Anda di halaman 1dari 6

2.2.

1 Radioopak dan Radiolusen

Tampakan radiograf hasil dari radiografi dapat berupa radiolusen, radiopak, maupun

gabungan dari keduanya. Radiolusen adalah tampakan radiograf yang mempunyai sifat

transparan terhadap sinar-X. Bahan radiolusen akan tampak gelap pada sinar-X. Sedangkan,

radiopak adalah tampakan radiograf yang mempunyai sifat menyerap sinar-X. Bahan radiopak

akan tampak putih pada sinar-X.10

Ireland R. Kamus kedokteran gigi. Alih bahasa: Juwono L. Editor edisi bahasa indonesia: Rasyad EM,
Sudiono J. Jakarta: EGC; 2014. hal. 4, 150-2, 186, 218, 257- 8, 326, 400-1, 461-2, 557.

2.2.2 Gabaran Laten

Bayangan laten merupakan bayangan yang sudah ada tetapi tidak dapat dilihat dengan

menggunakan mata telanjang dan hanya dapat dilihat dengan microscope electron. Dalam film

yang telah dilakukan pengeksposan maka akan terjadi peristiwa konversi perak bromide

menjadi perak metalik. Bagian film yang berperan sebagai pembentuk bayangan atau gambar

adalah bagian/lapisan emulsi yang tersusun dari Kristal-kristal perak bromide (AgBr). Reaksi

yang terjadi pada bayangan laten yaitu:11

 Emulsi film = AgBr + galatin

 AgBr ion Ag+ + ion Br-

Pada saat eksposi, ion Br akan melepaskan electron bebas dan menjadi atom Br. Atom

Br tersebut akan diserap oleh bahan gelatin. Reaksi yang terjadi yaitu:11

 Br - + cahaya Br + e-

Setelah electron bebas itu terbentuk, elektreon tersebut ditangkap oleh bagian

sensitivity speck (bintik peka) sehingga sensitivity speck bermuatan negative. Selanjutnya ion
Ag+ yang terbentuk masuk kedalam sensitivity speck sehingga terjadi netralisasi pada ion Ag

oleh electron.11

 Ion Ag+ bebas + e- dalam sensitivity speck atom Ag (netralisasi)

Kumpulan sensitivity speck berisi atom Ag akan membentuk pola film radiografi

menjadi gambar latent (latent image).11

Pembentukan bayangan dari suatu organ melalui proses radiografi tidak terlepas dari

pemakaian detector radiasi yang dalam hal ini adalah film radiografi. Selain film radiografi

pada proses pembentukan bayangan radiografi sering digunakan suatu bahan garam fosfor

yang memancarkan cahaya apabila terkena radiasi yang mengubah berkas sinar-X kedalam

pola yang serupa tetapi sebagai cahaya tampak. Untuk mendapatkan bayangan tampak dari

suatu bayangan laten hasil radigrafi perlu adanya suatu proses pengembangan yang dilakukan

di kamar gelap, baik secara manual maupun secara otomatis dengan menggunakan automatic

processing unit. Factor eksposi untuk proses radiografi suatu organ yang diikuti dengan

pemilihan film dan tabir penguat yang sesuai, serta teknik pengolahan film yang baik dikamar

gelap sangat membantu terbentuknya bayangan radiografi yang berkualitas tinggi. Penelitian

secara mendalam menunjukkan bahwa Kristal yang dipasang parallel di permukaanbn film

memiliki ukuran-ukuran kira-kira 1/1000 mm. Efek fotografi pada kristal muncul dari kesalah

atau ketidakmurnian ukuran dan jumlah Kristal yang ada, hal ini dapat mempengaruhi proses

pembentukan radiografi. Dengan keragaman ukuran-ukuran bentuk dapat menghasilkan film

dengan jenis yang berbeda dan juga manfaatnya.11

ARIF JAUHARI, “ Berkas Sinar-X dan Pembentukan Gambar “, Puskaradim, Jakarta, 2008. 2.

2.2.3 Ionisasi dan Prosesing film


Prosessing Film Radiografi yaitu proses pembentukan bayangan laten menjadi

bayangan tampak dan permanen.12

1. Fungsi Prosessing Film Radiografi

 Merubah bayangan Laten Menjadi bayangan tampak belum permanen.12

 Merubah bayangan tampak belum permanen menjadi permanen.12

 Meluruhkan Perak halogen yang belum tereksposi ke dalam larutan fixer.12

 Mengeraskan emulsi film sehingga tahan terhadap gesekan mekanik.12

2. Jenis Prosessing Film Radiografi:

a. Manual :

 Developing

 Rinsing

 Fixing

 Washing

 Drying

b. Otomatis :

 Developing

 Fixing

 Washing

 Drying

I. Developing (Pembangkit)

Merubah perak halogen menjadi perak logam hitam (bayangan hitam).12

a) Metode pembangkitan : waktu 5 menit dengan suhu 200


b) Fungsi : Mereduksi kristal Perak bromida menjadi perak metalik.12

c) Bahan dasarnya adalah Benzena.12

II. Rinsing (Pembilasan)

Menghilangkan sisa-sisa developer yang masih menempel pada film dengan air bersih

yang mengalir dan dingin supaya tidak masuk ke larutan fixer.12

a) Bila sisa-sisa developer masuk ke fixer maka akan terjadi :

1. Keasaman fixer akan menurun sehingga cepat lemah.12

2. Pembangkit bayangan masih berlanjut di fixer sehingga menimbulkan dichroic fog (noda

berwarna pink pada foto dan warna biru atau hijaubila dilihat melalui cahaya).12

3. Timbul noda coklat akibat oksidasi dari sisa-sisa developer.12

b) Tujuan dari proses Rinsing antara lain adalah :

1. Menghindari terbawanya larutan pembangkit yang masih aktif dari developer ke dalam

fixer.12

2. Meminimalkan terjadinya kabut dikroik, noda coklat hasil developing yang

teroksidasi,Dan naiknya nilai pH fixer.12

3. Menghentikan proses developing.12

III. Fixing (Penetapan)

a) Berfungsi untuk :

1. Mendapatkan gambaran yang permanen dan jelas.12

2. Mengeraskan emulsi film untuk mencegah kerusakan.12

3. Merubah bayangan tampak belum permanen menjadi permanen.12

4. Melarutkan AgBr yang belum tereksposi.12

5. Menyamakan emulsi film agar tidak rusak.12


b) Faktor yang mempengaruhi waktu fiksasi:

1. Konsentrasi dari fixing agent.12

2. Temperature : Suhu berkisar (16-20)0C.12

3. Jenis emulsi.12

4. Agitasi.12

5. Umur fixing.12

c) Factor-faktor yang mempengaruhi umur larutan fixer:

1. Jumlah dan jenis serta ukuran film yang diproses.12

2. Substansi perak halogen pada emulsi.12

3. Terjadinya komponen-komponen perak (mengendap) dalam NaAg(S2O3)2.12

4. Terjadinya komponen bromida dalam bentuk NaBr.12

5. Adanya air yang terbawa film dari tahap procesing sebelumnya yaitu tahap rinsing.12

6. Adanya sisa developer yang terbawa film karena kurang bersih di tahap rinsing.12

7. Berkurangnya bahan-bahan aktif dengan adanya reaksi melarutkan AgBr yang tidak

tereksposi.12

IV. Washing (Pencucian)

Washing adalah Membersihkan sisa-sisa larutan fixer yang menempel pada permukaan

film dengan menggunakan air yang mengalir, dingin dan bersih. Tujuannya untuk

menghilangkan bahan-bahan yang diperoleh selama fixing yang jika dibiarkan menetap pada

film akan berdampak merusak gambaran.12

Washing rate adalah pernyataan yang tepat untuk menyatakan kecepatan

penghilangan thiosulfat dalam bak air, dan ini dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor.12
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi washing rate:

1. Konsentrasi thiosulfat dalam emulsi dan bak pencucian.12

2. Temperatur pencucian.12

3. Agitasi.12

b) Waktu yang digunakan pada proses washing rate

1. Whasing pada automatik processing = 18 – 65 detik, sedangkan pada film manual film

biasanya berada pada tangki pembilasan 10 – 30 menit.12

2. Jangan biarkan film dalam air cuci untuk diperpanjang periode waktu (lebih dari 12 jam)

karena kerusakan gambar dapat terjadi.12

V. Drying (Pengeringan)

Tujuan drying yaitu Menghilangkan kadar air dalam emulsi sehingga hasil akhir dari

prosesing adalah emulsi yang tidak rusak,bebas dari partikel debu,endapan kristal,noda dan

artefak.12

a) Faktor yang Mempengaruhi Drying Time

1. Suhu udara diatur cukup untuk mengeringkan dalam wadah yang diisolasikan.12

2. Kelembaban udara diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan kelembaban antara emulsi

dan ruangan pengeringan cukup tinggi. Semakin rendah kelembaban ruangan

pengeringan akan semakin cepat proses pengeringan terjadi.12

3. Aliran udara yang melewati emulsiyang memiliki peranan yang penting dimana udara

yang mengalir cukup dapat mengeringkan film.12

Anda mungkin juga menyukai