Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Hukum
Dagang mengenai “ Perlindungan Konsumen ”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Hukum Dagang yaitu,
Ibu Dwi Desi Yayi Tarina SH, MH. yang telah memberikan tugas mata kuliah Hukum
Dagang, serta membimbing penulis dalam proses pembuatan makalah kelompok
Mengenai Perlindungan Konsumen.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik untuk kepentingan pribadi, keluarga maupun makhluk hidup
lain, dan tidak untukdiperdagangkan. Konsumen juga mempunyai perlindungan yang
sering disebut perlindungan konsumen, pengertian perlindungan konsumen adalah
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hokum untuk member perlindungan
kepada konsumen.
Masih ditemukan ikan yang mengandung formalin dan boraks, seperti kita
ketahui bahwakedua jenis cairan kimia ini sangat berbahaya jika dikontaminasikan
dengan bahan makanan, ditambah lagi jika bahan makanan yang sudah
terkontaminasi dengan formalin dan boraks tersebut dikonsumsi secara terus-
menerus akibat ketidaktahuan konsumen maka kemungkinan besar yang terjadi
adalah timbulnya sel-sel kanker yang pada akhirnya dapat memperpendek usia
hidup atau menyebabkan kematian.
Daging sisa atau bekas dari hotel dan restoran yang diolah kembali, beberapa
waktu lalu public digemparkan dengan isu mengenai daging bekas hotel dan
restoran yang diolah kembali atau dikenal dengan sebutan daging limbah atau
daging sampah. Mendengar namanya saja kita akan merasa jijik dan seakan-akan
tidak percaya pada hal tersebut, namun fakta menyebutkan bahwa dikawasan
cengkareng, Jakarta Barat telah ditemukan serta ditangkap seorang pelaku
pengolahan daging sampah. Dalam pengakuannya pelakumenjelaskan tahapan-
tahapan yang ia lakukan, yaitu ; Limbah daging dibersihkan lalu dicucidengan cairan
formalin, selanjutnya diberi pewarna tekstil dan daging digoreng kembali sebelum
dijual dalam berbagai bentuk seperti sup, daging empal dan bakso sapi. Dan
halyang lebih mengejutkan lagi adalah pelaku mengaku bahwa praktik tersebut
sudah ia jalani selama 5 (lima) tahun lebih.
Produk susu China yang mengandung melamin. Berita yang sempat
menghebohkan publik China dan juga Indonesia adalah ditemukannya kandungan
melamin di dalam produk- produk susu buatan China. Zat melamin itu sendiri
merupakan zat yang biasa digunakan dalam pembuatan perabotan rumah tangga
atau plastik. Namun jika zat melamin ini dicampurkan dengan susu maka secara
otomatis akan meningkatkan kandungan protein pada susu. Walaupun demikian, hal
ini bukan menguntungkan para konsumen justru sebaliknya hal ini sangat merugikan
konsumen. Kandungan melamin yang ada pada susu ini menimbulkan efek samping
yang sangat berbahaya. Faktanya banyak bayi yang mengalami penyakit-penyaktit
tidak lazim seperti, gagal ginjal, bahkan tidak sedikit dari mereka yang meninggal
dunia.
Dari keempat contoh diatas dapat kita ketahui bahwa konsumen menjadi
pihak yang paling dirugikan. Selain konsumen harus membayar dalam jumlah atau
harga yang boleh dikatakan semakin lama semakin mahal, konsumen juga harus
menanggung resiko besar yang membahayakan kesehatan dan jiwanya hal yang
memprihatinkan adalah peningkatan harga yangterus menerus terjadi tidak dilandasi
dengan peningkatan kualitas atau mutu produk. Hal-hal tersebut mungkin
disebabkan karena kurangnya pengawasan dari Pemerintah serta badan-badan
hukum seperti Dinas kesehatan, satuan Polisi Pamong Praja, serta dinas
Perdagangan dan Perindustrian setempat. Eksistensi konsumen tidak sepenuhnya
dihargai karenatujuan utama dari penjual adalah memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya dalam jangka pendek bukan untuk jangka panjang. Oleh
karena itu, kami menyusun makalah ini yang berisi tentang Perlindungankonsumen.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan lebih lanjut serta membuat solusi yang
mungkin akan berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa/I dimasa yang akan
datang.
Hak-hak konsumen telah diatur secara jelas dalam UU Nomor 8 Tahun 1999,
Namun, memang pada realitanya, terkadang konsumen seringkali berada pada
posisi yang kurang menguntungkan dan daya tawarnya lemah. Ini karena mereka
belum memahami hak-hak merekadan terkadang sudah menganggap itu persoalan
biasa saja. Untuk itu mesti di bangun gerakansecara massif antar elemen
masyarakat yang care terhadap advokasi kepentingan konsumen sehingga hak-hak
konsumen dapat diperjuangkan.
J.F Kennedy menentukan ada empat Hak Dasar konsumen, adalah sebagai
berikut:
a. Hak memperoleh keamanan (the tight to safety);
b. Hak memilih (the right to choose);
c. Hak mendapat informasi (the right to be informed);
d. Hak untuk didengar (the right to be heard).
