Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH REAKSI SN1

Disusun Oleh:

1. Edlyn Ainayyah An Nabilah 16030234026


2. Listyowati 17030234005
3. Lailatul Wakhidah 17030234009
4. Laila Roikhatul Jannah 17030234025
5. Irene Cornelia Constanty 17030234033
6. Jihan Sofwatul Islam Dalilah Aziz 17030234037
7. Kelvin Rio K. 17030234039

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat tuhan


Yang Maha Esa karena dengan rahmatnya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini di buat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Stereokimia. Dalam makalah
ini, penulis akan sedikit menjelaskan tentang "Reaksi SN1 dengan
segala permasalahannya”.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan dan di susun dalam berbagai keterbatasan. Maka
dari itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga mendorong kami untuk bisa
memperbaikinya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar. Kami berharap makalah ini
bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi siapa
saja yang membacanya. Amin.

Surabaya, 2 September 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Substitusi Nukleofilik...............................................................................................2
2.2 Reaksi SN1................................................................................................................3
2.2.1 Mekanisme SN1.................................................................................................3
2.2.2 Stabilitas karbokation........................................................................................4
2.2.3 Stereokimia suatu reaksi SN1.............................................................................4
2.2.4 Laju Reaksi SN1.................................................................................................4
2.2.5 Penataan ulang karbokation...............................................................................4
BAB III..............................................................................................................................7
PENUTUP.........................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................7
3.2 Saran........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stereokimia adalah susunan ruang dari atom dan gugus fungsi dalam
molekul umumnya, molekul organik dalam obyek tiga dimensi yang
merupakan hasil hibridisasi dan ikatan secara geometri dari atom dalam
molekul. Ada tiga aspek kajian dalam pembahasan topik stereokimia, yaitu
keisomeran geometri, konformasi, dan kiralitas. Pemahaman mendalam
terhadap ketiga aspek stereokimia membantu seseorang mampu menjelaskan
fenomena stereoisomer, yakni senyawa-senyawa yang mempunyai kesamaan
rumus molekul dan urutan terikatnya atom-atom dalam kerangka karbon,
akan tetapi mempunyai perbedaan penataan atom dalam ruang akan
berdampak pada perbedaan sejumlah sifat, seperti kestabilan, kereaktifan,
maupun interaksinya dengan molekul lain.

Terdapat dua reaksi substitusi nukleofilik yang dapat diterima,yaitu


SN1 dan SN2. Simbol SN menunjukkan reaksi substitusi nukleofilik, sedangkan
arti 1 dan 2 adalah unimolekuler dan bimolekuler. Reaksi SN1 adalah
sebuah reaksi substitusi dalam kimia organik. SN1 adalah singkatan
dari substitusi nukleofilik dan "1" memiliki arti bahwa tahap penentu laju
reaksi ini adalah reaksi molekul tunggal. Reaksi ini melibatkan sebuah zat
antara karbokation dan umumnya terjadi pada reaksi alkil halida sekunder
ataupun tersier, atau dalam keadaan asam yang kuat, alkohol sekunder dan
tersier.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana reaksi mekanisme SN1 ?
1.2.2 Bagimana tahapan mekanisme reaksi SN1 ?
1.2.3 Bagaimana penataan ulang karbokation?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui mekanisme reaksi SN1 .
1.3.2 Mengetahuitahapan mekanisme reaksi SN1.
1.3.3 Mengetahui penataan ulang karbokation.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Substitusi Nukleofilik
Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian suatu gugus yang mudah
pergi (leaving group) umumnya gugus halida ( X = F, Cl, Br, I) dengan gugus
lain. Penggantian gugus mudah pergi oleh suatu nukleofilik (suka inti, ion
muatan negatif) disebut substitusi nukleofilik (Ismono dkk, 2018).

Gambar 1. Reaksi Substitusi Nukleofilik


Dalam reaksi substitusi alkil halida, ion iodida adalah halida yang paling
mudah digantikan, baru ion bromida dan kemudian klorida. Karena F -
merupakan basa yang lebih kuat daripada ion halida lain, dan karena ikatan
C-F lebih kuat daripada ikatan C-X lain fluorida bukan gugus pergi yang
baik. Dari segi praktis, hanya Cl, Br dan I merupakan gugus pergi yang cukup
baik sehingga bermanfaat dalam reaksi-reaksi substitusi (Fessenden dan
Fessenden, 1986).
Umumnya, sebuah nukleofil ialah spesi apa saja yang tertarik ke suatu
pusat positif. Jadi sebuah nukleofil ialah suatu basa Lewis. Kebanyakan
nukleofil adalah anion. Namun, beberapa molekul polar yang netral, seperti
H2O, CH3OH dan CH3NH2 dapat juga bertindak sebagai nukleofil. Molekul
netral ini memiliki pasangan elektron menyendiri, yang dapat digunakan
untuk membentuk ikatan sigma (Fessenden dan Fessenden, 1986).

2.2 Reaksi SN1


2.2.1 Mekanisme SN1
Mekanisme reaksi merupakan pemberian terinci mengenai
bagaimana reaksi berlangsung. Reaksi substitusi nukleofilik
unimolekuler (SN1) adalah reaksi ion yang memiliki beberapa tahapan
rekasi. Reaksi SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier. Reaksi
Nukleofil yang dapat menyerang adalah nukleofil basa sangat lemah
seperti H2O, CH3CH2OH.
Pada tahap pertama, ikatan antara karbon dan gugus bebas
(halida) putus, atau substrat terurai. elektron–elektron ikatan terlepas
bersama dengan gugus bebas, dan terbentuklah ion karbonium.

Pada tahap kedua, yaitu tahap cepat, ion karbonium bergabung


dengan nukleofil akan membentuk produk awal, suatu alkohol
berproton

Tahap ketiga adalah lepasnya H+ dari dalam alkohol berproton


dalam suatu reaksi asam basa yang cepat dan reversibel dengan pelarut

Berikut merupakan diagram energi untuk reaksi SN1

Gambar 1. Diagram Energi untuk Reaksi SN1


(Brown, 2014)
Diagram energi dari reaksi SN1. Ada tiga keadaan transisi sebelum
terbentuknya produk hasil. Tahap 1 memiliki energi aktivasi tinggi,
pada tahap ini reaksi berjalan lambat. Energi yang dibutuhkan harus
cukup untuk memutuskan ikatan sigma C-X dan menghasilkan
karbokation serta ion halida. Tahap 2 merupakan merupakan reaksi
karbokation dengan nukleofil dengan energi aktivasi rendah sehingga
reaksi berjalan cepat. Tahap 3 merupakan pelepasan proton (Brown,
2014).
2.2.2 Stabilitas karbokation
Penataan ulang karbokation dapat berlangsung melalui
pergeseranhidrida maupun pergeseran metiluntuk dapat memperoleh
karbokationyang relatif lebih stabil, sehinggaproduk yang diperoleh dapat
berupasuatu produk campuran.

Karbokation yang terbentuk pada SN1 menentukan laju reaksi.


Karbokation yang lebih stabilakan mempercepat laju reaksi substitusi.
Karbokationprimer dan kation metil bersifat tidak stabil, sehinggaalkil
halida primer maupun metil halida tidak menjalanireaksi SN1

2.2.3 Stereokimia suatu reaksi SN1


Sebuah atom karbon yang mengikat hanya tiga gugus disebut
sebagai karbokation atau ion karbonium. Atom karbon ini tidak
mengikat empat gugus. Karena hanya tiga gugus yang diikat, maka
ikatan ke gugus-gugus ini terletak dalam sebuah bidang dan sudut yang
diapit oleh dua ikatan sekitar 120°C. Untuk mencapai geometri ini,
2
karbon positif akan berhibridisasi –sp dan memiliki orbital p yang
kosong.

