Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya
manusia dan merupakan tanggung jawab semua pihak. Berbagi upaya peningkatan
mutu pendidikan menjadi prioritas utama salah satu upaya yang dilakukan adakah
dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidikan merupakan kebutuhan
yang mendasar bagi setiap individu, dimana pendidikan sangat penting bagi
perkembangan hidup manusia, menciptakan masyarakat yang cerdas, membentuk
generasi mendatang yang diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas dan
bertanggunga jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Oleh karena itu
pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah. Dan salah satu hal yang menentukan kualitas
pembelajaran adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat dengan materi
yang diajarkan. Namun pada kenyataannya, masih banyak sekolah yang kurang
memperhatikan penggunaan model pembelajaran dalam setiap penampilan
mengajar. Pembelajaran biasanya hanya disampaikan secara konvensional,
dimana guru yang berperan aktif, sementara siswa cenderung pasif. Sikap siswa
yang pasif dapat mengurangi keterlibatannya dalam mengikuti proses
pembelajaran yang dapat mengakibatkan menurunnya hasil belajar siswa dan
minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan kondisi demikian, maka perlu dikembangkan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Salah satu
cara adalah mengubah metode pembelajaran konvensional (ceramah, tanya jawab,
dan tugas) dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif serta
mendukung materi pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar salah satunya
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis lingkungan untuk mata
pelajaran IPA di sekolah dasar. Dengan model ini, siswa dapat belajar IPA

1
2

langsung di alam dengan media yang tersedia di alam sehingga siswa tidak merasa
bosan seperti belajar di dalam kelas yang monoton. Model pembelajaran ini
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa yang berdampak terhadap
peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan yaitu dapat melibatkan
langsung lingkungan dalam pembelajaran sehingga siswa belajar dengan
menggunakan media real. Jadi, lingkungan sendiri dapat menjadi media
pembelajaran untuk kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah dasar.
Selanjutnya permasalah terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang
adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan
bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka
memperolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-
betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-
konsep akademis, karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh
pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Dalam hal ini tentunya
siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan
mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat
kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa
memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu model pembelajaran yang inovatif
dan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah model pembelajaran
berbasis lingkungan.
Proses pembelajaran dengan mengaplikasikan lingkungan sekitar
merupakan salah satu upaya pengembangan kurikulum sekolah yang ada, dengan
mengikutsertakan segala fasilitas yang ada di lingkungan sekitar sebagai sumber
bahan ajar. Dengan melaksanakan pembelajaran yang melibatkan alam sekitar
sebagai sumber belajar, diharapkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan
alam. Seolah-oalh alam merupakan labolatorium bagi anak. Salah satu contoh
pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar misalnya
pada proses pembelajaran untuk tumbuhan.
Dan juga upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran itu dengan
menggunakan media. Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa sehingga dapat tercapainya tujuan
3

pembelajaran yang lebih baik. Kegunaan media dalam proses pembelajaran sangat
menguntungkan dalam penyampaian materi kepada siswa. Penggunaan media
dalam proses pembelajaran desekolah berhubungan dengan tingkat perkembangan
psikologis serta taraf kemampuan siswa yang mengikuti proses pembelajaran
dengan minat serta bakat siswa yang dapat membangkitkan motivasi siswa
terhadap belajar.
Media pembelajaran dapat diaplikasikan pada semua mata pelajaran yang
diberikan salah satunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Bagi
siswa sekolah dasar, belajar akan lebih bermakna jika apa yang dipelajari
berkaitan dengan pengalaman hidupnya dan mereka memandang suatu objek
yang ada secara utuh. Proses pembelajaran dengan menggunakan media yang
dapat menciptakan suasana belajar siswa aktif dan kreatif serta mengembangkan
kemampuan berfikir dan lebih memberikan ruang kepada siswa untuk mengalami,
mencoba, merasakan serta menemukan sendiri apa yang dipelajari tentang IPA.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik umtuk mengadakan
penelitian tindakan kelas demgan judul :“ Penerapan Model Pembalajaran
Berbasis Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Hubungan
Antara Struktur Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya “ (Penelitian Tindakan
Kelas terhadap Siswa Kelas IV SDN 04 Malimogan Mata Pelajaran IPA Pada
Materi Hubungan Antara Bunga Dengan Fungsinya Tahun 2019)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perencanaan Model Pembalajaran Berbasis Lingkungan Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Antara Struktur
Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya.
2. Bagaimana pelaksanaan Model Pembalajaran Berbasis Lingkungan Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Antara Struktur
Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya.
3. Bagaimana peningkatan Hasil Belajar Siswa Setelah menggunakan Model
Pembalajaran Berbasis Lingkungan Pada Materi Hubungan Antara
Struktur Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya.
4

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Perencanaan Model Pembalajaran Berbasis Lingkungan
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Antara
Struktur Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Model Pembalajaran Berbasis Lingkungan
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Antara
Struktur Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya.
3. Untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar Siswa Setelah menggunakan
Model Pembalajaran Berbasis Lingkungan Pada Materi Hubungan Antara
Struktur Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
lingkungan dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi hasil belajar
belajar siswa.
2. Bagi guru, kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
lingkungan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih
inovatif dan tidak monoton. Mengetahui strategi pembelajaran yang
efektif dan efisien serta meningkatkan pemahaman guru dalam
melakukan tindakan kelas. Sebagai upaya untuk mengatasi pembelajaran
yang konvensional, memberikan pembelajaran yang bermakna bagi
siswa, dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu proses belajar
mengajar di kelas.
3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu memperbaiki proses
pembelajaran, khususnya mata pelajaran IPA materi hubungan antara
struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya, sehingga sekolah bisa
memfasilitasi segala keperluan untuk kelancaran proses pembelajaran
tersebut.
5

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskriptif Teori yang Digunakan


1. Hasil Belajar Siswa
Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni
terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu.
Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain
atau situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang terjadi karena
dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebelajar biasa disebut
proses pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru.
Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku pada
diri individu yang biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan sumber belajar,
sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman.
Menurut pendapat Nana Sudjana ( 1985 : 5) mengemukakan bahwa : “Belajar
adalah sesuatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
tingkahlaku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain
yang ada pada individu yang belajar”.
Adapun istilah mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu
merangsang siswa untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses transformasi
pengetahuan dari guru kepada siswa. Aa Rooyakkers (1984:13) mengatakan
bahwa : “Proses mengajar adalah menyampaikan bahan pelajaran yang berarti
melaksanakan beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut tidak ada gunanya jika tidak
mengarah pada tujuan tertentu”. Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu
bentuk pendidikan yang multi variable sudah tentu dalam proses
penyelenggaraannya akan turut dipengaruhi serta melibatkan faktor-faktor lain.
Faktor tersebut menurut Muhibin Syah (1995 : 132) secara umum terbagi
atas tiga macam berupa :
6

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti
halnya minat, bakat dan kemampuan.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar
siswa seperti keadaan keluarga, latar belakang ekonomi dan
kemampuan guru dalam mengajar.
c. Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat
dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja
menyeluruh, dalam arti proses pembelajaran melibatkan aktivitas siswa. Jadi pada
hakekatnya, belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama
antara siswa satu dengan yang lainnya dalam suatu proses belajar mengajar di
kelas. Tetapi terdapat banyak keaktifan yang tak dapat dilihat dengan mata atau
tak dapat diamati, misalnya menggunakan hasanah ilmu pengetahuannya untuk
memecahkan masalah, memilih teorama-teorama untuk membuktikan proposisi,
melakukan asimilasi dan atau akomodasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan
baru. Jadi yang dimaksud siswa belajar secara aktif adalah belajar dengan
melibatkan keaktifan mental walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan
fisik. Setelah berakhirnya proses pembelajaran biasanya diperoleh hasil belajar
yang merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati, 1999 : 3).
Sementara itu, Ahmadi (1984 : 35) mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar
berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap
mengikuti tes.
Menurut Sudjana (1999 : 25), hasil belajar pada dasarnya adalah
perubahan tingkah laku atau keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman,
sikap dan aspek lain lewat serangkaian kegiatan membaca, mengamati,
7

mendengar, meniru, menulis, dan lain sebagainya, sebagai bentuk pengalaman


individu dengan lingkungan.
Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang bersifat penguasaan sesaat
dan penguasaan berkelanjutan. Penguasaan sesaat contohnya pengetahuan tentang
fakta, teori, istilah-istilah, pendapat dan sebagainya. Hasil belajar yang bersifat
berkelanjutan harus dilakukan terus menerus dalam hampir setiap kegiatan
belajar. Penguasaan berkelanjutan misalnya keterampilan tertentu dalam
mengolah suatu produk, menyelesaikan perhitungan dan sebagainya.
Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tinggi dan berkualitas, tujuan
pengajaran yang dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses interaksi
antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa akan baik bila komunikasi
antara guru dan siswa juga berjalan dengan baik.
Kemudian untuk mengukur hasil belajar dalam penentuan keberhasilan
siswa dalam suatu proses pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa tes
hasil belajar. Tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes itu
sendiri, misalnya dalam bentuk pretes dan postes. Pretes adalah tes yang
diberikan sebelum suatu pelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan. Sedangkan postes
adalah tes yang diberikan sesudah suatu pelajaran selesai diajarkan, tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauhmana siswa tersebut telah menguasai bahan yang
telah diajarkan. Perbedaan hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh kualitas
pembelajarannya. Jika proses pembelajaran baik maka pengaruhnya ialah
terdapat perbedaan yang besar antara postes dengan pretes. Pertanyaan-
pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan pertanyaan-pertanyaan pada
postes, supaya kedua hasil tes ini dapat dibandingkan.

2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial serta untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran.
Menurut Joyce dalam Ramadhani (2012), menyatakan bahwa setiap model
8

pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu


siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Model pembelajaran merupakan pola-pola umum perilaku pembelajaran
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan memiliki ciri beberapa ciri
khusus. Menurut Rusman (2012), ciri-ciri model pembelajaran yaitu:
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas
d. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran
e. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran
yang dipilihnya.

3. Model pembelajaran berbasis lingkungan


Model environmental learning merupakan model pembelajaran berbasis
lingkungan yang dikembangkan agar siswa memperoleh pengalaman lebih
berkaitan dengan lingkungan sekitar. Ali (2010:26) menyatakan bahwa,
“Modelenvironmental learning adalah model pembelajaran yang mengedepankan
pengalaman siswa dalam hubungannya dengan alam sekitar, sehingga siswa dapat
dengan mudah memahami isi materi yang disampaikan”. Artinya, model
pembelajaran environmental learning ditujukan agar siswa dapat memiliki
kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Model environmental learning digunakan dengan tujuan agar siwa dapat
dengan mudah berinteraksi dengan bahan pelajaran yang telah disusun dan
disesuaikan dengan model pembelajaran. Bahan pembelajaran yang disajikan
kepada siswa disusun dengan melibatkan lingkungan sekitar. Artinya,
pembelajaran bisa dilakukan tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas
dengan tujuan agar siswa lebih nyaman dan aktif dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis lingkungan ini menerapkan sistem
permainan dan belajar di luar kelas. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
model environmental learning yaitu isi dan prosedur pembelajaran harus sesuai
9

dengan lingkungan pembelajar, pengetahuan yang diberikan harus memberikan


jalan keluar dalam menanggapi lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
model environmental learning merupakan model pembelajaran berbasis
lingkungan yang bertujuan agar siswa dapat memiliki kepedulian terhadap
lingkungan. Penggunaan model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan sistem
belajar di luar kelas agar siswa memiliki pengalaman lebih dan proses
pembelajaran bisa menyenangkan.
a. Langkah-langkah Penggunaan Model Environmental Learning
Dalam suatu kegiatan pembelajaran, langkah-langkah yang
terdapat dalam model pembelajaran yang ditentukan sangat
berpengaruh terhadap jalannya proses pembelajaran. Oleh karena itu,
guru harus memahami langkah-langkah pembelajaran dengan baik.
Adapun langkah-langkah modelenvironmental learning adalah sebagai
berikut.
1) Guru mengamati kebutuhan lingkungan pembelajar.
2) Guru menyusun tema dan materi ajar sesuai dengan lingkungan
pembelajar.
3) Siswa diminta untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan
lingkungan tempat mereka tinggal secara singkat
4) Siswa dan guru bersama-sama melakukan kegiatan belajar-mengajar
di luar kelas.
5) Siswa menyimak materi ajar yang disampaikan guru.
6) Guru menyelipkan masalah-masalah lingkungan dalam bahan ajar
yang disampaikan.
7) Guru dan siswa mengajak siswa untuk merenungkan kelalaian
mereka terhadap lingkungan.
8) Siswa melaksanakan tes.
9) Siswa dan guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran. (Ali, 2010:30)
Berdasar pada uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penggunaan
model environmental learning disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan
10

