Anda di halaman 1dari 20

PENGERTIAN INOVASI dan INOVASI PENDIDIKAN

Inovasi adalah suatu gagasan, ide dan perubahan dalam berbagai bidang. Sedangkan inovasi pendidikan
adalah sebuah proses, produk dan ide dala bidang pendidikan. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti
mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang
berarti perubahan.

Tujuan dari inovasi pendidikan adalah memaksimalkan (efisiensi, efektivitas dan relevansi) segala
kemampuan dalam bidang pendidikan seperti tenaga, uang, sarana prasarana.

Jadi inovasi pendidikan adalah suatu idea atau metode yang dirasakan sebagai hal yang baru dan
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.

Teori Inovasi Pendidikan adalah Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen system pendidikan dalam arti sempit (suatu lembaga pendidikan) maupun dalam arti luas
(sistem pendidikan). komponen pendidikan atau komponen system social yang memungkinkan untuk
dilakukan suatu inovasi, yaitu : pembinaan personalia, banyaknya personalia dan wilayah kerja, fasilitas
fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, peran yang diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk
hubungan antar bagian, dan strategi.

MODEL-MODEL INOVASI PENDIDIKAN

1. Top Down

penerapan kurikulum

(1)
bottom up_3

(2)

guru2

(3)

Vidio Top Down Inovation

Pengertian Top Down Inovation

Top Down Inovation adalah salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan atau
pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan efisiensi waktu dan sebaginya.
Inovasi ini di terapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan bahkan memaksakan apa
yang menurut atasan itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak berwewenang untuk
menolak pelaksanaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa top down innovation sama halnya dengan
pendidikan yang otoriter. Contoh adalah yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama
ini. Seperti penerapan kurikulum, kebijakan desentralisasi pendidikan dan lain-lain.

Ruang Lingkup Top Down

Top down innovation yang hanya menyangkut tentang kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan
yang dibuat oleh pemerintah mengenai pendidikan seperti kurikulum, Standart Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD), namun menurut kami, top down innovasion juga terjadi pada saat pembelajaran
/ proses transfer ilmu / pengetahuan di dalam kelas. Hal ini terjadi dari guru ke peserta didik. Saat guru
mengajar dalam kelas sering memaksa peserta didik untuk menelan bulat-bulat apa yang di terangkan
dan di jelaskan oleh guru, peserta didik hanya meng-iya-kan saja, mereka tidak berani untuk
menyanggah, mengomentari, menanggapi, apa yang dikatakan guru karna adanya hukuman bagi peserta
didik yang di anggap menyimpang hal ini dapat membunuh kreativitas dan pola piker kritis para peserta
didik.
Selain pendidikan formal di sekolah ternyata top down innovation juga terjadi pada polah pendidikan di
rumah, yaitu dari orang tua pada anaknya, Orang tua mendidik anak mereka dengan cara keras dan kaku,
anak-anak harus patuh terhadap peraturan-peraturan yang dibuat oleh orang tua, anak-anak tidak diberi
kesempatan untuk melakukan sesuai dengan keinginan dan kemauan hati mereka, sehingga mereka
merasa tertekan. Tujuannya agar mereka menjadi anak yang disiplin, penurut dan tidak banyak kemauan.
Meskipun dengan pola pendidikan otoriter menjadikan keluarga terlihat aman, tertib, dan tidak ada
masalah, namun hal ini sangat membahayakan bagi perkembangan jiwa anak karena mereka akan
tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri, tidak mandiri, penakut untuk mencoba hal-hal baru, tidak
memiliki kreativitas, dll.

Kelebihan Top Down

Pertama, kesempatan untuk memperoleh pendidikan merata merupakan salah satu kelebihan yang
melekat pada Top Down Inovation.

Kedua, dalam Top Down Inovation juga menerapkan sistem yang terstruktural, sehingga dapat
menggunakan waktu seefisien dan seefektif mungkin.

Ketiga, adanya standart pengajaran sebagai tolak ukur ketuntasan belajar siswa menjadi salah satu
kelebihan dari Top Down Inovation.

