaran Jl Amir Hamzah Binjai terletak di Kota Binjai Provinsi Sumatera
Utara. Lokasi pekerjaan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat menuju Provinsi
Nanggro Aceh Darussalam. Status jalan ini adalah Jalan Nasional dimana kondisi jalan
tersebut masih perlu pelebaran agar arus lalu lintas antar kedua Provinsi lancar serta dapat
meningkatkan roda perekonomian sehingga pendapatan perkapita daerah tersebut akan
meningkat.
Penanganan pekerjaan ini oleh Pemerintah Republik Indonesia atas nama Direktorat
Jendral Bina Marga melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional I menunjuk SNVT
Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan Medan dan mendelegasikan Pejabat Pembuat
Komitmen Bagian Pelaksanaan Jalan Metropolitan Medan Barat, Cs untuk
mengkoordinasikan Kontraktor PT Hutama Karya (Persero) untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan tersebut.
Gambaran awal tentang proyek menyangkut data administrasi, data teknik dan batasan
penanganan konstruksi sesuai dengan yang ditetapkan. Proyek Pelebaran Jl Amir Hamzah
(Binjai) mempunyai panjang efektif 6,00 km sesuai Dokumen Kontrak No 02/KTR-
APBN/AH/PPK16/2012 tanggal 15 Maret 2012 dengan nilai kontrak (termasuk PPN) adalah
sebesar Rp 23.144.588.308,00 untuk Tahun Anggaran 2012.
1
I.2 Perumusan Masalah
Dari hasil survey awal yang dilakukan bersama yaitu PT Hutama Karya, Konsultan dan
Pihak Direksi/Pengawas lapangan di lokasi terdapat 5 unit jembatan yang ada terjadi
penyempitan jalan sehingga harus dilakukan pembongkaran paraparet dan penambahan lebar
jemabatan. Setelah dilakukan pengukuran bersama-sama bahwa rata-rata lebar jembatan 9,40
m sehingga untuk memenuhi desain 10,0 m (belum termasuk bahu jalan pada jembatan) maka
rencana pelebaran disetiap jembatan ditambah 2,00 m ( 1,00 m di kiri dan 1,00 m di kanan),
sehingga utilitas yang ada disamping jembatan harus direlokasi.
Disamping itu terdapat utilitas (pipa PDAM, jaringan listrik, dll) yang tertanam di
sepanjang rencana pelebaran jalan 1,50 m kiri-kanan. Dari hasil penggalian kedalaman
utilitas yang berada di sepanjang rencana pelebaran jalan, kedalaman rata-rata 0,60 m – 0,75
mdari permukaan tanah. Berdasarkan hasil DCP diperoleh rencana desain Jl Amir Hamzah di
kedalaman 0,80 m. Sehingga utilitas yang berada di dalam tanah harus direlokasi.
Selain dari pada itu terdapat juga pohon-pohon di sepanjang jalan yang mempersulit
ruang gerak alat berat untuk melakukan galian area pelebaran jalan. Adapun jenis dan jumlah
utilitas yang ada pada Paket Pelebaran Jl Amir Hamzah dapat dilihat pada Tabel I.1 berikut.
Sehubungan dengan hasil survey awal tersebut maka dapat diketahui bahwa kondisi
utilitas di lapangan sangat berdekatan dengan desain pelebaran 1,50 m kiri-kanan dan di
bawah permukaan tanah sedalam 60 – 75 cm terdapat utilitas PDAM, PLN dan TELKOM.
Sementara sesuai desain awal dibutuhkan galian pelebaran dengan kedalaman 80 cm,
sehingga menyebabkan utilitas yang ada akan terkena galian demikian juga pada saat
pemadatan.
Berkaitan dengan hal itu maka pada perencanaan pelebaran disepakati melakukan
perubahan desain dari perkerasan lentur (flexible pavement) menjadi perkerasan kaku (rigid
pavement) dan direncanakan ketebalan rigid pavement tidak melampaui/mencapai kedalaman
utilitas, dengan kata lain pekerjaan rigid pavement tidak mengganggu utilitas yang ada.