pembelajar. Pada dasarnya, susunan dan langkah-langkah yang dilaksanakan


hampir sama dengan model konvensional, hanya saja dalam model ini guru harus
melibatkan materi tentang lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model environmental
learning merupakan model pembelajaran yang berbasis lingkungan dengan
langkah-langkah pembelajaran yang meliputi, penyusunan tema ajar dengan
lingkungan, membahas masalah yang berkaitan dengan lingkungan, memberikan
tes, dan evaluasi pembelajaran. Bila langkah-langkah tersebut dilaksanakan maka
siswa akan memiliki pengalaman yang lebih terhadap lingkungan.
b. Kelebihan dan Kekurangan Model Environmental Learning
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kelamahan yang berbeda. Hal tersebut diklasifikasikan berdasarkan
kebutuhan siswa dan kesiapan guru. Adapun yang menjadi kelebihan
penggunaan model environmental learning adalah siswa tidak bosan
dengan apa yang dipelajari, siswa mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman dengan cara mengamati sendiri, dan menumbuhkan
kecintaan siswa terhadap lingkungan” (Ali, 2010:34). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa dengan model environmental learning
siswa akan lebih memahami dirinya sendiri dan lingkungannya. Selain
itu, siswa juga akan memliki kecintaan terhadap lingkungan sekitar
mereka.
Selain memiliki kelebihan, model environmental learning juga
memiliki kelemahan. Ali (2010:34) mengungkapkan bahwa,
“Kelemahan environmental learningdi antaranya yaitu membutuhkan
tenaga yang lebih, dan hanya dapat digunakan dalam beberapa materi
pembelajaran”. Tenaga lebih yang dimaksud yaitu keahlian guru dalam
menyusun tema materi pembelajaran yang harus disesuaikan dengan
lingkungan belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
model environmental learning memiliki kelebihan yaitu siswa dapat
memahami dirinya sendiri, dan menumbuhkan kecintaan siswa terhadap
11

lingkungan mereka sendiri. Sedangkan kelemahannya, guru disulitkan


dengan cara menentukan materi pembelajaran yang harus sesuai dengan
lingkungkan siswa.

5. Pembelajaran IPA di SD
Dalam hubungannya dengan materi pelajaran ilmu pengetahuan alam
(sains), tentunya cara berfikir yang ingin dikembangkan adalah cara berfikir
(sains). Cara berfikir sains bersifat spesifik, sehingga perlu adanya penekanan
serta contoh-contoh yang erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan alam (sains).
Ilmu pengetahuan alam mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
ilmu pengetahuan lainnya, menuntut seorang guru untuk menguasai pengetahuan,
cara kerja serta keterampilan dalam bidangnya. Seorang guru ilmu pengetahuan
alam (IPA) yang baik selain harus dapat berkomunikasi dengan siswa, dengan
rekan kerja, dan dengan kepala sekolah, juga ia harus dapat berkomunikasi dengan
alam. Guru juga harus mempunyai kemampuan untuk mendemonstrasikan atau
mempraktekan hal-hal yang terjadi di alam atau hal-hal yang terjadi didalam
makhluk hidup. Hal yang lain sangat penting bagi guru ilmu pengetahuan alam
(IPA) adalah mempunyai kemampuan untuk mengelola kelas dan mengelola
labolatorium. Ini sangat penting, karena sebagian besar ilmu pengetahuan alam
dikembangkan di labolatorium. Seorang guru IPA harus mampu memotivasi
siswanya agar senang belajar ilmu pengetahuan alam, member penguatan serta
memperhatikan bahwa belajar IPA yang baik bukan hanya menghapal.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah dasar secara khusus diberikan ke
kelas tiga, sedangkan untuk kelas satu dan dua diberikan secara terpadu pada mata
pelajaran lain seperti pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Secara lebih lengkap
ruang lingkup materi ilmu pengetahuan alam (IPA) dapat dilihat di GBPP, namun
secara umum ruang lingkup mata pelajaran IPA disekolah dasar (SD) terdiri dari:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, serta interaksinya.
b. Materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi air, udara, tanah dan batuan.
12

