Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut laporan peneliti dari berbagai negara, cacat labio palatoschizis dapat muncul dari
1 : 800 sampai 1 : 2000 kelahiran. Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih, tentu mempunyai
dan akan mempunyai banyak kasus labio palatoschizis.
Labio palatoschizis merupakan kelainan bibir dan langit – langit, hal ini biasanya
disebabkan karena perkembangan bibir dan langit – langit yang tidak dapat berkembang secara
sempurna pada masa pertumbuhan di dalam kandungan. Dimana biasanya penderita labio
palatoschizis mempunyai bentuk wajah kurang normal dan kurang jelas dalam berbicara
sehingga menghambat masa persiapan sekolahnya.
Labio palatoschizis sering dijumpai pada anak laki – laki dibandingkan anak perempuan
(Randwick, 2002) kelainan ini merupakan kelainan yang disebabkan faktor herediter,
lingkungan, trauma, virus (Sjamsul Hidayat, 1997).
Kelainan ini dapat dilihat ketika bayi berada di dalam kandungan, melalui alat yang
disebut USG atau Ultrasonografi. Setelah bayi lahir kelainan ini tampak jelas pada bibir dan
langit–langitnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana ANatomi Fisiologi mulut ?
1.2.2 Apa yang dimaksud Labio palatoschizis ?
1.2.3 Apa yang menyebabkan Labio palatoschizis ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi Labio palatoschizis?
1.2.5 Apa sajakah klasifikasi Labio palatoschizis?
1.2.6 Bagaimana prevalensi Labio palatoschizis?
1.2.7 Apa manifestasi klinis dari Labio palatoschizis?
1.2.8 Apa saja komplikasi dari Labio palatoskisis ?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan Labio palatoschizis?
1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan untuk anak dengan Labio palatoschizis ?

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberi pengetahuan tentang Labio palatoschizis
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan anatomi fisiologi mulut !


2. Menjelaskan definisi Labio palatoschizis !
3. Menjelaskan etiologi Labio palatoschizis !
4. Menjelaskan patofisiologi Labio palatoschizis !
5. Menjelaskan klasifikasi Labio palatoschizis !
6. Menjelaskan prevalensi Labio palatoschizis !
7. Menjelaskan manifestasi klinis dan komplikasi Labio palatoschizis !
8. Menjelaskan penatalaksanaan Labio palatoschizis !
9. Menjelaskan asuhan keperawatan Labio palatoschizis !

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi


1. Mulut (oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori
yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan
faring.
Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis , dibawahnya terletak
kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan pembuluh daraah
juga memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di
sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.
Ada beberapa bagian yang perlu diketahui :
1. Palatum
a) Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang
maksilaris.
b) Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang
dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
2. Rongga mulut
a) Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi
osterior tugasnya menggiling.
Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf
cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak.
Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan
dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 3
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan,
terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini
mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian
zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat digunakan.
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder :
 Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2
gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untu total keseluruhan 20 gigi
 Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3 geraham
utuk total keseluruhan 32 buah.
Juga gigi ada 2 macam yaitu :
 Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bula
 Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32
buah
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang
masuk kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan bercamput
dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
b) Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya
disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi
untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat
lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis
berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak
masuk kejalan nafas.
Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian :
 Radiks lingua = pangkal lidah
 Dorsum lingua = punggung lidah
 Apek lingua = ujung lidah
Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa :
 Asin dibagian lateral lidah
 Manis dibagian ujung dan anterior lida

