Anda di halaman 1dari 23

BAB I

Pendahuluan
Hidronefrosis merupakan keadaan dimana kaliks dan pelvis renalis mengalami dilatasi
sebagai akibat adanya penumpukan urine didalam kaliks atau pelvis renalis yang diakibatkan oleh
adanya obstruksi aliran urine dibagian distalnya.2 Hidronefrosis dapat disebabkan oleh kelainan
kongenital dan didapat.
Stenosis uretra, ureter ektopik, ureterokel, duplikasi pelvis-ureter, dan stenosis
ureterovesica serta ureteropelvic junction merupakan kelainan kongenital yang umumnya
menyebabkan hidronefrosis. Penyebab kongenital lainnya yaitu kerusakan saraf cabang lumbal
pada spina bifida dan mielomeningokel. Kelainan didapat yang umumnya menyebabkan
hidronefrosis adaklah batu ureter, namun jika didapatkan hidronefrosis bilateral, maka harus
dipikirkan juga kemungkinan adanya striktur uretra, hiperplasia prostat jinak atau karsinoma
prostat, tumor buli-buli yang melibatkan kedua orifisium ureter, penekanan ureter oleh tumor
prostat, batu ureter bilateral, fibrosis retroperitoneal atau kanker retroperitoneal, serta kehamilan2
Duplikasi ginjal (pelvis) merupakan kelainan kongenital yang penting dan paling sering
dibidang urologi. Insidensinya sekitar 2%.3 Secara konvensional, duplikasi ini terbagi menjadi
duplikasi tidak lengkap dan lengkap. Duplikasi tidak lengkap jika kedua pelvis ureter bertemu
sebelum bermuara pada buli-buli, sedangkan duplikasi lengkap jika kedua pelvis ureter bermuara
pada tempat yang berbeda.4 Kelainan ini seringkali berkaitan dengan anomali saluran kemih
lainnya seperti ureter ektopik, ureterokel, refluks vesikoureter, refluks uretero-ureter, yang
keseluruhannya dapat menyebabkan hidronefrosis.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi
Makroskopis ginjal
Terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium (retroperitoneal),

didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus

lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal

terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar

vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-

7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal

kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.

Ginjal Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke dalam.

Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan

pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal kiri untuk memberi tempat lobus hepatis

dexter yang besar. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang

tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak

pararenal) yang membantu meredam guncangan.3

Gambar 4. Struktur Ginjal manusia


Mikroskopis ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang
disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-
lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores
yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores. Medulla
terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi
oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron.
Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari
kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.3
Suplai Pembuluh Darah Ginjal
Arteria renalis berasal dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Aorta
terletak di sebelah kiri garis tengah sehingga arteria renalis kanan lebih panjang dari arteria
renalis kiri. Setiap arteria renalis bercabang sewaktu masuk ke dalam hilus ginjal (Price &
Wilson, 2007).
Vena renalis menyalurkan darah dari masing-masing ginjal ke dalam vena kava inferior yang
terletak di sebelah kanan dari garis tengah. Akibatnya vena renalis kiri kira-kira dua kali
lebih panjang dari vena renalis kanan. Gambaran anatomis ini menyebabkan ahli bedah
transplantasi biasanya lebih suka memilih ginjal kiri donor yang kemudian diputar dan
ditempatkan pada pelvis kanan resipien. Ada sedikit kesulitan bila arteria renalis pendek dan
beranastomosis dengan arteria iliaka interna. Namun, vena renalis harus lebih panjang,
karena ditanamkan langsung ke dalam vena iliaka eksterna (Price & Wilson, 2007).
Saat arteria renalis masuk ke dalam hilus, arteria tersebut bercabang menjadi arteria
interlobaris yang berjalan di antara pyramid, selanjutnya membentuk percabangan arkuata
yang melengkung melintasi basis pyramid-piramid tersebut. Arteria arkuata kemudian
membentuk arteriol-arteriol interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteriola
interlobularis ini selanjutnya membentuk arteriola aferen (Price & Wilson, 2007).
Masing-masing arteriol aferen akan menyuplai darah ke rumbai-rumbai kapiler yang disebut
glomerulus. Kapiler glomerulus bersatu membentuk arteriol eferen yang kemudian
bercabang-cabang membentuk system jaringan portal yang mengelilingi tubulus dan
kadang-kadang disebut kapiler peritubular (Price & Wilson, 2007).

