Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan makan digambarkan sebagai gangguan berat dalam perilaku makan dan
perhatian yang berlebihan tentang berat dan bentuk badan. Onsetnya biasanya
pada usia remaja. Menurut DSM-IV, terdapat tiga jenis gangguan makan :
anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan binge-eating disorder (BED)
2.1.3 Diagnosis
Diagnosa AN adalah berdasarkan karakteristik perilaku, psikologis dan
fisiknya. Kriteria diagnostik yang digunakan secara meluas ialah dari American
Psychiatry Association (APA, 2004), melalui DSM-IV. Kriteria ini termasuklah :
1. Ketakutan berlebihan untuk meningkatkan berat badan atau
menjadi gemuk
2. Keengganan untuk menetapkan berat badan pada atau di atas berat
normal yang minimal sesuai umur dan ketinggian tubuhnya
3. Distorsi pandangan tubuh (merasakan dirinya “terlalu gemuk”
walaupun dirinya telah underweight)
4. Tidak mengalami menstruasi (amenorrea) selama sekurang-
kurangnya 3 siklus berturut-turut.
2.1.4 Terapi
Terdapat beberapa indikasi pasien dengan AN yang perlu dirawat inap di
rumah sakit, antara lain ialah berat badan kurang daripada 75% daripada berat
badan ideal, walaupun pemeriksaan darah rutin dalam batas normal. Untuk pasien
yang berat badannya sangat kurang, kalori yang cukup (kira-kira 1200-1800
kkal/hari) perlu diberi dalam hidangan sehari-hari dalam bentuk makanan atau
2.1.5 Prognosis
Mortalitas merupakan risiko pada pasien dengan AN, disebabkan oleh
percobaan bunuh diri atau komplikasi dari gangguan makan yang kronis. Risiko
mortalitas telah menurun sepanjang 25 tahun ini dengan pengobatan dan
identifikasi dini AN. Kira-kira 25% tetap simptomatik. Proses penyembuhan
berlangsung lama, bisa 2 tahun dari onset AN (Abraham dan Stafford, 2004).
Terdapat juga pasien dengan AN beralih kepada jenis gangguan makan
lain, seperti bulimia nervosa dan binge-eating disorder, menunjukkan terdapat
hubungan antara gangguan makan tersebut (NCCMH, 2004).
Gangguan makan dapat berakibat fatal akibat dari defisiensi nutrisi yang
berkelanjutan. Pasien dengan gangguan makan kadang kala mencoba untuk
membunuh diri atau menghindari kegiatan sosialnya. Perlu ditekankan bahawa
gangguan ini tidak hanya mengganggu perilaku makan, tetapi juga mendatangkan
akibat pada fisik, psikologis dan aspek sosial pasien (Tsuboi, 2005)
2.2.3 Diagnosis
Diagnosis BN menggunakan kriteria diagnostik yang dikemukakan oleh
DSM-IV. Kriteria diagnostik BN ialah;
1. Episode makan berlebihan yang berulang yang dikarakteristikkan
dengan konsumsi sejumlah besar makanan dalam waktu yang
singkat (selalunya kurang daripada 2 jam) dan perasaan untuk
makan tidak terkontrol.
2. Perilaku kompensasi makan berlebihan yang berulang, seperti
memuntahkan kembali, penggunaan pencahar, berdiet keras atau
berpuasa secara berlebihan sebagai melawan perbuatan makan
berlebihan.
3. Perbuatan 1 dan 2 telah berlangsung sebanyak sekurang-kurangnya
2 kali/minggu selama sekurang-kurangnya 3 bulan.
4. Perhatian yang berlebihan terhadap bentuk dan berat badan.
2.2.4 Terapi
Untuk mengurangi dan mengeliminasi perilaku makan/muntah, individu
tersebut perlu menjalani kaunseling gizi dan psikoterapi, terutama terapi perilaku
kognitif (cognitive behavioral therapy (CBT)) atau diberi pengobatan seperti
antidepresan seperti fluoksetin, yang merupakan satu-satunya obat yang
2.2.5 Prognosis
Prognosis BN lebih baik daripada prognosis AN. Mortalitas yang rendah,
dan penyembuhan sempurna bisa terjadi pada 50% dalam masa 10 tahun. Kira-
kira 25% pasien mengalami simptom BN yang persisten dan ada yang beralih dari
BN menjadi AN.
2.3.4 Terapi
Tujuan terapi pada pasien dengan BED ialah untuk megurangi perilaku
makan berlebihan tersebut, memperbaiki simptom gangguan mood dan rasa cemas
yang berkaitan dengan ED, dan mengurangi berat badan pada individu yang juga
mengalami obesitas. Terapi psikologis seperti cognitive behavioral therapy dan
farmakologis bukan saja efektif mengobati BN tetapi berguna untuk mengurangi
frekuensi makan padan pasien dengan BED dan memperbaiki gangguan mood
(Kay dan Tasman, 2006).
2.3.5 Prognosis
BED mempunyai kadar remisi yang tinggi, walaupun tanpa pengobatan.
Juga tidak ada kecenderungan untuk BED beralih ke tipe gangguan makan yang
lain (Abraham dan Stafford, 2004).