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 4
 Asam, dibagian lateral lidah
 Pahit dibagian belakang lidah
3. Kelenjar ludah
Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni.
Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga
mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar.
a) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri
dan kanan mandibularis pada duktus stensoni.
b) Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts
wartoni
c) Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.
Fungsi saliva :
 Memudahkan makan untuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus
 Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga
memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
 Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat
tepung menjadi maltose polisakarida.
 Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam,
disekresi kedalam saliva
 Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan
rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah
kerusakan gigi. (http://rahman-blog.blogspot.com/2008/01/anatomi-sistem-
pencernaan.html)
2.2 Pengertian
Labio palatoshizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit – langit rongga mulut
dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit – langit
tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesuderm pada saat kehamilan.
Labio palatoshizis yang terjadi seringkali berbentuk fistula, dimana fistula ini dapat
diartikan sebagai suatu lubang atau celah yang menghubungkan rongga mulut dan hidung
(Sarwoni, 2001)

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 5
2.3 Etiologi
Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio palatoschizis,
antara lain:
1. Faktor Genetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti
karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 – 30
% penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan
resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio
palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan
manifestasi yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa bagian kontak.
2. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik kualitas
maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).
Zat –zat yang berpengaruh adalah:
- Asam folat
- Vitamin C
- Zn
Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn
dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh
kembang organ selama masa embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto maternal juga
berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa embrional.
3. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
- Jamu. Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh pada janin,
terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang
menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih
lanjut.
- Kontrasepsi hormonal. Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi
hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan
sirkulasi fotomaternal.
- Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio
palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
MAKALAH “ Labio Palato Skisis”
OLEH : KHOMSIATUN 6
 Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
 Aspirin (Obat – obat analgetika)
 Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream pemutih)
Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan pengawasan dokter.
4. Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio
palatoschizis, yaitu:
- Zat kimia (rokok dan alkohol). Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan
alkohol dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung
pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa
embrional.
- Gangguan metabolik (DM). Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit
diabetessangat rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat
berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.
- Penyinaran radioaktif. Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi
penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat mengganggu proses
tumbuh kembang organ selama masa embrional.
5. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi virus
(toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan
kongenital terutama labio palatoschizis.
Dari beberapa faktor tersebut diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio
palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama pemakaian,
dan wktu pemakaian.
2.4 Patofisiologi dan Pathway
Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya
suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa
kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat2 tertentu,
radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu
hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk.

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 7
Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan
menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari
ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang
besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat membantu
masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan
masuk ke saluran napas mengingat refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut
dengan kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.

Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,


tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai akibat
mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah
sumbingnya.

1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio
pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk
menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan
penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 8
PATHWAY

Genetik Lingkungan Fraktur Perubahan konsentrasi


Teratogen Herediter glukortikoid & perubahan
factor epidermal

Minggu ke-5 Kehamilan

Prosesus maxilaris tumbuh ke 2 arah

Anterior Medial Sel mesenkim sebagai penginduksi

Penyatuan dengan Gagal menyatu Diferensiasi sel epitel pada


pembentukan prosesus fronto prosesus palatal
nasal (pada 2 titik dibawah
Celah kecil s/d kelainan Bergabung dengan septum
lubang hidung untuk
hebat pada wajah nasalis digaris tengah
membentuk bibir atas)

Bibir saja/meluas; lubang Gagal bergabung


hidung,tulang maxilla,gigi

Gangguan Celah pd tekak,palate lunak


Labioskisis
bicara,gangguan dank eras,distorsi hidung
menghisap dll.

Palatoskisis(kehamilan 9
Terjadi bersama : minggu
Komplikasi : gangguan
pendengaran,otitis Labiopalatoskisis
media,distress
pernapasan,resiko infeksi - Gangguan bicara
saluran pernapasan,tumbang Pembedahan
- Aspirasi,dll.
terhambat.