Keempat, adalah ujian dilaksanakan serempak. Dengan begitu, akan mengurangi kecurangan dalam
adanya evaluasi hasil belajar atas ketercapaiannya kurikulum yang telah disusun oleh Pemerintah.

Kelima adalah adanya monitoring dari pemerintah/depdikna yang menjadi kelebihan Top Down
Inovation.

Kekurangan Top Down

Pertama, terbatasnya kreativitas guru dalam hal pengembangan pembelajaran sesuai dengan tingkat
berfikir guru.

Kedua, yaitu terjadinya kecurangan dalam ujian yang diadakan secara serempak.
Ketiga, ketidaksesuaian antara kebijakan pemerintah dengan kompetensi yang dimiliki oleh sekolah
karena sumber daya alam yang dimiliki masing-masing sekolah berbeda, sesuai dengan lingkungan
didirikannya sekolah tersebut.

Keempat, yaitu peran guru yang hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa
mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.

Kelima, tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada peserta didik tidak
terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal yang diperlukan oleh peserta
didik secara SDM dan SDA yang ada disekitar lingkungan peserta didik.

Keenam, keterbatasan fasilitas dan finansial bagi daerah yang terpencil untuk standart pendidikan yang
berlaku menjadi salah satu kekurangan dari Top Down Inovation.

Ketujuh, adalah perbedaan SDM dan SDA disetiap daerah didirikannya sekolah.

2. Bottom Up

IMAG0251

(1)

P1030803

(2)

guru2
(3)

4305DSC03186

(4)

Pengertian Bottom Up

Bottom – Up Innovation merupakan model kebalikan dari model Top Down Innovation, inovasi ini timbul
karena hasil ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat sebagai upaya untuk
meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Model strategi inovasi ini lebih bersifat empirik
Rasional. Asumsi dasar pada model ini, menempatkan manusia pada kemampuannya menggunakan
pikiran logisnya atau akalnya sehingga, mereka bertindak rasional. Dalam hal ini innovator bertugas
mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan
manfaat bagi penggunanya

Ruang Lingkup Bottom Up

Model bottom up innovation ini lebih banyak dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi swasta
dibanding sekolah atau perguruan tinggi negeri, karena sistem pengambilan keputusan yang sentralistis.
Misalnya, suatu sekolah melakukan inovasi tentang efektifitas pembelajaran dengan menggunakan
media atau alat transformasi pelajaran seperti komputer dan infocus dalam setiap kelas. Dalam hal ini
kewenangan atau otoritas sekolah yang bersangkutan lebih menonjol dan dapat mengambil keputusan
sendiri sepanjang tidak melanggar kaidah-kaidah normatif.

Kelebihan Bottom Up

Pertama, guru lebih bebas dalam mengeluarkan ide-ide cemerlangnya, bahkan pembelajarannya lebih
beranekaragam dan inovatif. Misalnya dalam suatu pembelajaran guru menempelkan di papan atau
ditayangkan melalui media/ power point.
Kedua, pemerintah tidak perlu bekerja keras karena disini ada peran para guru dan juga peran
masyarakat luar yang banyaak mengambil peran tersebut. Contohnya adanya pembentukkan organisasi
yang dijalankan oleh wali murid (paguyuban), misalnya dalam peduli lingkungan.

Kekurangan Bottom Up

Pertama, guru tidak mempunyai tolak ukur kedepan, contohnya guru hanya memberikan materi seperti
biasanya saja tanpa ada perkembangan yang lebih baik lagi.

Kedua, susahnya mencapai kesepakatan bersama karena ide yang dilontarkan berbeda-beda, misalnya
saja guru ingin memberikan strategi pembelajaran dengan Kooperative script tetapi pimpinan tidak
memberikan izin dengan pembelajaran tersebut, pimpinan menginginkan pembelajaran yang ada di
KTSP dan sudah di tetapkan oleh pemerintah.

Ketiga, pemerintah tidak begitu berharga kerena perannya tidak begitu besar misalnya saja pemerintah
hanya berdiam diri tidak ikut serta dalam pembelajaran di sekolah-sekolah.

3. Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan

gambar desentralisasi

images

20111019110631082

(1)

IMAG0251
(2)

guru2

(3)

Pengertian Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan

Desentralisasi menurut PASAL 1 ayat (7) UU Nomor 32 Tahun 2004, diartikan “sebagai penyerahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Desentralisasi menurut para ahli adalah sebagai berikut :

Encyclopedia of the Social Siences (1980) menjelaskan bahwa desentralisasi merupakan penyerahan
wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik
yang menyangkut bidang legislatif, judikatif, atau administratif.

Menurut Hoogerwerf (1978), Desentralisasi adalah pengakuan atau penyerahan wewenang oleh badan-
badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan
sendiri mengambil keputusan pengaturan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari hal
itu.

Dijabarkan juga oleh Koswara (1996) bahwa Desentralisasi pada dasarnya mempunyai makna yaitu
melalui proses desentralisasi urusan-urusan pemerintahan yang semula termasuk wewenang dan
tanggung jawab pemerintah pusat sebagian diserahkan kepada pemerintah daerah agar menjadi urusan
rumah tangganya sehingga urusan tersebut beralih dan menjadi wewenang dan tanggung jawab
pemerintah daerah.

Maddick (1963) mengemukakan bahwa desentralisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kemampuan aparat pemerintah dan memperoleh informasi yang lebih baik mengenai keadaan daerah,
untuk menyusun program-program daerah secara lebih responsif dan untuk mengantisipasi secara cepat
manakala persoalan-persoalan timbul dalam pelaksanaan.

Lebih lanjut Soejito (1990) menjelaskan bahwa desentralisasi sebagai suatu sistem dipakai dalam bidang
pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi , dimana sebagian kewenangan pemerintah pusat
dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan. Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang
dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik yang
menyangkut bidang legislatif, yudikatif, atau administratif (Encylopedia of the social sciences.1980).

Desentraslisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari
sentralisasi, dimana sebagian kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk
dilaksanakan (Soejito,1990)

Demokratisasi pendidikan menurut para ahli, yaitu :

Joseph A. Schmeter, mengatakan demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasan untuk memutuskan cara perjuangan
kompetitif atas suara rakyat.

Sidney Hook berpendapat, demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan


pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

Philippe C. Schmitter menyatakan, demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka diwilayah publik diwilayah warga Negara, yang
bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah
terpilih.

Hendry B. Mayo menyatakan, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Ruang Lingkup Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan

Bidang hukum dan perundang-undangan dalam konteks desentralisasi pendidikan merupakan hal yang
paling krusial karena merupakan perangkat kendali manajemen yang menentukan isi dan luas wewenang
serta tanggung jawab dalam pelaksanaan setiap bidang dan juga tugas yang sedang didesentralisasikan.

Pembaharuan struktur kelembagaan pendidikan di daerah perlu memperhatikan tiga hal pokok yaitu,
kewengan, kemampuan dan kebutuhan masing-masing daerah yang berazaskan pada demokratisasi,
pemberdayaan dan pelayanan umum dibidang pendidikan. Disamping itu pembaharuan kelembagaan
pendidikan di daerah perlu didasarkan pada prinsip rasional, efisien, efektif, realistis, dan operasional.

Berkenaan dengan kemampuan daerah dalam aspek relevansi. Permasalahan pendidikan selama ini
diarahkan pada kurangnya kepercayaan pemerintah, pada daerah untuk menata system pendidikannya
yang setara dengan kondisi objektif di daerahnya. Karena itu, desentralisasi kurikulum menjadi alternatif
yang harus dilakukan dengan demikian perubahan yang paling mendasar dalam aspek manajemen
kurikulum bahwa pendidikan harus mampu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan yang ada di
masyarakat adapun persyaratan dasar dalam menetapkan jenis kurikulum antara lain: Pertama,
Kurikulum dikembangkan berdasarkan bakat dan minat peserta didik. Kedua, Kurikulum berkaitan
dengan karateristik wilayah setempat. Ketiga, Dapat dikembangkan secara nyata sebagai dasar
penguatan sector usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat. Keempat, Pembelajaran beroreantisi pada
peningkatan kompetensi keterampilan untuk belajar dan bekerja, lebih bersifat aplikatif dan operasional.
Kelima, Jenis keterampilan ditetapkan oleh pengelola program bersama-sama dengan peserta didik,
orang tua, tokoh masyarakat, dan mitra kerja.

