Herpes simpleks adalah infeksi akut suatu lesi akut berupa vesikel
berkelompok di atas daerah yang eritema, dapat satu atau beberapa kelompok
terutama pada atau dekat sambungan mukokutan.Herpes simpleks disebabkan
oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang dapat berlangsung
primer maupun rekurens. Herpes simpleks disebut juga fever blister, cold sore,
herpes febrilis, herpes labialis, herpes genitalis (Handoko, 2010).
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria
maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda (Siregar, 2005). Sekitar 50
juta penduduk di Amerika Serikat menderita infeksi HSV pada usia 12 tahun
atau lebih (Habif, 2004). Infeksi primer oleh HSV tipe I biasanya dimulai pada
usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV tipe II biasanya terjadi sebanyak
25-50% dari populasi (Sterry, 2006) pada dekade II atau III dan berhubungan
dengan peningkatan aktivitas seksual. Infeksi HSV berlangsung dalam tiga
tingkat : infeksi primer, fase laten dan infeksi rekurens (Handoko, 2010).
Gejala-gejala :
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer, fase
laten dan infeksi rekuren.
Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I tempat predileksinya pada daerah
mulut dan hidung pada usia anak-anak. Sedangkan infeksi primer herpes
simpleks virus tipe II tempat predileksinya daerah pinggang ke bawah
terutama daerah genital.Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat
sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam,
malaise dan anoreksia. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih
dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi
(Handoko, 2010).
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes
simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion
dorsalis (Handoko, 2010).
Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif di
ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam,
infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala
klinis yang lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari
disertai gejala prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi
rekuren dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya
(Handoko, 2010).
Penularan herpes :
Anda bisa tertular herpes kalau bersentuhan langsung (kulit ke kulit) dengan
seseorang yang kena herpes. Kemungkinan penularan herpes terutama saat
bintil-bintil baru saja muncul, sudah berisi cairan, bahkan setelah bintilnya
sembuh dari kulit, wajah, atau area genitalia.
Orang yang belum menunjukkan gejala berupa muncul bintil-bintil tapi sudah
terinfeksi virus herpes simplex juga tetap bisa menularkan penyakit ini.
Namun, kasus ini memang sangat jarang terjadi.
2. Berhubungan seks
Bila Anda atau pasangan Anda mengidap herpes, jangan menggunakan mainan
seks secara bergantian. Virus herpes simplex memang umumnya tidak bisa
hidup di permukaan benda mati. Namun, mainan seks yang masih basah oleh
sperma atau cairan vagina mungkin saja menjadi perantara virus untuk
berpindah ke pasangan.
3. Ciuman
Ya, penularan herpes simplex bisa terjadi lewat sentuhan bibir atau
ciuman.Terutama bila Anda atau pasangan mengidap HSV-1 yang menyerang
area mulut dan bibir. Ini karena virus herpes simplex sangat mudah ditularkan
melalui area yang cukup lembap.
Jadi sebaiknya hindari dulu berciuman atau mencium orang lain bila Anda
sedang mengidap herpes simples, terutama HSV-1.
4. Melahirkan normal
Jika Anda mengalami infeksi pertama pada awal 3-6 bulan masa kehamilan,
maka risiko infeksi menular pada bayi akan meningkat, begitu juga dengan
risiko keguguran. Oleh karena itu, asiklovir mungkin perlu dikonsumsi.
Virus herpes bisa menular saat proses persalinan. Jika infeksi pertama terjadi
di atas 6 bulan usia kehamilan, risiko penularan infeksi pada bayi sangat
tinggi. Hal ini terjadi karena tubuh sang ibu memerlukan waktu untuk
menghasilkan antibodi sebelum sang bayi dilahirkan. Untuk menghindarinya,
perlu dilakukan operasi caesar. Kelahiran normal akan membuat risiko
penularan infeksi pada bayi meningkat 40 persen lebih tinggi.
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan Nonfarmakologi
a. E d u k a s i k e p a d a p a s i e n m e n g e n a i p e r j a l a n a n a l a m i p e n ya k i t
i n i , t e r m a s u k i n f o r m a s i bahwa penyakit ini menimbulkan rekurensi
b. Pada herpes genitalis, edukasi kepada pasien tentang pentingnya abstinensia
(pasienh a r u s t i d a k m e l a k u k a n h u b u n g a n s e k s u a l k e t i k a m a s i h
a d a l e s i a t a u a d a g e j a l a prodromal)
c. E d u k a s i k e p a d a p a s i e n b a h w a s e b a i k n y a m e m b e r i
i n f o r m a s i k e p a d a p a s a n g a n seksualnya bahwa ia menderita
penyakit herpes simpleks
d. Edukasi kepada pasien bahwa transmisi penyakit ini secara seksual
dapat terjadi padamasa asimtomatik
e. E d u k a s i k e p a d a p a s i e n b a h w a p e n g g u n a a n k o n d o m
y a n g m e n u t u p i d a e r a h y a n g terinfeksi dapat menurunkan risiko
transmisi
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang
mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau
preparat asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis
5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan penyakit dan
memperpanjang masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat
adenine arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau
terjadi komplikasi pada organ dalam (Handoko, 2010).
Pencegahan :
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari infeksi herpes
genitalis, seperti dikutip dari eHow, Rabu (14/4/2010) yaitu:
Diagnosa Keperawatan :