Tanggung jawab berdasrkan kelalaian adalah suatu prinsip tanggung jawab yang
bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawabysng ditentuksn oleh perilaku produsen.
Sifat subjektifitas muncul pada kategori bahwa seseorang yang bersikap hati-hati
mencegah timbulnya kerugian pada konsumen. Berdasarkan teori tersebut, kelalaian
produsen yang berakibat pada munculnya kerugian konsumen merupakan faktor
penentu adanya hak konsumen untuk mengajukan tuntutan kerugian kepada
produsen. Di samping faktor kesalahan dan kelalaian produsen, tuntutan ganti
kerugian berdasarkan kelalaian produsen diajukan dengan bukti-bukti, yaitu :
Asas tanggung jawab ini dikenal dengan nama product liability. Menurut prinsip
ini, produsen wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas
penggunaan produk yang beredar dipasaran. Tanggung jawab mutlak strict liability,
yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar
ganti kerugian, ketentuan ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang
melanggar hukum pada umumnya. Penggugat (konsumen) hanya perlu
membuktikan adanya hubungan klausalitas antara perbuatan produsen dan kerugian
yang dideritanya. Dengan diterapkannya prinsip tanggung jawab ini, maka setiap
konsumen yang merasa dirugikan akibat produk barang yang cacat atau tidak aman
dapat menuntut konpensasi tanpa harus mempermasalahkan ada atau tidanya
unsur kesalahan di pihak produsen.
Diantara korban / konsumen di satu pihak ada produsen di lain pihak, beban
kerugian seharusnya ditanggung oleh pihak yang memproduksi.
Dengan menempatkan / mengedarkan barang-barang dipasaran, berarti
produsen menjamin bahwa barang-barang tersebut aman dan pantas untuk
digunakan, bilamana terbukti tidak demikian dia harus bertanggung jawab.
A. Analisis Hukum
Berdasarkan kasus dan teori diatas masih banyak pelaku usaha yang tidak
menjalankan kewajibannya dan masih banyak konsumen yang merasa dirugikan
akibat oknum-oknum pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab.
Jika dilihat menurut Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, kasus pelaku usaha dibidang pangan tersebut menyalahi ketentuan.
Berikut adalah beberapa pasal dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen
yang dilangar oleh pelaku usaha dalam bidang pangan:
Disini pelaku usaha bidang pangan melanggar hak konsumen tersebut. Ini
terbukti Berdasarkan penyebab terjadi KLB (per-23 Agustus 2006) 37 kasus tidak
jelas asalnya, 11 kasus disebabkan mikroba dan 8 kasus tidak ada sample. Pada
tahun 2005 KLB yang tidak jelas asalnya (berasal dari umum) sebanyak 95
kasus, tidak ada sample 45 kasus dan akibat mikroba 30 kasus. Hasil kajian dan
analisa BPKN juga masih menemukan adanya penggunaan bahan terlarang
dalam produk makanan Ditemukan penggunaan bahan-bahan terlarang seperti
bahan pengawet, pewarna, pemanis dan lainnya yang bukan untuk pangan
(seperti rhodamin B dan methanil yellow).
Ayat 3 : “Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.”
Para pelaku usaha bidang pangan terutama pada makanan cepat saji seperti
bakso, mie ayam dan lainnya para pelaku usaha tidak jarang mencantumkan
komposisi makanannya bahkan mencampur adukan boraks pada sajiannya, hal
ini mempersulit konsumen dalam mengetahui informasi komposisi bahan
makanannya.
Pelaku usaha bidang pangan tidak pernah memberitahu kondisi serta penjelasan
komposisi makanan apa yang terkandung didalamnya. Terkadang juga pelaku
usaha tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada makanan kemasan dan
kaleng.
3. Pasal 19
Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau
setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi.”
Dalam hal ini, peran lembaga yang bergerak di bidang perlindungan konsumen
menjadi penting, peran-peran ini diakui oleh pemerintah. Lembaga perlindungan
konsumen yang secara swadaya didirikan masyarakat memiliki kesempatan untuk
berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen. Lembaga perlindungan
konsumen berperan untuk menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan
kesadaran atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam
mengkonsumsi barang dan jasa, memberikan nasihat kepada konsumen yang
memerlukannya, serta bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya
mewujudkan perlindungan konsumen, membantu konsumen dalam
memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen,
melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sudaryatmo, 1999, Hukum dan Advokasi Konsumen, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung’’
http://www.scribd.com/doc/18545014/makalah-perlindungan-konsumen
Yusuf Sofie, 2000, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen
Hukumnya, PT. CitraAditya Bakti, Bandung.
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2012,hlm
192
Junaidi Abdullah, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Nora Media Enterprise, Kudus,
2010 hlm.129
http://arikathemousleemah.blogspot.com/2014/04/makalah-perlindungan-
konsumen.html
http://handayani.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/29660/PERLINDUNG
AN+KONSUMEN.(MAHASISWA).doc