Dengan demikian persyaratan utama dalam muatan kurikulum haruslah mendasar, kuat dan lebih luas.
Mendasar dalam arti memberi kemampuan dalam upaya memenuhi kebutuhan perserta didik sebagai
individu maupun anggota masyarakat. Kuat dalam arti terkait dengan isi dan proses pembelajaran atau
penyiapan peserta didik untuk menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang kuat untuk dapat
hidup mandiri. Luas dalam arti pemanfaatan dan pendayagunaan potensi dan peluang yang ada dan
dapat dijangkau oleh peserta didik.

Kelebihan Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan

Pertama desentralisasi membawa dampak positif khususnya bila diterapkan dalam bidang administratif.
Karena, penerapan ini dalam sistem penyelenggaraan pendidikan dapat meningkatkan efesiensi kegiatan
pendidikan.
Kedua desentralisasi adalah salah satu prakondisi yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja
manajemen sekolah dan meningkatkan prestasi siswa. Hal ni menegaskan bahwa desentralisasi
mendorong berkembangnya suatu proses yang lebih kompetitif dalam suatu proses pembelajaran siswa.

Ketiga desentralisasi dapat memacu kreatifitas guru dalam membuat suatu inovasi baru dalam dunia
pendidikan

Keempat desentralisasi dapat membuat pengelolaan manajemen keuangan sekolah lebih otimal, karena
apabila pengelolaan keuangan berjalan baik, sistem administrasi yang sebagai jembatan antara pendidik
anak didik.

Kelima desentralisasi dapat menunjang suatu sarana prasarana dalam fasilitas sekolah guna
memperlancar proses pembelajaran. Fasilitas yang baik mampu menimbulkan suatu kreativitas siswa
dan guru dalam mengembangkan suatu pembelajaran. Sehingga timbullah inovasi-inovasi baru yang
lebih praktis dan mampu bersifat ekonomis.

Keenamdesentralisasi mampu mengembangkan keterampilan dalam mengelola sistem manajemen,


perencanaan, kegiatan-kegiatan sekolah yang telah diberikan oleh pemerintah kepada daerah.

Ketujuh desentralisasi cenderung mengajak semua warga negara mengenyam pendidikan yang layak
sesuai dengan program dan tujuan pemerintah.

Kedelapan demokratisasi mampu menyelesaikan masalah disuatu daerah itu sendiri. Contoh : Pengadaan
buku untuk pengembangan perpustakaan, pengadaan alat-alat peraga pembelajaran.

Kesembilan Demokrasi pendidikan merupakan proses buat memberikan jaminan dan kepastian adanya
persamaan kesempatan buat mendapatkan pendidikan di dalam masyarakat tertentu.

Kekurangan Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan


Pertama desentalisasidapat menimbulkan kecemburuan sosial antara pemerintah daerah dan
masyarakat.

Kedua desentralisasi manajemen keuangan tidak transparan. Sehingga dapat menimbulkan persepsi
yang negatif di mata masyarakat.

Ketigadesentralisasi dapat menimbulkan banyaknya tidak korupsi.

Keempat densentralisasi dapat menimbulkan anggaran yang tidak sesuai dengan pengeluaran yang
terjadi.

Kelima desentralisasi dapat menurunkan kualitas guru dalam mengelola suatu pembelajaran didalam
kelas.

Keenam desentralisasi sebagai penyelenggara pendidikan membuka peluang bagi tumbuh suburnya
legitimasi politik.

Ketujuh desentralisasi, menimbulkan sarana dan prasarana belum menunjang untuk proses pemerataan
penerimaan pendidikan.

