Tubes : ETT
Sumber:
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua.
Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2001. Jakarta; p.29-32
Keuntungan jenis anestesi:
Keuntungan anestesi umum: prosedur kerja lebih cepat sehingga sering dilakukan pada
kasus-kasus dengan kecepatan waktu menjadi faktor utama, penurunan insidensi
hipotensi, ketidakstablan kardiovaaskular, jalan napas, serta ventilasi tetap terjga dan
terkontrol.
a. Indikasi spinal anestesi: ekstremitas inferior, sc, operasi daerah perineum, operasi
urologi
b. Indikasi epidural anestesi: pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah,
tatalaksana nyeri saat persalinan, tambahan pada anestesi umum ringan karena
penyakit tertentu pasien.
Sumber:
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua.
Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2001. Jakarta; p.29-32
AMPLE
Defisit puasa: 50% pada 1 jam I, 25% pada jam ke-II, 25% pada jam ke-III
Cairan pemeliharaan:
Sumber: Sarim, BY. Buku Panduan Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi. Jakarta:
Leksana E. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. Semarang. 2015
Pembagian regio:
kanan kiri
Keterangan:
Sumber: Bickley Lynn. Bates: Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2013
Analgesik adalah obat yang memiliki efek menghilagkan atau mengurangi nyeri tanpa
disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainnnya. Opioid disebut sebagai
analgetika narkotika yang sering digunakan dalam anestesi untuk mengendalikan nyeri
saat pembedahan dan nyeri pasca pembedahan.
Pembagian secara klinik yaitu: lemah (kodein) dan kuat (morfin). Penggolongan lainnya
adalah natural (morfin, kodein, papaverin, dan tebain) dan semisintetik (heroin,
dehidromorfin, derivat tebain) dan sintetik (petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil,
remifentanil).
Analgesik non narkotik (Non opioid): paracetamol, aspirin (asam asetil salisilat),
diklofenak, ketorolak, ketoprofen, piroksikam, meloksikam, asetaminofen
Analgesik narkotik memiliki banyak efek samping seperti depresi pernapasan dan
addiksi, akan tetapi obat analgetik golongan narkotik ini memiliki kemampuan analgesik
yang cukup kuat untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Opioid dianjurkan untuk selalu dikombinasi dengan analgesik lain, seperti obat
antiradang non sterois (NSAID) atau asetaminofen. Dengan cara ini maka diperoleh
keuntungan dari efek analgesik aditif dan dosis opioid dapat diminimalkan sehingga efek
samping yang ditibulkan dapat diminimalkan.
Sumber:
Gutstein Howard, Huda Akil. Analgesik Opioid In Goodman & Gilman Dasar
Farmakologi Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua.
Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2001. Jakarta; p.29-32
Ondansentron:
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua.
Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2001. Jakarta; p.29-32
Mekanisme Pembekuan darah
Koagulasi dapat dimulai melalui jalur intrinsik (seluruh komponen terdapat dalam darah)
dan jalur ekstrinsik (melibatkan membran sel subendotel dan faktor jaringan).
Jalur Intrinsik
Jalur ini melibatkan kaskade reaksi protease yang dimulai oleh faktor yang terdapat
dalam darah jika terjadi persentuhan dengan permukaan bermuatan negatif seperti kaca
atau membran trombosit yang teraktivasi, protein plasma yang disebut FXII (Faktor
Hagemen) berubah menjadi FXIIa (tambahan “a” menunjukkan bentuk FXII yang
teraktivasi). Molekular tertentu yang disebut High Molecular Weight Kininogen
(HMWK) merupakan hasil dari trombosit yang terekspresi di membran trombosit dan
akan berperan sebagai kofaktor, tetapi pengubahan FXII menjadi FXIIa oleh HMWK
terjadi lambat. Setelah FXIIa terkumpul, protease ini akan mengubah prekaikrein menjadi
kalikrein. Kalikrein mempercepat perubahan FXII menjadi FXIIa, FXIIa bersama
HMWK memecah FXI menjadi FXIa, kemudian FXIa memecah FIX menjadi Ixa. FIXa
dan dua hasilan kaskade lainnya yaitu FXA dan trombin memecah FVIII menjadi FVIIa.
FIXa dan FVIIIa bersama ion kalsium membentuk kompleks trimolekuul yang disebut
tenase. Tenase mengubah FX menjadi FXa.
Fxa akan mengikat kofaktor Fva membentuk kompleks protrmbinase, kompleks ini
mengubah proenzim protombin menjadi enzim trombin. Trombin mengubah fibrinogen
membentuk fibrin monomer yang akan segera berpolimerasi menjadi bentuk bekuan
fibrin. Faktor intrinsik dinilai memakai activated partial tromboplastin time (APTT).
Jalur Ekstrinsik
Jalur ini diawali oleh pembentukan kompleks antara faktor jaringan di permukaan sel
dan FVIIa yang terdapat di luar terkait pembuluh darah. Jika terjadi cedera diendotel,
FVII akan bersentuhan dengan faktor jaringan. Faktor jaringan tersebut akan
mengaktivasi FVII menjadi FVIIa secara non proteolitik. Pengikatan FVIIa faktor
jaringan mementuk kompleks enzim yang mengaktifkan FX menjadi Fxa. Bahan ini yang
akan mengikat kofakto FV dan terikat di permukaan membran dengan adanya ion
kalsium, membentuk kompleks protombinase. Kompleks protrombinase mengubah
protrombin menjadi trombin, yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi dibrin dan
membentuk sumbatan fibrin. Dalam analisis laboratorik, jalur ekstrinsik diperiksa dengan
protrombin time (PT). Selanjutnya kaskade akan berlanjut bersama.
Jalur Bersama
Jalur bersama dimulai dengan aktivasi FX melalui jalur intinsik, ekstinnsik, maupun
keduanya. Fxa merupakan proease pertama di jalur bersama. Fxa dengan adanya FV, ion
kalsium dan fosfolipid mengubah protombin menjadi bentuk aktif trombin. Fungsi utama
trombin adalah mengkatalisis protealitis fibrinogen yang larut dalam plasma menjadi
fibrin monomer yang larut. Fibrin monomer kemudian berpolimerisasi menjadi firin
polimer yang akan menahan sel darah, trombin juga mengaktifkan FXIII yang akan
diubah menjadi FXIIIa dan memperantarai ikatan silang fibin polimer membentuk fibrin
yang stabil dan bersifat kurang larut. Trombin dapat mengkatalisis pembentukan kofaktor
Fva dan FVIIIa, sehingga tejadi permbesaran koagulasi. Jalur bersama melibatkan FX,
FV, dan FII (trombin), yang diperantarai menggunakan PT dan APTT.
Sumber:
Interpretasi laboratorium:
Deskripsi: MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran Sel darah merah. MCV
menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai normositik (ukuran
normal), mikrositik (ukuran kecil <80 fl) atau makrositik (>100 fl)
Sumber:
Deskripsi: Indekss MCHC adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata dalam
sel darah merah sehingga menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik, dan
hiperkromik)
Deskripsi: indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah:
semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan MCH tergabtung pada Hb
dan Hct.
Sumber:
APTT
Deskripsi: mendeteksi defisiensi sistem tromboplastin intrisik (faktor I, II, V, VIII, IX, X,
XI dan XII)
Meningkat pada penyakit Von Wilebrand, Hemofilia, penyakit hati, defisiensi vit K, DIC
Sumber:
PT (Protrombin Time)
Sumber:
TT (Trombin Time)
Kreatinin
Na : 130 mEq/l
K : 4 mEq/l