PENDAHULUAN
2.1. Anatomi
Leher dimana banyak terdapat jaringan yang bisa menjadi sumber nyeri. Biasanya
rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligamen, akar saraf, faset artikular, kapsul, otot
serta duramater. Nyeri bisa diakibatkan oleh proses degeneratif, infeksi/inflamasi, iritasi
dan trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya nyeri alih dari organ atau jaringan
lain yang merupakan distribusi dermatom yang dipersarafi oleh saraf cervikal.2
2.2. Epidemiologi
Pada usia muda, radikulopati cervikalis merupakan akibat dari herniasi diskus
intervertebralis atau cedera akut yang menyebabkan rusaknya foramen dari saraf yang
keluar. Herniasi diskus intervertebralis sekitar 20-25% dari kasus radikulopati cervikalis.
Pada pasien yang lebih tua, radikulopati cervikalis sering merupakan akibat penyempitan
foramen dari pembentukan osteofit, penurunan ketinggian diskus, perubahan degeneratif
prosesus uncinatus vertebra dari anterior dan facet dari posterior.3
Radikulopati cervikalis terjadi pada frekuensi yang jauh lebih rendah dibandingkan
radikulopati lumbalis. Kejadian tahunan adalah sekitar 85 kasus per 100.000 penduduk.3,4
Data dari Rochester, Minnesota, menunjukkan insiden tahunan radikulopati cervikalis
sebesar 107,3 per 100.000 pada laki-laki dan 63,5 per 100.000 pada perempuan, dengan
puncaknya pada usia 50 sampai 54 tahun. Riwayat trauma dan aktifitas fisik berlebihan
mendahului timbulnya gejala sekitar 15 persen dari kasus. 5
2.3. Etiologi
Penyebab dari radikulopati bervariasi. Semua penyebab dari radikulopati servikal
ini menyebabkan kompresi dan gangguan dari keluarnya akar saraf servikal. Radikulopati
servikal lebih sering terjadi karena3,4 :
Perubahan degeneratif yang terjadi pada tulang belakang seirin bertambah usia.
Radikulopati servikal biasanya terjadi seiring dengan bertambahnya usia seperti
artritis. Pada pasien usia tua, radikulopati servikal lebih sering terjadi karena
penyempitan foramen karena pembentukan osteofit, berkurangnya ketinggian
diskus, perubahan degeneratif.1,3
Cedera yang menyebabkan herniasi atau penonjolan diskus intervertebral.
Pada populasi muda, radikulopati servikal yang terjadi merupakan akibat dari
herniasi diskus intervertebralis (cedera akut). Herniasi diskus lebih sering terjadi
pada dewasa usia pertengahan. Hal ini terjadi ketika terlalu besarnya gaya atau
kekutan yang mendesak diskus intervertebralis yang sehat. Mekanisme herniasi
diskus di servikal pada dasarnya sama seperti pada bagian lumbal. Namun
insidensinya 15 kali lebih jarang dibandingkan herniasi di daerah lumbal.1,2,7
2.4. Patofisiologi
Ketika akar saraf keluar dari tulang belakang dan servikal, akar saraf menjalar ke
lengan. Selama perjalanan, setiap saraf mensuplai sensasi terhadap bagian kulit dari bahu
dan lengan. Saraf ini juga mensuplai signal listrik terhadap beberapa otot untuk
menggerakan lengan atau tangan. Ketika sebuah saraf terganggu atau terjepit baik karena
penonjolan tulang abnormal atau tertekan oleh bagian dari diskus intervertebralis, hal ini
menimbulkan masalah (penekanan dan iritasi) pada saraf sehingga saraf tidak dapat bekerja
dengan baik. Hal ini kemudian menyebabkan kelemahan pada otot yang dipersarafi, rasa
tebal pada kulit dan nyeri pada daerah tersebut. Pada leher, kondisi ini disebut sebagai
radikulopati servikal. Kombinasi faktor seperti mediator inflamasi (substansi P), perubahan
respon vaskular, dan edema intra-neural sebagai respon dari penekanan saraf berkontribusi
terhadap timbulnya nyeri radikuler.2,4,8
Gambar 2.2 Patofisiologi radikulopati servikalis
Tes Distraksi. Tes ini dilakukan ketika pasien sedang merasakan nyeri radikuler.
Pembuktian terhadap adanya penjepitan dapat diberikan dengan tindakan yang
mengurangi penjepitan itu, yakni dengan mengangkat kepala pasien sejenak.
Pemeriksaan Sensori
Pasien dengan diagnosis radiculopathy menunjukkan penurunan atau hilangnya
sensasi dalam distribusi dermatom.Selain itu pasien dengan radiculopathy biasanya
hyperesthesia untuk sentuhan ringan dan pemeriksaan pin-prick. Pemeriksaan sensorik
cukup subjektif karena membutuhkan respon dari pasien.
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi atau Foto Polos Roentgen. Tujuan utama foto polos Roentgen adalah
untuk mendeteksi adanya kelainan struktural.
2. MRI dan CT-Scan
a. MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi
kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat mengidentifikasi kompresi
medulla spinalis dan radiks saraf, juga dapat digunakan untuk mengetahui beratnya
perubahan degenerative pada diskus intervertebra. MRI memiliki keunggulan
dibandingkan dengan CT-Scan, yaitu adanya potongan sagital dan dapat
memberikan gambaran hubungan diskus intervertebra dan radiks saraf yang
jelas,sehingga MRI merupakan prosedur skrining yang ideal untuk menyingkirkan
diagnose banding gangguan structural pada medulla spinalis dan radiks saraf.
b. CT-Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra
dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus
intervertebra. Namun demikian, sensitivitas CT- Scan tanpa myelography
dalam mendeteksi herniasi masih kurang bila dibandingkan dengan MRI.
3. Myelography. Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang detail,
terutama elemen osseus vertebra. Myelography merupakan proses yang invasif,
karena melibatkan penetrasi pada ruang subarakhnoid. Secara umum myelogram
dilakukan sebagai tes preoperative dan seringkali dilakukan bersamaan dengan
CT-Scan.
4. Nerve Conduction Study (NCS) dan Electromyography (EMG) NCS dan EMG
sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk menentukan
keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf, atau saraf tunggal. Selain
itu, pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi kompresi radiks saraf.
Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, maka
pemeriksaan elektrofisiologis tidak dianjurkan.
5. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid,
fosfatase alkali/asam, dan kalsium.
b. Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.
2.7. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk nyeri pada leher dan bahu sangat luas, termasuk diagnosis
yang berkaitan dengan neurologis, jantung, infeksi, dan penyebab muskuloskeletal.
Keganasan (seperti osteochondroma, tumor esofagus, limfoma, meningitis karsinoma, tumor
tiroid) yang dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan radikulopati servikalis juga dapat
menjadi diagnosis banding untuZk nyeri pada leher dan bahu. 7,8
2. Terapi Fisik
Terapi fisik membantu mengembalikan ROM (jangkauan gerak) dan kekuatan otot
leher. Terapi ini dapat membantu mengurangi nyeri dan mencegah kekambuhan.
Terapi fisik yang dilakukan dapat berupa ROM ringan dan latihan peregangan yang
dikombinasikan dengan modalitas tambahan seperi panas, es, dan stimulasi
elektrikal. Dalam beberapa kasus, traksi dapat digunakan untuk lembut
kortikosteroid 7,8.
c. Injeksi Steroid
Injeksi steroid pada servikal dapat juga digunakan dalam pengobatan
radikulopati servikalis. Prosedur ini dilakukan dengan arahan dari temuan
radiografi. Pasien yang dapat mendapat pengobatan dengan metode ini adalah
pasien yang terkonfirmasi patologi dengan menggunakan MRI atau CT servikal
dari gejala radikuler dan nyeri leher dapat kembali melakukan aktivitasnya 7,8.
d. Narkotika
Obat-obat ini diberikan untuk pasien dengan sakit yang parah yang tidak
berkurang dengan obat-obat pilihan lain.
Narkotika biasanya diresepkan untuk waktu yang terbatas saja. Penggunaan
narkotik jangka pendek pada malam hari seringkali diperlukan. Kortikoseroid
epidural dan oral digunakan untuk pasien dengan gejala yang menetap (tidak
membaik) 7,10.
e. Muscle Relaxant
Muscle relaxants seperti, cyclobenzaprine (Flexeril) dan tizanidine (Zanaflex)
dapat mengurangi nyeri leher akibat peningkatan ketegangan otot. Obat ini
paling efektif untuk keadaan akut. Penggunaan jangka panjang dalam
pengobatan radikulopati servikalis masih belum diketahui secara jelas. Tricyclic
antidepressants dan venlafaxine (Effexor) dapat mengatasi nyeri radikuler
sedang pada pasien yang menolak untuk melakukan tindakan pembedahan atau
tetap merasa nyeri setelah intervensi pembedahan.
2.8.2. Pengobatan Bedah
Jika setelah masa pengobatan nonbedah tidak meredakan gejala, maka tindakan
pembedahan dapat direkomendasikan. Ada beberapa prosedur bedah untuk mengobati
radikulopati srevikalis. Prosedur yang direkomendasikan tergantung dari banyak faktor,
termasuk gejala yang dialami dan lokasi akar saraf yang terlibat 7,8.
intrakranial 1,10,11 .
Pada beberapa pasien dengan radikulopati servikalis yang diakibatkan oleh kompresi
dari akar saraf ini, dapat membaik tanpa pengobatan yang spesifik. Pada sebuah penelitian
yang dilakukan di Minnesota, 90% pasien dengan radikulopati servikalis sembuh tanpa gejala
klinis apapun atau hanya mengalami sedikit kelumpuhan. Radikulopati servikalis juga dapat
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Periksa :
B. ANAMNESIS
Jenis Anamnesis: Autoanamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada tengkuk
Nyeri pada tengkuk dialami penderita sejak ± 1 bulan yang lalu SMRS, bersifat hilang timbul.
Nyeri tengkuk dirasakan penderita seperti tertusuk-tusuk dan kaku. Nyeri dirasakan menjalar
sampai ke lengan dan jari-jari tangan kanan serta terasa kram-kram pada lengan bawah kanan
dan jari-jari tangan kanan terutama pada malam hari. Penderita merasakan nyeri di
tengkuknya menghebat bila penderita menengok ke kiri. Nyeri terutama dirasakan pada saat
beraktivitas dan kecapaian. Nyeri berkurang pada saat penderita beristirahat.. Sakit kepala,
pusing, panas, mual dan muntah tidak dialami penderita. Riwayat minum obat penghilang
rasa nyeri tidak ada. Riwayat mengangkat alat berat tidak ada Riwayat trauma tidak ada.
BAB/BAK : biasa.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat MRS 1 bulan yang lalu dengan keluhan nyeri kepala yang hebat. Penyakit
darah tinggi, penyakit gula, penyakit jantung, kolesterol, asam urat, disangkal penderita.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda Vital : Tekanan darah = 120/80 mmHg Nadi = 80 x/menit
Respirasi = 20 x/menit Suhu = 36,5oC
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil bulat isokor kiri=kanan
Leher : Trakea letak tengah tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax : Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : SI-SII normal, bising tidak ada
Paru : Inspeksi: gerakan pernafasan simetris kiri=kanan
Palpasi : stem fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor kiri=kanan
Auskultasi : suara pernafasan vesikuler, Ronki tidak
ada, wheezing tidak ada.
Abdomen : Inspeks : tampak datar, lemas
Palpasi : dinding perut supel, tonus otot abdomen normal
Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik positif normal
Ekstremitas: Akral hangat.
ROM Cervical :
Dekstra Sinistra Normal
Fleksi 0-300 Nyeri 450
Ekstensi 200 450
Laterofleksi 450 350 Nyeri 450
Rotasi 450 350 Nyeri 700
ROM Shoulder
Dekstra Sinistra Normal
Fleksi 1700 1700
Ekstensi 600 600
Abduksi 1700 1700 1700
Adduksi 400 400 400
External rotasi 900 900
Internal rotasi 700 700
DIAGNOSIS
Klinis : Cervical Root Syndrome
Fungsional : Impairment
Anjuran :
X-foto cervical AP/Lateral/Oblique
Okupasi Terapi
o Evaluasi
- Kontak dan pemahaman baik
- Keterbatasan LGS
- Keterbatasan AKS
o Program : Propper Neck Mechanism
Ortotik Prostetik
Saat ini belum dibutuhkan penderita.
Psikologi
o Evaluasi
- Kontak, komunikasi dan pengertian baik, motivasi untuk berobat dan
latihan baik, tidak ada masalah dalam keluarga
o Program
- Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga bahwa proses
rehabilitasi memerlukan waktu.
- Memberikan motivasi agar penderita rajin melakukan latihan dirumah
seperti yang telah di ajarkan dan dianjurkan untuk control secara teratur
dalam melakukan terapi
Sosial Medik
o Evaluasi
- Kontak dan pemahaman baik.
- Biaya perawatan di rumah sakit ditanggung JAMKESMAS.
o Program
- Memberikan motivasi, edukasi, bimbingan kepada penderita untuk tetap
semangat dalam berobat dan berlatih secara teratur.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Qu ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam