Anda di halaman 1dari 7

PEMBEBANAN BIAYA INTRA GROUP SERVICE MELALUI METODE

INDIRECT CHARGE: STUDI KASUS TRANSFER PRICING DI SWEDIA

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Perpajakan Internasional

Disusun Oleh:

Fitri Hariyani 1610247993

Dosen Pembimbing :

Dr. Vince Ratnawati, SE, M.Si, Ak, BKP, CA

Jurusan Magister Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau
2018
Pendahuluan
Mahkamah Agung Swedia (Swedish Supreme Administrative Court/SAC) dalam
putusan Nomor 7338-7339-01 membatalkan putusan pengadilan di bawahnya dan
memenangkan Wajib Pajak dalam kasus Transfer Pricing atas intra group service. Putusan
SAC tersebut memberikan dasar hukum yang jelas atas kasus pemberian jasa antar pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa (intra group service), yaitu :
1. Beban pembuktian atas transfer pricing berada pada Swedish Tasx Authority (kantor
pajak Swedia/STA)
2. Kewajaran pemakaian metode pembebanan tidak langsung (indirect charge)
3. Dapat diterimanya markup on cost of service fee ketika penyedia jasa diluar negeri
bertindak sebagai satu-satunya service center.
Dengan adanya keputusan tersebut, wajib pajak mendapat kepastian hukum bahwa dengan
mengikuti prinsip-prinsip OECD Guidelines yang berkaitan dengan pemberian jasa antar
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (intra group service), biaya atas intra
group service tersebut dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

Kasus
Kasus ini melibatkan Dow Chemical Group yang berkantor pusat di Amerika. Dow
Chemical Group bergerak dalam bidang penyediaan barang dan jasa produk-produk kimia,
plastik dan pertanian. Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini adalah :
1. Dow Sverige AB (selanjutnya disebut AB), anak perusahaan yang berlokasi di
Swedia. AB bergerak dibidang pembuatan dan pendistribusian produk latex yang
digunakan dalam industri konstruksi serta penjualan produk Dow Chemical Group
yang lain di pasar Swedia.
2. Dow Europe S.A (selanjutnya disebut SA), anak perusahaan yang berlokasi di Swiss.
SA bertindak secara ekslusif sebagai pusat pelayanan jasa (service center)bagi anak
perusahaan lain dan menyediakan berbagai macam jasa, termasuk pemasaran,
produksi, administratif, personil, dan manajemen. Jasa yang disediakan oleh SA diatur
dalam perjanjian terpisah yang isinya :
a. Atas jasa yang diberikan, dikenakan markup 10% dari biaya-biaya yang
dikeluarkan
b. Membuat pusat biaya (cost pool) untuk setiap kategori jasa
c. Menetapkan pedoman alokasi biaya
Audit transfer pricing oleh STA
Dalam proses audit, STA menyatakan bahwa AB tidak dapat membuktikan bahwa
biaya yang dialokasikan oleh SA adalah sepadan dengan keuntungan yang diterima oleh AB
dari jasa yang diberikan oleh SA tersebut. Argumen STA didukung fakta bahwa AB hanya
mendistribusikan 10% dari total produk. Meskipun begitu, STA tetap mengakui bahwa AB
mungkin menerima keuntungan dari jasa terebut. STA, tanpa analisis yang mendalam,
menyimpulkan bahwa biaya intra group service yang boleh dikurangi adalah hanya sebesar
75% dari biaya yang tercakup di dalam service fee.
Lebih lanjut, STA tidak memperbolehkan markup 10% berdasarkan dua alasan utama,
yaitu :
1. Berdasarkan struktur organisasi Dow Chemical Group, AB tidak mempunyai kuasa
untuk mengambil keputusan (menerima atau menolak) atas jasa yang diberikan SA
2. Tujuan dibentuknya SA adalah untuk efisiensi biaya
Oleh karena itu, STA beralasan bahwa karena SA tidak mempunyai risiko usaha, maka SA
semestinya tidak berhak untuk memperoleh komponen profit terhadap aktivitas jasa yang ia
berikan.

Argumentasi AB
AB mengajukan argumentasi sebagai berikut :
1. Dow Chemical Group memakai metode transfer pricing yang sama sejak tahun 1992
2. Atas biaya administrasi internal yang diberikan oleh AB kepada SA tidak dikenakan
biaya
3. Pemusatan biaya menimbulkan penghematan biaya Dow Chemical Group dalam
jumlah yang signifikan
4. Sulit untuk memperoleh jasa seperti yang diberikan oleh SA dari pihak ketiga
5. Jasa yang diberikan oleh SA berkualitas tinggi
6. Otoritas pajak Swiss menghendaki bahwa SA memperoleh markup dengan harga yang
arm’s length dalam aktivitas jasa yang dilakukan.

Putusan Pengadilan
Atas interpretasi yang dilakukan oleh STA tersebut, AB naik banding ke country
administrative court maupun administrative court of appeal (di Indonesia : Pengadilan
Negeri dan Pengadilan Tinggi). Kedua pengadilan tersebut memberikan pendapat yang sama
dengan STA sebagai berikut :
1. Tidak memperkenankan pembebanan biaya 25% dari biaya yang termasuk dalam
service fee pada AB
2. Menolak 10% markup
Atas putusan tersebut, AB mengajukan banding kepada Mahkamah agung Swedia.

Putusan Mahkamah Agung


1. Argumentasi STA
STA mengajukan argumentasi bahwa pembebanan 25% dari cost base bukan
merupakan operatng expanse menurut ketentuan dalam Municipal Tax Act dan oleh
karenanya, tidak tunduk pada income adjustment rule yang berkaitan dengan cross-border
transaction dan standar arm’s length

2. Argumentasi SAC
SAC secara jelas menolak argumen STA dan menegaskan lagi posisinya bahwa
income adjusment rules merupakan lex specialis (ketentuan khusus) yang mempunyai
kekuatan hukum lebih tinggi daripada general rules. Menurut income adjusment rules, beban
pembuktian harus dilakukan oleh STA, bukan oleh wajib pajak.
Isu lain yang dikemukakan oleh SAC adalah apakah biaya jasa yang dialokasikan
merupakan jumlah yang proposional terhadap benefit yang diperoleh AB dari jasa yang saling
berkaitan.SAC mengambil pendekatan yang pragmatis dan selangkah demi selangkah dalam
menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan alasan sebagai berikut :
a. Ketentuan tentang jasa dan struktur service fee, secara kontraktual diatur
berdasarkan kerangka kerja yang sama untuk semua penerima jasa dalam Dow
Chemical Group
b. AB mengklaim bahwa ia tidak mempunya sumber daya yang cukup untuk
mengerjakan fungsi jasa tersebut.
c. Perjanjian antar perusahaan menetapkan bahwa AB akan membayar porsi total
biaya SA pada tahun tertentu. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin untuk
mengidentifikasi setiap servis yang diberikan oleh SA kepada AB secara
individual dan secara langsung menetapkan biaya yang terkait.
d. Selama bertahun-tahun dilakukan audit, AB tidak memperoleh benefit dari
beberapa jasa yang diterimanya dari SA, akan tetapi AB tetap memperoleh benefit
yang signifikan dari jasa-jasa lainnya yang dilakukan oleh SA.
e. Kebutuhan AB akan fungsi atau jenis jasa yang diberikan oleh SA selalu berubah
selama beberapa tahun.
Sehubungan dengan penolakan STA atas 10% markup biaya yang termasuk dalam service
fee SA, SAC berpendapat bahwa argumen STA tersebut tidak tepat. Oleh karena itu, SAC
memenangkan AB dan memperkenankan pengurangan penuh atas service fee ke AB,
termasuk 100% allocated cost dan 10% markup.

Dampak Putusan Mahkamah Agung


Lebih lanjut, SAC memutuskan bahwa dengan memakai income adjusment rule yang
jelasa akan mempunyai konsekuensi terhadap beban pembuktian yang berkaitan dengan
permintaan dokumentasi yang akan datang. Meskipun beban pembuktian secara legal terletak
pada STA, kewajiban dokumentasi dalam praktiknya berada di tangan wajib pajak. Namun,
kasus Dow Chemical Group ini memperlihatkan bahwa sepanjang wajib pajak telah
memenuhi persyaratan ketentuan dokumentasi transfer pricing, maka beban pembuktian ada
di pihak STA.
Kesimpulan yang dapat diambil dari putusan SAC tersebut, yaitu :
a. Pembayaran atas intra group service yang mencakup markup biaya foreign service
provider, secara prinsip merupakan unsur pengurang pajak/tax deductible (jika pihak
penerima jasa menerima nilai/value dari jasa tersebut)
b. Metode indirect pricing dapat diterapkan ketika cakupan jasa yang dilakukan terlalu
luas, sehingga sulit atau tidak mungkin untuk mengidentifikasi dan menelusuri kaitan
antara jasa(service) dan biayanya (cost) secara detail.
c. Hal yang relevan terhadap pengurangan pajak (tax deductibility) tidak hanya actual
benefit yang diperoleh dari intercompany service, tetapi juga anticipated benefit yang
diharapkan oleh penerima jasa ketika ia memutuskan untuk menerima jasa tersebut.
d. Untuk meningkatkan peluang memperoleh pengurangan pajak dalam pembayaran jasa
antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, wajib pajak seharusnya
menjalankan intra group services yang konsisten bagi semua penerima jasa.

Sebagai catatan, salah satu isu yang tidak dibahas dalam kasus Dow Chemical Group
adalah seberapa besar jumlah markup yang dapat diterima (acceptability of the actual markup
level). Dengan demikian, kasus ini tidak menyediakan bukti bahwa 10% markup on service
cost merupakan suatu rule of thumb. Lebih lanjut, wajib pajak diminta untuk menyajikan
“comparability analysis” untuk mendukung adanya sifat arm’s length dalam harga transfer.
Oleh karena itu, kasus Dow Chemical Group ini sangat penting karena memberikan
presenden yang berkaitan dengan intra group services.
DAFTAR PUSTAKA

Darussalam dan Dani Septriadi, Konsep dan Aplikasi : Cross-Border Transfer Pricing untuk
Tujuan Perpajakan, Danny Darussaam Tax Center, 2008.

Anda mungkin juga menyukai