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 9
2.5 Klasifikasi
 Berdasarkan organ yang terlibat
o Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas
o Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas
o Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum
 Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
o Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung
o Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
 Berdasarkan letak celah
o Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
o Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir
o Midline : celah terjadi pada tengah bibir
2.6 Prevalensi penyakit
Labio palatoschizis adalah suatu kelainan kongenital sehingga insidensnya adalah
neonatus, dengan prevalensi penyakit 1:1000 kelahiran. Insiden dari Labio palatoschizis tertinggi
terdapat pada orang Asia dan insiden paling rendah pada orang amerika keturunan Afrika.
2.7 Manifestasi Klinis
a) Tampak ada celah
b) Adanya rongga pada hidung
c) Distorsi hidung
d) Kesukaran dalam menghisap atau makan.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:

1. Kesulitan berbicara – hipernasalitas, artikulasi, kompensatori. Dengan adanya celah


pada bibir dan palatum, pada faring terjadi pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi
sengau.
2. Maloklusi – pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkan tulang alveol, alveol ridge
terletak disebelah palatal, sehingga disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi.

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 10
3. Masalah pendengaran – otitis media rekurens sekunder. Dengan adanya celah pada
paltum sehingga muara tuba eustachii terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media
rekurens sekunder.
4. Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek menghisap dan
menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi.
5. Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan
mengakibatkan distress pernafasan
6. Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan palatum dapat mengakibatkan
udara luar dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman – kuman dan
bakteri dapat masuk ke dalam saluran pernafasan.
7. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya celah pada bibir dan
palatum dapat menyebabkan kerusakan menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya
bayi menjadi kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
8. Asimetri wajah. Jika celah melebar ke dasar hidung “ alar cartilago ” dan kurangnya
penyangga pada dasar alar pada sisi celah menyebabkan asimetris wajah.
9. Penyakit peri odontal. Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang tidak
mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat aspek distal dan medial
insisiv pertama dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri odontal.
10. Crosbite. Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol dan lebih
rendah posterior premaxillary yang colaps medialnya dapat menyebabkan terjadinya
crosbite.
11. Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan palatum serta
terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan harga diri da citra tubuh.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan labio palatoschizis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan
operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan kriteria “ rule of
ten “, yaitu:
a. Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan )
b. Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg )

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 11
c. Hb lebih 10 g / dl
d. Leukosit lebih dari 10.000 / ul
Cara operasi yang umum dipakai adalah cara millard. Tindakan operasi selanjutnya adalah
menutup bagian langitan ( palatoplasti ), dikerjakan sedini mungkin ( 15 – 24 bulan ) sebelum
anak mampu berbicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara.
Kalau operasi dikerjakan terlambat, seringkali hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan
suara normal ( tidak sengau ) sulit dicapai.
Bila Ini telah dilakukan tetapi suara yang keluar masih sengau dapat dilakukan
laringoplasti. Operasi ini adalah membuat bendungan pada faring untuk memperbaiki fonasi,
biasanya dilakukan pada umur 6 tahun keatas.
Pada umur 8 -9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolus atau
maksila untuk memungkinkan ahli ortodonti mengatur pertumbuhan gigi di kanan kiri celah
supaya normal. Graft tulang diambil dari dari bagian spongius kista iliaca. Tindakan operasi
terakhir yang mungkin perlu dikerjakan setelah pertumbuhan tulang – tulang muka
mendekatiselesai, pada umur 15 – 17 tahun.
Sering ditemukan hiperplasi pertumbuhan maksila sehingga gigi geligig depan atas atau
rahang atas kurang maju pertumbuhannya. Dapat dilakukan bedah ortognatik memotong bagian
tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan mengubah posisinya maju ke depan.