Kedelapan desentralisasi, tidak adanya inovasi baru sehingga melemahkan semangat juang para
pendidik.

Kesembilan, konsep pemecahan disuatu daerah tidak dapat digunakan didaerah lain. Karena terbentur
aspek-aspek seperti lingkungan budaya dan sosial politik.

Kesepuluh, Desentralisasi pendidikan yang efektif tidak hanya melibatkan proses pemberian kewenangan
dan pendanaan yang lebih besar dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi desentralisasi juga
harus menyentuh pemberian kewenangan yang lebih besar ke sekolah-sekolah dalam menentukan
kebijakan-kebijakan: organisasi dan proses belajar-mengajar, manajemen guru, struktur dan
perencanaan di tingkat sekolah, dan sumber-sumber pendanaan sekolah.

4. Quantum Learning

Quantum learning (1)

learning-slearning

Vidio Pembelajaran Quantum Learning

http://www.youtube.com/watch?v=o0jaLx9UGvE

Pengertian Quantum Learning

Quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam
pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu untuk melakukan eksperimen yang
disebutnya suggestology (suggestopedia).

Tokoh utama di balik pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang
kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya
menggeluti bidang pembelajaran.

Ruang Lingkup Quantum Learning

Quantum learning berdasarkan pada konsep “ bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia
kita kedunia mereka.” Segala hal yang dilakukan berdasarkan pada prinsip diatas.

Ada beberapa karakteristik quantum learning yang harus dipahami, agar pembelajaran dapat berjalan
dengan benar. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut: pertama setiap orang adalah pendidik
dan sekaligus peserta didik, sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator, contohnya guru mau
menerima masukan dari muridnya dan sering saling bertukar informasi. kedua Belajar akan sangat efektif
jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal,
penataan tempat duduk, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa nyaman. ketiga
Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan
alamiah sehingga tidak perlu merubahnya. Dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan
terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberian fasilitator. keempat Kunci menuju
kesuksesan model quantum learning adalah latar belakang musik klasik atau instrumental yang telah
terbukti memberikan pengaruh positif dalam proses pembelajaran. Musik klasikal dapat meningkatakan
kemampuan mengingat, mengurasi sterss, meredekan ketegangan, meningkatkan energi dan
memberikan daya ingat.

Kelebihan Quantum Learning

Pertama, Pembelajaran kuantum membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa
dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Contonya
ketika dikelas guru terbiasa mengajari siswa untuk selalu berfikir kreatif untuk menemukan hal yang
baru.

Kedua, Dalam pembelajaran kuantum, emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang
tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu
serta mau mengembangkan potensi-potensi yang ada.

Ketiga, Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna,
bukan sekedar transaksi makna. Jadi guru bukan hanya menjelaskan tetapi menanamkan dalam diri
siswa.

Keempat,Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf


keberhasilan tinggi. Contohnya penggunaan music klasik akan merangsang percepatan daya tangkap
siswa sehingga mudah dalam memahami materi yang diberikan.

Kelima, Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran,
bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Contohnya guru memberikan konsep-konsep dengan
contoh yang nyata bukan khayalan.

Keenam, Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, dan
ketrampilan (dalam) hidup.
Ketujuh, Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran. Jadi seorang guru bukan hanya menyampaikan materi tetapi juga menanamkan karakter
yang harus dimiliki siswa.

Kedelapan, Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman


dan ketertiban. Jadi siswa diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan melakukan aktifitas
yang diminatinya.

Kekurangan Quantum Learning

Pertama, Membutuhkan pengalaman yang nyata. Karena kuantum learning menuntut guru untuk kreatif
dan menjadikan kegitan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga diperlukan pengalaman yang
matang untuk dapat menciptakan situasi yang diatas.

Kedua, Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Karena kuantum learning
menggunakan metode pemberian sugesti sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan
karakter yang diharapkan.

Ketiga, Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa. Karena setiap siswa memiliki ketrampilan yang
berbeda-beda sehingga untuk mengidentifikasi ketrampilan setiap siswa memerlukan proses yang tidak
mudah yaitu dengan mengamati perilaku dan minat setiap siswa.

