Komutasi Insyaallah Fix Semua Bab
Komutasi Insyaallah Fix Semua Bab
PENDAHULUAN
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan praktikum komputasi tambang dimaksudkan untuk melengkapi
materi dasar mata kuliah Perencanaan Tambang. Sedangkan tujuannya,
memberikan bekal pengetahuan dan keahlian dalam penggunaan program kepada
mahasiswa yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan dan pengerjaan tugas-tugas
dibidang pertambangan. Disamping itu, memberikan bekal kepada mahasiswa
untuk menghadapi tuntutan pekerjaan atau profesi di bidang pertambangan.
2
BAB II
PETA KESAMPAIAN DAERAH DAN PETA GEOLOGI
3
Peta memiliki berbagai komponen diantaranya sebagai berikut :
a. Judul Peta, diambil dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam satu
sheet peta. Biasanya terletak di bagian atas peta.
b. Legenda Peta, penjelasan dari simbol simbol yang tercantum dalam peta.
Bagian ini adalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta
dalam membaca peta jika tidak ada legendanya.
c. Skala Peta, bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta dengan
medan sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka.
Dalam peta topografi biasanya dicantumkan keduanya. Rumus perhitungan :
jarak dimedan sebenarnya = jarak di peta x skalanya. (Contoh : skala peta
1:25000; 1:50000; 1:100000) cara membacanya adalah 1:25000 berarti 1 cm
dalam peta adalah 25000cm di medan sebenarnya atau 250 meter.
d. Garis Koordinat, jaring-jaring dalam peta yang terdiri dari garis vertikal dan
garis horisontal. Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan koordinat.
e. Garis Ketinggian atau biasa disebut garis kontur, Adalah garis yang
menyerupai sidik jari yang menunjukkan titik ketinggian yang sama dalam
peta.
f. Tahun Pembuatan Peta, merupakan keterangan yang menunjukkan tahun
terakhir peta tersebut diperbaharui. Hal ini sangat penting karena kondisi
permukaan bumi bisa berubah sewaktu waktu.
g. Deklinasi, yaitu garis keterangan yang menunjukan beda Utara Peta dan
Utara Magnetik (Utara Kompas). Deklinasi ini direvisi tiap 5 tahun sekali.
4
untuk mengoperasikan software tersebut. Selain itu dengan sudah tersedianya
menu-menu pada windows, maka pengguna tidak perlu menghafalkan perintah-
perintah panjang. Melainkan dapat langsung memberi perintah melalui menu utama
maupun icon yang sudah tersedia.
Seperti halnya perangkat lunak lain yang dioperasikan di bawah windows
yang memiliki kemampuan multitasking, maka MapInfo juga dapat digunakan
secara bersama-sama dengan fasilitas lain di dalam MapInfo sendiri. Konsep ini
dinamakan sebagai desktop mapping. Kemampuan lain dari desktop mapping ini
adalah kemampuan untuk mengorganisir, memanipulasi dan menganalisis data.
Informasi yang disajikan oleh MapInfo ini pada prinsipnya adalah hasil
penggabungan data grafis dan non-grafis.
Keistimewaan lainnya dari MapInfo ini adalah :
a. Membuat basis data dari struktur MapInfo, membuka file yang dibuat dengan
dBase, Delimated ASCII, Lotus, MS Exell, mengimport file grafis dengan
berbagai format DXF dan MIF versi sebelumnya.
b. Kemampuan untuk menampilkan data dengan spesifikasi tertentu sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Kemampuan ini ditunjang oleh bahasa query
SQL (Structure Query Language). Dengan fasilitas ini dapat dibuat query
yang rumit dari beberapa basis data sekaligus.
c. Kemampuan mengubah peta untuk ditampilkan atau didijitasi.
d. Adanya kelengkapan pallete untuk menggambar atau mengedit dan berbagai
fungsi lainnya untuk penggambaran peta.
Konsep Desktop Mapping yang dimiliki oleh MapInfo memungkinkan untuk
menampilkan data dalam 3 format, yaitu :
a. Mappers, yaitu penyajian informasi data grafis dalam bentuk konvensional
hasil digitasi, sehingga memungkinkan untuk memvisualisasikan pola
geografis dari data.
b. Browser, yaitu penyajian informasi dalam bentuk daftar-daftar tabular
(seperti pada basisdata konvensional) atau tabel-tabel . Memungkinkan untuk
melakukan pemeriksaan data secara manual maupun otomatis secara penuh.
c. Graphers, yaitu penyajian informasi dalam bentuk grafis atau histogram
5
sesuai dengan data pada browser. Penyajian grafis tersebut bias secara
terpisah maupun bersama-sama dengan tampilan mappers. Memungkinkan
untuk menampilkan grafis atau histogram pada peta maupun statistiknya.
Dalam menangani data grafis dan non-grafis, MapInfo menggunakan fungsi-
fungsi yang diaplikasikan kepada data peta maupun atribut. Fungsi-fungsi tersebut
dapat dikelompokkan menjadi :
a. Fungsi Peta Dimana pada fungsi ini dapat dilakukan pembuatan,
pemanggilan, pengeditan dan penampilan peta. Fungsi-fungsi dapat
dilakukan pada bagian mapping sistem pada MapInfo
b. Fungsi Data Dimana pada bagian ini dapat dilakukan pembuatan,
pemanggilan, pengeditan, pengurutan dan penghitungan data. Kebanyakan
dari fungsi - fungsi ini dapat dilakukan pada Mbase, yaitu manajemen
basisdata pada MapInfo atau system manajemen basisdata yang lainnya
dengan MapInfo.
c. Fungsi Kombinasi Bagian ini adalah mengaitkan file data tekstual kepada
peta dan menampilkan kedua data tersebut pada peta.
Semua fungsi-fungsi kombinasi dibangun dengan MapInfo. Kita dapat
mengaitkan data tabular pada peta, pada MapInfo fungsi ini disebut kodifikasi.
Kita juga dapat menanalisa distribusi geografis dari data, hal ini biasa disebut
dengan pemetaan tematik. Sebagian besar fungsi untuk pembangunan data dapat
dilakukan dengan MapInfo, namun jika diperlukan dapat juga membangun data
dengan menggunakan perangkat lainnya seperti AutoCad yang dapat menghasilkan
file sesuai dengan MapInfo (.DXF). Kita dapat mengimport file-file tersebut dengan
mudah. Selain itu fungsi ini juga dapat digunakan untuk mentransfer data-data yang
sudah dalam format digital dengan ketentuan format seperti di atas.
Beberapa fungsi data lebih baik dilakukan dalam Dbase, yaitu manajemen
basis data pada MapInfo. Selain itu dapat juga dilakukan dengan manajemen basis
data lainnya, dimana sebaiknya yang dapat menghasilkan file dan format Dbase.
Setelah masing-masing data (grafis dan atribut) telah siap, maka kedua data tersebut
dapat dihubungkan (geocoding). Setelah kedua data tersebut terkait, maka MapInfo
dapat melakukan penampilan, penyaringan dan pembuatan peta tematik.
6
2.5 Langkah Kerja
1. Buka software Map Info lalu klik file pilih open file ,pilih file koordinat
iup yang ingin dibuka.
7
3. Set field properties lalu ubah tampilan x dan y menjadi
character kemudian ok.
5. Klik Properties.
8
6. Pilih universal transversal Mercator ( WG 84 ).
9
8. Klik simbol untuk memilih tanda koordinat .
10
10. Akan muncul tampilan seperti dibawah ,titik koordinatnya
11. Klik file , new table lalu akan muncul tampialn seperti dibawah lalu create.
11
12. Lalu akan muncul tampilan untuk menyimpan file beri nama wiup dan
save
13. Lalu buat polygon untuk menyambungkan koordinat untuk membaut iup.
12
14. Lalu sambungkan setiap titik membentuk wiup seperti dibawah.
15. Lalu open file masukkan data jalan dan data kabupaten untuk
memunculkannya dalam peta.
13
16. Akan muncul tampilan seperti dibawah ,untuk membuat grid klik discover
pilih map grid.
14
18. Akan muncul grid seperti gambar dibawah ,selanjutnya kita akan membuat
legenda WIUP, jalan , kabupaten dan indeks peta dengan cara clone
sebanyak 5 kali.
19. Lalu kita membuat layout baru dengan cara klik windows pilih new layout
windows lalu ok.
15
20. Lalu buat kotak untuk legenda seperti gambar dibawah.
21. Lalu klik frame untuk membuat legenda WIUP, jalan, kabupaten dan
indeks peta ,ukurannya disesuaikan dan setiap 1 legenda 1 clone yang
telah kita buat tadi.
16
22. Untuk legenda wiup ,layer selain wiup dimatikan ,begitu juga legenda
jalan kabupaten dan indeks peta .
17
BAB III
18
ANALISIS KEKUATAN MASSA BATUAN
Dimana:
mi : konstanta m untuk potongan batuan untuh
Sedangkan kriteria keruntuhan Hoek – Brown untuk batuan berkekar
adalah sebagai berikut :
Dimana :
: tegangan efektif maksimum dan minimum saat runtuh
: uniaxial compressive strength dari sampel batuan utuh
mb : konstanta m untuk massa batuan (Hoek-Brown)
s, a : konstanta yang bergantung dari karakteristik massa batuan
19
Gambar 3.1 GSI Untuk Karakterisasi Massa Batuan blocky Berdasarkan
Interlocking dan Kondisi Joint (Hoek, 2000).
20
Konstanta 𝑚𝑏 dan s dipengaruhi nilai D (disturbance facetor) merupakan
factor yang menunjukkan tingkat ketergantungan batuan akibat aktivitas peledakan.
Nilai D tersebut berada pada rentang nol untuk kondisi batuan tidak terganggu,
hingga satu untuk batuan dengan tingkat ketergangguan tinggi. Tabel 3.1 berisi
panduan dalam memperkirakan nilai D.
21
Tabel 3.1 Panduan Estimasi Nilai Disturbance Facetor (D) Hoek et. al. (2002)
22
3.2 Kekuatan Massa Batuan
Bieniawski (1984), kekuatan massa suatu batuan secara utuh dapat
diperoleh dari Point Load Strength Index atau Uniaxial Compressive
Strengh. Kekuatan massa batuan menggunakan klasifikasi Uniaxial Compressive
Strength (UCS) yang telah diusulkan oleh Deere & Miller, 1968 (Bieniawski, 1984)
dan juga UCS yang telah ditentukan dengan menggunakan Hammer Test. Kekuatan
batuan utuh adalah kekuatan suatu batuan untuk bertahan menahan suatu gaya
hingga pecah. Kekuatan massa batuan dapat dibentuk oleh suatu ikatan adhesi antar
butir mineral atau tingkat sementasi pada batuan tersebut, serta kekerasan mineral
yang membentuknya. Hal ini akan sangat berhubungan dengan genesa, komposisi,
tekstur, dan struktur batuan. Tabel 3.2 berisi mengenai klasifikasi kekuatan massa
batuan.
Tabel 3.2 Klasifikasi Kekuatan Massa Batuan Bieniawski (1984)
23
3.4 Langkah Kerja
Berikut adalah langkah kerja dalam penentuan Analisis Kekuatan Batuan
menggunakan Program RocLab :
1. Input Data yang akan dipakai (misal dari Ms. Excel)
2. Ubah Nama di grafik dengan cara klik menu “Analysis -> Project
Analysis”, tentukan nama sesuai keinginan praktikan, satuan sesuai dengan
satuan kekuatan batuan yang dipakai.
24
3. Masukkan data sigci (Mpa) dari data lapangan di kolom sigci atau icon
pada kolom sigci. Data Mpa ini adalah data UCS (Uji Kuat Tekan)
Batuan yang diukur.
25
4. Masukkan data GSI dari data lapangan di kolom GSI atau icon pada
kolom GSI. GSI (Geological Strength Index) dapat menentukan pelemahan
massa batuan yang merupakan hubungan antara derajat kekar dan kondisi
dari permukaan kekar.
26
6. Masukkan data D dari data lapangan di kolom D atau icon pada
kolom D. Data D merupakan faktor kerusakan pada batuan.
7. Export data file ke bentuk format gambar (JPEG file) dengan cara masuk
ke menu “File -> Export -> Image File”, tentukan nama dan lokasi “save
file” sesuai keinginan praktikan.
27
BAB IV
ANALISIS POTENSI LONGSORAN
28
B. Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang
lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang
lemah tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah
ini dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara
longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun
melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat
terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut :
1. Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan
bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.
2. Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan
lereng.
3. Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua
bidang lemah.
C. Longsoran Busur
Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan
yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika
batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang
lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya.
Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh struktur bidang
perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam massa diskontinuitas.
Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari
29
posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel
individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling
mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cenderung bersifat seperti
tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik
permukaan atas atau muka lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya
sebagian permukaan atas lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini
menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran
lereng, hanya dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut .
D. Longsoran Guling
Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal
dengan bidang-bidang lemah yang tegak atau hampir tegak dan arahnya
berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa berbentuk blok
atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh
sudut geser dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok dan lebar
balok terletak pada bidang miring.
Namun demikian, seringkali tipe longsoran yang ada merupakan gabungan
dari beberapa longsoran utama sehingga seakan-akan membentuk suatu tipe
longsoran yang tidak beraturan (raveling failure) atau seringkali disebut sebagai
tipe longsoran kompleks.
30
Gambar 4.4 Longsoran Guling
31
longsoran yang terbentuk dengan data sudut geser dalamnya.
2. Klik Countur plot pada toolbar maka akan tampil tampilan seperti dibawah
ini
32
3. Lalu Klik kanan pada gambar ganti filed dengan line untuk memperjelas
kontur
4. Akan tampil seperti ini setelah diganti line , lalu Klik add plane pada toolbar
untuk menentukan arah lereng
33
5. Setelah ditentukan arah lereng akan muncul table seperti dibawah ,beri
nama lereng lalu ok
6. Setelah itu klik Add Set Window pada toolbar untuk mencari daerah yang
berpotensi terjadi longsoran , lalu beri nama ok sebanyak daerah yang
berpotensi
34
7. Setelah itu kita dapat menentukan longsoran apa yang akan terjadi , lalu
save
35
BAB V
ANALISIS KESTABILAN LERENG
36
a. Lokasi, arah, frekuensi, kekuatan dan karakteristik dari bidang-bidang lemah.
b. Keadaan tegangan alamiah dalam massa batuan/tanah.
c. Konsentrasi lokal dari tegangan.
d. Karakteristik mekanik dari massa batuan/tanah.
e. Iklim terutama jumlah hujan untuk di daerah tropis.
f. Geometri lereng.
a. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop
mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
b. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat
busur lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan
c. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak
rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik Metode Bishop yang
disederhanakan merupakan metode sangat populer dalam analisis kestabilan
lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan memberikan
hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode ini
apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi semua
kondisi kesetimbangan seperti Metode Spencer atau Metode
Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat
cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang
berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum.
Metode Bishop sendiri memperhitungkan komponen gaya-gaya (horizontal
dan vertikal) dengan memperhatikan keseimbangan momen dari masing-
masing.
37
Gambar 5.1 Stabilitas Lereng Dengan Metode Bishop
Cara analisa yang dibuat oleh A.W. Bishop (1955) menggunakan cara
elemen dimana gaya yang bekerja pada tiap elemen ditunjukkan pada seperti
pada gambar 4. Persyaratan keseimbangan diterapkan pada elemen yang
membentuk lereng tersebut. Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan
sebagai perbandingan kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang
longsor (Stersedia) dengan tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan
(Sperlu).
38
5.3. Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb
Keruntuhan akan terjadi pada titik yang mengalami keadaan kritis yang
disebabkan kombinasi antara tegangan geser dan tegangan normal efektif. Berikut
persamaannya:
39
Selain kriteria Mohr-Coulomb, keruntuhan geser pada tanah dapat
didealisasi dengan menggunakan model kritis sebagaimana dikemukakan oleh
Roscoe, Schoefield, dan Wroth. Ide dasar dari model kritis ini adalah bahwa tanah
akan runtuh pada suatu bidang runtuh (bidang p’, q, dan e). q merupakan selisih
tegangan utama (tegangan deviator) dan p’ merupakan tegangan efektif rata-rata.
40
2. Pilih Piezometric Lines with Ru/B-bar sebagai pilihan
tekanan air tanahnya
3. Pilih The Control tab dari Analysis Setting pada menu
KeyIn, akan muncul kotak dialog
4. Pilih Grid and Radius pada kotak edit Spesify dari Slip
Surface Options untuk menspesifikasi permukaan
longsoran yaitu dengan menyebutkan pusat dari longsoran
dan garis radiusnya
41
5. Pilih Convergence tab dari Analysis Setting pada menu
KeyIn, akan muncul kotak dialog
42
Pilih mm pada tampilan kotak group Page unit
43
4. Pada kotak group Scale ketik 200 pada kotak edit Horz dan
200 pada kotak edit Vert.
5. Ketik besarnya nilai densitas air 9.807 pada kotak edit Unit
Weight of
Value
6. Pilih OK
44
4. Pilih OK
45
7. Gerakkan mouse dan letakkan kursor di titik (40,0) dan klik
tombol kiri mouse maka akan terbentuk dari titik (40,4) ke
titik (40,0).
8. Gerakkan mouse dan letakkan kursor di titik (0,0) dan klik
tombol kiri mouse maka akan terbentuk dari titik (40,0) ke
titik (0,0).
9. Gerakkan mouse dan letakkan kursor di titik (0,14) dan klik
tombol kiri mouse maka akan terbentuk dari titik (0,0) ke
titik (0,14).
10. Klik tombol kanan mouse untuk mengakhiri penggambaran
suatu garis. Kursor akan kembali berubah bentuk menjadi
anak panah. Dan pada tampilan windows akan tampil Work
Mode
11. Pilih Lines dari menu Sketch kembali
12. Gerakkan mouse dan letakkan kursor di titik (0,9) dan klik
tombol kiri mouse maka akan terlihat posisi kursore di titik
grid (0.9)
13. Gerakkan mouse dan letakkan kursor di titik (20,9) dan klik
tombol kiri mouse maka akan terbentuk dari titik (0,9) ke
titik (20,9) yang merupakan batas antara bagian atas dengan
bawah lapisan tanah
14. Klik tombol kanan mouse untuk mengakhiri penggambaran
sketsa suatu garis. Kursor akan kembali berubah bentuk
menjadi anak panah. Dan akan kembali pada tampilan
Work Mode
15. Pada Zoom Toolbar,klik pada tombol Zoom Object
dengan tombol kiri mouse. Penggambaran akan diperbesar
sehingga garis yang telah dibuat dapat diisi skets DEFINE
windows
46
g. Draw Lines (regions)
Menggambar garis geometri
1. Pilih Lines pada menu Draw, akan muncul kotak dialog
47
kanan mouse, maka akan terbentuk garis merah sebagai
pendefinisian Line 1
6. Pilih 2 pada Line# dengan klik tanda panah pada daftar
untuk menggambarkan garis/ line2
48
bawah dengan bedrock dan lapisan soil bawah akan
berwarna hijau.
11. Pilih Done pada kotak dialog Draw line.
Hasil yang didapat terlihat pada gambar di bawah ini :
3. Ketik 1 pada kotak edit Soil (di bawah kotak dasar) untuk
menunjukkan bahwa yang didefinisikan adalah Soil 1.
Tekan Tab dua kali untuk berpindah kotak Description dan
mengisi kotak editnya dengan Upper soil.(Strength Model
mengikuti default yaitu Mohr-Coulomb)
49
4. Isikan kotak edit group Basic Parameter dengan angka 15
untuk kotak edit Unit Weight, amgka 5 pada kotak edit
Cohesion dan angka 20 untuk kotak edit Phi.
5. Pilih Insert, maka nilai-nilai yang ada di kotak edit telah
terdaftar pada kotak daftar
6. Ulangi urutan langkah no.2 s/d 5 untuk Soil 2, yang
dideskripsikan sebagai Lower soil yang mempunyai Unit
Weight 18, Cohesion 10 dan Phi 25. Kemudian pilih
Insert.
7. Ketik 3 pada kotak edit Soil dan isikan Bedrock pada kotak
edit Strength Model dan Description sehingga Unit
Weightnyapun berubah dengan sendirinya menjadi -1 . Lalu
pilih Insert
8. Pilih OK
3. Pilih 1 pada kotak edit Piez. Line # (ini merupakan nilai default)
50
4. Pilih Upper Soil dan Lower soil pada kotak edit Apply to Soil untuk
penggambaran garis piezometric pada Soil 1 dan 2
5. Pilih tombol Draw untuk memulai penggambaran
6. Pindahkan kursor di titik grid (0,13) pada bagian kiri model kasus dan
klik tombol kiri mouse
7. Pindahkan kursor di titik (6,13) ,tarik ke koordinat (10,13), teruskan ke
bawah koordinat (17,9),dan (27,3) Pindahkan kursor di titik (30,3) dan
klik tombol kiri mouse
8. Pindahkan kursor di titik (40,3) dan klik tombol kiri mouse lalu klik
tombol kanan mouse untuk mengakhiri penggambaran
9. Pilih Done pada kotak dialog Draw Piez. Line
Setelah semua tahap diatas lengkap, pada monitor akan terlihat :
51
2. Lalu buka Tab Draw pilih slip surface pilih metode entry and exit
3. Draw Slip Surface Entry And Exit akan ditampilkan sebagi berikut
4. Klik Tab kosong bagian kiri lalu kembali kebagian lereng untuk
menentukan jarak longsoran di bagian crest
5. Lalu untuk sebelah kanan menentukan point untuk bagian toe lereng
Daerah dimana garis jari-jari akan tergambar dan kotak dialog Draw
Slip Surface akan ditampilkan sebagi berikut
52
k. Sketch Axes
Sketsa garis sumbu pada fasilitas penggambaran
memperlihatkan gambaran dan interpretasi setelah
penggambaran dicetak
Membuat sketsa garis sumbu
1. Pilih Axes pada menu Sketch, akan ditampilkan
53
5. Pindahkan kursor pada posisi (0,0) lalu Drag mouse ke dekat
(40,25) dan lepaskan tombol kiri mouse, maka sumbu x dan y
akan tergambar, seperti pada tampilan berikut :
l. Viewing the result
yaitu tahapan yang akan menampilkan hasil analisis dengan
mengaktifkan toolbar pada windows COUNTUR sesuai
dengan data hasil analisis yang diinginkan.
54
3. Klik pada Project ID kemudian klik di lembar kerja akan
terlihat data dari analisis setting.
55
5. Klik pada Slide Mass kemudian klik pada lembar kerja,
akan terlihat data dar factor keamanan paling kritis, lalu
jika akan dirapikan dengan klik Modify Object.
BAB VI
56
PERANCANGAN DESAIN TAMBANG TERBUKA
57
Gambar. Grasberg Mine, Papua, Indonesia, sumber : wikipedia
2. Striping Ratio
Keekonomian sistem penambangan terbuka sangat dipengaruhi
oleh striping ratio desain tambang tersebut. Semakin besar stripping ratio,
maka makin besar biaya penambangan. Apa itu Stripping Ratio? Secara
sederhana, Stripping Ratio adalah Perbandingan antara volume
Overburden/Tanah penutup yang harus digali/dipindahkan dibandingkan
dengan tonnase deposit yang didapat. Pemilihan stripping ratio untuk
sebuah tambang dipengaruhi oleh harga komoditas bahan tambang di
pasar, selain faktor teknis yang berpengaruh, misalnya bentuk cebakan.
58
3. Efek Lingkungan:
Kegiatan penambangan selalu memunculkan dampak lingkungan.
Dimulai dari hal yang sederhana misalnya perubahan morfologi daerah
setempat, belum lagi pengaruh terhadap air tanah dan permukaan,
vegetasi, udara, dll. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam
desain tambang dan studi kelayakan tambang. Sehingga bisa diketahui
sekuen kegiatan tambang dari awal dibuka hingga ditutup dan direklamasi
kembali. Pemerintah juga mengamankan lingkungan melalui peraturan
dan undang-undang agar tambang dapat dijalankan dengan
memperhatikan enviromental sustainability.
Informasi ini dapat dalam bentuk kontur hasil digitasi yang tersimpan dalam
file komputer, atau berupa file survey titik-titik ketinggian, termasuk drillhole
collars. Alternatif lain yaitu memodelkan permukaan dari data titik-titik
ketinggian menggunakan Digital Terrain Modelling (DTM) yang dibangun
secara efektif dengan metode triangulasi.
59
2. Kemiringan Jenjang (Batter)
Pada awalnya sebuah desain pit dibuat dengan overall slope sebesar 45º dan
kemudian dimodifikasi berdasarkan informasi geoteknik dari material yang ada
dalam pit tersebut. Batter dapat diatur pada kemiringan 30º-35º untuk
overburden, meningkat hingga 35º-40º untuk batuan yang lapuk, dan hingga 55º
untuk batuan fresh. Menurut Robert, Hook dan Fish (1972) sebaiknya
kemiringan lereng kurang dari 60º pada kedalaman 65m dan kurang dari 40º
pada kedalaman 300m.
3. Tinggi Jenjang
Ketinggian jenjang berbeda-beda untuk setiap pit. Tergantung pada
peralatan yang digunakan, kedalaman pit dan pada geologi lokal atau derajat
iklimnya. Lereng pada overburden yang lemah atau tak terkonsolidasi, atau
pada tanah yang terekpos; relatif lebih tipis, kurang lebih 2-5m. Sebuah survey
yang dilakukan Canadian Mining Journal (1988) menunjukkan bahwa
untukrange yang lebar dari beberapa badan bijih, lereng-lereng bervariasi
tingginya dari 6-20m. Pada operasi tambang yang besar, yang berproduksi
10.000 ton/hari; penambangan dapat dioperasikan pada lereng dengan
ketinggian 9m. Pada Continental Pit, Butte, Montana, terdapat lereng
berketinggian 12m pada alluvium hingga 24m pada batuan kompeten. Operasi-
operasi tambang yang lebih kecil biasanya menggunakan lereng dengan
ketinggian 6-8m.
60
shovel excavator untuk 45º-90º kemiringan, sedang hydraulic backhoe dapat
membentuk 30º-90º dan front end loaders untuk lereng 30º-80º. Sebuah desain
pit atau quarry terdiri dari kontur-kontur yang menggambarkan crest dan toe
dari tiap lerengnya.
5. Lebar Berm
Lebar jenjang disesuaikan dengan ultimate slope dan single slope pada
ketinggian yang ditentukan. Namun, jika pit semakin dalam, maka lebar jenjang
juga semakin lebar. Berm dapat pula merefleksikan ukuran ore deposit.
Misalnya berm yang lebar untuk tembaga porfiri dan berm yang lebih kecil
untuk urat emas. Lebar dari jalan angkut yang umumnya mengikuti berm,
ditentukan oleh ukuran truk yang digunakan, yang relatif terhadap ukuran ore
body dan kapasitas produksi yang diharapkan.
61
6.4. Dasar Pembuatan Desain Tambang
Desain tambang dibuat berdasarkan geometri jenjang tambang yang telah
ditentukan. Langkah – langkah pembuatan desain pit adalah sebagai berikut:
a) Membuat Model Topografi
Model topografi dibuat berdasarkan data hasil pengukuran yang diambil
dari lapangan.
b) Menentukan Dimensi Pit Bottom
Ukuran pit bottom ini didasarkan pada ukuran alat muat dan alat angkut
yang dipakai. Ukuran tersebut meliputi lebar dan panjang alat gali
muat dan radius manuver alat angkut. Dimensi panjang dari pit
bottom disesuaikan dengan panjang horizontal crest ke crest hasil
perhitungan desain jalan tambang.
c) Membuat crest sesuai dengan geometri jenjang penambangan yang
telah di tentukan.
d) Menghapus garis crest yang berpotongan dengan garis kontur pada
peta dasar. Elevasi cresst harus sama dengan ketinggian garis kontur
yang akan di hapus.
e) Pembuatan garis toe sesuai dimensi jenjang yang telah ditentukan.
Garis toe ini dapat digambarkan dengan warna berbeda dengan garis
crest atau dengan garis putus-putus.
f) Untuk memeriksa hasil penggambaran perlu dilakukan beberapa
sayatan terhadap desain pit yang telah tergambarkan. Langkah ini
perlu dilakukan untuk memperbaiki kesalahan apabila dalam
penggambaran garis crest atau toe menyimpang terhadap garis
kontur pada peta dasar.
g) Membuat gambar sayatan yang telah ditentukan pada langkah
sebelumnya.
62
Pada suatu tambang baru, letak jalan (ramp) keluar tambang sangat
penting untuk diperhitungkan. Jalan tambang umumnya merupakan akses ke
lokasi pembuangan tanah penutup (waste dump) dan peremuk (crusher).
Faktor topografi merupakan pertimbangan utama untuk pembuatan desain
ramp. Prosedur pembuatan jalan tambang adalah sebagai berikut:
1. Plot crest pada peta dasar. Plotting crest ini didasarkan pada letak dan
ukuran model cadangan diorit dan batu gamping. Digambar pit bottom
dengan ukuran tertentu, dioffset dengan jarak crest to crest sebanyak 3
kali.
2. Plot crest dan toe dengan dimensi pit bottom yang telah ditentukan.
Jarak crest dan toe diplot berdasarkan geometri jenjang.
3. Buatlah titik awal sebagai dasar akses masuk ramp. Plot titik selanjutnya
memotong garis crest berikutnya. Jarak antar titik dari crest satu dengan
yang lainnya berdasarkan geometri jenjang penambangan, lebar dan
kemiringan jalan paling atas. Menentukan titik crest pada jenjang
berikutnya (ke bawah) dengan sudut tertentu, didapat sudut yang
dibentuk antara jalan dan crest, didapat jarak horizontal antar level
jenjang.
4. Hubungkan titik-titik A, B, C, D. Garis ini merupakan akses ke tambang.
5. Buatlah garis vertikal dan horizontal yang masing-masing sejajar satu
dengan yang lainnya.
6. Hubungkan garis horizontal dari setiap titik ke garis crest masing-
masing, setelah itu hapuslah garis crest yang tidak terpakai.
7. Hubungkan setiap titik dan plot ke toe hingga membentuk pola ramp ke
arah pit.
63
1. Buka Software 3D MINE
2. Pilih file lalu set a current path Untuk mempermudah menyimpan file yang
akan di simpan nantinya
64
3. Copy data IUP
65
5. Akan terlihat seperti gambar dibawah ,lalu klik close dan ganti dari no ke yes
maka garis iup akan tertutup
6. Lalu klik kiri garis iup dan klik kanan , lalu pilih save selection ok
66
7. Clean screen untuk membersihkan lebar kerja
8. Lalu copy data Topografi , paste string coordinate . Select all lalu klik explode
67
9. Akan terlihat seperti gambar dibawah , lalu klik Surface pilih create DTM, lalu
ok
10. Setelah muncul gambar seperti dibawah save selection dan beri nama topografi
11. Setelah itu klik surface dan pilih dtm conturing lalu ok
68
12. Akan muncul gamabar seperti dibawah
13. Hilang kan solid model lalu select all dan save selection , beri nama kontur
69
14. Lalu pilih bagian pit terbawah di elevasi 362 m, ubah warnanya . save selection
dan beri nama bottom pit. Lalu clean screen.
70
16. Lalu buat batas daerah penambangan dengan menggunakan polyline , akan
terlihat seperti gambar dibawah.
71
17. Lalu klik extend untuk memperpanjang garis dan trim untuk memotong garis
pada batasnya. Akan seperti gambar dibawah menjadi polygon tertutup. Lalu
save selection beri nama dan ganti bottom pit.
18. Untuk membuat bench untuk open pit , klik open pit pilih expand parameter ,
pilih shrink untuk membuat pit lalu ok
72
19. Lalu klik open pit pilih set ramp untuk membuat jalan tambang lalu ok
73
21. Klik open pit pilih vertical distance to surface untuk mengetahui elevasi
tertinggi yang nanti akan di buat pit.
22. Untuk membuat bench klik open pit lalu pilih expand bench , isi data angel
slope lalu ok .
74
23. Jika tidak bias klik tools , pilih clean string pilih remove redundant point .
24. Lalu buat bench seperti tadi klik kiri pada garis dan klik kanan akan terlihat
seperti gambar dibawah
75
25. Lalu untuk membuat berm , pilih expand berm lalu ok ,klik kiri pada garis
terdalam dan klik kanan.
26. Lalu untuk membuat bench yang diluar klik open pit pilih bench expand pit ,
isi data lalu ok
76
27. Setelah itu klik kiri pada garis terluar dan klik kiri lagi diluar , akan terlihar
seperti gambar di bawah
28. Lalu hilangkan iup , select all klik surface dan create dtm lalu ok , akan seperti
gambar dibawah. Lalu di save selection beri nama final pit
77
29. Clean screen lalu masukkan data final pit dan topografi
30. Untuk membuat batas yang akan ditambang , klik surface pilih line of
intersection between dtm klik kiri pada final pit dan topografi.
78
31. Akan terlihat garis batas putih seperti digambar
32. Lalu untuk memotong garis di luar yang akan ditambang klik surface pilih dtm
calculation lalu pilih two dtm marge to solid
79
33. Klik kiri pada dtm lalu klik kiri juga pada topografi akan seperti gambar
dibawah
80
35. Validation check tidak di centang lalu ok , lalu klik kiri pada gambar dan klik
kanan maka akan terbuka file excel dengan jumlah volumenya
36. Untuk membuat final pit design , clean screen sebelumnya lalu masukkan data
final pit dan boundary .
81
37. Lalu klik tools , clip by polygon lalu ok
38. Lalu klik kiri pada boundary dan klik kanan ,akan terlihat seperti gambar
dibawah yaitu final pit design.
82
39. Untuk membuat lay out keseluruhan masukkan data kontur dan boundary
40. Lalu klik tools ,clip by polygon pilih keep outsite lalu ok
83
41. Akan terlihat gambar seperti dibawah
84
43. Lalu save selection beri nama lay out desain tambang
85
BAB VII
ANALISIS EKONOMI PROYEK TAMBANG
86
7.2. Kelayakan Ekonomi
7.2.1. Pengertian Studi Kelayakan
Studi kelayakan suatu proyek merupakan serangkaian
penelitian untuk mengevaluasi dapat tidaknya suatu proyek
dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian studi kelayakan dalam
arti terbatas, lebih terfokus pada manfaat ekonomis suatu
investasi.
c.
7.2.2. Tujuan Studi Kelayakan
Tujuan dilaksanakan studi kelayakan adalah untuk
menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar
untuk kegiatan yang tidak menguntungkan. Hal ini didasarkan
pada kenyataan bahwa proyek investasi umumnya memerlukan
dana cukup besar dan berpengaruh terhadap perusahaan dalam
waktu lama.
87
Cash flow adalah pendapatan setelah pajak ditambah
penyusutan/depresiasi. Cash flow dibedakan dalam dua bentuk, yaitu :
Rumus :
88
PP Initial Investment
Cash Inflow
n Ct n Co t
NPV t
t 0 1 i t 0 1it
Dengan :
NPV = nilai sekarang bersih;
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t;
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t;
n = umur investasi (tahun);
I = suku bungan pengembalian (rate of return);
T = tahun.
89
sebagai berikut :
n Ct n Co t
t 0 1 it t 0 1 it
Dengan :
Ct = aliran kas masuk tahun ke-t;
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t;
i= suku bunga pengembalian (rate of return)/IRR;
n= umur investasi;
t= tahun.
90
mengetahui prospek sumber daya dan cadangan bahan galian di daerah
eksplorasi yang dilaksanakan berdasarkan umur tambang sesuai dengan
target produksi yang telah direncanakan
7.3.1. Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan sebagai modal
awal untuk melaksanakan suatu proyek terdiri dari :
a. Modal Tetap
Modal tetap terdiri dari :
1. Pengurusan Perijinan dan Eksplorasi
a) Pengurusan Perijinan, terdiri dari Surat Ijin Gangguan, Surat
IUP, Surat usaha perdagangan, dll
b) Eksplorasi
Biaya eksplorasi adalah biaya yang dikeluarkan pad saat kegiatan
eksplorasi dalam mencari cadangan yang memungkinkan
untuk di tambang.
91
Biaya total
No Jenis Kegiatan Rp
1 a. Biaya Eksplorasi
- Survey 50,000,000
- Pemetaan 20,000,000
- Studi kelayakan 50,000,000
- Studi UKL & UPL 80,000,000
- Uji kualitas 12,000,000
- Biaya Sampling (Pemboran) 85,000,000
Sub Total 297,000,000
2 b. Pembebasan Lahan
- Sewa tanah 40,000,000
- Ganti rugi Pohon 20,588,235
- Ganti rugi Tanaman perkebunan 42,500,000
103,088,235
2. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan terdiri dari ganti rugi tanah dan
pepohonan.
3. Kontruksi atau Rekayasa
a) Sarana Pendukung Tambang
Investasi ini sebagian besar digunakan untuk membangun
kantor dan base camp.
b) Sarana Layanan Tambang
Investasi sarana layanan tambang terdiri dari Jalan
Tambang,Instalasi Listrik, Instalasi Jaringan air, Instalasi
Jaringan Telepon.
4. Peralatan (penambangan, pengolahan, pengangkutan, dan lain-lain)
a) Peralatan Utama
b) Peralatan Pendukung dan K3
b. Modal kerja
Modal kerja adalah modal yang diperlukan untuk membiayai
proyek terhitung sejak dimulai sampai proyek tersebut diperkirakan
92
menerima pendapatan dari hasil penjualan Produk.
c. Sumber dana
Dana yang dibutuhkan bagi keperluan seluruh investasi dan modal
kerja yang direncanakan diperoleh dari :
1. Modal Sendiri (equity)
2. Pinjaman (debet)
2. Penyusutan (Depresiasi)
Penyusutan terdiri atas penyusutan peralatan dan bangunan.
Penyusutan peralatan dihitung berdasarkan pertimbangan umur
pakai dan nilai sisa alat tersebut. Peralatan yang mempunyai
umur pakai kurang dari setahun akan dibebankan pada biaya
produksi. Metode penyusutan yang digunakan adalah straight
line methode.
3. Biaya Reklamasi
4. Biaya royalty disesuaikan dari harga jual produk. Royalty
dibayarkan setiap akhir tahun penjualan sesuai dengan produksi
yang dihasilkan pertahun. Dapat melihat referensi Peraturan
Pemerintah No. 12 Tahun 2012 Tentang Jenis dan tarif atas jenis
penerimaan bukan pajak yang berlaku pada kementrian ESDM.
93
5. Pendapatan Penjualan
Pendapatan merupakan nilai dari jumlah produksi bahan galian
yang terjual setelah dikurangi dilusi dikalikan dengan harga
jual bahan galian.
Gambar 7.1
Sheet Cash Flow
94
c. Nilai Pendapatan didapat dari Harga Produk dikalikan dengan
Sasaran Produk Per tahun. Nilai Pendapatan yang digunakan
adalah biaya pendapatan setelah men galami eskalasi.
d. Royalty didapat dengan cara mengalikan besarnya persen
royalty dengan pendapatan.
e. Nilai Pendapatan sebelum pajak adalah besarnya pendapatan
dikurangi dengan royalty
Gambar 11.3
Sheet Pendapatan
h. Memasukkan Biaya operasi tetap
Setelah didapat nilai operasi tetap pada tahun pertama, maka
kemudian copykan hingga tahun terakhir. Hal Yang Sama
dilakukan Juga untuk mendapatkan Nilai Biaya Operasi Tidak
Tetap.
i. Total Biaya Operasi Merupkan Penjumlahan dari
seluruh Nilai dari Operasi Tetap hingga Operasi Tidak
Tetap. =SUM(D7:D26).
95
j. Untuk Keuntungan digunakan rumus =E21*E22
k. Modal Kerja Kembali dimasukkan pada tahun terakhir, dengan
anggapan bahwa pada tahun terakhir modal kerja sudah
kembali.
l. Total Investasi Diletakkan pada Tahun ke 0 karena sebelum
adanya tambang, pengusaha sudah mengeluarkan uang untuk
investasi tambang ini, karena Pengusaha mengeluarkan uang
pada total investasi, maka nilainya adalah (-).
m. Cash Flow didapat dengan rumus =SUM(D31:H31).
n. Untuk mengetahui nilai cumulative cash flow, digunakan
rumus =C32+D21.
o. Menghitung NPV
Tempatkan
pointer pada D31.
Masukkan rumus berikut: =NPV(0.17;D31:H31)+C31
p. Menghitung IRR
Tempatkan pointer pada C31.
Masukkan rumus berikut: =IRR(C31:H31;0.17)
96
97