Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Radikulopati cervikalis merupakan disfungsi dari akar saraf vertebralis. Akar saraf
vertebralis yang paling sering terkena adalah C7 sekitar 60% dan C6 sekitar 25%.
Radikulopati cervikalis adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan disfungsi dari saraf
cervikalis, akar saraf, atau keduanya. Radikulopati cervikalis adalah kerusakan atau gangguan
fungsi saraf akibat kompresi salah satu akar saraf dekat vertebra cervikalis . Kerusakan akar saraf
di daerah cervikalis dapat menyebabkan rasa sakit dan gangguan sensibilitas pada ekstremitas
atas, tergantung di mana akar yang rusak berada. 3,4
Ciri khas radikulopati cervikalis adalah rasa nyeri radikuler pada leher dan bahu
yang menyebar ke lengan, yang akan bertambah pada perubahan posisi leher dan dapat
diikuti terbatasnya gerakan leher dan rasa sakit pada penekanan tulang dan kadang-kadang
disertai parastesia pada lengan. Namun seringkali gejala nyeri radikuler tersebut tidak
terlokalisasi baik sesuai dermatom. Hal ini dikarenakan adanya tumpang tindih daerah
persarafan.4
Angka kejadian radikulopati servikalis lebih rendah bila dibandingkan dengan
radikulopati lumbalis. Sebuah survei epidemiologi menunjukkan angka kejadian
radikulopati servikalis per tahunnya adalah 83 kasus per 100.000 orang. Populasi yang
dilaporkan memiliki rentang usia 13 sampai dengan 91 tahun (Lebih banyak ditemukan
pada dekade ke 5 dan ke 6), dan angka kejadian pada laki-laki dilaporkan sedikit lebih
tinggi bila dibandingkan dengan perempuan. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh
Jason Davis Uebanks, dari total populasi penderita radikulopati servikalis yang digunakan
dalam penelitiannya, 14,8% disebabkan karena trauma, dan 21,9% diantaranya disebabkan
oleh protrusi diskus yang hanya terlihat dari gambaran pemeriksaan penunjang, dan 70%

sisanya disebabkan oleh spondilosis dan protrusi diskus 1,4,5.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi
Leher dimana banyak terdapat jaringan yang bisa menjadi sumber nyeri. Biasanya
rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligamen, akar saraf, faset artikular, kapsul, otot
serta duramater. Nyeri bisa diakibatkan oleh proses degeneratif, infeksi/inflamasi, iritasi
dan trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya nyeri alih dari organ atau jaringan
lain yang merupakan distribusi dermatom yang dipersarafi oleh saraf cervikal.2

Gambar 1. Gambar Dermatom

Radiks anterior dan posterior bergabung menjadi satu berkas di foramen


intervertebral dan disebut saraf spinal. Berkas serabut sensorik dari radiks posterior disebut
dermatom. Pada permukaan thorax dan abdomen, dermatom selapis demi selapis sesuai
dengan urutan radiks posterior pada segmen-segmen medula spinalis C3-C4 dan T3-T12.
Tetapi pada permukaan lengan dan tungkai, kawasan dermatom tumpang tindih oleh
karena berkas saraf spinal tidak langsung menuju ekstremitas melainkan menyusun pleksus
dan fasikulus terlebih dahulu baru kemudian menuju lengan dan tungkai. Karena itulah
penataan lamelar dermatom C5-T2 dan L2-S3 menjadi agak kabur.2
Segala sesuatu yang bisa merangsang serabut sensorik pada tingkat radiks dan
foramen interverteberal dapat menyebabkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yang berpangkal
pada tulang belakang tingkat tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatom radiks
posterior yang bersangkutan. Osteofit, penonjolan tulang karena faktor kongenital, nukleus
pulposus atau serpihannya dan tumor dapat merangsang satu atau lebih radiks posterior.2
Pada umumnya, sebagai permulaan hanya satu radiks saja yang mengalami iritasi
terberat, kemudian yang kedua lainnya mengalami nasib yang sama karena adanya
perbedaan derajat iritasi, selisih waktu dalam penekanan, penjepitan dan lain sebagainya.
Nyeri radikuler akibat iritasi terhadap 3 radiks posterior ini dapat pula dirasakan oleh
pasien sebagai nyeri neurogenik yang terdiri atas nyeri yang tajam, menjemukan dan
paraestesia.2
Nyeri yang timbul pada vertebra cervikalis dirasakan di daerah leher dan belakang
kepala sekalipun rasa nyeri ini bisa di proyeksikan ke daerah bahu, lengan atas, lengan
bawah atau tangan. Rasa nyeri dipicu/diperberat dengan gerakan/posisi leher tertentu dan
akan disertai nyeri tekan serta keterbatasan gerakan leher.2

2.2. Epidemiologi
Pada usia muda, radikulopati cervikalis merupakan akibat dari herniasi diskus
intervertebralis atau cedera akut yang menyebabkan rusaknya foramen dari saraf yang
keluar. Herniasi diskus intervertebralis sekitar 20-25% dari kasus radikulopati cervikalis.
Pada pasien yang lebih tua, radikulopati cervikalis sering merupakan akibat penyempitan
foramen dari pembentukan osteofit, penurunan ketinggian diskus, perubahan degeneratif
prosesus uncinatus vertebra dari anterior dan facet dari posterior.3
Radikulopati cervikalis terjadi pada frekuensi yang jauh lebih rendah dibandingkan
radikulopati lumbalis. Kejadian tahunan adalah sekitar 85 kasus per 100.000 penduduk.3,4
Data dari Rochester, Minnesota, menunjukkan insiden tahunan radikulopati cervikalis
sebesar 107,3 per 100.000 pada laki-laki dan 63,5 per 100.000 pada perempuan, dengan
puncaknya pada usia 50 sampai 54 tahun. Riwayat trauma dan aktifitas fisik berlebihan
mendahului timbulnya gejala sekitar 15 persen dari kasus. 5
2.3. Etiologi
Penyebab dari radikulopati bervariasi. Semua penyebab dari radikulopati servikal
ini menyebabkan kompresi dan gangguan dari keluarnya akar saraf servikal. Radikulopati
servikal lebih sering terjadi karena3,4 :
 Perubahan degeneratif yang terjadi pada tulang belakang seirin bertambah usia.
Radikulopati servikal biasanya terjadi seiring dengan bertambahnya usia seperti
artritis. Pada pasien usia tua, radikulopati servikal lebih sering terjadi karena
penyempitan foramen karena pembentukan osteofit, berkurangnya ketinggian
diskus, perubahan degeneratif.1,3
 Cedera yang menyebabkan herniasi atau penonjolan diskus intervertebral.
Pada populasi muda, radikulopati servikal yang terjadi merupakan akibat dari
herniasi diskus intervertebralis (cedera akut). Herniasi diskus lebih sering terjadi
pada dewasa usia pertengahan. Hal ini terjadi ketika terlalu besarnya gaya atau
kekutan yang mendesak diskus intervertebralis yang sehat. Mekanisme herniasi
diskus di servikal pada dasarnya sama seperti pada bagian lumbal. Namun
insidensinya 15 kali lebih jarang dibandingkan herniasi di daerah lumbal.1,2,7

2.4. Patofisiologi
Ketika akar saraf keluar dari tulang belakang dan servikal, akar saraf menjalar ke
lengan. Selama perjalanan, setiap saraf mensuplai sensasi terhadap bagian kulit dari bahu
dan lengan. Saraf ini juga mensuplai signal listrik terhadap beberapa otot untuk
menggerakan lengan atau tangan. Ketika sebuah saraf terganggu atau terjepit baik karena
penonjolan tulang abnormal atau tertekan oleh bagian dari diskus intervertebralis, hal ini
menimbulkan masalah (penekanan dan iritasi) pada saraf sehingga saraf tidak dapat bekerja
dengan baik. Hal ini kemudian menyebabkan kelemahan pada otot yang dipersarafi, rasa
tebal pada kulit dan nyeri pada daerah tersebut. Pada leher, kondisi ini disebut sebagai
radikulopati servikal. Kombinasi faktor seperti mediator inflamasi (substansi P), perubahan
respon vaskular, dan edema intra-neural sebagai respon dari penekanan saraf berkontribusi
terhadap timbulnya nyeri radikuler.2,4,8
Gambar 2.2 Patofisiologi radikulopati servikalis

2.4.1. Herniasi Diskus


Herniasi diskus terjadi ketika nukleus pulposus yang memiliki konsistensi seperti
jelly mendorong cincin terluarnya (annulus fibrosus). Diskus berespon terhadap tekanan
sebagai absorber. Meningkatnya tekanan pada diskus dapat menyebabkan diskus menonjol
ke kanal spinalis dan akar-akar saraf 2,3.
Jika diskus mengalami cedera, nukleus dapat keluar. Cedera terhadap diskus
dapat terjadi ketika pergerakan leher memberikan tekanan berlebih terhadap diskus.
Pada cedera ini, robekkan yang parah dari annulus menyebabkan keluarnya nukleus
pulposus keluar dari bagian tengah diskus. Annulus dapat robek atau ruptur dimanapun
di sekitar diskus. Jika annulus robek pada sisi dekat dengan kanal spinalis. Ketika
herniasi diskus menonjol keluar ke kanal spinalis, penonjolan ini memberikan
penekanan terhadap akar saraf yang sensitif, menyebabkan nyeri, rasa tebal, dan
kelemahan pada area yang dipersarafi. Beberapa studi juga menemukan terdapat
beberapa zat kimia yang keluar ketika rupturnya diskus yang kemudian mengiritasi akar
saraf, hal ini yang juga menimbulkan beberapa gejala dari herniasi diskus, terutama
nyeri 2,3.
Gambar 2.3 Herniasi diskus

2.4.2. Degenerasi dan “Bone Spur”


Perubahan degeneratif dari diskus lebih sering disebut sebagai artritis atau
spondilosis. Perubahan ini merupakan hal normal dan terjadi pada semua orang. Pada
usia pertengahan dan orang tua, penyakit degeneratif terhadap diskus dapat
menyebabkan penonjolan tulang di sekitar akar saraf (bone spur). Seiring dengan usia
diskus, ketinggian diskus semakin menurun dan mulai untuk menonjol. Selain itu
komponen air pada diskus juga semakin berkurang, diskus mulai mengering dan
menjadi kaku. Hal ini menyebabkan kolapsnya celah diskus dan ketinggian diskus juga
berkurang 2,3.
Dengan diskus yang ketinggiannya semakin berkurang, tulang belakang semakin
berdekatan satu sama lain. Tubuh berespon terhadap kolapsnya diskus denngan
membentuk tulang baru yang disebut sebagai bone spur (penonjolan tulang baru yang
abnormal) di sekitar diskus untuk memperkuat diskus. Penonjolan tulang ini biasanya
terjadi di sisi dalam dari foramen (lubang pada servikal dimana akar saraf keluar dari
tulang belakang dan menjalar ke lengan). Terbentuknya tulang ini kemudian
menyebabkan kekakuan dari tulang belakang. Selain itu, hal ini juga dapat
menyebabkan semakin sempitnya foramen, semakin kecilnya lubang keluarnya akar
saraf pada kolom tulang belakang dan akhirnya menyebababkan iritasi serta menjepit
saraf yang keluar tersebut. Hal ini menyebabkan gejala yang sama seperti pada herniasi
diskus. Iritasi yang terjadi menyebabkan nyeri menjalar ke arah bawah dari lengan, rasa
tebal yang terjadi di area dimana akar saraf yang teriritasi menyediakan sensai, serta
kelemahan dari otot yang disuplai oleh saraf tersebut 2,3 .
Gambar 2.4 “Bone spur” pada orang tua

2.5. Gejala Klinis


Dalam kebanyakan kasus, rasa sakit dari radikulopati servikalis dimulai pada leher
dan bergerak ke bawah lengan di daerah yang dilayani oleh saraf yang rusak. Nyeri ini
biasanya digambarkan sebagai rasa terbakar atau tajam. Gerakan tertentu seperti memutar
kepala atau mengejan leher dapat meningatkan rasa sakit. Gejala lain termasuk3,7 :
1. Kesemutan di jari atau tangan
2. Kelemahan pada otot-otot lengan, bahu, atau tangan
3. Hilangnya sensasi
4. Beberapa pasien mengatakan bahwa rasa sakit berkurang ketika tangan mereka
ditempatkan diatas kepala mereka. Gerakan ini untuk sementara dapat
mengurangi tekanan pada akar saraf .
5. Leher terasa kaku, rasa tidak nyaman pada bagian medial skapula.
6. Gejala diperburuk dengan gerakan kepala dan leher, juga dengan regangan pada
lengan yang bersangkutan. Untuk mengurangi gejala tersebut, penderita
seringkali mengangkat dan memfleksikan lengannya di belakang kepala.
7. Lesi pada C5 ditandai dengan nyeri pada bahu dan daerah trapezius,
berkurangnya sensorik sesuai dengan pola dermatomal, kelemahan dan atrofi
otot deltoid. Lesi ini dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan abduksi
dan eksorotasi lengan.
8. Lesi pada C6 ditandai dengan nyeri pada trapezius, ujung bahu, dan menjalar
hingga lengan atas anterior, lengan bawah bagian radial, jari ke- 1 dan bagian
lateral jari ke-2. Lesi ini mengakibatkan paresthesia ibu jari, menurunnya refleks
biseps, disertai kelemahan dan atrofi otot biseps.
9. Lesi pada C7 ditandai dengan nyeri bahu, area pektoralis dan medial aksila,
posterolateral lengan atas, siku, dorsal lengan bawah, jari ke-2 dan ke-3, atau
seluruh jari. Lesi ini dapat mengakibatkan paresthesia jari ke-2, ke-3, dan juga
jari pertama, atrofi dan kelemahan otot triseps, ekstensor tangan, dan otot
pektoralis.
10.Lesi pada C8 ditandai dengan nyeri sepanjang bagian medial lengan bawah. Lesi
ini akan mengganggu fungsi otot-otot intrinsik tangan dan sensasi jari ke-4 dan 5
(seperti pada gangguan nervus ulnaris).

2.6. Penegakan Diagnosis


2.6.1. Anamnesis
Dalam menanggapi keluhan tentang nyeri tengkuk perlu ditanyakan lebih lanjut
mengenai ada tidaknya penjalaran nyeri serta daerah-daerah kulit yang parestetik/hipestetik.
Biasanya pertanyaan yang harus diajukan untuk melakukan anamnesa pada
penderita dengan keluhan nyeri tengkuk ialah:1
- Apakah keluhan itu didahului dengan trauma atau tidak
- Apakah datangnya mendadak atau perlahan-lahan
- Mengenai waktu dan lamanya: sudah berapa lama sakitnya
- Apakah sakitnya konstan atau intermiten
- Apakah sakitnya menjadi lebih berat atau sama seperti waktu pertama kali
terjadi
- Karakteristik sakitnya : apakah rasa terbakar, nyut-nyutan atau rasa seperti
ditusuk-tusuk
- Lokasi sakitnya : apakah menjadi hebat jika berdiri, duduk atau
berbaring
- Apakah sakitnya lebih berat kalau bergerak atau tidak bergerak
- Apakah ada gangguan sensibilitas
- Apakah ada gangguan fungsi BAB dan BAK
- Apakah penderita mempunyai problem sebelumnya
- Apakah ada keluarga penderita yang mempunyai keluhan yang sama
- Apakah sakitnya bertambah jika berada dirumah, ditempat kerja atau
dimobil
- Apakah akhir-akhir ini penderita mengalami stress fisik atau
emosional
Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, harus ditanyakan juga riwayat kebiasaan
penderita seperti : cara tidur, bekerja pada posisi yang menetap cukup lama dan lain-lain.1

2.6.2. Pemeriksaan Fisik


Inspeksi
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengamatan pasien. Hal yang termasuk di dalam
pemeriksaan ini adalah kepala, postur leher dan gerakan selama percakapan normal.
Biasanya, pasien memiringkan kepala mereka jauh dari sisi cedera dan menahan leher
merka yang kaku. ROM yang aktif biasanya berkurang, terutama di ekstensi, rotasi dan
lateral bending, baik menuju atau jauh dari akar saraf yang terkena. Peningkatan sakit
dengan lateral bending yang jauh dari sisi yang terkena didapatkan dari hasil peningkatan
perpindahan herniasi diskus ke akar saraf, sedangkan nyeri ipsilateral menunjukkan
pelampiasan dari akar saraf di lokasi foramen saraf.
Palpasi
Pada palpasi, nyeri biasanya dicatat dari otot paraspinal serviks, dan biasanya lebih
terlihat di sepanjang sisi ipsilateral dari akar saraf yang terkena. Nyeri otot dapat muncul di
sepanjang otot dimana gejala tersebut disebutkan (misalnya tulang belikat medial, lengan
proksimal, epikondilus lateral). Hipertonis atau kejang pada palpasi pada otot-otot yang

sakit mungkin saja terjadi1.


Pada pemeriksaan radikulopati servikal, antara lain akan didapatkan :
 Terbatasnya “range of motion” leher.
 Nyeri akan bertambah berat dengan pergerakan (terutama hiperekstensi). Tes
Lhermitte (Foramina Compression Test). Tes ini dilakukan dengan menekan
kepala pada posisi leher tegak lurus atau miring. Peningkatan dan radiasi nyeri
ke lengan setelah melakukan tes ini mengindikasikan adanya penyempitan
foramen intervertebralis servikal, sehingga berkas serabut sensorik di foramen
intervertebra yang diduga terjepit, secara faktual dapat dibuktikan.
Gambar 2.5. Pemeriksaan Lhermitte

 Tes Distraksi. Tes ini dilakukan ketika pasien sedang merasakan nyeri radikuler.
Pembuktian terhadap adanya penjepitan dapat diberikan dengan tindakan yang
mengurangi penjepitan itu, yakni dengan mengangkat kepala pasien sejenak.

Gambar 2.5 Tes distraksi

Pemeriksaan Sensori
Pasien dengan diagnosis radiculopathy menunjukkan penurunan atau hilangnya
sensasi dalam distribusi dermatom.Selain itu pasien dengan radiculopathy biasanya
hyperesthesia untuk sentuhan ringan dan pemeriksaan pin-prick. Pemeriksaan sensorik
cukup subjektif karena membutuhkan respon dari pasien.
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi atau Foto Polos Roentgen. Tujuan utama foto polos Roentgen adalah
untuk mendeteksi adanya kelainan struktural.
2. MRI dan CT-Scan
a. MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi
kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat mengidentifikasi kompresi
medulla spinalis dan radiks saraf, juga dapat digunakan untuk mengetahui beratnya
perubahan degenerative pada diskus intervertebra. MRI memiliki keunggulan
dibandingkan dengan CT-Scan, yaitu adanya potongan sagital dan dapat
memberikan gambaran hubungan diskus intervertebra dan radiks saraf yang
jelas,sehingga MRI merupakan prosedur skrining yang ideal untuk menyingkirkan
diagnose banding gangguan structural pada medulla spinalis dan radiks saraf.
b. CT-Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra
dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus
intervertebra. Namun demikian, sensitivitas CT- Scan tanpa myelography
dalam mendeteksi herniasi masih kurang bila dibandingkan dengan MRI.
3. Myelography. Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang detail,
terutama elemen osseus vertebra. Myelography merupakan proses yang invasif,
karena melibatkan penetrasi pada ruang subarakhnoid. Secara umum myelogram
dilakukan sebagai tes preoperative dan seringkali dilakukan bersamaan dengan
CT-Scan.
4. Nerve Conduction Study (NCS) dan Electromyography (EMG) NCS dan EMG
sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk menentukan
keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf, atau saraf tunggal. Selain
itu, pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi kompresi radiks saraf.
Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, maka
pemeriksaan elektrofisiologis tidak dianjurkan.
5. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid,
fosfatase alkali/asam, dan kalsium.
b. Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.
2.7. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk nyeri pada leher dan bahu sangat luas, termasuk diagnosis
yang berkaitan dengan neurologis, jantung, infeksi, dan penyebab muskuloskeletal.
Keganasan (seperti osteochondroma, tumor esofagus, limfoma, meningitis karsinoma, tumor
tiroid) yang dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan radikulopati servikalis juga dapat
menjadi diagnosis banding untuZk nyeri pada leher dan bahu. 7,8

Tabel 2.1 Diagnosis banding radikulopati servikalis


Kondisi Karakteristik
Nyeri kardiak Nyeri radikuler pada ektremitas atas,
khas : pada bahu dan lengan kiri
Mielopati spondilotik servikalis Kesulitan pada ketangkasan, perubahan
gaya jalan, disfungsi usus dan kandung
kencing, temuan pada UMN (Upper
Motor Neuron)
Sindrom nyeri regional kompleks / Rasa nyeri atau terbakar pada
distrofi refleks simpatetik ektremitas, perubahan kulit, fluktuasi
vasomotor, distimia
Entrapment syndrome Kelemahan dan defisit sensoris yang
konsisten dengan distribusi saraf
medianus dan ulnar, stimulasi langsung
pada saraf akan memunculkan gejala
Herpes Zoster Nyeri radikuler sesuai dermatom yang
berkaitan dengan reaktivasi infeksi
virus
Keganasan Gejala Red Flag, tumor intra- dan
extraspinal, gejala tergantung dari
tumor primer
Sindrom Parsonage-Turner Nyeri dengan onset akut pada
ektremitas atas, biasanya disertai
dengan kelemahan dan gangguan
sensoris
Rotator cuff impingement Nyeri dan kelemahan pada bahu dan
lengan sisi lateral
Thoracic Outlet Syndrome Disfungsi pleksus nervus brakialis
bawah akibat kompresi dari vaskular
atau penyebab neurologis
2.8. Penatalaksanaan
Penting untuk dicatat bahwa mayoritas pasien dengan radikulopati servikalis dapat
menjadi lebih baik dari waktu ke waktu dan tidak memerlukan pengobatan. Tujuan dari
pengobatan yang dilakukan adalah untuk menghilangkan rasa nyeri, memperbaiki fungsi

neurologis, dan mencegah kekambuhan 4,7,8.

2.8.1. Pengobatan Non Bedah 7


Pengobatan awal untuk radikulopati servikalis adalah non operasi.
Pilihan pengobatan non operasi meliputi:
1. Soft Cervical Collar
Imobilisasi singkat dapat mengurangi gejala pada fase inflamasi. Alat ini berbentuk
seperti sebuah cincin empuk yang membungkus di sekitar leher. Penggunaan alat
ini bertujuan agar otot-otot di leher beristirahat dan membatasi gerakan leher. Hal
ini dapat membantu mengurangi penekanan akar saraf yang menyertai pergerakan
leher. Soft cervical collar dipakai untuk jangka waktu yang singkat (1 minggu),
penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kekuatan otot-otot di leher 4,7,8.

2. Terapi Fisik
Terapi fisik membantu mengembalikan ROM (jangkauan gerak) dan kekuatan otot
leher. Terapi ini dapat membantu mengurangi nyeri dan mencegah kekambuhan.
Terapi fisik yang dilakukan dapat berupa ROM ringan dan latihan peregangan yang
dikombinasikan dengan modalitas tambahan seperi panas, es, dan stimulasi
elektrikal. Dalam beberapa kasus, traksi dapat digunakan untuk lembut

meregangkan sendi dan otot leher 7,8.


Terapi manipulatif (traksi) dipergunakan untuk terapi jangka pendek. Komplikasi
yang dapat muncul adalah memperparah radikulopati, mielopati, dan cedera

medula spinalis. Namun komplikasi-komplikasi ini jarang terjadi 8.


3. Farmakologi
Farmakoterapi berguna untuk penatalaksanaan dan mengobati gejala.
Farmakoterapi dapat berguna untuk mengurangi nyeri akut yang berkaitan dengan
radikulopati servikalis.
a. Obat Anti Inflamasi (NSAID).
NSAID dapat membantu mengurangi gejala akut yang muncul. Pemberian
NSAID selama 2 minggu pada dosis terapi dapat efektif dalam mengurangi
gejala dan mengurangi nyeri. NSAID merupakan piihan yang baik sebagai
terapi line pertama, karena ketersediaanya dan keterjangakuannya. Beberapa hal
yang harus diperahatikan dalam pemberian NSAID adalah usia pasien, interaksi
terhadap pengobatan lain, dan faktor komorbid lain. NSAID, yaitu aspirin,

ibuprofen, dan naproxen, dapat menjadi pilihan 7,8.


b. Kortikosteroid oral
Kortikosteroid oral biasanya digunakan untuk mengatasi episode akut dari
radikulopati servikalis. Reaksi singkat kortikosteroid oral dapat membantu
mengurangi rasa sakit dengan mengurangi pembengkakan dan peradangan di
sekitar saraf. Penggunaan steroid oral secara berulang dapat menyebabkan
nekrosis avaskuar, hiperglikemi, penambahan berat badan, dan mood swings.
Tingkatan dimana steroid oral dapat memperbaiki gejala dapat menjadi
indikator untuk pengobatan lebih lanjut dengan menggunakan injeksi

kortikosteroid 7,8.
c. Injeksi Steroid
Injeksi steroid pada servikal dapat juga digunakan dalam pengobatan
radikulopati servikalis. Prosedur ini dilakukan dengan arahan dari temuan
radiografi. Pasien yang dapat mendapat pengobatan dengan metode ini adalah
pasien yang terkonfirmasi patologi dengan menggunakan MRI atau CT servikal

yang mengalami perbaikan dengan pengobatan steroid oral 8.


Dalam prosedur ini, steroid yang disuntikkan di dekat saraf yang terkena untuk
mengurangi peradangan lokal, Injeksi dapat disuntikkan diantara lamina
(epidural injection), di foramen (injeki saraf selektif), atau injeksi ke sendi facet
di tulang belakang leher. Meskipun suntikan steroid tidak mengurangi tekanan
pada saraf yang disebabkan oleh foramen sempit atau menonjol atau herniasi
diskus, injeksi ini dapat mengurangi pembengkakan dan mengurangi rasa sakit.
Studi retrospektif dan prospektif menunjukkan bahwa 60% pasien yang sembuh

dari gejala radikuler dan nyeri leher dapat kembali melakukan aktivitasnya 7,8.
d. Narkotika
Obat-obat ini diberikan untuk pasien dengan sakit yang parah yang tidak
berkurang dengan obat-obat pilihan lain.
Narkotika biasanya diresepkan untuk waktu yang terbatas saja. Penggunaan
narkotik jangka pendek pada malam hari seringkali diperlukan. Kortikoseroid
epidural dan oral digunakan untuk pasien dengan gejala yang menetap (tidak

membaik) 7,10.
e. Muscle Relaxant
Muscle relaxants seperti, cyclobenzaprine (Flexeril) dan tizanidine (Zanaflex)
dapat mengurangi nyeri leher akibat peningkatan ketegangan otot. Obat ini
paling efektif untuk keadaan akut. Penggunaan jangka panjang dalam
pengobatan radikulopati servikalis masih belum diketahui secara jelas. Tricyclic
antidepressants dan venlafaxine (Effexor) dapat mengatasi nyeri radikuler
sedang pada pasien yang menolak untuk melakukan tindakan pembedahan atau
tetap merasa nyeri setelah intervensi pembedahan.
2.8.2. Pengobatan Bedah
Jika setelah masa pengobatan nonbedah tidak meredakan gejala, maka tindakan
pembedahan dapat direkomendasikan. Ada beberapa prosedur bedah untuk mengobati
radikulopati srevikalis. Prosedur yang direkomendasikan tergantung dari banyak faktor,

termasuk gejala yang dialami dan lokasi akar saraf yang terlibat 7,8.

Tindakan pembedahan direkomendasikan bila muncul tanda-tanda seperti 2:


 Nyeri yang tidak tertahankan
 Peningkatan kelemahan
 Peningkatan rasa tebal
 Menyebabkan masalah pada kaki
2.9 Prognosis
Untuk prognosis dari pasien dengan radikulopati sendiri baik apabila pasien diobati
dengan tepat. Penatalaksanaan non operatif efektif dilakukan pada hampir 80-90% pasien.
Penatalaksanaan dengan pembedahan dilakukan bila penatalaksanaan non operatif tidak
berhasil. Lebih kurang 5-10% pasien gagal dalam penatalaksanaan konservatif dan akan
mengalami progresifitas penyakit, nyeri yang menetap, kelemahan motorik yang progresif,
dan hilangnya refleks. Secara umum, radikulopati akan memburuk bila tertawa, menangis,
bersin, ataupun varian valsava manufer lainnya. Hal ini terjadi karena meningkatnya tekanan

intrakranial 1,10,11 .
Pada beberapa pasien dengan radikulopati servikalis yang diakibatkan oleh kompresi
dari akar saraf ini, dapat membaik tanpa pengobatan yang spesifik. Pada sebuah penelitian
yang dilakukan di Minnesota, 90% pasien dengan radikulopati servikalis sembuh tanpa gejala
klinis apapun atau hanya mengalami sedikit kelumpuhan. Radikulopati servikalis juga dapat

mengalami kekambuhan 3,11.

Anda mungkin juga menyukai