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
A. BB normal neonatus : 2,75 – 3,00 kg
B. TB normal neonatus : 50 cm
C. LK normal neonatus : 43 -35 cm
D. LD normal neonatus : 32 -33 cm
E. Perkembangan motorik kasar
1. Usia 1 - 4 bulan
a. Mengangkat kepala saat tengkurap.
b. Dapat duduk sebentar dengan ditopang.
c. Dapat duduk dengan kepala tegak.
d. Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri.
e. Kontrol kepala keluar.
f. Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang.
g. Berguling dari terlentang kemiring.
h. Posisi lengan dan tungkai kurang flexi.
i. Berusaha merangkak
2. Usia 4 -8 bulan
a. Menahan kepala tegak terus menerus
b. Berayun ke depan dan ke belakang
c. Berguling dari terlentang ke tengkurap
d. Dapat duduk dengan bantuan selama interval singkat
3. Usia 8 -12 bulan
a. Duduk dari posisi tegak tanpa bantuan
b. Dapat berdiri tegak dengan bantuan
c. Menjelajah
d. Berdiri tegak tanpa bantuan walaupun sebentar
e. Membuat posisi merangkak
MAKALAH “ Labio Palato Skisis”
OLEH : KHOMSIATUN 13
f. Merangkak
g. Berjalan dengan bantuan
F. Perkembangan motorik halus
1. Usia 1 – 4 bulan
a. Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu obyek
b. Mengikuti obyek dari sisi ke sisi
c. Mencoba memgang benda tapi terlepas
d. Memasukkan benda ke dalam mulut
e. Memperhatikan tangan dan kaki
f. Memegang benda dengan kedua tangan
g. Mempertahankan benda di tangan walaupun hanya sebentar
2. Usia 4 - 8 bulan
a. Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang
b. Mengeksplorasi benda yang sedang dipegang
c. Mampu menahan menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan
d. Menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan
e. Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lainnya
3. Usia 8 – 12 bulan
a. Melepas objek dengan jari lurus
b. Mampu menjepit benda
c. Melambaikan tangan
d. Menggunakan tangan untuk bermain
e. Menempatkan objek ke dalam wadah
f. Makan biskuit sendiri
g. Minum dengan cangkir engan bantuan
h. Menggunakan sendok dengan bantuan
i. Makan dengan jari
j. Memegang krayon dan membuat coretan di atas kertas
G. Perkembangan sensoris
1. Usia 0 -1 bulan
a. Membedakan rasa manis dan asam
MAKALAH “ Labio Palato Skisis”
OLEH : KHOMSIATUN 14
b. Menari diri dari stimulus yang menyakitkan
c. Membedakan bau, mampu mendeteksi bau ibu
d. Memalingkan kepala dari bau yang tidak disukai
e. Membedakan bunyi berdasarkan perbedaan nada, frekuensi dan durasi
f. Berespon terhadap penurunan cahaya
g. Mudah melacak objek tetapi mudah juga kehilangan objek tersebut
h. Lebih berfokus pada wajah manusia dibandingkan benda – benda lain yang ada
dalam satu lapang pandang
i. Mempunyai ketajaman penglihatan 20 / 40, mampu berfokus pada objek yang
berada pada jarak 20 cm
j. Terdiam jika mendengar bunyi suara
2. Usia 1 – 4 bulan
a. Membedakan wajah dan suara ibu
b. Menunjukkan pelacakan visual yang akurat
c. Membeda-bedakan antar pola penglihatan
d. Membeda-bedakan wajah yang dikenal dan tidak kenal
3. Usia 4 – 8 bulan
a. Berespon terhadap perubahan warna
b. Mengikuti objek dari garis tengah ke samping
c. Mengikuti objek dari berbagi arah
d. Mencoba mencari sumber bunyi
e. Berusaha mengkoordinasikan tangan – mata
f. Indera penciuman sudah berkembang dengan baik
g. Mencapai batas ketajaman penglihatan dewasa
h. Berespon terhadap suara yang tidak terlihat
4. Usia 8 – 12 bulan
a. Persepsi ke dalam telah meningkat
b. Mengenali namanya sendiri
H. Perkembangan kognitif
1. Usia 0 -1 bulan
a. Perilaku involunter
MAKALAH “ Labio Palato Skisis”
OLEH : KHOMSIATUN 15
b. Refleksif primer
c. Orientasi autistic
d. Tidak ada konsep baik diri sendiri maupun orang lain
2. Usia 1 – 4 bulan
a. Perilaku reflektif secara bertahap diagantikan gerakan volunter
b. Aktifitas berpusat di sekitar tubuh
c. Membuat usaha awal untuk mengulang atau menirukan tindakan
d. Banyak menunjukkan perilaku trial dan error
e. Berusaha memodifikasi perilaku sebagai respon terhadap berbagai stimulus
(menghisap payudara vs botol)
f. Menunjukkan orientasi simbolitik
g. Tidak mampu membedakan diri sendiri dan orang lain
h. Terlibat dalam suatu aktifitas, karena aktifitas tersebut menyenangkan
3. Usia 4 – 8 bulan
a. Menunjukkan pengulangan tindakan yang bertujuan
b. Menunjukkan keinginan berperilaku untuk mencapai tujuan
c. Menentukan perbedaan intensitas (suara dan penglihatan)
d. Menunjukkan tindakan sederhana
e. Menunjukkan permulaan objek permanent
f. Antisipasi kejadiaan – kejadian di masa akan datang (makan)
g. Menunjukkan kesadaran bahwa diri sendiri terpisah dengan orang tua
4. Usia 8 – 12 bulan
a. Mengantisipasi kejadian sebagai suatu yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan.
b. Menunjukkan tingkat kegawatan pada kesengajaan perilaku
c. Menunjukkan perilaku – perilaku yang mengarah pada tujuan
d. Membuktikan kepermanenan objek
e. Mencari objek – objek yang hilang
f. Dapat mengikuti sejumlah besar tindakan
g. Memahami dari kata – kata dan perintah sederhana
h. Menghubungkan sikap dan perilaku dengan symbol
MAKALAH “ Labio Palato Skisis”
OLEH : KHOMSIATUN 16
i. Menjadi lebih mandiri dan figur keibuan
I. Perkembangan bahasa
1. Usia 0 -1 bulan
a. Mendengkur
b. Membuat suara tanpa huruf hidup
c. Membuat suara merengek ketika sedang kesal
d. Membuat suara berdeguk ketika sedang kenyang
e. Tersenyum sebagai respon terhadap pembicaraan orang dewasa
2. Usia 1 -4 bulan
a. Bersuara dan tersenyum
b. Dapat membuat bunyi huruf hidup
c. Bersuara
d. Berceloteh
3. Usia 4 -8 bulan
a. Menggunakan vokalisasi yang semakin banyak.
b. Menggunakan kata – kata yang terdiri dari 2 suku kata (buu – buu).
c. Dapat membuat dan bunyi vokal bersamaan
4. Usia 8 -12 bulan
a. Mengucapkan kata – kata pertama
b. Menggunakan bunyi untuk mengidentifikasikan objek, orang dan aktifitas
c. Menirukan berbagai bunyi kata
d. Mengucapkan serangkaian suku kata
e. Memahami arti larangan misal : “ jangan “
f. Berespon terhadap panggilan dan orang – orang yang mirip anggota keluarga
g. Menunjukkaninfleksi kata – kata yang nyata
h. Menggunakan 3 kosa kata
i. Menggunakan kalimat satu kata
J. Perkembangan psikoseksual (Tahap oral)
1. Berfokus pada tubuh – mulut
2. Tugas perkembangan – gratifikasi kebutuhan dasar (makanan, kehangatan dan
kenyamanan)
MAKALAH “ Labio Palato Skisis”
OLEH : KHOMSIATUN 17
3. Krisis perkembangan dan penyapihan; bayi dipaksa untuk menghentikan
kesenangannya untuk minum ASI / menyusu dari botol
4. Keterampilan koping yang umum – menghisap, menangis, mendengkur, berceloteh,
memukul dan bentuk perilaku lainnya sebagai respon iritan
5. Kebutuhan seksual – menggeneralisasikan sensasi tubuh yang menyenangkan.
Meskipun berfokus pada kebutuhan oral, bayi mendapat kesenangan fisik dari
digendong, ditimang, diayun.
6. Bermain – stimultan taktil diberikan melalui aktifitas pengasuhan
K. Perkembangan psikososial
1. Tugas perkembangan – perkembangan rasa percaya terhadap pemberian asuhan primer
2. Krisis perkembangan – disapih dari ASI / susu botol
3. Bermain – interaksi dengan pemberi asuhan. Membentuk dasar – dasar perkembangan
hubungan di kemudian hari
4. Peran orang tua – bayi merumuskan sikap dasar terhadap kehidupan berdasarkan
pengalamannya bersama orang tua. Orang tua dapat dianggap sebagai sebagai seorang
yang dapat dipercaya, konsisten, selalu ada dan penyayang
L. Perilaku social
1. Usia 0 -1 bulan
a. Bayi tersenyum tanpa membeda –bedakan
2. Usia 1 – 4 bulan
a. Tersenyum pada wajah manusia
b. Waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga
c. Membentuk siklus tidur bangun
d. Menangis menjadi sesuatu yang berbeda
e. Membeda – bedakan wajah yang dikenal dan tidak dikenal
f. Senang menatap wajah – wajah yang dikenalnya
g. Diam saja jika ada orang asing
3. Usia 4 – 8 bulan
a. Merasa terpaksa jika ada orang asing
b. Mulai bermain dengan mainan
c. Takut akan kehadiran orang asing
MAKALAH “ Labio Palato Skisis”
OLEH : KHOMSIATUN 18
d. Mudah frustasi
e. Memukul - mukul lengan dan kaki jika sedang kesal
4. Usia 8 -12 bulan
a. Bermain permainan sederhana (cilukba)
b. Menangis jika dimarahi
c. Membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh
d. Menunjukkan peningkatan ansietas terhadap perpisahan
e. Lebih menyukai menyukai figure pemberi asuhan daripada orang dewasa lainnya
f. Mengenali anggota keluarga
M. Perkembangan moral
Perkembangan moral tidak dimulai sampai usia toddler, ketika kognitif awal sudah
muncul
N. Perkembangan kepercayaan (tahap tidak membedakan)
Rasa percaya dan interaksi dengan pemberi asuhan membentuk dasar untuk
perkembangan kesetiaan selanjutnya
3.2 Observasi dan Pengkajian
1. Respiratory Sistem
 RR neonatus normal : 30 – 50 x/menit
 RR bayi normal : 26 – 40 x/menit
 Pernafasan abdominal dan diafragma
 Pernafasan dangkal dan iregular
 Pada pt dengan labio palatoschizis system pernafasannya terganggu, karena bayi tidak
dapat bernafas melalui mulut apabila hidungnya tersumbat. Akibatnya dapat terjadi
distress pernafasan atausebagai kompensasi melakukan hiperventilasi dan selanjutnya
dapat terjadi dispnea
2. Kardiovaskuler
 TD neonatus normal 80/50 mmHg
 TD bayi normal 90/61 mmHg
 Nadi neonatus normal 70 -170 mmHg
 Nadi bayi normal 80 – 160 mmHg

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 19
 Pada pasien labio palatoscizis, sistem kardiovaskuler tidak mengalami gangguan
3. Persyarafan
Reflek pada bayi :
a. Babinski
Jari – jari kaki ekstensi ketika telapak kaki diusap. Pada penderita labio palatoschizis
reflek babinski positif
b. Galant
Melengkungkan badan ke arah sisi yang di stimulasi ketika dilakukan pengusapan di
sepanjang tulang belakang. Pada penderita labio palatoschizis reflek gallant positif
c. Moro
Ekstensi tiba –tiba kea rah luar dan kembali kea rah garis tengah ketika bayi terkejut
akibat suara keras / perubahan posisi yang cepat. Pada penderita labio palatoschizis
reflek moro positif
d. Palmar
Menggenggam objek dengan jari ketika telapak tangan disentuh. Pada penderita labio
palatoschizis reflek palmar positif
e. Placing
Usaha untuk mengangkat dan meletakkan kaki di tepi permukaan kaki ketika kaki
disentuh di bagian atasnya. Pada penderita labio palatoschizis reflek placing positif
f. Plantar
Fleksi jari – jari kaki ke arah dalam, ketika tumit telapak kaki diusap. Pada penderita
labio palatoschizis reflek plantar positif
g. Righting
Berusaha untuk mempertahankan kepala pada posisi tegak. Pada penderita labio
palatoschizis reflek ini positif
h. Rooting
Memiringkan kepala ke arah pipi yang diberi stimulus sentuhan. Pada penderita labio
palatoschizis reflek ini positif.
i. Sucking
Menghisap objek yang diletakkan dalam mulut. Pada penderita labio palatoschizis
reflek ini negative karena muara tuba eustachiinya terganggu
MAKALAH “ Labio Palato Skisis”
OLEH : KHOMSIATUN 20
j. Stepping
Membuat gerakan melangkah ketika digendong pada posisi tegak dengan kaki
menyentuh permukaan. Pada penderita labio palatoschizis reflek ini positif.
4. Gastro Intestinal
Pada penderita labio palatoschizis, system ini mengalami gangguan dikarenakan bentuk
bibir. Labio palatoschizis pada bayi normal, jumlah nutrisi berdasarkan BB adalah :
BB Kebutuhan Nutrisi / Hari
1 – 10 kg 100 cc / BB
11 – 20 kg 1000 + 50 cc ( BB – 10 )
> 20 kg 1500 + 20 cc ( BB – 20 )
Pada penderita labio palatoschizis asupan kurang dari kebutuhan karena proses
menghisap terganggu.
5. Urinary Sistem
a. Jumlah urin = cairan yang masuk
b. Awal : urin keluar 20 ml dan meningkat sesuai dengan pemasukan
c. Frekuensi voiding : 2 -6 x selanjutnya 5 – 25 x / 24 jam
d. Pada bayi void : 15 – 60 ml/kg BB/24 jam
e. BJ urin : 1,005 – 1,015
f. Standar volume urin
o Bayi baru lahir : 10 – 90 ml/kg BB/ hari
o Bayi : 80 – 90 ml/kg BB/hari
g. GFR bayi baru lahir : 30 – 50 % dewasa
h. Rata – rata bayi BAK : 8 -12 x/hari
i. Pada penderita labio palatoschizis system ini mengalami gangguan
6. Muskuloskeletal
a. Jumlah kartilago > osifikasi tulang
b. Pertumbuhan ukuran otot karena hipertropi dibanding hiperplasia
3.3 Pemeriksaan Diagnostik
- MRI
- Rontgen

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 21
3.4 Daftar Prioritas Masalah
- Resiko tinggi trauma
- Nyeri
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
- Cemas
- Ketegangan
- Resiko aspirasi
- Kurang informasi
3.5 Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan: Resiko tinggi trauma sisi pembedahan berhubungan dengan
prosedur pembedahan, disfungsi menelan
Kriteria hasil :
- Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah
- Sisi operasi tetap tidak rusak
Intervvensi Rasional
Beri posisi telentang / miring / duduk Untuk mencegah trauma pada sisi operasi
Pertahankan alat pelindung bibir Untuk melindungi garis jahitan
Gunakan teknik pemberian makan non Untuk meminimalkan resiko trauma
traumatik
Gunakan jaket restrein pada bayi lebih Untuk mencegahnya agar tidak berguling
besar dan menggaruk wajah
Hindari menempatkan objek di dalam Untuk mencegah trauma pada sisi operasi
mulut setelah perbaikan PS
(kateter penhisap, spatel lidah, dot,
sendok kecil)
Jaga agar bayi tidak menangis keras Karena dapat menyebabkan tegangan pada
dan terus menerus jahitan
Bersihkan garis jahitan dengan Karena inflamasi dan infeks akan
perlahan setelah memberi makan mempengruhi penyembuhan dan efek
kosmetik dari perbaikan pembedahan