c. Listrik dan magnet, energy dan panas, gaya dan pesawat sederhana,
cahaya dan bunyi, tata surya, bumi, serta benda-benda lainnya.
d. Kesehatan, makanan, penyakit, serta pencegahanya.
e. Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan, serta pelestarianya.
Setelah mengetahui ruang lingkup materi pelajaran, salah satu aspek
penting yang harus dilakukan oleh guru atau calon guru adalah melaksanakan
proses pembelajaran. Kegiatan ini meliputi tiga tahap yaitu penyusunan rencana
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta pelaksanaan evaluasi dan balikan.
Rencana merupakan serangkaian kebijakan strategis mengenai kegiatan
yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang. Rencana pebelajaran
merupakan langkah awal dari suatu manajemen pembelajaran yang berisi
kebijakan strategis mengenai pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dalam rencana pembelajaran terdapat beberapa komponen yang saling
berhubungan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah: tujuan, bahan
ajar, metode atau teknik, media yang digunakan, alat evaluasi, serta penjadwalan
setiap langkah kegiatan. Selain rencana pembelajaran ada hal yang harus
diperhatikan oleh seorang guru yaitu seperangkat program pembelajaran.

6. Tinjauan Umum Materi Pesawat Sederhana


a. Bagian Tumbuhan dan Fungsinya
1) Akar
Tumbuhan biji memiliki akar. Akar ini memiliki peranan penting
untuk kelangsungan hidup tumbuhan. Akar terdiri atas rambut atau bulu
akar dan tudung akar. Bulu akar berfungsi untuk menyerap air dan mineral
dari dalam tanah ke tumbuhan. Tudung akar berguna untuk melindungi
akar pada saat menembus tanah. Ada dua jenis akar, yaitu akar tunggang
dan akar serabut. Akar serabut adalah akar yang berukuran kecil-kecil
yang tumbuh di pangkal batang. Akar seperti ini dimiliki oleh tumbuhan,
seperti rumput, padi, jagung, tebu, dan bambu. Akar tunggang merupakan
akar utama kelanjutan dari batang yang tumbuh lurus ke bawah, sedangkan
akar-akar yang lainnya merupakan cabang dari akar tunggang. Contoh
13

tanaman yang memiliki akar tunggang, yaitu mangga, jeruk, tomat, durian.
Akar tunggang maupun akar serabut ada yang digunakan sebagai tempat
menyimpan cadangan makanan, contoh pada tanaman ketela pohon,
wortel, ubi jalar, dan lain-lain.
Dari uraian ini, fungsi akar adalah sebagai berikut.
a) Menunjang berdirinya tumbuhan.
b) Menyerap air dan mineral dari dalam tanah.
c) Menyimpan cadangan makanan.
d) Bernapas.
2) Batang

Tumbuhan selain memiliki akar juga memiliki batang. Pada


umumnya batang tumbuh menuju cahaya matahari sehingga batang
tumbuhnya berlawanan dengan akar. Air dari tanah akan masuk ke dalam
tanaman melalui akar, kemudian air akan diangkut dari akar ke daun
melalui batang sehingga daun tanaman akan segar. Batang berfungsi
mengangkut air dan garam-garam mineral dari akar ke daun dan tunas.
Pada batang, tumbuh tunas-tunas cabang dan ranting. Daun, bunga, dan
buah tumbuh di cabang dan ranting batang tersebut. Ada juga daun,
bunga, dan buah yang tumbuh pada batang. Batang dapat dikelompokkan
menjadi batang berkayu, batang rumput, dan batang basah. Batang
tumbuhan dapat pula dikelompokkan menjadi batang bercabang, lurus,
dan berongga. Kegunaan batang adalah sebagai berikut.

a) Pengangkut air dan mineral dari akar ke daun, buah, dan bunga.
b) Pengangkut zat makanan dari daun ke akar.
c) Tempat tumbuhnya daun, bunga, dan buah.
d) Tempat menyimpan cadangan makanan (seperti pada kentang dan
tebu).
3) Daun
Daun tumbuhan umumnya berwarna hijau karena di dalamnya
terdapat zat warna hijau daun atau klorofil. Zat warna hijau daun ini yang
14

