Anda di halaman 1dari 10

DASAR MEKANIKA DAN KALOR

PENGUKURAN

DISUSUN OLEH :

CITRA KARTINI NAPITUPULU

(4173311018)

MATEMATIKA DIK E 2017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan rahmat dan kesehatan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tantang “ Pengukuran “ dengan baik dan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari pihak
pihak yang terkait begitu juga mungkin dalam penyajian jauh dari kesempurnaan karena masih
banyak terdapat kekurangan serta kelemahan dalam penudunan makalah ini.
Dengan bantuan dan dukungan yang telah saya dapatkan, semoga dapat menjadi amal baik
dan mendapat imbalan yang baik pula dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca.

Medan, November 2017

Penulis
PEMBAHASAN

A. Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan mengukur besaran fisika dari sebuah obyek atau
benda. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan suatu satuan. Besaran
adalah sesuatu yang dapat diukur dan mempunyai suatu satuan. Satuan adalah
pembanding dalam suatu pengukuran.
B. Proses Pengukuran
Pada abad ini, seiringh dengan pertumbuhan ilmu, bilangan dan ketelitian dari
kuantitas dalam praktis klinik sangat ditingkatkan. Hal ini disebabkna karena
pengukuran itu dapat memberikan informasi yang sangat berharga tentang gambaran
keadaan tubuh dan hasil pengukuran dapat dipakai sebagai bahan perbandingan.
Dalam pengukuran fisik dibagi dalam 2 group yaitu :
1. Proses pengukuran pengulangan
Pada proses ini biasanya melibatkan sejumlah pengulangan perdetik, permenit,
perjam dan sebagainya. Misalnya :pengukuran pernafasan diperoleh nilai
pernafasan rata-rata 15/mnt, denyut nadi 70/mnt
2. Proses pengukuran yang tidak ulang
Proses pengukuran ini hanya dilakukan sekali terhadap individu. Misalnya
mengukur substansi asing yang dikeluarkan lewat ginjal, potensial aksi dari suatu
sel saraf.
Pada proses pengukuran ini perlu dperhatikan “ ketelitian ( accuracy) dan
kebenaran (precision).Ketelitian menunjukkan pengukuran yang bagaimana
memberikan pendekatan untuk memperoleh suatu standar
Contoh tinggi badan 1,765 m dengan ketelitian 0,003 m ( 33 mm) dibanding dengan
patokan( standar ) meter . Pengukuran berkali-kali, lalu dirata-rata, dan dicari standar
deviasi
Kebenaran: berhubungan dengan kemampuan pengembalian dari suatu pengukuran
tanpa memperdulikan ketelitian dalam pengukuran.
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan nilai.
Jika ditinjau dari arah dan nilainya, besaran dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1. Besaran skalar, yaitu besaran yang hanya memiliki nilai tanpa memiliki arah.
Contoh: massa, panjang, waktu, energi, usaha, suhu, kelajuan dan jarak.
2. Besaran vektor, yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah. Contoh: gaya,
berat, kuat arus, kecepatan, percepatan dan perpindahan.

C. Contoh- Contoh alat ukur


1. Jangka Sorong
a. Gambar jangka sorong

Gambar 1.1
b. Cara pemakaian
1. Pertama-tama siapkan objek yang kalian ingin tahu berapa diameternya.
Untuk kami, kami menggunakan sebuah koin
2. Buka rahang geser jangka sorong ke sebelah kanan untuk memudahkan
memasukkan benda yang akan diukur.
3. Geser lagi rahang ke sebelah kiri dengan rapat agar mendapatkan hasil
pengukuran yang optimal.
4. Ada dua angka nol pada jangka sorong di samping. Yang pertama pada
skala atas (ujung kiri), yang kedua di baris bawahnya agak ke tengah.
5. Perhatikan garis pertama sebelum angka NOL yang bawah (skala utama).
Setelah angka 1 adalah 1,1, kemudian 1,2, 1,3 dan seterusnya. Sehingga
disini kita dapat angka 2,5.
6. Perhatikan garis yang berhimpit antara skala atas dan skala bawah (skala
nonius). Cari yang menyambung lurus dengan garis dari skala nonius
(2,5). Di sini didapat angka 1 atau sesungguhnya 0,01.
7. Jumlahkan dua angka yang di dapat tadi. Maka diameter dari koin ini
adalah 2,51 cm.
c. Ketelitian
Ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 sm sehingga
ketidakpastian jangka sorong 0,005 cm
d. Fungsi Jangka Sorong
1. untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
2. untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang
(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur
3. untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan / menusukkan bagian pengukur.
e. Cara membaca
Bacaan skala utama yang berdekatan dengan nol skala nonius adala
antara 2,1 cm dan 2,2 cm. Garis nonius yag berimpit tegak dengan satu tanda
garis skala utama adalah garis kelima.Bacaan jangka sorong adalah 2,1 +0,05
= 2,15 cm. Pengukuran jangka sorong yang dilaporkan adalah (2,150 ± 0,005).
2. Mistar
a. Gambar mistar