2
Tabel I.1. Daftar Jenis dan Jumlah Utilitas Pada Paket Pelebaran Jl Amir Hamzah
Jumlah (bh)
No Jenis Utilitas Ukuran Total (bh)
Kiri Kanan
1 Main Hole
- PT TELKOM - 1 1,1 m x 0,8 m 1
- PT TELKOMSEL 3 8 1,1 m x 0,8 m 11
2 Patok
- PT PLN 1 2 3
- PT XL - 10 10
- PT INDOSAT - 2 2
- P2JJ/PU 2 1 3
3 Pipa / kabel 6 6 Ø 6ʺ sd 10ʺ 12
4 Paving Block - 2 2
5 Traffic Light 5 6 11
6 Pohon 126 21 Ø 20 – 50 cm 147
7 Paku Marka CL 480
8 Baliho 4 4 8
9 Gapura 3 3
Sumber : Hasil Survey
Adapun tujuan penelitian ini adalah melakukan perubahan desain dari perkerasan lentur
(flexible pavement) menjadi perkerasan kaku (rigid pavement) dan direncanakan ketebalan
rigid pavement tidak melampaui/mencapai kedalaman utilitas, dengan kata lain pekerjaan
rigid pavement tidak mengganggu utilitas yang ada.
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PENDAHULUAN
Perkerasan kaku (perkerasan beton semen) adalah suatu struktur perkerasan yang
umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan lapis beton semen dengan
tulangan ataupun tanpa tulangan. Metode dasar perencanaan perkerasan kaku adalah
perkiraan lalu lintas dan komposisinya selama umur rencana, kekuatan tanah dasar yang
dinyatakan dengan CBR(%), kekuatan beton yang digunakan, jenis bahu jalan, jenis
perkerasan dan jenis penyaluran beban.
Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat
beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan
kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kadar air
pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air selama masa pelayanan. Lapis pondasi bawah
pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan bagian utama yang memikul beban,
tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut :
4
- Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
- Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat.
- Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
- Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban
pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di
bawahnya. Bila diperlukan tingkat kenyaman yang tinggi, permukaan perkerasan beton
semen dapat dilapisi dengan lapis campuran beraspal setebal 5 cm.
Gambar 2.3 CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
6
II.3.3 Beton Semen
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength)
umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM
C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3–5 MPa (30-50 kg/cm2). Kuat tarik lentur beton
yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbon, harus
mencapai kuat tarik lentur 5–5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan
dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.
Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat didekati
dengan rumus berikut :
fcf = K (fc’)0,50 dalam MPa atau (2.1)
fcf = 3,13 K (fc’)0,50 dalam kg/cm2 (2.2)
Dengan pengertian :
fc’ : kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2)
fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K : konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat pecah.
Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton yang dilakukan
menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut :
fcf = 1,37.fcs, dalam MPa atau (2.3)
fcf = 13,44.fcs, dalam kg/cm2 (2.4)
Dengan pengertian :
fcs : kuat tarik belah beton 28 hari
Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan kuat tarik
lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk tidak lazim. Serat baja
dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza tol, putaran dan perhentian bus.
Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya melebar sebagai angker
dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang
antara 15 dan 50 mm dapat ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75
dan 45 kg/m³. Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai
dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan.
7
II.3.4 Lalu Lintas
Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakan dalam
jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada
lajur rencana selama umur rencana. Lalu-lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan
volume lalu-lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau data 2 tahun
terakhir. Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang
mempunyai berat total minimum 5 ton. Konfigurasi sumbu (Gambar 2.4) untuk perencanaan
terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu sebagai berikut :
- Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
- Sumbu tunggal roda ganda (STRG).
- Sumbu tandem roda ganda (STdRG).
- Sumbu tridem roda ganda (STrRG).
8
II.3.4.1 Lajur Rencana Dan Koefisien Distribusi
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang
menampung lalu-lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur,
maka jumlah lajur dan koefsien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar
perkerasan sesuai Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distribusi (C) kendaraan
niaga pada lajur rencana
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
9
Faktor pertumbuhan lalu-lintas ( R ) dapat juga ditentukan berdasarkan Tabel 2.2
Tabel 2.2 Faktor pertumbuhan lalu lintas (R)
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
10
Tabel 2.3 Faktor Keamanan (FKB)
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
II.3.5 Bahu
Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa lapisan
penutup beraspal atau lapisan beton semen. Perbedaan kekuatan antara bahu dengan jalur
lalu-lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja perkerasan. Hal tersebut dapat diatasi
dengan bahu beton semen, sehingga akan meningkatkan kinerja perkerasan dan mengurangi
tebal pelat Yang dimaksud dengan bahu beton semen dalam pedoman ini adalah bahu yang
dikunci dan diikatkan dengan lajur lalu-lintas dengan lebar minimum 1,50 m, atau bahu yang
menyatu dengan lajur lalu-lintas selebar 0,60 m, yang juga dapat mencakup saluran dan
kereb.
