Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Fraktur adalah hilanganya kontinuitias tulang, tulang rawan sendi, tulang

rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial.1 Fraktur antebrachii pada

orang dewasa biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau perkelahian.

Gambaran klinisnya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering disertai

dislokasi fragmen fraktur.2 Pada tahun 2010, berdasarkan data dari 2010 National

Electronic Injury Surveillance System (NEISS) dan 2010 US census, fraktur

lengan bawah menyumbang 17,8% dari seluruh fraktur.3

Lengan bawah merupakan struktur anatomi kompleks yang memiliki peran

integral dalam fungsi ekstremitas atas. Tulang-tulang lengan bawah dapat

dikatakan saling menopang dua setengah dari sendi condylar yang dibentuk oleh

sendi radioulnar proximal dan distal. Sehingga setiap perubahan terhadap

geometri dari radius dan ulna mengubah kesesuaian dan range of motion dari

sendi condylar.3

1
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. Magdalena Heselo

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 19 Tahun

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Dekai – Kab Yahukimo

No. DM : 45 03 78

Tgl masuk RS : 11 Mei 2019

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan pada hari Rabu, 14 Mei 2019 pukul 09.00 WIT secara

aloanamnesis di ruangan pre-operasi Orthopedi lantai II RSUD Dok II Jayapura.

Keluhan Utama

Nyeri pada lengan kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien rujukan dari RSUD Dekai dengan open fracture radius-ulna sinistra.

Datang ke IGD RSUD Dok II Jayapura dengan keluhan nyeri pada lengan bawah kiri

± 2 hari SMRS. Pasien post KLL tunggal 2 hari yang lalu. Pasien dalam perjalan

kerumah dengan mengendarai sepeda motor. Pasien dalam kondisi salah satu tangan

memegang botol minum dan tangan lain mengemudikan motor, pada saat melewati

2
jalan yang rusak pasien kehilangan kendali motor dan terjatuh kearah kiri dengan

posisi tangan kiri terjatuh menongka badan dan menabrak jalan. Pada saat kejadian

pasien sadar, memakai helm (+). Keluhan pusing (-), mual (-), muntah (-). Di RS

Dekai, pasien mendapat penanganan jahit pada luka terbuka, terpasang base slab.

Keluhan nyeri semakin berkurang setelah diberikan anti nyeri.

Riwayat Penyakit Dahulu

Trauma (-), pingsan (-), kejang (-), Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (-), Alergi (-),

konsusmsi alcohol dan rokok (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan asma di sangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : sakit sedang/gizi cukup

Kesadaran : compos mentis, GCS 15

Tanda vital :

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 108 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5oC

Perdarahan perifer : capilary refill time < 2 detik

KGB : tidak teraba membesar

3
Mata : konjungtiva anemis +/+, pupil bulat isokor,

diameter 3mm/3mm, refleks cahaya langsung

+/+, refleks cahaya tidak langsung +/+

Pemeriksaan Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 2 jari medial linea

midklavikula sinistra

Perkusi : pinggang jantung ICS III linea parasternalis

sinistra, batas kanan ICS IV linea parasternalis

dextra, batas kiri ICS V 2 jari medial linea

midklavikularis sinistra

Auskultasi : S1 dan S2 normal reguler, murmur (-), gallop

(-)

Pemeriksaan Paru

Inspeksi : pergerakkan dada simetris pada statis dan dinamis

Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri simetris

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : datar, ikut gerak napas

4
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba membesar

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Punggung : deformitas (-), gibus (-)

Pemeriksaan Ekstremitas

Atas : akral hangat - / -, edema - /-, vulnus excoriatum - / -

perdarahan - / -, pus - / -

Bawah : akral hangat - / -, edema - / - vulnus excoriatum -/-

Status Lokalis Regio Antebrachii sinistra

Look : tampak luka tertutup kassa, terpasang back slab

Feel : teraba hangat, nyeri tekan (+)

Move : ROM aktif terbatas karena nyeri

Nvd : Sensibilitas baik, pulsasi arteri radialis dan arteri

ulnalis teraba, CRT < 2’’

Foto Klinis :

5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Rontgen Thorax PA

Foto Roentgen antebrachii Foto Roetgen Brachii

Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HGB (Hemoglobin) 10.6 11.0 – 14.7 g/dL

6
RBC (Eritrosit) 3.70 3.69 – 5.46 106/mm

HCT (Hematokrit) 32.0 35.2 – 46.7 %

PLT (Trombosit) 292 140 - 400 103/mm3

WBC (Leukosit) 12.60 3.37 – 8.36 103/mm3

PT 11.1 10.2 - 12.1 detik

APTT 29.5 24.6 – 34.4 detik

V. DIAGNOSIS

Open fracture 1/3 proximal left radius ulna

Closed fracture distal left radius

VI. PENATALAKSANAAN

 IVFD RL 20 tpm

 Pro ORIF

 Inj. Ketorolac 1 amp (k/p)

 Profilaksis : Inj Ceftriaxone 2 gr

VII. LAPORAN OPERASI


Nama : Ny. M.H.
No. RM : 45 63 78
Tanggal Operasi : 14- 05- 2019
Jenis Anestesi : Umum
Golongan Oprasi : Elektif
Persiapan Operasi : SIO, Ceftriaxone 1 x 2gr
Posisi Pasien : Supine

7
Desinfeksi : Alcohol- betadine-alcohol
Diagnosis Pra Bedah :
 Open fracture 1/3 proximal left radius ulna
 Closed fracture distal left radius
Diagnosis Pasca Bedah :
 Open fracture 1/3 proximal left radius ulna
 Closed fracture distal left radius
Indikasi Operasi : Fractur
Nama Operasi : Debridement dan ORIF distal radius dan ORIF shaft
radius ulna

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam

Ad functionam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Bonam

IX. RESUME

Pasien rujukan dari RSUD Dekai dengan open fracture radius-ulna

sinistra. Datang ke IGD RSUD Dok II Jayapura dengan keluhan nyeri pada

lengan bawah kiri ± 2 hari SMRS. Pasien post KLL tunggal 2 hari yang lalu.

Pasien dalam perjalan kerumah dengan mengendarai sepeda motor. Pasien

dalam kondisi salah satu tangan memegang botol minum dan tangan lain

mengemudikan motor, pada saat melewati jalan yang rusak pasien kehilangan

kendali motor dan terjatuh kearah kiri dengan posisi tangan kiri terjatuh

menongka badan dan menabrak jalan. Pada saat kejadian pasien sadar,

memakai helm (+). Keluhan pusing (-), mual (-), muntah (-). Di RS Dekai,

8
pasien mendapat penanganan jahit pada luka terbuka, terpasang base slab.

Keluhan nyeri semakin berurang setelah diberikan anti nyeri.

Status Lokalis Regio Antebrachii sinistra

Look : tampak luka tertutup kassa, terpasang back slab

Feel : teraba hangat, nyeri tekan (+)

Move : ROM aktif terbatas Karena nyeri

Nvd : pulsasi (+) dan a. Radialis (+)

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 FRAKTUR

Fraktur adalah hilanganya kontinuitias tulang, tulang rawan sendi,

tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial. Trauma yang

dapat menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya

benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna

dan dapat berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh tertumpu pada tangan

yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.1

Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan

dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat yang

dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka, sampai ke tulang yang

disebut patah tulang terbuka. Patah tulang didekat sendi atau mengenai sendi

dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur

dislokasi.1

Prinsip penanggulangan cedera musculoskeletal adalah rekognisi

(mengenali), reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan), dan

rehabilitasi. Agar penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa saja

yang terjadi, baik pada jaringan lunak maupun tulangnya. Mekanisme trauma

juga harus diketahui, apakah akibat trauma tumpul atau tajam, langsung atau

tak langsung.1

10
Reduksi berarti mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi

semula (reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula, diharapkan bagian yang

sakit dapat berfungsi kembali dengan maksimal. Retaining adalah tindakan

mempertahankan hasil reposisi dengan fiksasi (imobilisasi). Hal ini akan

menghilangkan spasme otot pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih

nyaman dan sembuh lebih cepat. Rehabilitasi berarti mengembalikan

kemampuan anggota yang sakit agar dapat berfungsi kembali.1

Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan

bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi,

diskrepansi), nyeri tekan, krepitasi, gangguan fungsi musculoskeletal akibat

nyeri, putusnya kontinuitas tulang dan gangguan neuro-vaskular. Apabila

gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat ditegakkan

walaupun jenis konfigurasi frakturnya belum dapat ditentukan.1

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan

kedudukan fragmen fraktur. Foto Roetgen harus memenuhi beberapa syarat,

yaitu letak patah tulang harus diletakkan di pertengahan foto dan sinar harus

menembus tempat ini secara tegak lurus. Bila sinar menembus secara miring,

gambar menjadi samar, kurang jelas, dan berbeda dari kenyataan. Harus selalu

dibuat dua lembar foto dengan arah saling tegak lurus. Persendian proksimal

maupun distal harus tercakup dalam foto. Bila tidak diperoleh kepastian

tentang adanya kelainan, sebaiknya dibuat foto yang sama dari ekstremitas

kontralateral yang sehat untuk perbandingan. Bila tidak diperoleh kepastian

tentang adanya kelaian, seperti fisura, sebaiknya foto diulang setelah satu

11
minggu, retak akan menjadi nyata karena hyperemia setempat disekitar tulang

yang retak itu akan tampak sebagai dekalsifikasi. Osteoporosis pascatrauma

merupakan tanda roentgenologik normal pascatrauma yang disebabkan oleh

hyperemia local proses penyembuhan.1

Secara klinis fraktur dibagi menurut ada-tidaknya hubungan patahan

tulang dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur

terbuka memungkinkan masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Patah

tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yang ditentukan oleh berat

ringannya luka dan fraktur yang terjadi.

Tabel 2.1 Derajat fraktur terbuka

Derajat Luka Fraktur

I Laserasi < 1 cm Sederhana, doslokasi

Kerusakan jaringan tidak berarti fragmen minimal

Relative bersih

II Laserasi > 1 cm,

Tidak ada kerusakan jaringan Dislokasi fragmen jelas

yang hebat atau avulsi

III Luka lebar dan rusak hebat, atau Kominutif, segmental,

hilangnya jaringan disekitarnya fragmen tulang ada

Kontaminasi hebat yang hilang.

12
Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur

complete atau incomplete (termasuk fisura dan greenstick fracture),

transversa, oblik, spiral, kompresi, simple, kominutif, segmental, kupu-kupu,

dan impaksi (termasuk impresi dan inklavasi). Menurut lokasi patahan di

tulang, fraktur dibagi menjadi fraktur epifisis, metafisis, dan diafisis.

Sedangkan dislokasi atau berpindahnya ujung tulang patah disebabkan oleh

berbagai kekuatan, seperti cedera, tonus atau kontraksi otot, dan tarikan.1

Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal-hal yang perlu dideskripsikan

adalah:

1. Komplit/tidak komplit

a. Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang

atau melalui kedua korteks tulang

b. Fraktur tidak komplit, bila garis patah tidak melalui selutuh

penampang tulang seperti hairline fracture, Buckle fracture (Torus

fracture), greenstick fracture.

2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

a. Garis patah melintang : trauma angulasi atau langsung

b. Garis patah oblik : trauma angulasi

c. Garis patah spiral : trauma rotasi

d. Fraktur kompresi: trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa

e. Fraktur avulsi: trauma tarikan/traksi otot pada insersinya di tulang,

misalnya fraktur patela

3. Jumlah garis patah

13
a. Fraktur kominutif: garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

b. Fraktur segmental: garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan

c. Fraktur multiple: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang

berlainan tempatnya.

4. Bergeser/tidak bergeser

a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser), garis patah komplit tetapi kedua

grafmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh

b. Fraktur displaced (bergeser), terjadi pergeseran fragmen-fragmen

fraktur yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi menjadi dislokasi ad

longitudinum, dislokasi ad axim, dan dislokasi at latus.

5. Terbuka-tertutup

a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar

b. Fragmen terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.

6. Komplikasi-tanpa komplikasi, bila ada harus disebut. Komplikasi dapat

berupa koplikasi dini atau lambat, local atau sistemik, oleh trauma atau

akibat pengobatan.4

Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan

tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa

penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus

mencapai keadaan yang sempurna seperti semula karena tulang mempunyai

kemampuan remodeling.

14
Cara pertama penanganan adalah proteksi saja tanpa reposisi dan

imobilisasi. Pada fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau

tidak akan menyebabkan cacat di kemudian hari, cukup dilakukan dengan

proteksi saja, misalnya dengan mengenakan mitela (penyangga) atau sling.

Cara kedua ialah imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap diperlukan

imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Cara ketiga berupa reposisi

dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan pada

patah tulang radius distal.1

Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus menerus selama

masa tertentu, misalnya beberapa minggu, lalu diikuti dengan imobilisasi. Hal

ini dilakukan pada patah tulang yang bila direposisi akan terdislokasi kembali

dalam gips, biasanya pada fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat seperti

pada patah tulang femur. Cara kelima berupa reposisi diikuti imobilisasi

dengan fiksasi luar. Fiksasi fragmen fraktur menggunakan pin baja yang

ditusukkan pada fragmen tulang kemudianpin baja tadi disatukan secara

kokoh dengan batangan logam diluar kulit. Alat ini dinamakan fiksator

eksterna. Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan

pemasangan fiksator tulang secara operatif. Cara ketujuh berupa reposisi

secara operatif diikuti dengan fiksasi interna. Cara ini disebut juga sebagai

reduksi terbuka fiksasi interna (open reduction internal fixation, ORIF).

Fiksasi interna yang biasa digunakan berupa plat dan sekrup. Cara terkahir

berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prosthesis.1

15
3.2 ANATOMI REGIO ANTEBRACHI

Ulna dan radius merupakan tulang paralel yang menyokong lengan

bawah. Berdasarkan posisi anatominya, ulna berada medial dari radius.

Olecranon, procesus olecranon dari ulna membentuk titik dari sendi siku.

Procesus merupakan bagian superior dan posterior dari epifisis proximal. Pada

permukaan anterior, trochlear notch mengunci dengan trochlea dari humerus.

Olecranon membentuk bagian superior dari trochlear notch, dan procesus

coronoid membentuk bagian inferior. Ketika siku di ekstensi (diluruskan),

olecranon terproyeksi kedalam fossa olecranon pada permukaan posterior dari

humerus. Ketika sendi siku difleksikan, procesus coronoid terproyeksi

kedalam fossa coronoid pada permukaan anterior humerus. Lateral dari

processus coronoid, radial otch yang licin mengakomodasi caput radius pada

sendi proximal radioulnal.4

Shaft dari ulna berbentuk segitiga kasar pada ptongan melintang,

dengan permukaan medial yang licin pada bagian basal dan batas lateral di

apex. Membrane interosseous menhubungkan batas lateral dari ulna dengan

batas medial dari radius dan menyediakan permukaan tambahan untuk

perlekatan otot. Pada bagian distal, ulnar shaft menyempit sebelum berakhir

pada caput ulna yang berbentuk seperti sebuah disc yang pada bagian batas

posteriornya disokong oleh procesus styloid pendek. sebuah triangular

articular cartilage melekat pada processus styloid, mengisolasi caput ulna dari

tulang pergelangan tangan. Sendi radioulnar dekat batas lateral dari caput

ulna.4

16
Gambar 3.1 penampang posterior dari radius dan ulna

Radius merupakan tulang lateral dari lengan bawah. Bentuk seperti

disc pada caput radius, berartikulasi dengan capitulum humerus. Leher sempit

memanjang dari caput radius hingga ke prominent radial tuberosity yang menandakan

perlekatan dari musculus biceps brachii. Otot ini memfleksikan sendi siku. Shaft dari

radius bergelombang sepanjang tulang, pada distal extremity Nampak lebih besar dari

bagian distal ulna. Karena artikulasi kartilago dan artikulasi disc memisahkan ulna