Gambar 1.2
b. Cara pemakaian
Pembacaan skala pada mistar dilakukan dengan kedudukan mata
pengamat tegak lurus dengan skala mistar yang dibaca.
c. Ketelitian
Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm (0,1 cm) dan ketelitiannya
setengah skala terkecil 0, 5 mm (0,05 cm).
d. Fungsi mistar
Untuk mengukur panjang benda dengan panjang kurang dari 30 cm
karena penggaris yang tersedia di pasaran hanya 30 cm
e. Cara pembacaan
Pastikan Anda membaca penggaris dari kiri ke kanan. Jika Anda
mengukur sebuah benda, sejajarkan benda tersebut dengan sisi kiri penggaris.
Ujung benda di sisi kanan adalah ukurannya dalam sentimeter.
3. Mikrometer skrup
a. Gambar micrometer skrup.

Gambar 1.3
b. Cara pemakaian
1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.
2. Lakukan pengecekan ketika apakah poros tetap dan poros geser bertemu
skala dan skala nonius utama menunjukkan angka nol.
3. Buka rahang dengan menggerakkan pemutar ke arah kiri sampai
benda/koin dapat masuk ke dalam rahang.
4. Letakkan benda dintara poros tetap dan poros geser lalu tutup kembali
rahang hingga tepat menjepit benda.
5. Putarlah Pengunci agar pemutar tidak bisa bergerak lagi. Dengarkan bunyi
“klik” yang muncul.
6. Pada skala utama (garis berdiri), kami mendapatkan angka 0,3 atau 0,3
mm. Sementara pada skala nonius/skala putar (garis mendatar), kami
mendapat 0,01 mm.
7. Dari kedua angka ini dijumlah maka akan mendapat ketebalan dari koin,
yaitu 0,31 mm.
c. Ketelitian
Jika selubung luar diputar lengkap sekali, rahang geser dan juga
selubung akan maju atau mundur 0,5 mm. Satu kali putaran lengkap selubung
luar sama dengan jarak maju atau mundur rahang geser sejauh 0,5 mm / 50 =
0,01 mm. Berdasarkan perhitungan tersebut ketelitian micrometer sekrup
adalah 0,01mm. jadi, ketidakpastian micrometer sekrup 0,005 mm.
micrometer memiliki ketilitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka
sorong. Ketelitian sampai 0,1 mm.

d. Fungsi Mikrometer Sekrup


untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas. Selain
mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur
diameter kawat yang kecil.
e. Cara Membaca Mikrometer Skrup
Untuk menggunakan mikrometersekrupcdapat dilakukan dengan langkah
berikut
· Putar bidal (pemutar) berlawanan arah dengan arah jarum jam sehingga
· ruang antara kedua rahang cukup untuk ditempati benda yang akan
diukur.
· Letakkan benda di antara kedua rahang.
· Putar bidal (pemutar) searah jam sehingga saat poros hampir menyentuh
benda, pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros
tidak menekan benda. Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan
berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika sampai menyentuh
benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak teliti.
· Putar sekrup penggeser hingga terdengar bunyi klik satu kali.
· Baca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius dengan rumus
· H = (skala utama x 0,5 mm) + (skala nonius x 0,01 mm)
D. Neraca tiga lengan
a. Gambar neraca tiga lengan

