Anda di halaman 1dari 7

BAB I

APRESIASI TEKS SENI BERBAHASA

A. SENI BERBAHASA DALAM KARYA SASTRA


1. Jenis Karya Sastra
a. Prosa
Prosa adalah karangan yang tidak terikat oleh rima, ritma, jumlah
baris dsb
1) Prosa Fiksi dan Nonfiksi
Prosa fiksi: prosa yang berisi rekaan sebagai hasil imajinasi pengarang.
Yang termasuk prosa fiksi adalah: dongeng, cerpen, roman, novel, dan
sejenisnya.
Prosa non fiksi: prosa yang berisi fakta atau pendapat logis sebagai
hasil kajian atau pengamatan terhadap suatu objek. Yang termasuk prosa
nonfiksi antara lain esai, resensi, kritik, biografi, dan autotobiografi
2) Prosa Lama dan Prosa Baru
Yang termasuk prosa lama yaitu:
 Mite: dongeng yang menceritakan kisah-kisah ajaib, tokoh/pelakunya
dewa, roh halus, atau peri dan sejenisnya. Misal: Nyi Roro Kidul,
Kuntilanak, dsb.
 Legenda: dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat
 Fabel: dongeng yang pelaku pelakunya adalah binatang,
 Hikayat cerita pengaruh Arab yang banyak mengisahkan raja-raja sakti.
 Cerita berbingkai: cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang
dituturkan oleh pelaku-pelakunya, misal: Seribu Satu Malam
Yang termasuk prosa baru yaitu:
 Roman: cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati,
mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail
menyeluruh, alur bercabang-cabang (banyak digresi/ pelanturan). Misal:
a) Siti Nurbaya (Marah Rusli)
b) Di Bawah Lindungan Ka'bah (Hamka)
c) Salah Asuhan (Abdul Muis)
d) Azab dan Sengsara (Merari Siregar)
 Novel: cerita yang mengisahkan konflik para pelaku sehingga terjadi
perubahan jalan hidup/nasib pelaku utama. Misal:
a) Belenggu (Armijn Pane)
b) Pada Sebuah Kapal (N.H. Dini)
c) Aki (Idrus)
d) Harimau Harimau! (Mochtar Lubis)
 Cerpen: cerita yang mengisahkan konflik para pelaku tetapi pada
umumnya tidak mengakibatkan perubahan nasib pelaku utama.
Ceritanya pendek, alur dan konfliknya tunggal (tidak ada alur cabang),
tidak ada digresi alur seperti pada novel dan roman.

b. Drama
Drama merupakan seni pertunjukan yang menampilkan suatu
lakon/kisah. Pembawaan kisah itu dilakukan di atas pentas oleh
beberapa orang pemeran. Kisah drama dapat ditulis dalam bentuk
naskah drama lalu dihafal oleh para pemainnya, tetapi dapat juga
diperankan secara improvisasi berdasarkan suatu sinopsis.
Drama bisa dibedakan atas dua macam
 Drama tragedi: drama yang berisi kisah sedih. Drama jenis ini
dianggap berhasil kalau bisa membawa penonton meneteskan air
mata.
 Drama komedi: drama yang berisi kisah lucu, Drama ini dipandang
berhasil kalau bisa membawa penonton tertawa.

C. Puisi
 Puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa
yang padat.
 Puisi dapat dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
 Yang termasuk puisi lama antara lain mantra, pantun, gurindam, dan syair
 Menurut isinya puisi baru dibedakan atas:
a) Balada: puisi yang berisi kisah/cerita
b) himne: puisi pujian untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
c) ode: puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
d) epigram: puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
e) romance: puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
f) elegi: puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
g) satire: puisi yang berisi sindiran/kritik

2. Unsur Ekstrinsik Sastra


Unsur ekstrinsik ialah unsur di luar karya sastra, tetapi turut
mempengaruhi karya sastra itu. Unsur tersebut adalah: pengarang,
realitas kehidupan masyarakat, dan karya sastra yang lain.
Latar belakang kehidupan penulis seperti pendidikan, pengalaman,
agama, haluan politik, ideologi, pandangan hidup, dsb. turut mewarnai
karya yang diciptakannya. Realitas kehidupan seperti sejarah, sosial,
budaya, seni, politik, ekonomi, tradisi, pendidikan, hukum, teknologi
pada masa penciptaan atau masa yang direkonstruksi sebagai latar
penciptaan karya akan selalu mewarnai suatu karya sastra. Misalnya,
sebuah karya mengambil latar (setting) zaman kerajaan Majapahit, tentu
harus mendeskripsikan dengan tepat realitas kehidupan zaman tersebut.
Contoh: kendaraan yang digunakan kuda atau kereta, bukan bus atau
pesawat, senjata yang digunakan adalah keris, golok, atau panah, bukan
senapan mesin, atau bom nuklir; musik ilustrasinya ialah gamelan, bukan
jazz, rock, atau dangdut, Dengan demikian, tidak terjadi anakronisme
(pertentangan ketidaksesuaian antara keadaan zaman dengan latar
cerita). Contoh lain adalah cerita film Titanic. Film tersebut dengan
cermat
menggambarkan realitas sejarah kapal Titanic yang tenggelam bersama
ribuan penumpang pada pelayaran perdananya.
Faktor ekstrinsik yang kadang-kadang juga berpengaruh terhadap
suatu karya adalah karya lain. Tidak jarang suatu karya memiliki
hubungan atau tautan dengan karya lain. Puisi "Senja di Pelabuhan Kecil"
dan "Hampa” karya Chairil Anwar menunjukkan adanya tautan
peristiwa, yakni kegagalan penyair menggapai cinta Sri Aryati. Hal ini
bisa disebut dengan istilah hubungan intertekstualitas.

3. Unsur Intrinsik Prosa


Karya sastra prosa mengandung unsur-unsur sbb :
a. Tema: pokok persoalan yang diurai dalam prosa tersebut. Di samping
tema/persoalan utama, dalam prosa yang panjang tentu terdapat sub-
sub persoalan yang beraneka macam.
b. Pesan/amanat: nasihat yang hendak disampaikan kepada pembaca,
termasuk nilai-nilai yang hendak ditanamkan kepada pembaca Di
samping amanat/nasihat/pesan sentral, tidak jarang sebuah karya
bermuatan nilai-nilai yang layak dipetik diteladani dari sudut pandang
moral religius, humanisme, sosial, budaya, dsb.
c. Latar/setting: gambaran/keterangan tentang tempat, waktu
situasi/suasana berlangsungnya peristiwa. Selain itu setting bisa juga
memuat gambaran sosial, budaya, adat, ekonomi, politik, dan pendidikan
teknologi masyarakat zamannya.
d. Sudut pandang:cara penulis menempatkan diri dalam bercerita
berkisah Sudut pandang orang pertama: penulis terlibat dalam
peristiwa yangdikisahkan, sehingga ada tokoh aku", saya", atau "kami".
Dalam hal ini penulis dapat berperan sebagai pelaku utama, dapat pula
hanya sebagai pelaku sampingan.
Sudut pandang orang ketiga: penulis hanya menceritakan pihak lain
dan dirinya tidak terlibat sama sekali dalam cerita. Dalam hal ini penulis
bisa bertindak sebagai:
orang di luar cerita: penulis hanya menceritakan hal-hal yang tampak
dari luar saja; dapat juga sebagai
orang yang serba tahu: penulis menceritakan isi hati, kata hati atau jalan
pikiran para pelaku.
e. Tokoh, karakter, dan karakterisasi:
Dalam cerita selalu ada tokoh/pelaku yang dikisahkan, apakah diri
penulis sendiri, maupun orang lain. Bahkan tidak jarang penulis berkisah
dengan mengambil pelaku binatang, tumbuhan, boneka atau makhluk
rekaan lainnya.
Pelaku/tokoh berdasarkan peranannya dalam cerita dibedakan
atas tokoh sentral, tokoh andalan, tokoh bawahan, dan tokoh latar.
Tokoh sentral dibedakan atas tokoh protagonis (baik) dan tokoh
antagonis (jahat). Tokoh andalan juga dibedakan atas tokoh andalan
protagonis dan tokoh andalan antagonis. Selain itu ada tokoh netral atau
tritagonis.
Pelaku-pelaku dalam cerita pada umumnya memiliki karakter
watak masing-masing untuk mendukung jalannya alur hingga
membentuk konflik yang alamiah (tidak dibuat-buat). Secara garis besar
karakter dibagi dua baik dan jahat jelek.
Yang termasuk baik: jujur, sabar, penyayang, santun, sabar, ramah,
cerdas, cermat, bijaksana, rendah hati, hemat, sederhana, dermawan,
ulet, tabah,taat hukum/aturan, ulet, rajin, disiplin, setia, pengertian, dsb.
Yang termasuk jahat jelek: pendendam, pemarah, pengecut, penipu,
pengkhianat, pemalas, boros, jorok, culas/curang, plin-plan, sadis, kasar,
sombong/angkuh, suka pamer, foya-foya, judi, mabuk, dsb.
Strategi untuk menampilkan watak pelaku secara garis besar ada
dua, yaitu: secara langsung/analitis/deskriptif: penulis secara
langsung mendeskripsikan atau menceritakan watak pelaku. secara
tidak langsung/dramatis: penulis menggambarkan watak pelaku
secara tidak langsung melalui dialog, deskripsi lingkungannya, atau
reaksi pelaku lain terhadapnya.

f. Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan ciri khas kebahasaan yang mencakup
penggunaan struktur kebahasaan, pilihan kata,
ungkapan/kiasan/simbol, majas, peribahasa pepatah, dialek, dsb.

9 Alur/plot
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa yang sambung-
menyambung membentuk kisah atau jalan cerita. Pembentukan alur
dapat dilakukan dengan cara analitis (pengisahan langsung), dapat juga
secara dramatis melalui dialog dan adegan/ peristiwa.
Alur dapat dibentuk dengan urutan peristiwa secara alamiah
sehingga membentuk alur maju (kronologis), dapat pula dengan sorot
balik kilas balik, flash back), dan campuran antara alur maju dan sorot
balik.
Selain itu, alur juga dibedakan alas alur tunggal dan alur ganda.
Alur tunggal ialah alur yang hanya berisi satu rangkaian peristiwa atau
satu kisah, Alur ganda ialah alur yang berisi setidaknya dua peristiwa di
lokasi yang berbeda diceritakan sekaligus sehingga pembaca tahu bahwa
dua peristiwa tersebut terjadi bersamaan.
Dalam cerita yang panjang di samping terdapat alur utama, sering
terdapat alur-alur cabang yang disebut digresi. Ciri alur yang baik antara
lain: terus-menerus menimbulkan tanda tanya, sulit ditebak, sering ada
kejutan (surprise) menimbulkan ketegangan, dan alami tidak dibuat-
buat, dan rasional).
Rangkaian peristiwa yang membentuk alur secara garis besar
dapat dibagi menjadi tahap-tahap alur yang dimulai dari pemaparan,
pengungkapan peristiwa, perumitan, konflik, klimaks, dan penyelesaian.
Secara umum, alur terbagi ke dalam bagian-bagian/tahap-tahap
sebagai berikut:
1) Pemaparan/pengenalan situasi (exposition)
Dalam bagian ini pengarang mendeskripsikan tempat
latar,memperkenalkan tokoh, dan menjelaskan hubungan antartokoh
2) Pengungkapan peristiwa (complication)
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang pada saatnya akan
menimbulkan berbagai masalah,, pertentangan, ataupun kesukaran-
kesukaran bagi para tokohnya.
3) Perumitan/menuju konflik (rising action)
Terjadi ketegangan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagi situasi
yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
4) Puncak konflik / klimaks (climax, turning point)
Inilah bagian cerita yang paling mendebarkan. Bagian ini
merupakan puncak krisis yang akan menentukan perubahan nasib
beberapa tokoh. Konflik bisa terjadi antara tokoh utama dengan tokoh
antagonis, dengan alam, binatang, atau dengan dirinya sendiri (konflik
batin).

5) Penyelesaian (ending)
Sebagai akhir cerita, bagian ini berisi perubahan nasib para
tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak. Penyelesaian bisa
bersifat membahagiakan (happy ending) dengan
kemenangan/kebahagiaan tokoh utama; bisa juga menyedihkan (sad
ending) dengan kematian tokoh utama. Ada pula cerita yang
penyelesaian akhirnya dibiarkan mengambang, yakni para pelaku tetap
dalam masalah masing-masing tanpa ada penyelesaian.
Pada dasarnya unsur-unsur intrinsik di atas tidak dapat berdiri
sendiri sendiri atau dipisah-pisahkan satu dengan yang lain karena
unsur-unsur tersebut menyatu dalam sebuah cerita prosa. Dalam batas
tertentu unsur-unsur tersebut dapat kita identifikasi keberadaannya di
dalam nukilan-nukilan yang relatif pendek karenakadang-kadang pada
suatu bagian, unsur yang satu lebih menonjol daripada yang lain.

TUGAS:
Bacalah Sebuah Novel , lalu analisislah dengan pelaporan sbb:
(kerjakan di kertas hvs A4)!
LAPORAN TUGAS MENGANALISIS NOVEL (sinopsis)

1. Identitas buku:
2. HASIL ANALISIS
a. Unsur Intrinsik:
…………….
……………… dst………
b. Unsur Ekstrinsik :
………….: ………….:
……………………dst.
3. Tanggapan atas isi novel (resensi)
4. Unsur kebahasaan novel (ungkapan, peribahasa, majas):

Anda mungkin juga menyukai