17
dari pergelangan tangan, hanya distal extremity radius yang berpartisipasi dalam

sendi pergelangan tangan. Processus styloid pada permukaan lateral dari distal

extremity membantu menstabilkan pergelangan tangan. Permukaan medial dari distal

extremity dengan caput ulna pada ulnar notch radius, membentuk sendi radioulnal

distal. Sendi radioulnar proximal memungkinkan rotasi lateral dan medial dari caput

radius. Ketika rotasi medial berlangsung pada sendo radioulnar proximal, ulnar notch

dari radius berotasi seputar permukaan caput ulnar. Rotasi medial dari sendi

radioulnar selanjutnya merotasi pergelangan tangan dan tangan medial, dari posisi

anatomi. Gerakan rotasi ini disebut pronasi dan gerakan sebaliknya yang melibatkan

rotasi lateral dari sendi radioulnar disebut supunasi.

Sistem otot yang terdapat pada region antebrachii meliputi:

Fungsi Otot Insersio Origo Nerve Action


Flexor m. biceps Caput longum: Bagian Musculocutaneous Flexi
brachii tuberositas posterior (C5,C6) should
supraglenoidea tuberositas er dan
Caput brevis: radius elbow,
processus supina
coracoideus si
forear
m
m. brachialis Setengah bawah Processus Musculocutaneous Flexi
permukaan coronoideus (C5,C6), radial elbow
depan dari dan nerve (C7)
humerus, tuberositas
intermuscular ulna
septum
m. Di atas 2/3 Sisi lateral Radial nerve Flexi
brachioradia lateral dari radius (C5.C6) elbow
lis supracondylus di atas
humerus, lateral processus
intermuscular styloideus
septum
m.pronator Caput humerus: Pertengahan Median nerve Pronas

18
teres epicondylus dari (C6,C7) i
medialis humeri permukaan forear
Caput ulnaris: lateral m,
processus radius flexi
coronoideus elbow
Extensor m.triceps Long head: Permukaan Radial nerve (C6- Extens
brachii infraglenoid atas C8) i
tubercle scapula olecranon elbow
dan
should
er
m. anconeus Permukaan Permukaan Radial nerve (C6- Extens
belakang lateral C8) i
epicondylus olecranon, elbow
lateral humerus seperempat
atas
permukaan
belakang
ulna
Pronator m.pronator Caput humerus: Pertengahan Median nerve (C6- Pronas
teres epicondylus dari C7) i
medialis humeri permukaan forear
Caput ulnaris : lateral m,
processus radius flexi
coronoideus elbow)
m.pronator Bagian bawah Bagian Median nerve (C7- Pronas
quadratus dari permukaan bawah dari C8) i
depan ulna permukaan forear
depan m
radius
supinator m. supinator Epycondylus Facies Posterior Supina

lateralis humeri, anterior interosseous nerve si

lig colaterale radii (C6,C7) forear

radiale dan (proximal m

anulare radii, dan distal

crista musculi dari

supinatori ulna tuberositas

19
radii)

m. biceps Caput longum: Bagian Musculocutaneus Flexi

brachii tuberositas posterior (C5,C6) should

supraglenoidealis tuberositas er dan

Caput brevis: radius elbow,

processus supina

coracoideus si

forear

Gambar 3.2 Otot-otot region antebrachii penampang anterior dan posterior

3.3 DIAGNOSIS

1. Anamnesa
Anamnesis terdiri dari:
 Auto anamnesis: Dicatat tanggal saat melakukan anamnesis dari dan oleh
siapa. Ditanyakan persoalan: mengapa datang, untuk apa dan kapan

