LP Vesicolithotomy Revisi
LP Vesicolithotomy Revisi
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria
atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.
Batu Saluran Kemih adalah penyakit dimana didapatkan material keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan
ureter) dan saluran kemih bawah yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat dan
sistein
Vesikolitotomi adalah Suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu dari
buli-buli dengan membuka buli-buli dari arterior
Indikasi operasi : batu buli – buli yang berukuran lebih dari 2,5 cm pada orang
dewasa dan semua ukuran pada anak – anak.
B. Etiologi :
a. Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
b. Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)
c. Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang menginerv
asi bladder)
d. Benda asing , misalnya kateter
e. Divertikula,urin dapat tertampung pada suatu kantung di dinding vesika urinaria
f. Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium, lesi mengarah keganasan
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin, infeksi, maupun radang.
Menurut Smeltzer (2005) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis u
rin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsiu
m)
Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah :
a. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena hiperkalsiuria idi
opatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan prote
in), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan
kalsium.
b. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususn
ya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengk
ap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
c. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan b
atu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
d. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
e. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.
f. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan ole
h diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kec
il atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
g. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijump
ai predisposisi metabolik).
h. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiperurikosur
ia (primer dan sekunder).
i. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme y
ang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
1) 75 % kalsium.
2) 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3) 6 % batu asam urat.
4) 1-2 % sistin (cystine).
C. Manifestasi Klinis / Tanda dan gejala
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubun
gan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kand
ung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih seri
us yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual mun
tah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2005).
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial maupun
total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi hidronefrosis.
Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seper
ti pus, darah, tumor dan urat. Komposisi mineral dari batu bervariasi, kira-kira 3/2 bagian
dari batu adalah kalsium fosfat, asam,urine dan custine.
Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat intake cairan yang rendah dan juga p
eningkatan bahan organic akibat ISK atau urine statis, menjadikan sarang untuk pembent
ukan batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan lapisan urine yang berakibat presipitas
i kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.
a. Teori matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adnay substansia organic sebagai i
nti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan memepermudah krista
lisasi dan agregasi substansu pembentukan batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti sistin, asam urat, k
alsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitra
t,magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran k
encing.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa
1) Warna kuning, coklat atau gelap.
2) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbe
ntuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengenda
pan batu asam urat.
3) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila
terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
4) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses p
embentukan batu saluran kemih.
5) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hipe
rekskresi.
b. Darah
1) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
2) Lekosit terjadi karena infeksi.
3) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
4) Kalsium, fosfat dan asam urat.
c. Radiologi.
1) Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan ata
u tidak
2) Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini da
pat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak
memberikan informasi yang memadai.
3) PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
4) Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.
d. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
e. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
f. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
g. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
h. IVP ( intra venous pylografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obst
ruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung
kemih.
i. Vesikolitektomi ( sectio alta )
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
j. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
k. Pielogram retrograde
1) USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.Menunj
ukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis ditegakan
dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retr
ograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asa
m urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Ri
wayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung ke
mih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan
terbentuknya batu kandung kemih pada klien.
F. Penatalaksanaan
Menurut Soeparman ( 2008) pengobatan dapat dilakukan dengan
a. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan s
pasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tida
k di kontra indikasikan pasang kateter.
b. Pengambilan Batu
1) Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6 mm.
2) Vesikolithotomi : Suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu dari buli-
buli dengan membuka buli-buli dari arterior.
G. Komplikasi operasi
Komplikasi adalah perdarahan, infeksi luka operasi, fistel.
Pasca bedah lanjut
a. Pelepasan catheter minimal 6 hari Setelah hari operasi
b. Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi < 20cc/24 jam
c. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca operasi
Tujuan
1. Mengatur alat secara sisternatis di meja instrument
2. Memperlancar handling instrument
3. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen
INSTRUMEN PENUNJANG/PENDUKUNG
1. Retraktor
Linen Set.
Sarung tangan bermacam-macam ukuran
Desinfektan : Alkohol 70 %, Povidone Iodine
Selang Suction.
Pisau bedah no. 11.
Kasa deper, mangkok, bengkok, korentang pada tempatnya.
Benang Seide/sutura/ 2/0, Kromik 2/0, sintetik multifilament absorble no.1,
sintetik monofilament absorble 3/0.
B. Alat tidak Steril
1. Plester lebar/hipafix
2. Gunting Verban/ Bandage scissors.
3. Plat Diatermi.
4. Mesin Diatermi.
5. Mesin Suction.
6. Lampu Operasi.
7. Meja Operasi.
8. Meja Mayo.
9. Meja Instrumen.
10. Standar Infus.
11. Tempat sampah
Persiapan pasien
1. Persetujuan operasi.
2. Alat-alat dan obat-obatan.
3. Puasa
4. Lavement
Evaluasi
1. Kelengkapan instrument
2. Proses operasi
3. Bahan pemeriksaan