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 22
Ajari tentang pembersihan dan Untuk meminimalkan komplikasi setelah
prosedur restrein khususnya bila pulang.
pulang sebelum jahitan dilepas

2. Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kesulitan makan setelah prosedur pembedahan
Kriteria hasil :
- Bayi mengkonsumsi jumlah nutrient yang adekuat
- Keluarga mendemonstrasikan kemampuan untuk menjalankan perawatan pasca operasi
- Bayi menunjukkan penambahan BB yang adekuat
Intervensi Rasional
Beri diet sesuai usia dan ketentuan Bayi mendapat nutrisi yang adekuat
selama periode pasca operasi
Libatkan keluarga dalam metode Memegang tanggung jawab pemberian
pemberian makan yang terbaik makan di rumah
Ubah teknik pemberian makan Untuk menyesuaikan diri efek
pembedahan
Beri makan dalam posisi duduk Untuk meminimalkan resiko aspirasi
Sendawakan dengan sering Kecenderungan menelan banyak udara
Bantu dalam menyusui, ajarkan teknik Untuk menjamin perawatan di rumah
pada keluarga

3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan


Kriteria Hasil : Bayi tampak nyaman dan tenang
Intervensi Rasional
Kaji perilaku dan TTV Untuk adanya bukti nyeri
Berikan analgetik / sedatife sesuai Untuk meminimalkan nyeri
instruksi
Beri stimulasi belaian dan taktil Untuk pertumbuhan dan perkembangan
optimal

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 23
Libatkan orang tua dalam perawatan Untuk memberikan rasa nyaman dan
bayi aman

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Labio palatoschizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit – langit rongga
mulut dapat melalui palatum durum maupum palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan
langit – langit tiadak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesuderm
pada saat kehamilan.
2. Beberapa penyebab labio palatoschizis antara lain : faktor genetik, insufisiensi zat untuk
tumbuh kembang, pengaruh obat teratogenik, faktor lingkungan maupun infeksi
khususnya toxoplasma dan klamidial.
3. Labio palatoshizis dibagi menjadi tiga klasifikasi: berdasarkan organ yang terlibat,
berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk, berdasarkan letak celah.
4. Labio palatoshizis adalah suatu kelainan kongenital sehingga insidensnya adalah
kongenital. Insiden tertinggi terdapat pada orang Asia dengan prevalensi 1:1000
kelahiran.
5. Penatalaksanaan Labio palatoshizis adalah dengan tindakan pembedahan.
6. Asuhan keperawatan ditegakkan untuk mengatasi masalah dan dampak hospitalisasi
yang ditimbulkan.
4.2 Saran
Bagi masyarakat khusunya ibu hamil dapat sesering mungkin untuk memeriksakan
kehamilannya dan menghindari seminimal mungkin hal – hal yang dapat menyebabkan
terjadinya kelainan kongenital pada janin atau organ yang dikandungnya.

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 25
DAFTAR PUSTAKA

Suradi, S.Kp, dan Yuliani, Rita. S.Kp.2001. Asuhan keperawatan pada anak. PT Fajar
Interpratama, Jakarta.
Wong, Donna L.1996. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. EGC. Jakarta
Mansyoer, Arif. Dkk.2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi III jilid II. Media Aesculapius FK
UI. Jakarta.
Dr . Bisono, SpBp. Operasi bibir sumbing. EGC. Jakarta.
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
Carpenito,L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (Terjemahan). Edisi 8. EGC : Jakarta.
Donna, L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC : Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. EGC : Jakarta.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
Price, S. A. Wilson, L. M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
(terjemahan). Edisi 4. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. C. et. all. (2002). Buku Ajar Keperawata Medikal Bedah. Brunner &
Suddarth. Edisi VIII vol 2. Jakarta: EGC

MAKALAH “ Labio Palato Skisis”


OLEH : KHOMSIATUN 26

Anda mungkin juga menyukai