Keempat, Memerlukan dan menuntut keahlian dan ketrampilan guru. Karena kuantum learning
menuntut guru untuk kreatif dan menjadikan kegitan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga
diperlukan keahlian dan ketrampilan guru untuk dapat menciptakan situasi yang diatas.

Kelima, Memerlukan proses perancanaan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan
terencana dengan cara yang lebih baik. Karena kuantum learning harus bisa menjadikan kegiatan belajar
menyenangkan sehingga persiapan yang matang akan membantu terlaksananya kegiatan pembelajaran
tersebut.
Keenam, Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar dan menuntut situasi dan kondisi. Karena
dengan keterbatasan sarana prasarana akan menghambat terlaksananya kegiatan tersebut dan hasilnya
kegiatan belajar mengajar akan berjalan kurang efektif.

5. Pendekatan Kontekstual

CTL _2

CTL_4

CTL

SAMSUNG DIGITAL CAMERA

Vidio pembelajaran Kontekstual

Pengertian Pendekatan Kontekstual

Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antar materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah
peran guru dalam kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Ruang Lingkup Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa
melihat makna materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan cara mengaitkan materi pelajaran
tersebut dengan pengalaman awal serta lingkungan hidup mereka sehari-hari guna memecahkan
permasalahan dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa maupun pekerja.

Kelebihan Pendekatan Kontekstual

Pertama, Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.

Kedua,Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan
memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.

Ketiga, Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

Keempat,Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

Kelima,Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Keenam,Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

Ketujuh,Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

Kekurangan Pendekatan Kontekstual

Pertama, Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam
menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.

Kedua,Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM.
Ketiga, Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak
percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.

Keempat,Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan
sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung
dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan
model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

Kelima,Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan
yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.

Keenam,Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi
namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini
lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.

Ketujuh, Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

Kedelapan, Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai
pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari
informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.

LATIHAN SOAL

Menurut Anda, sebagai seorang guru, apakah latar belakang sosial ekonomi siswa dapat berpengaruh
terhadap prestasi akademik siswa ? Inovasi pendidikan yang seperti apa yang akan anda lakukan guna
meningkatkan prestasi akademik siswa? Jelaskan !

Bagaimana cara Anda sebagai seorang guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di sebuah
sekolah terpencil dengan segala keterbatasan sarana prasarana yang akan menghambat kegiatan belajar
mengajar akan berjalan kurang efektif ?
Menurut Anda, pembaharuan pendidikan yang seperti apa yang dapat menciptakan sekolah yang efektif
dan berkembang sehingga dapat menghasilkan output yang berkualitas di berbagai bidang ?

Sebuah keluarga Kubu dari pedalaman, dengan 5 anak-anaknya baru saja pindah ke sebuah sekolah di
sebuah desa kecil. Anda pernah mendengar siswa-siswa di kelas Anda memanggil keluarga yang baru
pindah ini dengan sebutan–sebutan yang bernada menghina, seperti “orang hutan”, tarsan kampung.
Apa yang dapat Anda lakukan agar anak-anak di kelas 5 ini dapat menerima adanya perbedaan
kebudayaan ?

Anda seorang guru kelas 6 yang prestasi akademik siswa-siswanya di atas rata-rata. Namun, ada seorang
anak yang mengalami kesulitan dalam membaca, dan hambatan dalam berbicara yang sangat serius.
Tidak ada satu pun siswa-siswa yang ingin bekerja sama dengan anak ini. Oleh beberapa teman-
temannya sekelas, anak ini sering dikata-katai sebagai anak bebal. Bagaimana Anda meyakinkan siswa-
siswa lainnya bahwa anak ini pun mempunyai kesempatan dan hak yang sama dengan mereka dalam
mengikuti proses belajar ?

KESIMPULAN

Top Down Inovation adalah salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan atau
pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan efisiensi waktu dan sebaginya.

Inovasi ini di terapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan bahkan memaksakan apa
yang menurut atasan itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak berwewenang untuk
menolak pelaksanaannya.

Jadi dapat dikatakan bahwa top down innovation sama halnya dengan pendidikan yang otoriter,
Pendidikan ini sering dinilai buruk, namun sebenarnya ada kebaikan didalamnya karena terkadang
memang harus ada penekanan dari guru untuk dijadikan sebuah tempaan bagi para peserta didik agar
mereka dapat berkembang meskipun perkemangan manusia memang sangat bergantung pada motivasi
dari dirinya sendiri namun kebanyakaan manusia cenderung akan lebih banyak mendapatkan hambatan
jika harus berjuang sendirian.

Kelebihannya adalah kesempatan untuk memperoleh pendidikan merata merupakan salah satu
kelebihan yang melekat pada Top Down Inovation.
Kekurangannya adalah terbatasnya kreativitas guru dalam hal pengembangan pembelajaran sesuai
dengan tingkat berfikir guru.

Bottom – Up Innovation merupakan model kebalikan dari model pertama yakni model Top Down
Innovation, inovasi ini timbul karena hasil ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau
masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.

Model strategi inovasi ini lebih bersifat empirik Rasional. Asumsi dasar pada model ini, menempatkan
manusia pada kemampuannya menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga, mereka bertindak
rasional. Dalam hal ini innovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode
yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya.

Kelebihannya adalah guru lebih bebas dalam mengeluarkan ide-ide cemerlangnya, bahkan
pembelajarannya lebih beranekaragam dan inovatif. Misalnya dalam suatu pembelajaran guru
menempelkan di papan atau ditayangkan melalui media/ power point.

Kekurangannya adalah guru tidak mempunyai tolak ukur kedepan, contohnya guru hanya memberikan
materi seperti biasanya saja tanpa ada perkembangan yang lebih baik lagi.

Desentralisasi adalah suatu keterkaitan antara kebijakan pemerintah dari pusat ke daerah dalam aspek-
aspek kewenangan suatu pengembangan pendidikan di daerah. Desantralisasi dapat bersifat politik
artinya penyerahan kekuasaan sepenuhnya ke pada daerah dan pemerintah tidak ikut campur tangan
atas kewenangan yang telah diberikan. Sehingga dapat menimbulkan menejemen diluar sistem dan
demokratisasi Pendidikan demokrasi diartikan sebagai upaya sistematis yang dilakukan Negara dan
masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negaranya agar memahami, meghayati, megamalkan dan
mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan status dan perannya dalam
masyarakat. Demokrasi adalah pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung maupun
tidak langsung ( melalui perwakilan ) , yang kekuasaan tertingginya ada ditangan rakyat. Pendidikan
adalah suatu proses pembentukan karakter manusia yang mengarah pada kemandirian hidup,
memerlukan suatu penataan yang matang dan terencana. Dengan demikian maka jelaslah tujuan utama
dari desentralisasi dan demokrasi pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan
infrastruktur yang baik.
Kelebihan desentralisasi adalah desentralisasi membawa dampak positif khususnya bila diterapkan
dalam bidang administratif. Karena, penerapan ini dalam sistem penyelenggaraan pendidikan dapat
meningkatkan efesiensi kegiatan pendidikan.

Kekurangannya adalah desentralisasi dapat menurunkan kualitas guru dalam mengelola suatu
pembelajaran didalam kelas.

Quantum learning adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada pemberian sugesty dan
dituntut mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan serta efektif. Quantum learning dapat
memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan dengan upaya yang
normal dan dibarengi dengan kegembiraan.

Kelebihan dari penggunaan metode quantum learning adalah: Membiasakan siswa untuk melatih
aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi
diri dan lingkungannya, emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi.
Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta
mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat.

Kekurangan dari penggunaan metode quatum learning adalah : penggunaan waktu dalam pembelajaran
membutuhkan banyak.

Pendekatan Kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa
melihat makna materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan cara mengaitkan materi pelajaran
tersebut dengan pengalaman awal serta lingkungan hidup mereka sehari-hari guna memecahkan
permasalahan dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa maupun pekerja.

Anda mungkin juga menyukai