Anda di halaman 1dari 4

POLICY

BRIEF
Agustus 2018

Mendorong Perbaikan Kerja


Layak bagi Pemuda dan
Perempuan di Kota Yogyakarta

Pendahuluan tahunan yang dirumuskan melalui musya­

K
warah perencanaan pembangunan (musren­
ota Yogyakarta belum sepenuhnya bang) tidak mampu menyediakan peluang
mampu menyediakan pekerjaan yang kerja yang sesuai dengan keteram­pilan dan
layak bagi pemuda dan perempuan. keahlian pencari kerja. Akibatnya, usulan-
Survei INFID (2018) di Kota Yogyakarta usulan yang tercermin dalam musrenbang
menunjukkan bahwa hingga saat ini dari seringkali tidak se­suai dengan kebutuhan riil
total responden yang disurvei, baru sekitar calon pekerja. Meskipun musrenbang hanya
26 persen tenaga kerja di kelompok ini yang salah satu wadah menjaring kebutuhan
bekerja sesuai keahliannya. Sementara itu, keterampilan dari sisi calon peserta,
masih terdapat 31 persen pekerja yang mekanisme usulan dari bawah ini tentunya
digaji di bawah Upah Minimum Kota (UMK). perlu dioptimalkan lagi. Kedua, belum
Kondisi ini diperparah dengan kurangnya optimalnya sinergi antara pemerintah,
informasi mengenai mekanisme kenaikan swasta, institusi pendidikan, dan kelompok
gaji atau upah dan tidak adanya ruang untuk masya­rakat sipil dalam mendukung kebija­
menegosiasikan gaji.1 Akan tetapi, kebijakan kan kerja layak di Kota Yogyakarta.
UMK bagi sebagian pe­ ngusaha, terlebih
Data publikasi April, 2017 mem­perlihatkan
dalam ketogori UKM, mengalami kesulitan
rasio penduduk usia produktif terhadap total
untuk memenuhi standar UMK, mengingat
penduduk sebesar 0,78%. Bonus demografi
keuntungan yang diperoleh masih terbilang
ini merupakan peluang untuk meningkatkan
kecil karena jumlah produksi yang terbatas.
tingkat ke­sejah­teraan daerah karena beban
Riset IRE menemukan dua penyebab penduduk usia produktif untuk menanggung
utama kondisi ini. Pertama, ketidaksesuaian penduduk usia non produktif menjadi lebih
antara kebijakan pemerintah kota dengan kecil. Selain itu, tingkat pengangguran di
kebutuhan peningkatan kapasitas dan Kota Yogyakarta juga terbilang rendah yaitu
keahlian pekerja. Program atau kegiatan 3.33%, di bawah rata-rata pengangguran
nasional yang mencapai 5%. Namun, jumlah
1 Prakarsa-INFID, 2018, Laporan Riset Kondisi pekerja perempuan terbilang masih rendah
Ketenagakerjaan di Kota Yogyakarta.

POLICY BRIEF • Agustus 2018


Struktur Penduduk Kota Yogyakarta, April 2017

2.317 67.214

3.851 70.374

200.877
Angkatan Kerja 210.987

108.452
70.43
211.743
Bukan Angkatan Kerja
Pengangguran
Penduduk Usia Kerja 110.895
Bekerja Jumlah Penduduk

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, 2017

bila dibandingkan pekerja laki-laki dengan peminatnya. Selain berdasarkan musren­


perbedaan jumlah yang signifikan yakni bang, perencanaan pelatihan kerja juga
sebesar 38.022. Pengangguran tertinggi didasarkan pada potensi pasar dan eva­luasi
juga berada di angkatan kerja perempuan. atas kegiatan di tahun sebelumnya.
Tercatat pengangguran yang mencapai
Di sisi lain, pemerintah juga telah melibatkan
6.168 orang, 62% nya adalah perempuan,
pelaku usaha dalam menyusun program
sebagaimana gambar diatas:
pelatihan dengan tujuan dapat menghasilkan
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan
pasar, sehingga dapat langsung terserap.
Temuan Lapangan Kerjasama termasuk dalam pemagangan
ditujukan untuk meningkatkan keterserapan
Musyawarah perencanaan pembangunan
peserta pelatihan. Akan tetapi tidak semua
(musrenbang) menjadi salah satu input
peserta bersedia untuk mengikuti program
dalam penyusunan program pelatihan
magang. Selain itu peserta pelatihan pun
kerja yang dilaksanakan oleh Organisasi
tidak kemudian mencari pekerjaan atau
Perangkat Daerah (OPD) Kota Yogyakarta.
berniat bekerja. Terlebih dengan karakter
Permasalahannya, musrenbang di tingkat
dan budaya kerja masyarakat Yogyakarta
kelurahan maupun kecamatan umumnya
yang cenderung enggan merantau menjadi
dilaksanakan pada bulan januari-Februari
sulit untuk menempatkan dan mengarahkan
satu tahun sebelum tahun anggaran.
mereka bekerja di perusahaan yang ada di
musrenbang tahun 2017 diselenggarakan
luar kota/pulau.
untuk menyusun rencana pembangunan
tahun 2018. Jangka waktu hampir satu Saat ini kebutuhan dan penawaran tenaga
tahun tersebut, kebutuhan masyarakat kerja belum mampu terhubung dengan baik.
untuk pelatihan kerja berpotensi berubah. Pemerintah belum mampu menjembatani
Masyarakat yang dulunya mengusulkan antara kebutuhan dan penawaran tenaga
pelatihan tertentu, ternyata pada waktu kerja dengan menyediakan sistem dan
implementasi program sudah memiliki infrastruktur. Terutama di era digital,
pekerjaan dan tidak lagi membutuhkan pemerintah dapat membuat aplikasi
pelatihan tersebut, ataupun mencari penawaran pekerjaan dari perusahaan
pekerjaan di tempat lain. Akibatnya, ataupun UMKM di Kota Yogyakarta. Portal
beberapa jenis pelatihan menjadi sedikit informasi ketenagakerjaan yang ada masih
didominasi oleh pihak swasta mapun

POLICY BRIEF • Agustus 2018


universitas yang seringkali menawarkan lain. Namun kerjasama dengan LPK swasta
pekerjaan dengan kebutuhan kualifikasi yang telah dilakukan Diskop UKM Nakertrans
pendidikan yang tinggi. Pemerintah dapat perlu diperluas, untuk pengadaan infra­
memainkan peran untuk memfasilitasi struktur pelatihan yang mahal seperti
pekerjaan-pekerjaan dengan kualifikasi permesinan, pemerintah perlu bekerjasama
pendidikan menengah, khusunya untuk dengan perusahaan swasta, mengingat
kualifikasi keterampilan tertentu. Terutama perkembangan teknologi yang terjadi sangat
di Yogyakarta banyak lapangan pekerjaan cepat. Sebagai contoh, untuk pelatihan
informal seperti UMKM, makanan, dan teknik otomotif, pengadaan mesin-mesin
industri kreatif. Kemudian pemerintah dapat kendaraan, pemerintah dapat bekerjasama
meregulasi agar pengusaha mengutamakan dengan produsen kendaraan bermotor.
tenaga kerja lokal. Selain itu penting membentuk Komite atau
Forum Vokasional Daerah yang terdiri dari
unsur pemerintah daerah melalui dinas
terkait, LPK swasta, universitas, Organisasi
Sinergi Antar Aktor Masyarakat Sipil (OMS), serta perusahaan.
Kerjasama yang baik antar pengambil
kebijakan dan swasta menjadi salah satu
jalan keluar permasalahan ketenagakerjaan
di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian kerja­
Kesejahteraan dan Jaminan
sama IRE-PRAKARSA-INFID menemukan Sosial Pekerja
ada­­nya ketidakpaduan antar stakeholder dan
Meskipun Kota Yogyakarta memiliki
pe­rusahaan-perusahaan penyerap tenaga
tingkat pengangguran yang rendah, hal
kerja.
ini tidak berbanding lurus dengan tingkat
Harmonisasi antar OPD penyelenggara kesejahteraan pekerja. Ukuran yang
pem­ berdayaan masyarakat melalui digunakan untuk melihat kesejahteraan
pelatihan produktifitas tenaga kerja perlu pekerja dalam penelitian ini adalah
dilakukan secara lebih optimal. Hal ini jaminan sosial pekerja dan tingkat upah.
penting dilaku­kan dengan tujuan tidak Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang
hanya untuk menghindari materi pelatihan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
yang serupa, namun juga kualitas pelatihan disebutkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan
yang diberikan karena terkait kemampuan menyelenggarakan program jaminan
pendanaan. Tidak semua usulan pelatihan kecelakaan kerja jaminan hari tua, jaminan
harus dikerjakan oleh Dinas Koperasi Usaha pensiun dan jaminan kematian. Pada
Kecil Menengah (Diskop UKM) Nakertrans, dasarnya, setiap orang, termasuk orang
Bappeda dapat mendistribusikannya kepada asing yang bekerja paling singkat enam
OPD lain yang memiliki program pelatihan. bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta
Misalnya, Diskop UKM Nakertrans tidak perlu program jaminan sosial.
menyelenggarakan pelatihan memasak/
Program BPJS TK ini masih dijalankan secara
boga yang serupa dengan pelatihan yang
bertahap. Oleh karena itu, kewajiban untuk
diselenggarakan oleh Dinas Perlindungan
mendaftarkan para pegawai ke dalam
Anak dan Perempuan Kota Yogyakarta yang
empat program tersebut saat ini hanya
memiliki program pemberdayaan ekonomi
berlaku bagi perusahaan kelas besar dan
berbentuk pelatihan keterampilan kerja bagi
menengah saja. Sedangkan perusahaan
perempuan pada pengembangan industri
yang masuk ke dalam kategori kecil belum
kecil skala rumahan seperti makanan dan
wajib untuk mendaftarkan para pegawainya
kerajinan.
ke dalam empat program perlindungan
Bekerjasama dengan LPK swasta memang tersebut. Sayangnya, untuk Kota Yogyakarta,
memiliki kelebihan, salah satunya penyeleng­ berdasarkan hasil penelitian IRE, Prakarsa,
garaan menu-menu pelatihan lebih ber­ Infid, terdapat 81% responden yang tidak
variasi dibandingkan BLK milik Pemda yang memiliki jaminan sosial dasar sama sekali,