20
dikeluhkan; penderita bercerita tentang keluhan sejak awal dan apa yang
dirasakan sebagai ketidakberesan; bagian apa dari anggotanya/lokalisasi
perlu dipertegas sebab ada pengertian yang berbeda misalnya “… sakit di
tangan ….”, yang dimaksud tangan oleh orang awam adalah anggota gerak
atas dan karenanya tanyakan bagian mana yang dimaksud, mungkin saja
lengan bawahnya. Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau
beberapa penyakit atau beberapa penyakit yang serupa sebagai
pembanding. Untuk dapat melakukan anamnesis demikian perlu
pengetahuan tentang penyakit. Ada beberapa hal yang menyebabkan
penderita datang untuk minta pertolongan: Sakit/nyeri: Lokasi
setempat/meluas/menjalar, Ada trauma riwayat trauma tau tidak, Sejak
kapan dan apa sudah mendapat pertolongan, Bagaimana sifatnya:
pegal/seperti ditusuk-tusuk/rasa panas/ditariktarik, terus-menerus atau
hanya waktu bergerak/istirahat dan seterusnya, Apa yang
memperberat/mengurangi nyeri, dan Nyeri sepanjang waktu atau pada
malam hari, dan Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilang
timbul;Kelainanbentuk/pembengkokan:Angulasi/rotasi/ discrepancy(pemen
dekan/ selisih panjang) dan Benjolan atau karena ada pembengkakan;
Kekakuan/kelemahan: Kekakuan: Pada umumnya mengenai persendian.
Apakah hanya kaku, atau disertai nyeri, sehingga pergerakan terganggu?.
Kelemahan: Apakah yang dimaksud instability atau kekakuan otot
menurun/melemah/kelumpuhan
Dari hasil anamnesis baik secara aktif oleh penderita maupun pasif
(ditanya oleh pemeriksa; yang tentunya atas dasar pengetahuan mengenai
gejala penyakit) dipikirkan kemungkinan yang diderita oleh pasien,
sehingga apa yang didapat pada anamnesis dapat dicocokkan pada
pemeriksaan fisik kemudian.
 Allo anamnesis: Pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang
menceritakan adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan
dengan anak kecil/bayi atau orang tua yang sudah mulai dementia atau

21
penderita yang tidak sadar/sakit jiwa; oleh karena itu perlu dicatat siapa
yang memberikan allo anamnesis, misalnya: - allo anamnesis mengenai
bayi tentunya dari ibu lebih cocok daripada ayahnya - atau mungkin pada
saat ini karena kesibukan orangtua, maka pembantu rumah tangga dapat
memberikan keterangan yang lebih baik - juga pada kecelakaan mungkin
saksi dengan pengantar dapat memberikan keterangan yang lebih baik,
terutama bila yang diantar tidak sadarkan diri.

2. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (status
lokalis). Gambaran umum antara lain:
 Keadaan Umum (K.U): baik/buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda
vital yaitu: Kesadaran penderita; apatis, sopor, koma, gelisah,
Kesakitan dan Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
suhu.
 Kemudian secara sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks),
perut (abdomen: hepar, lien) kelenjar getah bening, serta kelamin.
 Ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang).

Pemeriksaan lokal: Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian


distal dari anggota terutama mengenai status neuro vaskuler. Pada
pemeriksaan orthopaedi/muskuloskeletal yang penting adalah:
 Look (inspeksi) : Bandingkan dengan bagian yang sehat; Perhatikan
posisi anggota gerak; Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan
lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka; Ekstravasasi
darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari; Perhatikan
adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
 Feel (palpasi) Pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita
diperbaiki agar dimulai dari posisi netral/posisi anatomi. Pada

22
dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua
arah, baik si pemeriksa maupun si pasien, karena itu perlu selalu
diperhatikan wajah si pasien atau menanyakan perasaan si pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan: Temperatur setempat yang
meningkat, Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya
disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur
pada tulang, Krepitasi, Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal
trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis
posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling
(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah
trauma, temperatur kulit. - Pengukuran tugkai terutama pada tungkai
bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai
 Move (pergerakan terutama mengenai lingkup gerak) Setelah
memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan
anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selain
untuk mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga
untuk mengetahui gerakan normal si penderita. Pencatatan lingkup
gerak ini perlu, agar kita dapat berkomunikasi dengan sejawat lain dan
evaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Apabila terdapat fraktur
tentunya akan terdapat gerakan abnormal di daerah fraktur (kecuali
pada incomplete fracture). Gerakan sendi dicatat dengan ukuran
derajat gerakan dari setiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi
netral) atau dengan ukuran metrik. Pencatatan ini penting untuk
mengetahui apakah ada gangguan gerak. Kekakuan sendi disebut
ankilosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor intra artikuler atau
ekstra artickuler. Intra artikuler: Kelainan/kerusakan dari tulang rawan
yang menyebabkan kerusakan tulang subkondral; juga didapat oleh
karena kelainan ligament dan kapsul (simpai) sendi, sedangkan ekstra
artikuler oleh karena otot atau kulit.

23
Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (penderita
sendiri disuruh menggerakkan) dan pasif (dilakukan oleh pemeriksa).
Selain pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan gerak, hal ini
juga penting untuk melihat kemajuan/kemunduran pengobatan. Selain
diperiksa pada posisi duduk dan berbaring juga perlu dilihat waktu
berdiri dan jalan. Jalan perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang
disebabkan karena instability, nyeri, discrepancy, fixed deformity.
Anggota gerak atas:
Sendi bahu: merupakan sendi yang bergerak seperti bumi (global
joint); ada beberapa sendi yang mempengaruhi gerak sendi bahu yaitu:
gerak tulang belakang, gerak sendi sternoklavikula, gerak sendi
akromioklavikula, gerak sendi gleno humeral, gerak sendi scapula
torakal (floating joint). Karena gerakan tersebut sukar diisolasi satu
persatu, maka sebaiknya gerakan diperiksa bersamaan kanan dan kiri;
pemeriksa berdiri di belakang pasien, kecuali untuk eksorotasi atau
bila penderita berbaring, maka pemeriksa ada di samping pasien. -
Sendi siku: Gerak fleksi ekstensi adalah gerakan ulna humeral
(olecranon terhadap humerus). Gerak pronasi dan supinasi adalah
gerakan dari antebrachii dan memiliki sumbu ulna; hal ini diperiksa
pada posisi siku 90˚ untuk menghindari gerak rotasi dari sendi bahu.
Sendi pergelangan tangan: Pada dasarnya merupakan gerak dari radio
karpalia dan posisi netral adalah pada posisi pronasi, dimana jari
tengah merupakan sumbu dari antebrachii. Diperiksa gerakan ekstensi-
fleksi dan juga radial dan ulnar deviasi.
Jari tangan: Ibu jari merupakan bagian yang penting karena
mempunyai gerakan aposisi terhadap jari-jari lainnya selain abduksi
dan adduksi, ekstensi, dan fleksi. Jari-jari lainnya hamper sama, MCP
(Meta Carpal Phalangeal Joint) merupakan sendi pelana dan deviasi
radier atau ulnar dicatat tersendiri, sedangkan PIP (Proximal Inter

24
Phalanx) dan DIP (Distal Inter Phalanx) hanya diukur fleksi dan
ekstensi.5

3.4 FRAKTUR LENGAN BAWAH

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang

diperkuat oleh ligament anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di

distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligament radioulnar, yang

mengandung fibrokartilago triangularis. Membrane interosea memperkuat

hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat.

Oleh sebab itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi

atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai

dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan tempat patahnya. Selain itu,

radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator, m.

pronator teres, m. pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi.

Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna

menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan

rotasi, terutama pada radius.

Pada pemeriksaan fisik didapati tanda fraktur. Pemeriksa harus

mewaspadai adanya gangguan saraf atau pembuluh darah. Pada pemeriksaan

radiologis, yang perlu diperhatikan adalah adanya luksasi sendi radioulnar

proksimal atau distal yang kemungkinan besar terjadi jika fraktur hanya

terjadi pada salah satu tulang disertai dislokasi.

25
Pada fraktur yang tidak berubah posisi, dilakukan pemasangan gips di

atas siku. Pada fraktur yang berubah posisi, harus dilakukan reposisi tertutup

dan gips dipasang diatas siku. Untuk fraktur radius ulnar proksimal, lengan

bawah diimobilisasi dalam gips pada posisi pronasi dan patah tulang bagian

tengah dalam posisi netral. Namun, pada umumnya fraktur radius bersama

ulna sulit untuk direposisi secara tertutup sehingga diperlukan ORIF. Reposisi

terbuka juga dilakukan bla fraktur antebrachii disertai dislokasi sendi.

Lesi saraf jarang terjadi pada fraktur tertutup kecuali cedera n.radialis

pada fraktur Monteggia dan cedera n.medianus pada fraktur radius distal.

karena di daerah antebrachii banyak terdapat pembuluh darah kolatetal,

kerusakan pembuluh darah jarang berakibat berat terhadap lengan bawah.

Penyulit yang segera tampak adalah sindrom kompartemen juga relatif jarang

terjadi atau bila terjadi, biasanya terlambat didiagnosis karena denyut nadi

sering masih teraba. Pengobatannya adalah fasiotomi yang cukup luas.

Komplikasi yang tidak jarang terjadi adalah pseudoartrosis karena

nonunion akibat infeksi, operasi yang terlalu merusak periosteum, atau

terselipnya otot diantara fragmen fraktur. Komplikasi infeksi yang

menyebabkan osteomyelitis biasanya merupakan akibat fraktur terbuka

meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi terbuka.1

Macam-macam fraktur pada lengan bawah:

1. Fraktur Radius dan Ulna

Fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh

kecelakaan lalu lintas atau perkelahian. Gambaran klinisnya tampak jelas

26
karena fraktur radius ulna sering disertai dislokasi fragmen fraktur.

Penatalaksanaanya berupa reposisi tertutup dengan anestesi. Setelah

reduksi, dilakukan pemasangan gips sampai atas siku selama 6-8 minggu.

Penanganan konsrvatif tidak memuaskan karena mudah terjadi dislokasi

kembali fragmen didalam gips. Apabila secara reduksi tertutup tidak

berhasil, tidakan operatif menjadi pilihan.1

Mekanisme kejadian dari fraktur radius dan ulna. Fraktur pada shaft

dari kedua tulang lengan bawah terjadi cukup sering. Kekuatan memelintir

(biasanya akibat terjatuh di tangan) menghasilkan fraktur spiral dengan

tulang yang patah pada level berbeda. Kekuatan angulasi menyebabkan

fraktur transverse pada kedua tulang pada level yang sama. Pukulan

langsung menyebabkan fraktur transverse pada salah satu tulang, biasanya

ulna. Adanya tambahan deformitas rotasi dapat terjadi akibat tarikan dari

otot-otot yang melekat pada radius, yaitu musculus biseps dan supinator

pada 1/3 proksimal, muskulus pronator teres pada 1/3 medial, dan

muskulus pronator quadratus pada 1/3 distal.2

Gejala klinis fraktur radius dan ulna cukup jelas, tetapi pulsasi harus

diperiksa dan pemeriksaan terhadap defisit sirkulasi dan neural perlu

dilakukan. Pemeriksaan berulang dibutuhkan untuk mendeteksi impending

compartement syndrome.

Pemeriksaan X-Ray nampak kedua tulang patah, entah secara

transversal, dan biasanya pada level yang sama atau oblik dengan fraktur

radial biasanya pada level lebih tinggi. Pada anak, fraktur sering

27
incomplete (greenstick) dan hanya angulasi. Pada dewasa, displacement

mungkin terjadi pada arah manapun shift, overlap, tilt atau twist. Pada

low-energy injury, fraktur cenderung trasverse atau oblik, pada high-

energy injury yaitu cominutif atau segmental.

Pada orang dewasa, kecuali jika fragmen pada aposisi berdekatan,

reduksi sulit dilakukan dan reposisi dengan bebat bervariasi. Karena hasil

akhirnya yang sangat terprediksi, sebagian besar dokter bedah memilih

untuk melakukan open reduction dan internal fixation dari luar. Fragmen

dipertahakan dengan compresi interfragmen oleh plate dan screw. Bone

grafting disarankan apabila terdapat cominutif. Fascia terdalam dibiarkan

terbuka untuk mencegah terbentuknya tekanan pada kompartemen otot,

dan hanya kulit yang dijahit.2

Setelah operasi lengan dibiarkan pada posisi elevasi hingga

pembengkakan berkurang, selama periode ini latihan aktif pada tangan

sangat dianjurkan. Jika fraktur tidak terdapat cominutif dan pasien dapat

dipercaya, latihan range of movement dini direkomendasikan tetapi

mengangkat beban dan olahraga berat harus dihindari. Dibutuhkan waktu

8-12 minggu untuk tulang agar dapat kembali menyatu. Dengan fraktur

cominutif atau pasien yang tidak dapat dipercaya, imobilisasi dengan

plaster lebih aman.

2. Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka (open fracture) pada lengan bawah harus ditangani

dengan cermat. Antibiotic dan profilaksis tetanus sebaiknya diberikan

28
sesegera mungkin, luka dicuci berkali-kali dan fungsi saraf serta sirkulasi

sebaiknya diperiksa. Pada operasi luka dihilangkan dan dilebarkan serta

ujung tulang dibuka dan dibersihkan. Fraktur difiksasi secara primer

dengan kompresi dari plat dan screw, jika luka sudah benar-benar bersih

jaringan lunak dapat ditutup.

Jika bone grafting dibutuhkan, sebaiknya ditunda hingga luka sembuh.

Jika terdapat kehilangan jaringan lunak yang banyak, tulang sebaiknya

distabilisasi dengan exteral fixation. Tujuannya untuk mendapatkan cover

dari kulit secepat mungkin, jika bedah plastic tersedia bisa dilakukan

kemudian. Jika ada kemungkian terjadi kompartemen syndrome, luka

sebaiknya dibiarkan terbuka dan ditutup 24-48 jam kemudian, dengan skin

graft jika dibutuhkan.2

3. Fraktur pada Salah Satu Tulang Lengan Bawah

Fraktur radius saja biasanya terjadi akibat suatu trauma langsung dan

sering terjadi pada bagian proksimal radius. Fraktur ini sulit direposisi

secara tertutup dan mudah mengalami redislokasi bila reposisi berhasil.

Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan ORIF dengan pelat jenis kompresi.

Fraktur ulna saja biasanya disebakan oleh trauma langsung, misalnya

menangkis pukulan dengan lengan bawah. Posisi fragmen fraktur ulna

biasanya tidak berubah, sehingga cukup ditangani secara konservatif

dengan gips. Jika ada fragmen yang terdislokasi, harus diteliti apakah ada

juga fraktur tulang radius atau dislokasi sendi radioulnar. Pada fraktur

29
kominutif, dapat terjadi penyatuan lambat atau pseudoartrosis yang

memerlukan pembedahan disertai cangkok tulang.

Tatalaksana yang dapat dilakukan yaitu :

a. Isolasi fraktur pada ulna: fraktur ini jarang terjadi displacement,

forearm brace membiarkan sendi siku bebas sudah cukup. Tetapi, ini

membutuhkan waktu 8 minggu sebelum akhirya dapat beraktivitas

penuh. Rigid internal fixation dapat memberikan waktu beraktivitas

lebih dini dan eghindari resiko displacement atau non-union.

b. Isolatesi fraktur pada radius: fraktur pada radius cenderung

menyebabkan rotasi displacement, untuk melakukan reduksi pada

anak, lengan bawah dibutuhkan pada posisi supine pada 1/3 fraktur

proksimal, posisi neutral pada 1/3 medial fraktur, dan pronasi pada

fraktur 1/3 distal. Posisi ini seringkali sulit dipertahankan pada anak

dan hampir tidak mungkin pada dewasa, sehingga internal fixation

dengan kompresi dari plat dan screw pada dewasa dan intramedullary

rods pada anak lebih baik dilakukan.2

4. Fraktur Monteggia

Fraktur Monteggia dipublikasikan tahun 1814 oleh Monteggia sebagai

fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi kapitulum radius ke

anterior, tapi ternyata dislokasi ini juga dapat terjadi ke lateral dan posterior.

Penyebab umumnya adalah trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu

melindungi kepala pada pukulan, sehingga kadang fraktur ini disebut patah

tulang tangkis. Gambaran klinisnya menyerupai fraktur antebrachii dan

30
apabila terdapat dislokasi ke anterior, kapitulum radius dapat diraba pada

fossa cubiti. Foto rontgen jelas memperlihatkan adanya fraktur ulna yang

disertai dislokasi sendi radiohumeral. Penatalaksanaan dengan cara

konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode operatif sering menjadi

pilihan pada orang dewasa.1

Kunci kesuksesan penanganan fraktur ini dengan mengembalikan

panjang dari fraktur ulna, hanya dengan demikian dislokasi sendi dapat

direduksi penuh dan tetap stabil. Pada orang dewasa, ini artinya suatu operasi

melalui posterior approach. Fracture ulnar harus direduksi secara akurat,

dengan mengembalikan tulang pada panjang maksimalnya, dan kemudian

fiksasi dengan plat dan screw, bone graft dapat ditambahkan untuk keamanan.

Caput radial biasanya tereduksi setelah ulna telah terfiksasi. Stabilitas harus

diperiksa melalui full range or flexion dan extension. Jika caput radial tidak

tereduksi, atau tidak stabil, open reduction sebaiknya dilakukan. Jika siku

stabil penuh, fleksi, ekstensi serta rotasi dapat dimula isejak dini setelah

pembedahan. Jika terdapat keraguan, maka lengan sebaiknya diimobilisasi

dengan plaster dengan siku fleksi selama 6 minggu.2

5. Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi merupakan fraktur distal radius yang disertai

dislokasi atau subluksasi sendi radioulnar distal. Fraktur ini biasanya terjadi

karena trauma langsung sisi lateral ketika jatuh. Gambaran klinisnya

bergantung pada dislokasi fragmen fraktur. Bila ringan, nyeri dan tegang

hanya dirasakan pada daerah fraktur, bila berat biasanya terjadi pemendekan

31
lengan bawah. Penanganan secara konservatif mungin kurang memuaskan,

dan bila demikian terapi bedah menjadi pilihan.

32
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien mengeluh datang dengan keluhan nyeri pada lengan

bawah kanan. Pasien rujukan dari RSUD Dekai dengan open fracture radius-ulna

sinistra. Datang ke IGD RSUD Dok II Jayapura dengan keluhan nyeri pada lengan

bawah kiri ± 2 hari SMRS. Pasien post KLL tunggal 2 hari yang lalu. Pasien dalam

perjalan kerumah dengan mengendarai sepeda motor. Pasien dalam kondisi salah satu

tangan memegang botol minum dan tangan lain mengemudikan motor, pada saat

melewati jalan yang rusak pasien kehilangan kendali motor dan terjatuh kearah kiri

dengan posisi tangan kiri terjatuh menongka badan dan menabrak jalan. Pada saat

kejadian pasien sadar, memakai helm (+). Keluhan pusing (-), mual (-), muntah (-).

Di RS Dekai, pasien mendapat penanganan jahit pada luka terbuka, terpasang base

slab. Keluhan nyeri semakin berkurang setelah diberikan anti nyeri. Adanya riwayat

trauma pada pasien ini sendiri, menurut teori dapat atau merupakan suatu faktor

penyebab terjadinya fraktur. Keluhan nyeri pada pasien juga merupakan salah satu

gejala yang dapat dialami oleh pasien fraktur. Selain keluhan nyeri, pada pasien ini

didapatkan deformitas dan luka pada area sekitar fraktur yang tentu saja sesuai

dengan teori. Pasien juga mengalami kesulitan dalam menggerakkan lengan

bawahnya. Pada inspeksi, didapatkan luka pada region antebrachii posterior. Namun

pada pasien ini, terdapat luka terbuka dengan jahitan situasi sehingga berdasarkan

teori dapat dikatakan open fracture sebab ada hubungan tulang yang fraktur dengan

dunia luar. Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan nyeri tekan pada area sekitar lengan

bawah pasien.

33
Pemeriksaan radiologi, secara teori layak dibaca karena memenuhi syarat/

prinsip yaitu dua proyeksi, mengenai dua sendi dan lainnya. Gambaran radiologi,

terdapat gambaran adanya open fraktur 1/3 left radius dan ulna dan closed fracture

distal left radius. Terapi yang diberikan pun sesuai dengan teori dimana umumnya

disarankan untuk menggunakan arm sling. Setelah itu, dilakukan debridement dan

pemasangan ORIF dengan plat dan screw.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong.

Jakarta: EGC.

2. Solomon, L., Warwick, D., Nayagam, S. 2010. Apley’s System of

Orthopaedics and Fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold

3. Kakarela, G. 2017. Forearm Fracture. Accessed: 20th June 2019. Available

from: https://emedicine.medscape.com/article/1239187-overview#a4

4. Canale, S.T. 2003. Campbell’s Operative Orthopaedics volume three tenth

edition. Mosby. Philadelphia.

5. Reksoprodjo, S. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa

Aksara Publisher.

35

Anda mungkin juga menyukai