Laporan Pembelajaran Praktik Klinis - Kanker Paru
Laporan Pembelajaran Praktik Klinis - Kanker Paru
Disusun Oleh :
SIFAK GIATNA
1807045005
A. Definisi
Kanker terjadi apabila sel normal mengalami perubahan genetik
secara abnormal menjadi sel kanker. Kanker paru berawal dari perubahan
genetic pada sel di dalam paru-paru, tepatnya berawal dari sel yang berada
didalam saluran udara paruparu.
B. Etiologi
Penyebab utama timbulnya kanker paru adalah pajanan yang lama
pada rokok atau asap rokok. Penyebab lainnya adalah faktor genetik, gas
radon, asbestos dan polusi udara termasuk perokok pasif (Alberg, et al.,
2010).
Pengelompokkan stadium
Occult Tx N0 M0
Carcinoma
Stadium 0 Tis N0 M0
T1a N0 M0
Stadium IA T1b N0 M0
Stadium IB T2a N0 M0
Stadium IIA T1a N1 M0
T1b N1 M0
T2a N1 M0
Stadium IIB T2b N1 M0
T3 (>7cm) N0 M0
Stadium IIIA T1a N2 M0
T1a N2 M0
T2a N2 M0
T2b N2 M0
T3 N1 M0
T4 N0 M0
T4 N1 M0
Stadium IIIB T4 N2 M0
Sembarang N3 M0
T
Stadium IVA Sembarang Sembarang N M1a (pleura, paru
T kontralateral)
Stadium IVB Sembarang Sembarang N M1b (metastasis jauh)
T
Sistem pembagian stadium kanker menentukan rencana pengobatan
standar dan membantu dokter memperkirakan prognosis seorang pasien.
Umumnya, semakin rendah stadium, semakin baik prognosisnya. Stadium
pada kanker paru diantaranya (Tim Cancer Helps., 2010) terdiri dari:
1. Tahap tersembunyi : tahap ditemukannya sel kanker pada dahak
(sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tumor
tersebut tidak dapat terlihat di dalam paru.
2. Stadium 0 : tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan
terdalam paru dan tidak bersifat invasif. Tumor pada tahap 0 disebut juga
carcinoma in situ.
3. Stadium I : tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya. Pasien mempunyai
kesempatan hidup yang baik.
4. Stadium II : tahap kanker yang ditemukan pada paru dan kelenjar getah
bening di dekatnya.
5. Stadium III : tahap kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah
bening di sisi yang sama atau sisi berlawanan dari tumor tersebut.
Kanker paru stadium III dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Stadium IIIA : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening didada
bagian tengah, disisi yang sama dimana kanker bermula.
b. Stadium IIIB : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening disisi
dada yang lainnya.
6. Stadium IV : tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru yang
sama atau di paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ
tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.
Tahap kanker pada stadium IV tidak dapat dihilangkan dengan operasi
atau pembedahan.
F. Diagnosa dan Terapi
Kanker paru dapat di diagnosa dengan modalitas foto polos thorax dan
CT scan thorax. Diagnosis dikonfirmasi dengan pemeriksaan biopsi. Biopsi
dapat dilakukan dengan bronchoscopy atau CT-guided biopsy. Terapi dan
prognosa kanker paru tergantung pada tipe histologis kanker, stadium
penyakit dan keadaan umum pasien. Terapi kanker paru pada umumnya
meliputi operasi, kemoterapi dan radioterapi (Collins, et al., 2007).
Untuk pasien dengan kanker paru Non Small Cell Lung Carcinoma
(NSCLC) stage I dan II, lini pertama terapi adalah dengan melakukan
tindakan pembedahan (pneumonectomy atau lobectomy). Secara
keseluruhan, sekitar 60-70% pasien stage I dan 40-50% pasien stage II yang
menjalani pembedahan, bertahan selama 5 tahun tanpa adanya
kekambuhan. Pasien dengan stage I atau II yang memiliki kondisi yang
menyulitkan untuk dilakukan pembedahan (seperti adanya penyakit lain, atau
melekatnya tumor pada pembuluh darah, trakhea, atau esofagus) atau
menolak dilakukan pembedahan, dilakukan radioterapi (Kemenkes RI.,
2015).
G. Mutasi EGFR
Gen EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) terletak pada lengan
pendek kromosom 7 dan berfungsi untuk mengkode protein reseptor faktor
pertumbuhan. EGFR terletak pada bagian transmembran sel epitel dan
memiliki aktivitas tirosin kinase. EGFR merupakan glikoprotein membran
plasma yang berukuran 170 kDa, dantersusun dari bagian ekstraseluler,
daerah transmembran dan daerah intraseluler. Daerah ekstraseluler
merupakan bagian yang berikatan dengan ligan, sedangkan daerah
intraseluler merupakan bagian aktivitas enzim tirosin kinase. Ikatan
ligandengan reseptor menginduksi terjadinya dimerisasi antara dua reseptor
EGFR.Proses dimerisasi tidak hanya terjadi antara reseptor yang sama
(homo-dimerisasi) namun dapat terjadi antara dua reseptor yang berbeda
(hetero-dimerisasi). Heterodimerisasi terjadi antara sesama kelompok
reseptor tirosin kinase/ErbB seperti ErbB2, ErbB3 dan ErbB4. EGFR
berfungsi sebagai penyampai sinyal transduksi dari luar sel menuju inti sel
melalui protein-protein di dalam sitoplasma, dan mengarah kepada proses
pengendalian pertumbuhan dan kematian sel, diferensiasi dan migrasi sel,
angiogenesis, serta invasi sel. Sinyal ini terjadi setelah proses pengikatan
ligan oleh reseptor EGFR yang dilanjutkan dengan adanya proses dimerisasi
dan autofosforilasi. Proses ini memicu aktivasi jalur transduksi sinyal
dibawah protein EGFR seperti jalur protein kinase B(Akt), signal transducer
and activator of transcription protein (STAT) dan rat sarcoma viral oncogene
homolog (RAS). Jalur sinyal Akt berkaitan erat dengan proses ketahanan
(survival) sel. Proses autofosforilasi jalur Akt melalui proses docking protein
Gab1 pada protein PI3K yang selanjutnya akan mengaktivasi protein Akt,
mamalian target rapamycin (mTOR) dan akhirnya menyampaikan sinyal ke
inti sel.
Pada bulan April 2004, dua kelompok peneliti di Boston dan New
York melaporkan bahwa aktivitas mutasi dari EGFR muncul pada NSCLC.
Mutasi EGFR sering diamati pada penderita yang berasal dari Asia timur,
perempuan, bukan perokok dan didiagnosa dengan adenokarsinoma. Mutasi
EGFR biasanya ditemukan pada empat exon pertama domain tirosin kinase
gen EGFR. Mutasi yang umum adalah sebagai berikut: Substitusi untuk
G719 pada loop pengikat nukleotida exon 18, penghapusan in-frame pada
exon 19, duplikasi dan/atau sisipan dalam bingkai pada exon 20, dan
substitusi untuk L858 atau L861 dalam loop aktivasi exon 21. Lebih dari 80%
mutasi domain kinase di EGFR melibatkan penghapusan dalam bingkai di
exon 19 atau L858R dari exon 21. Adenokarsinoma paru memiliki
kemungkinan tertinggi (10%-40%) untuk menyimpan mutasi somatik pada
domain kinase Adenosin Tri Phospatase (ATP) pengikatan EGFR. Beberapa
penyelidikan juga mengungkapkan bahwa pasien dengan adenokarsinoma
paru di Asia (30%-50%) menunjukkan frekuensi mutasi EGFR yang lebih
tinggi daripada di Amerika Serikat (10%). Dalam kasus di mana tumor primer
menunjukkan mutasi EGFR, tumor metastasis yang sesuai mungkin tidak
menunjukkan mutasi EGFR. Selain spesimen tumor paru, efusi pleura yang
mengandung sel kanker dapat dengan mudah dikumpulkan dan juga
tersedia untuk mendeteksi mutasi
EGFR. Efusi pleura ganas sering terlihat pada pasien dengan
adenokarsinoma karena karakteristik tumor, yang tumbuh di pinggiran dan
mudah menyerang rongga pleura.
H. Handling dan pemberian
- Menurut DIH
1. Paclitaxel
2. Carboplatin
I. Alogaritma Terapi
1. Menurut PNPK kanker paru 2017
Regimen kemoterapi lini pertama adalah kemoterapi berbasis
platinum (sisplatin atau karboplatin) dengan salah satu obat generasi
baru seperti :
I. Sisplatin/Karboplatin + etoposide,
II. Sisplatin/Karboplatin + gemsitabin,
III. Sisplatin/Karboplatin + paklitaksel,
IV. Sisplatin/Karboplatin + dosetaksel
V. Sisplatin/Karboplatin + vinorelbine, dan
VI. Sisplatin/Karboplatin + pemetreksed.
Regimen kemoterapi lini kedua adalah monoterapi dosetaksel,
monoterapi pemetreksed, atau kombinasi dari dua obat baru (regimen
non-platinum). Pada kondisi tertentu, untuk lini pertama dapat diberikan
kemoterapi berbasis platinum (doublet platinum lini pertama seperti di
atas) ditambahkan anti- VEGF (bevacizumab). Pada rekurensi, pilihan
terapi sesuai metastasis. Modalitas yang dapat digunakan termasuk
radiasi paliatif, kemoterapi paliatif, atau bedah paliatif.
2. Menurut NCCN 2018
3. Menurut Dipiro edisi 9
Ondansetron 8 mg 1 amp iv √ √ √ √
obat kemoterapi
200 mg : 500
Paclitaxel dalam intralit i.v drip √ √ √ √
cc/3 jam
450 mg : 500
Carboplatin dalam D5% i.v drip √ √ √ √
cc/90 menit
obat pulang
d. Dosis kemoterapi
Siklus
Obat
1 (21/2/2019) 2 (14/3/2019) 3 (04/4/2019) 4 (25/4/2019)
Carboplatin AUC 5-6 1785-2142 mg 1315 - 1416 mg 1315 - 1416 mg 1315 - 1416 mg
nyeri dada dan diagnosa dokter pasien mengalami Kanker paru jenis Non small
cell lung cancer (NSCLC) mutasi EGFR stadium IV A. Pada pasien dilakukan
yang ke-1 dilakukan pada tanggal 21/02/19 dan kemoterapi dilanjutkan pada
yang menetap dan dari hasil histopatologi menunjukan adanya sel ganas yang
terdapat pada paru paru . Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit lain, tidak
merokok. Kanker jenis ini paling banyak terjadi di dunia. Adenokarsinoma paru
paclitaxel 200 mg/m² diulangi setiap 21 hari untuk 4 siklus. Bila disertai dengan
terapi yaitu afatinib, erlotinib, gefitinib atau osimertinib. Dan menurut PNPK
kanker paru (2017) untuk lini pertama pemilihan regimen kemoterapi NSCLC
platinum based + agen kemoterapi yang lain. Selain itu menurut dipiro edisi 9
regimen terapi untuk NSCLC dapat menggunakan paclitaxel+carboplatin dengan
dosis paclitaxel 175 mg/m² + carboplatin AUC 6 mg/ml/min diulangi tiap 21 hari
untuk 6 siklus. Regimen terapi yang diberikan pada Tn. S sudah sesuai dengan
guideline terapi yang telah disebutkan hanya untuk NSCLC untuk mutasi EGFR
Regimen kemoterapi yang diberikan pada Tn. S paclitaxel 175 mg/m² dan
carboplatin AUC 5-6 untuk 4-5 siklus sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan
(Lacy, et.al.,2007).
bertujuan untuk mengurangi efek samping dari kemoterapi seperti mual muntah,
Resiko mual muntah kemoterapi terbagi menjadi 4 kategori yaitu resiko tinggi,
sedang, rendah, minimal. Berdasarkan regimen terapi yang didapatkan oleh Tn.
paclitaxel memiliki resiko efek emesis rendah (ASCO, 2011) sedangkan menurut
NHS carboplatin termasuk golongan yang resiko emesisnya tinggi (60-90%) dan
emesisnya 81-93 % dan paclitaxel 9-88%. Selain itu tipe mual muntah
mual muntahnya terjadi 24 jam setelah pemberian kemoterapi dan menetap 6-7
hari (NCCN, 209). Sehingga perlu diberikan premedikasi untuk mengatasi efek
samping tersebut. Untuk kategori high risk mual muntah pemilihan terapinya
atau intravena. Sedangkan untuk low risk pemberian antiemetik bila perlu dengan
1. PREMEDIKASI
2. MESO
BAB Iii
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA