Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi Lintas Budaya
Bersikap toleransi terhadap semua budaya dan menghindari kebiasaan labelling terhadap
budaya tertentu. Dalam hal ini tidak menganggap perbedaan budaya sebagai sebuah
problem akan tetapi sebuah keunikan yang dapat diterima untuk memperkaya khasanah
budaya nasional.
Menumbuhkan sikap terbuka yaitu dengan: menilai pesan secara objektif, berorientasi
pada isi, mencari informasi dari berbagai sumber, bersifat professional dan bersedia
mengubah atau menyesuaikan kepercayaannya, serta mencari pengertian pesan yang
tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya (Rakhmat, 2009).
Memunculkan rasa percaya. Secara ilmiah percaya didefenisikan sebagai mengandalkan
perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki yang pencapaiannya tidak pasti
dan dalamsituasi yang penuh resiko. Percaya akan meningkatkan komunikasi
interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan
penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai
maksufnya (Rakhmat, 2009).
Menghargai budaya lain dan menghindari eksklusifisme yang menganggap bahwa hanya
budaya tertentu saja yang dapat diterima sebagai sebuah budaya yang dominan.
Mengenal lawan bicara, sebelum seseorang menyampaikan pesan hendaknya terlebih
dahulu mengenali kepada siapa pesan tersebut akan disampaikan, dengan demikian ia
akan cenderung menggunakan bahasa dan intonasi yang tepat.
Mampu beradaptasi dengan baik. Pemahaman strategi adaptasi sekelompok budaya
didalam proses integrasi sosial dimana ia menjadi bagian dari sebuah sistem general
(Abdullah, 2010). Hal ini mengacu kepada pepatah usang yang mengatakan bahwa
dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Selaku makhluk sosial manusia tentunya
diberikan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana ia tinggal, dengan
demikian ia juga akan mengetahui dan memaknai budaya setempat.
Meningkatkan Budaya Kesadaran Diri.
Adler (1991) mengemukakan bahwa pada umumnya seseorang tidak menyadari karakteristik
budaya yang dimilikinya sehingga ia akan terkejut ketika mendengar masukan dari orang lain
tentang budayanya. Contoh: masyarakat Amerika tidak pernah tahu bahwa mereka adalah
masyarakt yang sangat terburu-buru sampai mereka mendengar hal itu dari orang lain.
Jika masalah lintas budaya ini dapat diatasi maka dapat menghindari terjadinya chaos dan
budaya dapat ditempatkan sebagai kekayaan alam yang menjadi milik bersama sebagai sebuah
bangsa yang berbudaya.
D. Hal yang Perlu Dikembangkan dalam Komunikasi Lintas Budaya
Perihal yang dapat dikembangkan dalam komuniklasi lintas budaya adalah menjadikan budaya
sebagai sarana pemersatu bangsa, dengan demikian pemerintah hendaknya menjadi mediator
yang dapat memediasi terciptanya komunikasi lintas budaya lewat berbagai pagelaran budaya,
dialog lintas budaya dan meningkatkan sikap nasionalisme masyarakat sebagai pemersatu
budaya, sikap ini dikonsepkan sebagai “sikap dan bahasa universal” yang dapat dimengerti oleh
semua kalangan budaya, sehingga simbol-simbol komunikasi yang telah dibangung bersama itu
bisa ditanamkan dan dipelihara dalam suatu ruang publik yang keberadaannya juga
dinegosiasikan dalam serangkaian interaksi (Abdullah, 2010).
Alat komunikasi modern seperti telepon, televisi, radio dan internet juga hendaknya digunakan
sebagai media penyampaian informasi budaya yang dapat memperkaya pengetahuan lintas
budaya. Menurut Abdullah (2010) media merupakan saluran yang berpengaruh dalam distribusi
kebudayaan global yang secara langsung mempengaruhi gaya hidup. Jika demikian maka media
juga dapat menjadi sarana yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya isolasi budaya.
Apabila setiap aspek ini dapat dipenuhi maka kebudayaan tidak lagi bersifat etnosentrik tetapi
lebih kepada sifat kebangsaan. Kesatuan kebudayaan setiap suku atau etnik akan
menjadikannya budaya bangsa sesuai isi “sumpah pemuda”. Dengan demikian diakhir dari
kehidupan yang harmonis akan mencipakan kesejahteraan dan kedamaian lewat komunikasi
yang saling terbuka tanpa rasa curiga antar budaya. “Pattimura makan Gudeg” merupakan
sebuah indikasi keberanekaragaman budaya dapat diterima sebagai budaya nasional.
Makin banyak seseorang berbagi kode yang sama kepada orang lain, maka makin banyak
mereka menggunakan sistem tanda yang sama, sehingga makin dekatlah makna bahasa yang
disampaikan kepada orang lain (Fiske, 2011).
E. Kesimpulan
Tidak bisa disangkal bahwa komunikasi lintas budaya memiliki peran yang sangat penting dalam
rangka melestarikan nilai-nilai budaya sekaligus menjadi pemersatu budaya nasional sebagai
bentuk asimilasi berbagai budaya. Komunikasi lintas budaya ini hanya dapat dilaksanakan
apabila setiap individu dari suatu budaya dapat bersikap toleransi, saling menghargai terbuka
dan tidak bersikap ekslusif. Dan dapat menerima keanekaragaman budaya lain tanpa rasa curiga
akan adanya sikap monopoli budaya yang cenderung lebih menguntungkan sebagian pihak.
Selain itu pemerintah sebagai instansi yang menaungi budaya dapat menjadi media
penyelenggaraan seminar budaya dalam rangka konsolidasi dan komunikasi budaya dalam
membangun budaya nasional. Media sebagai sarana informasi juga hendaknya berperan sebagai
penyalur informasi budaya yang memungkinkan setiap individu lebih memahami budaya yang
berbeda sebagai cirri khas bangsa yang majemuk. Pada akhirnya penerimaan keanekaragaman
budaya menjadi kekuatan pemersatu yang menjadikan bangsa ini bangsa yang berbudaya.