Reaksi SN1 kebanyakan menjadi senyawa yang telah terasemisasi.


Mekanisme SN1 dapat menjelaskan resemisasi melalui tiga tahap
dengan menggunakan enantiomer 3-kloro-3,7-dimetil oktana yang akan
dihangatkan dengan aseton berair dan mengalami solvalisis menjadi 3-
kloro-3,7-dimetiloktanol yang kebanyakan telah teresemisasi.
Mekanismenya seperti berikut:
Tahap pertama: Pengionan menjadi suatu karbokation dari suatu
ion halida

Gambar 2. Tahap Kedua: Serangan H2O dariatas


Molekul H2O dapat menyerang orbital p yang kosong dari arah
atas, hal ini dikarenakan pada tahap pengionan molekul alkil halide
tersebut lengkap. Penyerangan H2O dari arah atas, menyebabkan
karbokation menghasilkan (R)-enantiomer.

Gambar 3. Tahap Ketiga: Serangan H2O dari bawah


Molekul H2O dapat menyerang orbital p yang kosong dari arah
bawah, hal ini dikarenakan pada tahap pengionan molekul alkil halide
tersebut lengkap. Penyerangan H2O dari arah bawah, menyebabkan
karbokation menghasilkan (S)-enantiomer. Terjadinya rasemisasi
disebabkan adanya serangan dari masing-masing sisi.

Reaksi SN1 menghasilkan adisi non-stereospesifik dan tidak


menghasilkan pusat chiral,melainkan dalam bentuk isomer geometri
(cis/trans).

2.2.4 Laju Reaksi SN1


Laju reaksi SN1 tidak bergantung pada konsentrasi nukleofil,
tetapi hanya bergantung pada konsentrasi alkil halida.
Laju SN1 = k [RX]
Laju keseluruhan reaksi ditentukan seluruhnya oleh cepatnya RX
berionisasi dan membentuk karbokation R+. Tahap ionisasi ini (tahap 1
dalam reaksi keseluruhan) disebut tahap penentu-laju atau tahap
pembatas-laju.
Suatu reaksi SN1 bersifat orde pertama dalam laju karena laju itu
berbanding lurus dengan hanya konsentrasi satu pereaksi (RX). Reaksi
ini adalah reaksi unimolekular karena hanya satu partikel (RX) yang
terlibat dalam keadaan transisi tahap penentu-laju (angka “1” dalam SN
1 merujuk ke unimolekular).
Tahap penentu-laju:

R X [R---X] R+ + X -
keadaan transisi 1
(dari satu partikel)

Reaktivitas relatif dalam reaksi sn 1


Alkil halida mengalami subsitusi 11,6 kali lebih cepat daripada
suatu alkil halida primer, sedangkan alkil halida tersier bereaksi sejuta
kali lebih cepat daripada suatu halida primer.
Metil

CH3Br + H2O SN 1 CH3OH + Br- + H+

Primer:

CH3CH2Br + H2O SN 1 CH3CH2OH + Br- + H+

Sekunder:

(CH3)2CHBr + H2O SN 1 (CH3)2CHOH + Br- + H+

Tersier:

(CH3)3CBr + H2O SN 1 (CH3)3COH + Br- + H+

Laju reaksi SN1 dari berbagai alkil halida bergantung pada energi
pengaktifan relatif yang mengakibatkan terbentuknya karbokation yang
berlainan. Dalam reaksi ini, energi keadaan transisi yang akan
menghasilkan karbokation itu sebagian besar ditentukan oleh kestabilan
karbokation itu, yang telah setengah terbentuk dalam keadaan transisi.
Oleh karena itu reaksi yang menghasilkan karbokation berenergi rendah
dan stabil, akan berjalan dengan laju yang tinggi. Alkil halida tersier
menghasilkan suatu karbokation yang lebih stabil daripada karbokation
yang berasal dari suatu metil halida atau alkil halida primer, jadi reaksi
ini mempunyai laju yang tinggi.
Mekanisme SN 1
Alkana yang tersubstitusi dengan halogen (RX) disebut
haloalkana atau alkil halida. Di mana yang digantikan oleh halogen itu
adalah atom hidrogen dari alkana tersebut. Alkil halida dapat beraksi
dengan suatu nukleofil. Suatu nukleofil (Nu:) merupakan ion atau
molekul yang kaya dengan elektron yang bereaksi di daerah yang
bermuatan positif. Sehingga suatu nukleofil ini akan bereaksi
(menyerang) alkil halida pada atom karbon (C) yang mengikat halida
(X), akan menggantikan halida (X) dan menyebabkan perginya halida
oleh nukleofil. Halida yang digantikan ini disebut gugus pergi
(Fessenden dan Fessenden 1985:287-298).
Mekanisme Reaksi SN1 kompleks karena adanya antaraksi antara
molekul pelarut, molekul RX, dan ion –ion antara yang terbentuk.
Reaksi SN1 suatu alkil halide adalah reaksi yang bertahap (stepwise
reaction). Tahap pertama berupa pematahan alkil halide menjadi
sepasang ion; ion halide dan suatu karbokation, suatu ion dalam atom
karbon mengemban suatu muatan positif. Karena reaksi S N1 melibatkan
ionisasi, maka reaksi ini dibantu dengan pelarut polar, seperti H2O,
yang dapat menstabilkan ion dengan cara solvasi (solvation). Contoh: t-
butil bromida dengan nukleofil H2O (Fessenden,1986:182).
Pada tahap pertama (ionisasi),ikatan antara atom C dengan gugus
pergi putus. Gugus pergi yang terlepas dengan membawa pasangan
elektron akan membentuk karbokation.

d+ d- -
lambat Br -
(CH3)3C Br (CH3)3C B r (CH3)3C+ + B r

t-butil bromida keadaan transisi 1 zat antara,


karbokation
Pada tahap kedua (kombinasi), karbokation bergabung dengan
nukleofil membentuk produk.
H H H
cepat d+ d+ +
(CH3 )3C+ + OH (CH3 )3C OH (CH3 )3C OH

nukleofil keadaan transisi 2 t-butil alkohol berproton

Pada tahap ketiga ( pelepasan H+ ) pada pelarut merupakan reaksi


asam-basa dan bukan merupakan tahap dari reaksi SN1.
H
+ cepat
(CH3)3C OH (CH3)3C OH + H+ + Br -
Alkohol 30

Menurut Stanley H. Pine, dkk dalam buku Kimia Organik1


menyatakan “Kecepatan reaksi hanya bergantung pada kosentrasi t-butil
bromida. Substrat (t-butil bromida), dan bukan nukleofilnya (air) yang
terlibat dalam pengendalian laju dan reaksinya bertingkat satu”
(Pine,1988:414). Jadi yang terlibat hanya satu pereaksi dalam reaksi,
yaitu alkil halida sedangkan nukleofil tidak terlibat dalam pembentukan
karbokation (penentuan laju reaksi). Pembentukan karbokation akan
menentukan mekanisme reaksi SN1akan berlangsung cepat, jika
karbokation yang terbentuk adalah struktur tersier dan akan
berlangsung lambat jika strukturnya primer.
Mekanisme untuk reaksi t-butil bromida dengan nukleofil H2O
disajikan dalam gambar 2 melibatkan tiga urutan langkah dasar. Setiap
langkah memiliki transfer dalam keadaan transisi dan potensial energy
dalam grafik keseluruhan proses adalah gabungan diagram energy
untuk tiga langkah. Pada keadaan transisi, molekul mengalami
pematahan dan pembentukan ikatan. Energy potensial suatu keadaan
transisi merupakan titik puncak dalam suatu kurva energy potensial.
Gambar 2. Grafik yang terjadi pada SN 1
Dari grafik dapat dilihat bahwa pada tahap 1 mempunyai energy
aktivasi yang tinggi. Dalam keadaan ini harus tersedia cukup energy
agar alkil halide tersier memtahkan ikatan sigma C-X dan menghasilkan
karbokation serta ion halide. Proton yang ditransfer sebagian terikat ke
bromide dan ke oksigen dari H2O pada keadaan transisi.

2.2.5 Penataan ulang karbokation


Adanya karbokation sekunder dan primer dalam larutan
menghasilkan kedua produk yang teramati itu, yakni produk normal dan
produk penataan ulang (rearrangement product), yaitu suatu produk
dimana kerangka atau posisi gugus fungsional berbeda dari kerangka
atau posisi dalam bahan alamnya. Jika sebuah gugus alkil, sebuah
gugus aril atau sebuah atom hidrogen (masing-masing dengan elektron
ikatannya) pada suatu atom karbon didampingi karbon yang dapat
bergeser dan dengan demikian menghasilkan suatu karbokation yang
lebih stabil, maka suatu penataan ulang dapat terjadi. Penataan ulang
juga dapat terjadi bila sepasang karbokation memiliki kestabilan yang
setara. Sejauh mana penataan ulang akan dijumpai dalam suatu reaksi
sukar untuk diramalkan, karena bergantung pada sejumlah faktor,
termasuk kestabilan relatif karbokation-karbokation tersebut dan
kondisi reaksi (pelarut, dan sebagainya). Penataan ulang berikut ini
menggambarkan geseran-geseran dan pembentukan karbokation-
karbokation yang lebih stabil.

Contoh dari penataan ulang adalah hidrolisis alkil bromida


sekunder menghasilkan 2-bromo-3-metilbutane alkohol tersier yang
disusun ulang 2-metil-2-butanol sebagai satu-satunya produk substitusi.

Gambar tersebut menunjukkan Inversi konfigurasi mendominasi


dalam reaksi SN1 karena satu sisi karbokation terlindung oleh gugus
pergi (merah).
Mekanismenya adalah pergeseran hidrida yang mengubah
sekunder karbokation ke tersier yang lebih stabil.
Karbokation tersier kemudian bereaksi dengan air untuk
menghasilkan produk yang diamati.

Pengaturan ulang, ketika hal itu terjadi, diambil sebagai bukti


untuk perantara karbokation dan arahkan ke mekanisme SN1 sebagai
jalur reaksi. Pengaturan ulang tidak pernah diamati pada reaksi SN2.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reaksi SN1 adalah reaksi substitusi nukelofilik unimolekuler yang
hanya terjadi pada alkil halida tersier. Terdapat tiga tahapan pada reaksi SN1.
Tahapan reaksi SN1 yang pertama adalah pemutusan alkil halida menjadi
sepasang ion yaitu ion halida dan suatu karbokation kemudian dilanjutkan
dengan penggabungan karbokation dengan nukleofil yang menghasilkan
produk awal yaitu alkohol berproton. Tahap terakhir dari reaksi SN1 yaitu
lepasnya H+ dari alkohol berproton sehingga terjadi reaksi asam basa.
Karbokation sekunder dan primer dalam larutan menghasilkan kedua
produk yang teramati itu, yakni produk normal dan produk penataan ulang
(rearrangement product), yaitu suatu produk dimana kerangka atau posisi
gugus fungsional berbeda dari kerangka atau posisi dalam bahan alamnya.
3.2 Saran
Dalam meninjau laju reaksi SN1 agar kecepatan laju reaksi naik maka
karbokation yang dihasilkan harus stabil daripada karbokation yang
dihasilkan oleh metil halida atau alkil halida primer.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, William. 2014. Organic Chemistry Seventh Edition. USA: Wadesworth


Cengage Learning.
Carey, Francis A. 2000. Organic Chemistry Fourth Edition. New York: McGraw
Hill Companies Inc.
Fessenden, Ralp J., & Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi III.
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Ismono, dkk. 2018. Kimia Organik Lanjut: Mekanisme Reaksi. Surabaya: Unesa
University Press.

Anda mungkin juga menyukai