menyebabkan daun dapat mengabsorpsi energi cahaya dan menghasilkan


gula dalam proses fotosintesis. Jadi, tumbuhan yang mengandung zat
hijau daun dapat membuat makanan sendiri.
4) Bunga
Tumbuhan berbiji selain memiliki akar, batang, dan daun juga
memiliki bunga. Alam ini sangat indah dan nyaman jika tanaman sedang
berbunga. Bunga merupakan bagian yang penting bagi pembuahan.
Bunga memiliki warna yang beraneka ragam. Bunga juga ada yang
berbau dan tidak berbau. Bunga yang lengkap terdiri atas beberapa
bagian, yaitu: tangkai bunga, kelopak, mahkota, putik, dan benang sari.
Fungsi masing-masing bagian adalah sebagai berikut.
a) Tangkai bunga merupakan penghubung batang dengan bunga.
Air dan mineral dari akar sampai ke bunga melalui batang dan
tangkai bunga.
b) Kelopak bunga, berfungsi untuk membungkus mahkota bunga
ketika bunga masih kuncup.
c) Mahkota bunga merupakan perhiasan bunga yang berwarna
indah berfungsi untuk menarik serangga.
d) Putik dan benang sari terletak pada mahkota bunga. Putih
merupakan alat kelamin betina, sedangkan benang sari alat
kelamin jantan. Fungsi utama bunga adalah untuk membentuk
biji agar tanaman dapat ditanam kembali sehingga keturunannya
jadi bertambah banyak.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh:
1. Ni Putu Sartika Dewi tahun 2016 berjudul “Model Pembelajaran Inkuiri
Berbasis Lingkungan Sekolah Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Keterampilan Menulis dalam Bahasa Indonesia” ketuntasan Hasil Belajar
secara klasikal. Pada siklus I rata-rata Hasil Belajar Keterampilan Menulis
dalam Bahasa Indonesia siswa 68, 85, persentase rata-rata 68,85%, dan
persentase Hasil Belajar Keterampilan Menulis dalam Bahasa Indonesia
15

secara klasikal 61,53%. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan rata-


rata Hasil Belajar Keterampilan Menulis dalam Bahasa Indonesia siswa
menjadi 78,70, persentase rata-rata 78,70%, dan persentase Hasil Belajar
Keterampilan Menulis dalam Bahasa Indonesia secara klasikal 84,61%.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
2. Nila Dwi Susanti tahun 2013 yang berjudul “Memanfaatkan Lingkungan
Sekitar Sebagai Sumber Belajar dengan Tema Lingkungan Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar” Ketuntasan
belajar siswa secara klasikal pada siklus I mencapai presentase sebesar
55%. Pada dasarnya hal ini belum menunjukkan keberhasilan siswa
secara klasikal dan masih belum maksimal. Oleh karena itu dilakukan
perbaikan pada proses pembelajaran siklus II sehingga presentase
ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 83%. Pencapaian presentase ini
menunjukkan adanya peningkatan setiap siklus. Setelah melakukan
perbaikan pada proses pembelajaran, aktivitas siswa pada saat
pembelajaran diluar kelas mencapai presentase sebesar 84,7%.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang membosankan terjadi karena kurang aktifnya siswa
dalam proses pembelajaran. Sehingga, perlu adanya sebuah rangsangan agar siswa
dapat bersikap proaktif dalam proses pembelajaran. Tidak selamanya siswa yang
kurang berprestasi disebabkan karena ia tidak dapat memahami materi tetapi
karena kurangnya partisipasi aktif siswa di kelas yang menyebabkan siswa
menjadi terbelenggu dalam kegiatan-kegiatan yang dapat menurunkan tingkatan
kognitif siswa.
Berdasarkan silabus kurikulum 2013, semester genap pada kelas IV akan
mempelajari materi pokok hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan
fungsinya. Materi ini membahas mengenai bagian-bagian tumbuhan. Penguasaan
konsep-konsep pada materi ini memerlukan kemampuan menganalisis dan
menghubungkan dengan konsep yang lainnya. Oleh karena itu, siswa
membutuhkan model yang menarik pada materi ini.
16

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi


masalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
adalah dengan menerapkan model pembelajaran Berbasis Lingkugan. Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dikembangkan agar siswa
memperoleh pengalaman lebih berkaitan dengan lingkungan sekitar. Dalam model
pembelajaran ini, siswa sebagai pusat pembelajaran (student center).
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
Jika pembelajaran IPA materi hubungan antara bagian tumbuhan dan
fungsinya menggunakan medel pembelajaran berbasis lingkungan maka dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
17

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas adalah jenis penelitian tindakan (action research) yang bertujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu
memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.
Adapun media dari jenis penelitian ini yaitu dimulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 04 Malimogan, Penelitian ini akan
dilaksanakan rentan waktu 2 bulan terhitung dari tanggal 2 Mei 2019.

C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas IV
SDN 04 Malimogan sebanyak 23 siswa yang terdiri dari 10 orang perempuan dan
13 orang laki-laki.

D. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini merupakan desain penelitian
tindakan kelas yang bersiklus. Pada setiap siklus akan memuat tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi pada setiap akhir siklus
pembelajaran. Siklus pembelajaran akan dihentikan apabila indikator keberhasilan
tindakan telah tercapai setelah siklus kedua. Adapun gambaran mengenai desain
peneliatan dapat dilihat pada gambar berikut.
18

Gambar 1.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas


(Sumber: Arikunto dkk, 2007)

Berdasarkan desain penelitian gambar, tampak bahwa penelitian tindakan


kelas merupakan proses perbaikan secara terus menerus dari suatu tindakan yang
mengandung kelemahan sebagai hasil refleksi menuju ke arah yang lebih baik.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, pada akhir setiap siklus dilakukan evaluasi
hasil belajar. Adapun Langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis lingkugan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Tahap pelaksanaan siklus 1
Urutan Kegiatan
Tahap Perencanaan dan 1. Menyusun scenario pembelajaran
Persiapan 2. Menyiapkan sarana prasarana penunjang
terlaksananya tindakan
3. Menyusun instrument, baik proses maupun
instrument hasil.
19

4. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.

Tahap Pelaksanaan Pada kegiatan awal yang berupa apersepsi, siswa


(Pelaksanaan siklus 1) diajak tanya jawab tentang materi yang akan
dibahas, yang akhirnya mengaitkan dengan materi
inti; Sedangkan pada kegiatan inti dalam
pembelajaran banyak menggunakan metode
ceramah tanpa menggunakan media hanya buku
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) digunakan
sebagai sumber belajar. Guru lebih banyak
menerangkan dengan menggunakan metode
ceramah dalam menjelaskan konsep sehingga
terkesan siswa hanya mendapatkan konsep yang
abstrak dan kegiatan belajar mengajar terfokus
kepada guru. Selain itu, keterlibatan siswa masih
tampak kurang optimal, ini terlihat dari kepasifan
dan kebingungan siswa dalam mengikuti dan
memahami pelajaran yang disampaikan guru.
Adapun kegiatan penutup siswa diberi tugas
mengerjakan soal atau evaluasi.
Tahap Observasi dan
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan
Evaluasi
pelaksanaan tindakan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kinerja guru dan
keterlibatan siswa selama pembelajaran serta untuk
mengumpulkan atau merekam data-data mengenai
hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung hasil observasi ini dijadikan dasar
refleksi dari tindakan yang telah dilaksanakan.
Observasi dilakukan oleh observer tanpa
mengganggu jalannya proses pembelajaran.
20

Tahap Refleksi 1. Reduksi data (penyederhanaan,


pengelompokan, atau pengorganisasian data
mentah menjadi informasi bermakna)
2. Paparan data menampilkan (data secara jelas
dan mudah dipahami)
3. Penyimpulan (pengambilan intisari dari
sajian data)
4. Dilakukan refleksi dengan mengkaji apa
yang telah dan belum terjadi dan apa yang
harus dilakukan selanjutnya.

E. Definisi Operasional Dan Defensi konsteptual Variabel


1. Defensi konsteptual Variabel
Sugiyono (2016: 60) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:
a. Variabel Bebas (Independen)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, dan antecedent. Variabel independent dalam bahasa
Indonesia sering disebut juga sebagai variabel bebas. Sugiyono
(2016: 39) menyatakan variabel bebas adalah merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependent. Variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu model pembelajaran berbasis lingkugan.

b. Variabel Terikat (Dependen)


Variabel ini sering disebut juga sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen. Variabel dependent dalam bahasa Indonesia
sering disebut juga sebagai variabel terikat. Sugiyono (2016: 39)
21

menyatakan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi


atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel
terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa
2. Definisi operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada sifat-
sifat yang didefiniskan dan diamati. Untuk memberikan penjelasan
mengenai variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian, berikut ini
diberikan definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut.
a. Model pembelajaran berbsis lingkungan
Model pembelajaran berbasis lingkugan adalah model
pembelajaran yang mengedepankan pengalaman siswa dalam
hubungannya dengan alam sekitar, sehingga siswa dapat dengan
mudah memahami isi materi yang disampaikan
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah proses pengunaan informasi untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam materi pelajaran di
sekolah. Hasil belajar pada penelitian ini difokuskan pada aspek
kognitif (pengetahuan, pemahaman, dan penerapan).

F. Teknik Pengumpulan Data


Menjelaskan tentang bagaimana data penelitian akan dikumpulkan dan
dengan menggunakan teknik apa dengan instrument yang mana. Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi, angket, pretes, dan postes pada tiap siklus dan
dilengkapi jurnal harian (catatan harian).
1) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, dari observasi tersebut dapat
dilihat peningkatan aktivitas belajar yang meliputi frekuensi aktivitas
dan peningkatan kerjasama antar siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran.
2) Angket
22

Angket digunakan untuk melihat motivasi siswa dari pembelajaran


yang telah dilakukan, dimana angket adalah merupakan tanggapan dari
seluruh siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan,
bermanfaat atau dapat dirasakan oleh siswa dalam rangka
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
3) Jurnal Harian (Catatan Harian)
Seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran tidak semuanya
tercantum dalam lembar observasi. Oleh karena itu di lengkapi lagi
dengan jurnal harian/catatan harian yang merupakan alat bantu
perekam yang paling sederhana yang memuat perilaku khusus siswa
maupun permasalahan yang dapat di jadikan pertimbangan bagi
pelaksanaan langkah-langkah berikutnya.
4) Foto
Untuk merekam peristiwa penting seperti aspek kegiatan kelas,
aktivitas kelas atau untuk memperjelas data dan hasil observasi dari
penelitian ini, di gunakan foto. Foto ini juga dapat membantu dalam
evaluasi tentang data-data lainnya.
5) Data Tes Hasil Belajar
Data tes hasil belajar berupa data kuantitatif yang di peroleh melalui
pretes sebelum diadakan tindakan pada masing-masing siklus dan
postes setelah berakhirnya setiap siklus. Hal ini dimaksudkan agar
setiap berakhirnya disetiap siklus dapat diketahui kemajuan dan
perkembangan yang didapat oleh siswa melalui pembelajaran
pemahaman materi pembelajaran melalui pembelajaran berbasis
lingkungan. Data hasil tes tersebut bisa di jadikan acuan,
pertimbangan, bahan refleksi, untuk merencanakan pelaksanaan pada
siklus berikutnya.
23

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan untuk setiap komponen instrument
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
Lembar observasi ini berisi pilihan jawaban “Ya”dan “Tidak”
dimana jawaban “Ya” diberi skor 1 sedangkan jawaban “Tidak” diberi
skor 0. Data diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu
persentase keterlaksanaan pembelajaran. Persentase keterlaksanaan
pembelajaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini:
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉
Persentase keterlaksanaan pembelajaran = x 100%
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎

2. Tes
Analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif.
Langkah-langkah pengelolahan data dilakukan dengan menilai hasil
belajar siswa setelah melalui pembelajaran dengan model pembelajaran
berbasis lingkugan. Data nilai hasil belajar didapatkan dengan
menggunakan persamaan di bawah ini:
𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐒𝐢𝐬𝐰𝐚 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎 %
𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐚𝐥

Sumber: Jumadi (2013).


Adapun persentase ketuntasan kelas, siswa kelas IV SDN 04
Malimogan dapat dicari dengan menggunakan rumus dibawah ini:
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐭𝐚𝐬
Persentase ketuntasan belajar klasikal = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐒𝐢𝐬𝐰𝐚

Sumber : Jumadi (2013).

3. Lembar observasi hasil belajar siswa


Teknik analisis hasil belajar siswa menggunakan analisis
deskriptif. Terdapat dua rumus yaitu perhitungan persentase hasil siswa
per item dan perhitungan rata-rata hasil belajar siswa secara keseluruhan
item dalam tiap pertemuannya. Berikut adalah rumus yang digunakan
dalam perhitungan hasil belajar siswa.
24

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑁𝑅) = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑒𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100%

Tabel Kategori hasil belajar siswa

Skor Rata-rata Kategori


71% – 100% Sangat baik
61% – 70% Baik
41% – 60% Cukup
21% – 40% Kurang
≤20% Kurang sekali
Sumber: Desi (2006).

H. Indikator Keberhasilan
Agar tindakan perbaikan dalam PTK ini memiliki sasaran yang jelas,
maka penulis bersama mitra (observer) menetapkan beberapa kriteria
keberhasilan sebagai berikut :
Kriteria prestasi belajar siswa adalah nilai minimal sesuai KKM yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu 64 . Siswa yang mencapai nilai KKM minimal
70 % dari jumlah siswa kelas IV yang berjumlah 23 anak.

Anda mungkin juga menyukai