Gambar 1.4
b. Cara pemakaian
1. Lakukan kalibrasi pada neraca ohaus sesuai dengan cara yang telah
dijelaskan di atas.
2. Letakkan benda yang akan diukur massanya di atas tempat beban.
3. Geser pemberat dimulai dari pemberat pada lengan neraca yang memiliki
skala terbesar sampai garis kesetimbangan tercapai
4. Jika garis kesetimbangan belum tercapai, geser pemberat pada lengan yang
menunjukkan skala lebih kecil sampai yang terkecil hingga garis
kesetimbangan tercapai.
5. Jika garis kesetimbangan sudah tercapai, mulai membaca hasil pengukuran.
c. Ketelitian
Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram.
d. Fungsi neraca tiga lengan
untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratorium.
Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311
gram.
e. Cara pembacaan
Membaca skala alat ukur merupakan langkah terakhir dalam
proses pengukuran. Pada neraca ohaus, setelah sistem kesetimbangan tercapai,
selanjutnya kalian tinggal membaca skala hasil penimbangan untuk
mengetahui berapa massa benda yang ditimbang
E. Spherometer
Spherometer adalah alat untuk mengukur kelengkungan permukaan.
Spherometer adalah menggunakan perangkat dalam mengukur radius
kelengkungan permukaan bola. Sebagai contoh, dapat digunakan untuk mengukur
ketebalan slide mikroskop atau kedalaman depresi pada slide. Bahkan
kelengkungan bola dapat diukur dengan menggunakan Spherometer. Spherometer
terdiri dari mikrometer sekrup berulir ke tripod kecil dengan skala vertikal diikat.
Kepala sekrup memiliki disk lulus digunakan untuk mengukur putaran fraksional
dari sekrup. Skala vertikal digunakan untuk mengukur tinggi atau kedalaman
kelengkungan permukaan. Pembagian skala vertikal berada di 1 mm, yang
merupakan pitch dari benang sekrup. Kepala sekrup yang lulus ke dalam 100
divisi. Spherometer terdiri dari scrup yang bergerak ditengah-tengah dan
mempunyai 3 kaki yang ujungnya merupakan titik sudut sama. sisi atasnya
berbentuk piringan berbentuk lingkaran melekat pada scrup dan pembagian
skalanya pada pinggir piringan,batang skala sejajar dengan skrup.

Gambar 1.5
Secara umum spherometer terdiri dari: A. Sebuah lingkaran dasar tiga
kaki luar, cincin, atau setara, memiliki radius yang diketahui dari lingkaran
dasar. Perhatikan bahwa kaki luar spherometer ditampilkan dapat dipindahkan
ke bagian dalam lubang set untuk mengakomodasi lensa kecil. B. kaki pusat,
yang dapat menaikkan atau menurunkan. C. perangkat pembaca untuk
mengukur jarak pusat kaki dipindahkan.
Prinsip Kerja Spherometer
Spherometer ini dapat mengukur kedalaman sebuah lengkungan. Saat
spherometer diletakkan pada lensa (permukaannya lengkung) maka pada skrup
pusat akan berputar naik atau turun sesuai dengan kelengkungan yang dimiliki
lensa tersebut. sedangkan 3 kaki yang sama sisi lainnya memantapkan posisi
spherometer pada lensa agar tidak mudah bergeser. Pada saat skup pusat
berputar mengikuti lengkungan lensa, maka piringan yang terletak pada kepala
skup akan ikut berputar. Sehingga dapat terbaca skala kelengkungan lensa
dengan memperhatikan skala yang ada dipinggir piringan dengan skala 0 –
10,0 m ke atas jika lensa yang diuku lengkung ke atas dan 0 – 10,0 ke bawah
jika lensa yang diukur lengkung ke bawah dan ditambah dengan skala piringan
yang bernilai 0,01 m.
Perhitungan Jari-Jari Bola Dengan Menggunakan Spherometer
Jika pada spherometer akan mengukur diameter bola maka :
Pertimbangkan lingkaran dimana DE jarak diameter yang membagi dua AC.
Jika kita mengetahui jarak BC dan DB kita dapat menemukan jari-jari
lingkaran.

Ketelitian Spherometer
Spherometer mempunyai tingkat ketelitian yang lebih tinggi dari
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Ketelitian Spherometer adalah
0,001 mm. Spherometer digunakan untuk mengukur jari-jari (radius) dari
permukaan suatu lensa dan ketebalan suatu lempeng atau plat tipis.
Untuk mendapatkan rumus jari – jari kelengkungan kaca, dapat
diperoleh dengan cara menjabarkan rumus phytagoras yang diganti
lambangnya
Skala utama pada spherometer berupa skala tegak yang terdiri dari 10
skala keatas dan 10 skala ke bawah dengan angka nol di tengah tengah,
sehingga alat ini hanya mampu mengukur panjang sampai 10 mm. Nst skala
utama alat ini adalah1 mm sehingga tanpa mempethatikan nonius nst adalah 1
mm. Alat ini mempunyai nonius berupa skala datar yang terdiri dari 50 skala
(untuk sekali putaran) yang sama dengan jarak 1 bagian skala tegak. Sehingga
nilai 1 bagian skala nonius adalah 1/50 mm = 0,02. Nilai 0,02 mm merupakan
nst nonius spherometer atau tingkat ketelitian spherometer.
Hasil pengukuran dengan spherometer (h) diperoleh dari
(angkapenunjukkan skala utama ×1 mm ) + (angka penunjukan skala nonius ×
0,01 mm). Setelah h diukur dengan spherometer, kemudian diukur jarak antar
sesama kaki tegak yang tidak dapat bergerak (S) dengan mistar.

Anda mungkin juga menyukai