II.3.6 Sambungan
Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk membatasi tegangan dan
pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan dan pengaruh lenting serta beban lalu-
lintas, memudahkan pelaksanaan, mengakomodasi gerakan pelat. Pada perkerasan beton
semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :
- Sambungan memanjang (Gambar 2.5-2.6)
- Sambungan melintang (Gambar 2.7-2.8)
- Sambungan isolasi (Gambar 2.9-2.10)
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali pada
sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler). Tipikal pola
sambungan diperlihatkan pada Gambar 2.11-2.12.
11
Gambar 2.5 Tipikal sambungan memanjang
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
12
Gambar 2.8 Sambungan susut melintang dengan ruji
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
14
15
16
17
BAB III
LANDASAN TEORI
15
Pilih jenis dan tebal
pondasi bawah,
Gambar 2.2
Tentukan CBR
efektif, Gambar 2.3
16
Tabel 3.1 Langkah-langkah perencanaan tebal perkerasan beton semen
Langkah Uraian Kegiatan
Pilih jenis perkerasan beton semen, bersambung tanpa ruji, bersambung
1
dengan ruji, atau menerus dengan tulangan.
2 Tentukan apakah menggunakan bahu beton atau bukan
Tentukan jenis dan tebal pondasi bawah berdasarkan nilai CBR rencana dan
3 perkiraan jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana sesuai
dengan Gambar 2.2
Tentukan CBR efektif berdasarkan nilai CBR rencana dan pondasi bawah yang
4
dipilih sesuai dengan Gambar 2.3
5 Pilih kuat tarik lentur atau kuat tekan beton pada umur 28 hari (fcf)
6 Pilih faktor keamanan beban lalu lintas (FKB)
Taksir tebal plat beton (taksir awal dengan tebal tertentu berdasarkan
7 pengalaman atau menggunakan contoh yang tersedia atau dapat
menggunakan Gambar 3.6-3.13)
Tentukan tegangan ekivalen (TE) dan faktor erosi (FE) untuk STRT dari Tabel
8
3.1 atau Tabel 3.2
Tentukan faktor rasio tegangan (FRT) dengan membagi tegangan ekivalen (TE)
9
oleh kuat tarik lentur (fcf)
Untuk setiap rentang beban kelompok tersebut, tentukan beban per roda dan
kalikan dengan faktor keamanan beban (FKB) untuk menentukan beban
10
rencana per roda. Jika beban rencana per roda ≥ 65 kN (6,5 Ton), anggap dan
gunakan nilai tersebut sebagai batas tertinggi pada Gambar 3.2-3.4
Dengan faktor rasio tegangan (FRT) dan beban rencana, tentukan jumlah
11 repitisi ijin untuk fatik dari Gambar 3.2, yang mulai dari beban roda tertinggi
dari jenis sumbu STRT tersebut
Hitung persentase dari repetisi fatik yang direncanakan terhadap jumlah
12
repitisi ijin
Dengan menggunakan faktor erosi (FE) tentukan jumlah repitisi ijin untuk
13
erosi dari Gambar 3.3-3.4
Hitung persentase dari repetisi erosi yang direncanakan terhadap jumlah
14
repitisi ijin
Ulangi langkah 11-14 untuk setiap beban per roda pada sumbu tersebut
sampai jumlah repitisi beban ijin yang terbaca pada Gambar 3.2 dan Gambar
15
3.3 atau Gambar 3.4 yang masing-masing mencapai 10juta dan 100juta
repitisi
Hitung jumlah total fatik dengan menjumlahkan persentase fatik dari setiap
16 beban roda pada STRT tersebut. Dengan cara yang sama hitung jumlah total
erosi dari setiap beban roda pada STRT tersebut
17 Ulangi langkah 8-16 untuk setiap jenis kelompok sumbu lainnya
Hitung jumlah tota lkerusakan akibat fatik dan jumlah total kerusakan akibat
18
erosi utnuk seluruh jenis kelompok sumbu
Ulangi langkah 7-18 hingga diperoleh ketebalan tertipis yang menghasilkan
19 total kerusakan akibat fatik dan erosi ≤ 100%. Tebal tersebut sebagai tebal
perkerasan beton semen yang direncanakan
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
17
Tabel 3.2 Tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan tanpa bahu beton
18
Tabel 3.2 Tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan tanpa bahu beton
(sambungan)
19
Tabel 3.2 Tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan tanpa bahu beton
(sambungan)
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
20
Tabel 3.3 Tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan dengan bahu beton
21
Tabel 3.3 Tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan dengan bahu beton
(sambungan)
22
Tabel 3.3 Tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan dengan bahu beton
(sambungan)
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
23
Gambar 3.2 Analisis fatik dan beban repitisi ijin berdasarkan rasio tegangan, dengan/tanpa
bahu beton
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
24
Gambar 3.3 Analisis erosi dan jumlah repitisi beban ijin, berdasarkan faktor erosin tanpa
bahu beton
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
25
Gambar 3.4 Analisis faktor erosi dan jumlah repitisi beban berdasarkan faktor erosi, dengan
bahu beton
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
26
Gambar 3.5 Hubungan antara CBR dengan Modulus reaksi tanah
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
Gambar 3.6 Contoh grafik perencanaan,fcf = 425 MPa, lalu lintas dalam kota,
tanpa ruji, FKB = 1.1
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
27
Gambar 3.7 Contoh grafik perencanaan,fcf = 425 MPa, lalu lintas dalam kota,
tanpa ruji, FKB = 1.2
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
Gambar 3.8 Contoh grafik perencanaan,fcf = 425 MPa, lalu lintas dalam kota,
dengan ruji, FKB = 1.1
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
28
Gambar 3.9 Contoh grafik perencanaan,fcf = 425 MPa, lalu lintas dalam kota,
dengan ruji, FKB = 1.2
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
Gambar 3.10 Contoh grafik perencanaan,fcf = 425 MPa, lalu lintas luar kota,
tanpa ruji, FKB = 1.1
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
29
Gambar 3.11 Contoh grafik perencanaan,fcf = 425 MPa, lalu lintas luar kota,
tanpa ruji, FKB = 1.2
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
Gambar 3.12 Contoh grafik perencanaan,fcf = 425 MPa, lalu lintas luar kota,
dengan ruji, FKB = 1.1
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
30
Gambar 3.13 Contoh grafik perencanaan,fcf = 425 MPa, lalu lintas luar kota,
dengan ruji, FKB = 1.2
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Perkerasan Beton Semen, Dept.
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
31
BAB IV
PERENCANAAN TEBAL PLAT BETON
32
IV.3 REPITISI SUMBU RENCANA
Perhitungan repitisi sumbu rencana selengkapnya pada Lampiran Tabel A.2.
Diperoleh repitisi yang terjadi adalah 5,41.107.
33
Kuat tarik ijin baja = 240 MPa
kg/m
Berat isi beton = 2.400 3
Tulangan Memanjang
146,2 mm2/
As =
5 m
mm2/
Tulangan Melintang As = 29,25
m
Tulangan Memanjang
As = 134,0625 mm2/m
35
Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah = 1,3
Kuat tarik ijin baja = 240 MPa
Berat isi beton = 2.400 kg/m3
Gravitasi (g) = 10 m/dt2
Tulangan Memanjang
As = 97,5 mm2/m
36
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
Tabel A.1 Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya
365 X JSKNH X
JKSN = 6,41E+07
33,07 =
JKSN
6,41E+07
rencana =
Tabel A.2 Perhitungan repitisi sumbu rencana
Beban Lalu
Jenis Jumlah Proporsi Proporsi Repetisi
Sumbu Lintas
Sumbu Sumbu Beban Sumbu yang Terjadi
(ton) Rencana
1 2 3 4 5 6 7
TOTAL 16,68%