POLICY BRIEF • Agustus 2018


Pendapatan Pekerja diatas UMK (%)

86%
69%

31%
14% Ya
Tidak

Bekerja pada pihak lain Bekerja Sendiri

Sumber: Olahan Penelitian

seperti: jaminan kesehatan, jaminan ke­ Kedua, memperkuat kemitraan antar


tenaga­kerjaan, dan hak cuti. Perlu menjadi institusi yang memiliki perhatian terhadap
perhatian lebih lanjut adalah upaya isu-isu ketenagakerjaan, dalam rangka
mendorong pengusaha dan pekerja pada implementasi grand design kebijakan terkait
sektor informal untuk memberikan jaminan keternagakerjaan di Kota Yogyakarta.
tenaga kerja maupun kesehatan kepada
Ketiga, meningkatkan kapasitas sumber
pekerjanya.
daya manusia (SDM) pencari kerja dengan
meningkatkan kualitas pelatihan yang
diselenggarakan oleh Lembaga Pelatihan
Rekomendasi Kerja (LPK), mulai dari pengkayaan pengeta­
huan sesuai dengan kebutuhan pasar,
Pertama, Pemerintah Kota Yogyakarta
perbaikan metode pelatihan hingga tenaga
penting untuk menyusun grand design
pelatih yang memiliki keahlian.
kebijakan yang mampu memberi jaminan
tersedianya lapangan kerja bagi pemuda Pemerintah Kota Yogyakarta adalah insti­
dan perempuan, dengan upah yang layak. tusi yang menjadi leading sector ini dan
Grand design kebijakan ini disusun dengan bertanggungjawab untuk mengawal imple­
melibatkan pemangku kepentingan terkait men­tasi grand design kebijakan yang
agar terbangun sinergi program dan kegiatan sudah disusun bersama, dan secara rutin
antar institusi. Grand design ini diharapkan melakukan monitoring atas capaian yang
dapat membuat roadmap yang lebih terarah dilakukan setiap tahapnya. Pemerintah Kota
bagi membaiknya iklim kerja layak di Kota Yogyakarta juga dapat mengambil sikap
Yogyakarta. tegas bagi institusi atau lembaga yang tidak
bersinergi dengan kebijakan yang ada.

Policy Brief ditulis oleh Dina Mariana, Rajif Dri Angga, dan Melani Jayanti. Reviewer oleh Titok Hariyanto. Policy Brief ini merupakan produk pengetahuan yang
dipublikasikan oleh Institute for Research and Empowerment (IRE) yang disarikan dari hasil riset yang bertema Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Yogyakarta dan
serangkaian dialog kebijakan dengan pemangku kepentingan ketenagakerjaan di Kota Yogyakarta.
Riset dan publikasi Policy Brief didukung oleh International NGO Forum on Indonesia Development (Infid). Pembaca dipersilahkan untuk menyalin, menyebarkan
dan mengirimkan karya ini untuk tujuan nonkomersil.
Untuk memperoleh salinan laporan ini atau keterangan lebih lanjut mengenai laporan ini, silahkan menghubungi Unit Komunikasi IRE Yogyakarta. Laporan ini
juga tersedia pada situs web IRE Yogyakarta.

Institute for Research and Empowerment (IRE)


Jalan Palagan Tentara Pelajar Km. 9,5 Jl. Jatipadang Raya, Kav. 3, No.
Dusun Tegalrejo RT 01/RW 09 Sariharjo Ngaglik 105, Pasar Minggu, RT.3/RW.4,
Sleman Yogyakarta 55581 Jati Padang, Jakarta Selatan, Kota
T: +62 274 867 686 F: +62 274 867 686 Jakarta Selatan, Daerah Khusus
E: office@ireyogya.org www.ireyogya.org Ibukota Jakarta 12550

POLICY BRIEF • Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai