Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PEKEMBANGAN PRODUKSI TAHU DI DAERAH


ISTIMEWA YOGYAKARTA
DARI PERSPEKTIF EVOLUSIONIS

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si.

DISUSUN OLEH
1. MARCELLINUS DIMAS YOGA TATAKKO : 135190042
2. NAUFAL : 135190049

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL


“VETERAN” YOGYAKARTA
FAKULTAS PERTANIAN
AGRIBISNIS
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Wirausaha adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan
segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara
produksi baru, menyusun operasi untuk menciptakan sebuah peluang usaha, pengadaan produk
baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu
yang bernilai tinggi, dengan segala resiko yang akan dihadapinya.
Tahu berasal dari negara Cina yang juga disebut sebagai Taufi yang artinya makanan
yang terbuat dari kedelai yang dilumatkan, dihancurkan menjadi bubur. Ditinjau dari segi
kesehatan, tahu merupakan makanan yang menyehatkan dan mengandung zat-zat yang
dibutuhkan untuk menambah gizi masyarakat. Zat-zat tersebut antara lain protein, karbohidrat,
lemak, dan mineral.
Proses pembuatan tahu yang tidak begitu rumit, menjadi alasan Bapak H.Ngatijan
menjadikan pembuatan tahu sebagai salah satu mata pencaharian keluarga. Pada awalnya
pembuatan tahu dilakukan secara manual yang melibatkan tenaga manusia, salah satunya pada
saat proses pembersihan kulit kedelai yaitu dengan direndam dan diinjak-injak. Saat ini proses
produksi tahu mulai beralih dari metode konvensional menjadi metode modern, metode
modern yang dimaksud adalah pengolahan kedelai dengan menggunakan mesin. Selain untuk
mempersingkat proses produksi, pembuatan tahu dengan menggunakan mesin juga dirasa lebih
efisien, higienis, dan mampu dilakukan dalam skala besar. Peralihan cara produksi ini sesuai
dengan prespektif evolusionis, dimana penggunaan mesin menggantikan peran manusia
meskipun tidak sepenuhnya.
Salah satu contoh dari wirausaha adalah produksi tahu Bapak H.Ngatijan yang
merupakan salah satu pengusaha tahu di kota Yogyakarta. Bertempat di Desa Ngoto Jalan
Imogiri Barat Km 6 Yogyakarta. Sekitar tahun 90-an usaha tahu miliknya berdiri. Pria berumur
sekitar 50 tahun tersebut terbilang sukses menekuni usahanya. Dari yang awalnya hanya
dikerjakan oleh keluarga Bapak Ngatijan sendiri, sampai kini usahanya tersebut memiliki 9
karyawan dengan omset pendapatan 4 juta rupiah per hari.
Sehubungan dengan perubahan cara produksi tahu di atas, maka penulis tertarik untuk
membahasnya dalam makalah ini agar masyarakat atau pembaca dapat mengetahui proses
pembuatan tahu dan bisa dijadikan pedoman baginya untuk memulai usaha.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana proses pembuatan tahu secara konvensional dan modern?


2. Bagaimana evolusi yang terjadi dalam industri produksi tahu?

C. TUJUAN PENULISAN
 Untuk menambah pengetahuan tentang cara pembuatan tahu secara
konvensional dan secara modern serta memperkaya pengetahuan dan wawasan
pembaca.
BAB II
ISI
1. CARA PEMBUATAN TAHU
 SECARA KONVENSIONAL
Dalam pembuatan tahu Bapak H.Ngatijan ini awalnya dilakukan dengan
cara konvensional dan manual tanpa ada bantuan dari mesin atau peralatan
modern. Dalam proses pembuatan tahu dengan cara lama ini, harus
diperhatikan betul kebersihan tempat dan tangan pembuatnya. Proses
pembuatan dengan cara ini memang tak banyak memerlukan waktu. Karena
dalam sehari saja tahu bisa langsung dipasarkan. Tentu saja untuk proses
perendaman kedelai dilakukan lebih awal dikarenakan memerlukan waktu
perendaman yang cukup lama. Masih banyak produsen tahu yang
memproduksi tahu menggunakan cara konvensional atau tradisional. Namun
sebagian produsen tersebut merupakan produsen tahu rumahan yang target
area pemasarannya masih sempit dan tidak terlalu luas.
Berikut cara pembuatan tahu secara konvensional:
1. Membersihkan kedelai
Pertama kedelai harus dicuci dengan air mengalir agar kotoran yang
menempel di kulit kedelai dapat terangkat. Pencucian kedelai dapat diulang-
ulang sampai 3 kali agar kedelai benar-benar bersih. Kemudian kedelai
direndam selama 6 jam agar mengembang.
2. Pengelupasan kulit dan penghalusan
Pada awalnya pengupasan kulit kedelai dilakukan dengan cara
menginjak-injak kedelai menggunakan kaki. Setelah kulit ari terkelupas,
kedelai lalu ditumbuk hingga halus.
3. Pemasakan
Setelah dihaluskan kedelai lalu dimasak dalam wadah besar sampai
matang. Pemasakan ini dilakukan dengan menggunakan tunggku tradisional
dengan kayu sebagai pembakarnya. Kedelai dimasak selama lima belas
sampai dua puluh menit.
4. Penyaringan
Setelah matang, saring kedelai yang telah menjadi bubur dengan
menggunakan kain belacu di atas wadah yang telah disiapkan lalu diperas.
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan sari kedelai dengan ampasnya.
Pada saat penyaringan perlu ditambahkan air sambil terus diaduk-aduk.
Hasil penyaringan akan berupa air berwarna putih/ kuning yang didalamnya
terkandung sari kedelai.
5. Pencetakan
Air saringan yang berwarna putih/kuning tersebut dicampur dengan
asam cuka agar menggumpal, aduk sampai rata. Kemudian dituang kedalam
cetakan yang berupa kain tipis dan kemudian di press. Proses ini dilakukan
dengan menggunakan bantuan alat tersebut agar tahu yang dihasilkan
menjadi lebih padat dan juga sesuai dan sama bentuk tahu antara satu
dengan yang lainnya.
6. Proses perebusan
Tahu yang telah selesai dicetak selanjutnya masuk ke tahap atau proses
berikutnya yaitu proses perebusan. Proses ini dilakukan agar tahu yang
dicetak akan lebih padat dan kenyal serta tahan lama. Dalam proses
perebusan, ada dua pilihan pewarnaan. Tahu dapat dibiarkan putih atau
kuning. Jika tahu kuning, maka perlu ditambahkan bubuk kunyit saat proses
perebusan ini.

 SECARA MODERN

Pada saat ini bisnis tahu Bapak H.Ngatijan sudah tidak lagi menggunakan metode
konvensional walaupun pada dasarnya proses pembuatan tahu secara modern dan juga
tradisional hampir sama. Hanya saja,tahu yang dibuat dengan bantuan teknologi modern ini
memiliki jaminan kualitas serta kehigienisan yang lebih dibandingkan dengan cara manual
yang terkadang terlihat kotor dan kurang bersih cara membuatnya.
Langkah pertama dalam pemuatan tahu ini yaitu dengan memilih biji-biji kedelai yang
kecil dan yang besar kemudian dipisah. Kedelai yang dipilih merupakan kedelai yang besar
agar nanti tahu yang dihasilkan lebih berkualitas dan lebih bagus. Setelah itu, kedelai yang
telah dipilih tadi kemudian di cuci dan direndam dengan air selama 6 jam. Kemudian setelah 6
jam kedelai dicuci kembali kemudian direndam kembali selama setengah jam kemudian angkat
dan tiriskan.
Kedelai yang telah ditiriskan tadi kemudian disosoh dan dipecah menggunakan mesin
pemecah kedelai. Mesin tersebut mampu mengelupaskan kedelai dari kulit arinya dan
memecahkannya. Proses ini tidak membutuhkan waktu yang lama seperti halnya menggunakan
cara tradisional. Setelah itu, kedelai yang telah dipecah dengan menggunakan mesin pemecah
kemudian di giling sampai halus dengan menggunakan mesin penghalus kedelai. Pada mesin
penghalus ini nantinya akan terpisah antara ampas dan air kedelainya. Untuk kemudian masuk
ke proses pembentukan tahu yang berikutnya.
Langkah selanjutnya yaitu dengan merebus air kedelai tadi yang berbentuk seperti susu
sampai mendidih dalam mesin pemasak dengan ukuran besar. Kemudian air yang telah
mendidih tadi dipindahkan ke sebuah tempat yang besar untuk disaring dengan kain yang tipis
seperti mori atau blacu. Penyaringan ini dilakukan berkali-kali sampai ampasnya benar-benar
habis. Air yang telah disaring tadi kemudian diberi asam cuka agar cairan tersebut dapat
menggumpal dan dapat diproses ke proses berikutnya. Tahap terakhir adalah mencetak tahu,
caranya dengan menuangkan cairan kedelai tadi pada sebuah wadah cetakan yang telah dialasi
kain belacu atau kain mori.

2. EVOLUSI YANG TERJADI


Evolusi yang terjadi dalam sektor industri produksi tahu yang dapat disimpulkan oleh
penulis antara lain, perubahan cara produksi yang dulunya masih menggunakan alat-alat
bertenaga manusia kini mulai tergantikan oleh mesin-mesin produksi yang lebih modern.
Misalnya penggunaan tungku kayu untuk memasak yang telah tergantikan oleh kompor
berbahan bakar gas kemudian, alat-alat untuk membersihkan kedelai dan memisahkan keledai
dari kulitnya, alat untuk menumbuk kedelai sampai halus, selain itu telah dibuat alat untuk
mencetak tahu agar tahu yang dihasilkan lebih banyak dalam satu kali cetak dan lebih rapi
daripada dipotong dengan menggunakan pisau satu persatu.
Pengemasan pun sekarang sudah berkembang menjadi lebih rapi, higienis, dan
menarik. Dengan meningkatnya kualitas produksi dan pengemasan, kini tahu dapat disimpan
lebih lama dan juga dapat dipasarkan secara lebih luas sehingga, dapat menambah keuntungan
produsen tahu dibanding saat masih memproduksi tahu menggunakan cara konvensional.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil diskusi dan pengamatan penulis tentang perkembangan cara produksi tahu di
Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan pada perspektif evolusionis, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa dengan adanya perkembangan cara produksi tahu dari konvensional
menjadi modern menggunakan mesin maka akan menghemat waktu, biaya, dan juga tenaga.
Selain itu, hasil yang didapatkan menjadi lebih higienis, rapi dan dapat menambah daya tarik
konsumen, serta dapat menambah nilai jual dari produk tahu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

 http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/154/jtptunimus-gdl-arfitakuma-7693-3-
babii.pdf
 http://mesintasudo.com/cara-membuat-tahu.html
 https://semperuduk.wordpress.com/2014/03/23/perspektif-dalam-sosiologi/
 http://indosuara.com/is-life/wirausaha/bisnis-pembuatan-tahu-omset-rp-4-juta-
per-hari-mau/
 http://coretan-berkelas.blogspot.com/2014/02/pengertian-wirausaha-dan-
kewirausahaan.html?m=1
 https://semperuduk.wordpress.com/2014/03/23/perspektif-dalam-sosiologi/

Anda mungkin juga menyukai