Persarafan Pada Ginjal


Ginjal mendapat persarafan dari nervusrenalis (vasomotor), saraf iniberfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

Gambar 7. Persarafan Ginjal


Fisiologi
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat
vaskuler)tugasnya memang pada dasarnya adalah“menyaring/membersihkan” darah. Aliran
darah keginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi
cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses
dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2
liter/hari.
Fungsi ginjal adalah
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan kadar
asam dan basa dari cairan tubuh, dan
c. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
d. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
e. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
f. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.
Hidronefrosis

Pengertian
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal padasatu atau kedua ginjal akibat
adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan
di ginjalmeningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi kalau obtruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu
ataukekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak.4
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang
dapatmengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.3
Dari kedua pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hidronefrosis adalah bendungan
dalam ginjal yang di sebabkanoleh obtruksi yang terdapat pada ureter yang di sebabkan
karenaadanya batu ureter atau penekanan sehingga terjadi tekanan balik ke ginjal.

Etiologi dan patofisiologi

Hidronefrosis disebabkan adanya obstruksi. Obstruksi dapat terjadi mendadak atau perlahan,
dan dapat terletak di semua tingkat saluran kemih, dari uretra sampai pelvis ginjal. Penyebab
tersering adalah sebagai berikut :

Kelainan Kongenital

 Stenosis Ureteropelvic Junction :


Hidronefrosis yang disebabkan oleh kelainan kongenital berupa stenosis UPJ adalah
kelainan obstruksi yang paling banyak dijumpai pada masa kanak. Kelainan yang terjadi adalah
halangan aliran urine dari pelvis renalis ke dalam ureter. Pengeluaran urine dari pelvis ke ureter
menjadi tidak efisien sehingga terjadi dilatasi yang progresif pada pielum dan sistem kalises.
Mula-mula otot pelvis renalis mengalami hipertrofi kemudian terjadi penurunan GFR, dan pada
akhirnya terjadi penurunan fungsi ginjal (Purnomo, 2009).
Dengan melakukan USG pada ibu hamil, obstruksi UPJ dapat ditemukan waktu antenatal,
sehingga dapat dilakukan drainase urine in utero, guna mencegah terjadinya kerusakan
parenkim ginjal. Obstruksi UPJ lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki. Sisi kiri lebih sering,
dan kejadian yang mengenai kedua ginjal terdapat 10-40% dari seluruh kasus stenosis UPJ
(Purnomo, 2009).
Etiologi yang pasti dari penyakit ini adalah belum jelas. Diduga karena faktor intrinsik dan
ekstrinsik dari luar ureter. Pada perkembangan embrio ureter mengalami fase solid dan
selanjutnya mengalami kanalisasi. Proses rekanalisasi terjadi mulai ureter bagian tengah
menuju ujung-ujung ureter (distal dan proksimal). Kegagalan proses kanalisasi dapat terjadi
pada ureter proksimal/UPJ sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi UPJ. Dari pengamatan
melalui mikroskop elektron ternyata meskipun orientasi sel-sel otot polos tampak normal, tetapi
didapatkan banyak serat-serat kolagen di sekitar otot polos tersebut. Hal ini menyebabkan
kontraksi otot polos dan pengosongan UPJ tak efisien. Selain itu, adanya lipatan mukosa yang
menyerupai klep pada UPJ dapat merupakan penyebab obstruksi di tempat ini (Purnomo, 2009).
Faktor ekstrinsik penyebab dari obstruksi ini diantaranya adalah karena ureter proksimal
disilang oleh pembuluh darah asesoria atau aberent yang menuju kutub bawah ginjal. Pembuluh
darah ini akan menekan ureter proksimal sehingga terjadi gangguan pengosongan pelvis yang
dapat menyebabkan hidronefrosis (Purnomo, 2009).
Pada pasien bayi dan anak, keluhan yang sering disampaikan oleh ibunya adalah berupa
gangguan perkembangan, tak mau makan, nyeri pinggang, atau hematuria. Pasien dewasa
muda, mereka sering mengeluh terjadinya episode nyeri pinggang pada saat diuresis, antara lain
sehabis minum banyak. Kadang-kadang dapat terjadi sepsis atau timbulnya batu saluran kemih.
Selain itu, ginjal mudah mengalami trauma karena hidronefrosis (Purnomo, 2009).
 Refluks Vesiko-Ureter
Pengaruh refluks pada ginjal adalah peningkatan tekanan di ureter dan pielum, serta infeksi.
Tekanan yang meningkat menyebabkan dilatasi ureter (hidroureter), pielum, dan kaliks
(hidronefrosis) dan hipotrofi parenkim ginjal karena tekanan. Refluks mengakibatkan ureter
melebar dan berliku, menipisnya korteks ginjal, dan aliran urine terganggu (Wim de Jong,
2004).
Pasien mengeluh adanya episode ISK atau gejala pielonefritis. Pada keadaan yang lebih
berat, terjadi uremia dan hipertensi. Pada neonatus, gejala dan tanda yang dijumpai adalah
distress pernapasan, muntah, gangguan pertumbuhan, gagal ginjal, teraba massa di daerah
pinggang, atau asites urine. Anak yang lebih tua akan menunjukkan gejala ISK atau LUTS
(urgensi, frekuensi, disuria), enuresis nokturna dan diurna (Purnomo, 2009).
Pemeriksaan USG urologi dilakukan untuk menilai keadaan ginjal, ureter, dan buli-buli.
Pada ginjal, ditentukan adanya hidronefrosis dan penderajatannya. Kemudian diperhatikan ada
tidaknya dilatasi ureter. Pada anak perempuan, adanya dilatasi ureter pada hidronefrosis
biasanya menunjukkan adanya VUR, sedangkan pada anak laki-laki, ureter yang tidak dilatasi
pada hidronefrosis mencurigakan adanya suatu obstruksi pada ureteropelvic junction
(Purnomo, 2009).
Derajat refluks ditentukan berdasarkan atas penemuan adanya gambaran pengisian urine
secara retrograde dan dilatasi sistem saluran kemih sebelah atas pada pemeriksaan voiding
cystourethrography (VCUG) pada saat fase miksi.
I. Refluks belum samapi ke pelvis renalis, urin mengalir sampai ke ureter saja. Pelvis renalis
tampak masih normal, dengan ujung kalises yang masih tajam.
II. Refluks sudah mencapai sistem pelvikalises, urin mengalir hingga ke ureter, pelvis renalis,
dan kalises. Pelvis renalis masih normal dengan ujung kalises yang masih tajam.
III. Urine mengalir hingga ke ureter, pelvis renalis, dan kalises. Pelvis renalis mengalami
dilatasi ringan dan ujung kalises mulai tumpul.
IV. Urine mengalir hingga ke ureter, pelvis renalis, dan kalises. Pelvis renalis mengalami
dilatasi sedang dan penumpukan derajat sedang di ujung kalises.
V. Urine mengalir hingga ke ureter, pelvis renalis, dan kalises. Pelvis renalis mengalami
dilatasi berat, ureter berkelok-kelok, dan penumpukan derajat berat di ujung kalises (Purnomo,
2009).
Penatalaksanaan VUR disesuaikan dengan usia pasien dan derajat VUR. Pada usia < 1 tahun
dilakukan terapi konservatif. Pada usia 1-5 tahun derajat I-III dilakukan terapi konservatif dan
derajat IV-V dilakukan pembedahan. Pada usia > 5 tahun umumnya dilakukan pembedahan
(Purnomo, 2009).

 Duplikasi Ureter
Anomali ini adalah anomali saluran kemih sebelah atas yang paling sering dijumpai, yaitu +
1:125 dari bayi lahir hidup. Secara konvensional kelainan duplikasi ini dibedakan atas duplikasi
tak lengkap dan duplikasi lengkap. Dikatakan duplikasi tak lengkap jika terdapat dua pelvis
ureter yang keduanya saling bertemu sebelum bermuara pada buli-buli, sedangkan duplikasi
lengkap jika kedua pelvis ureter ini bermuara pada tempat yang berlainan (Purnomo, 2009).
Jika kedua ureter duplikasi bermuara di atas buli-buli, kelainan ini disebut sebagai ureter Y
(Y type ureter), sedang jika kedua ureter duplikasi bermuara menjadi satu pada ureter
intramural di dalam buli-buli, keadaan ini dikenal sebagai ureter jenis V (V type ureter).
Duplikasi tak lengkap terjadi karena tunas ureter mengadakan percabangan setelah muncul dari
duktus mesonefrik dan sebelum bertemu dengan jaringan metanefrik. Tipe ini biasanya tak
menimbulkan keluhan klinis, hanya saja aliran ureter pada saluran yang satu akan menimbulkan
refluks pada ureter yang lain (refluks uretero-ureter). Keadaan ini dikenal sebagai fenomena
Yo-Yo dan dapat menimbulkan hidronefrosis dan hidroureter (Purnomo, 2009).
Jika terdapat dua tunas ureter yang muncul dari duktus mesonefrik, menghasilkan dua buah
ureter yang masing-masing bertemu dengan metanefrik menghasilkan duplikasi lengkap. Kedua
buah tunas ureter merangsang pertumbuhan pada dua buah segmen ginjal yang berbeda, yakni
segmen kranial dan kaudal. Menurut Weighert dan Meyer yang dinyatakan dalam hokum
Weighert-Meyer, ureter yang menyalurkan urine dari segmen ginjal kaudal. Oleh karena itu
ureter dari ginjal kutub atas lebih panjang, bermuara ektopik, dan seringkali mengalami
obstruksi. Ureter pada bagian ini tak jarang mengalami dilatasi kistik di sebelah terminal
sehingga membentuk suatu ureterokel. Ureter dari kutub ginjal sebelah kaudal bermuara lebih
lateral pada dinding buli-buli dan lebih pendek sehingga sering menimbulkan refluks vesiko
ureter (VUR) (Purnomo, 2009).
Pemeriksaan PIV dapat menunjukkan adanya duplikasi ureter yang lengkap atau tidak. Jika
terdapat menyempitan muara ureter dari ginjal kutub atas mungkin terjadi hidronefrosis atau
bahkan non-visualized pada ginjal kutub atas, sedangkan pelvikalises ginjal kutub bawah masih
tampak dan terdorong kearah kaudal, sehingga tampak sebagai dropping lily. Pemeriksaan
sintigrafi 99mTc-DMSA dapat menilai ketebalan parenkim ginjal (Purnomo, 2009)
Tindakan yang dilakukan terhadap duplikasi ureter ini tergantung pada keluhan, kelainan
anatomi, dan penyulit yang terjadi. Pada hidronefrosis akibat fenomena Yo-Yo mungkin perlu
dilakukan pieloplasti dengan membuang salah satu ureter. Pada duplikasi ureter lengkap, jika
salah satu kutub ginjal rusak dilakukan heminefrektomi, yaitu membuang kutub ginjal yang
rusak dengan mempertahan yang masih baik. Namun jika fungsi masih baik, dilakukan
neoimplantasi ureter dengan memindahkan muara ureter ke buli-buli (Purnomo, 2009).

 Ureterokel
Ureterokel adalah sirkulasi atau dilatasi kistik terminal ureter. Letak mungkin berada dalam
buli-buli (intravesikel) atau mungkin ektopik di luar muara ureter yang normal, antara lain
terletak di leher buli-buli atau uretra. Ureterokel yang letaknya intravesikel biasanya adalah
satu-satunya ureter pada sisi itu, sedangkan ureterokel ektopik pada umumnya berasal dari
duplikasi yang menyalurkan urine dari ginjal kutub atas. Bentuk ektopik ternyata lebih sering
dijumpai daripada ureterokel intravesika. Kelainan ini tujuh kali lebih banyak didapatkan pada
wanita dan 10 % anomali ini mengenai kedua sisi. Diduga terjadinya anomali ini adalah akibat
dari keterlambatan atau ketidaksempurnaan kanalisasi tunas ureter pada saat embrio (Purnomo,
2009).
Ureterokel yang cukup besar akan mendorong muara ureter yang di sebelah kontralateral
dan menyebabkan obstruksi leher buli. Manifestasi klinis yang ditimbulkannya berupa infeksi
saluran kemih, obstruksi leher buli dan inkontinensia urine. Kadang pada bayi wanita tampak
adanya prolaps ureterokel pada uretra. Tak jarang timbul batu pada ureter distal akibat obstruksi
(Purnomo, 2009).

Pemeriksaan PIV menunjukkan adanya dilatasi kistik atau filling defect pada buli-buli
dengan ujung akhir ureter memberikan gambaran seperti kepala kobra (cobra head). Seringkali
bentukan filling defect itu didiagnosisbanding dengan batu non opak atau bekuan darah pada
buli. Dengan USG dapat dibuktikan bahwa filling defect itu adalah bentukan kistik dari
ureterokel. Tak jarang pada PIV dapat ditemukan adanya hidronefrosis atau adanya duplikasi
sistem pielo-ureter. Pendesakan ureterokel pada muara ureter kontralateral menimbulkan
refluks vesiko-ureter sehingga perlu dilakukan pemeriksaan reflux study atau voiding
cystouretrography (VCUG) (Purnomo, 2009).
Kadang-kadang insisi pada ureterokel sudah cukup adekuat, tetapi seringkali masih
dibutuhkan operasi terbuka untuk menyelesaikan masalah yang terjadi akibat letak ureter yang
abnormal. Jika keadaan ginjal masih cukup baik selain insisi ureterokel, diteruskan dengan neo-
implantasi ureter, dan rekonstruksi buli-buli, tetapi jika kutub ginjal mengalami kerusakan
diperlukan heminefrektomi dan uterektomi (Purnomo, 2009).
 Stenosis Vesicoureter Junction
Jika stenosis ureter terletak di dalam dinding kandung kemih, disebut stenosis intravesikel;
jika stenosis itu meluas sampai bagian proksimal dari dinding disebut stenosis jukstavesikel.
Kelainan ini dapat menyebabkan terjadinya obstruksi dan mengakibatkan hidroureter dan
hidronefrosis dan biasanya disertai infeksi serta gangguan faal ginjal (Wim de Jong, 2004).

 Kista Ginjal
Kista ginjal dapat disebabkan oleh anomali kongenital ataupun kelainan yang didapat. Kista
ginjal dibedakan dalam beberapa bentuk, yaitu (1) ginjal multikistik displastik, (2) ginjal
polikistik, dan (3) kista ginjal soliter. Di antara bentuk-bentuk kista ginjal ini, ginjal polikistik
adalah yang paling fulminan dan berkembang secara progresif menuju kerusakan kedua buah
ginjal (Purnomo, 2009).

Ginjal multikistik displasia secara embriologis terjadi karena kegagalan dalam pertemuan
antara sistem collecting dengan nefron. Biasanya kelainan ini mengenai satu ginjal dengan
ditandai oleh adanya kista yang multipel pada ginjal. Pada palpasi bimanual, teraba massa
berbentuk irreguler dan berlobus-lobus. Ureter biasanya mengalami atretik. Kista ini biasanya
dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG berupa massa kistik multipel. Dilaporkan bahwa
kelainan ini dapat mengalami degenerasi maligna. Ginjal polikistik terdapat dalam dua bentuk,
yakni bentuk dewasa dan anak-anak. Keduanya merupakan kelainan herediter autosomal, yaitu
pada dewasa merupakan autosomal dominan, sedangkan pada anak-anak merupakan autosomal
resesif. Kedua bentuk ini ditandai dengan kerusakan kedua ginjal dengan adanya infiltrat kista-
kista dari beberapa ukuran ke dalam parenkim ginjal, sehingga fungsi ginjal menjadi sangat
menurun. Pada bayi biasanya pasien juga mengalami hipoplasia paru dan pasien meninggal
karena gagal napas dan gagal ginjal (Purnomo, 2009).
Jika kista ini menjadi besar, dapat menekan parenkim ginjal sehingga merusak parenkim
yang normal. Karena letak dan besarnya, kista dapat menekan ureter sehingga dapat
menyebabkan hidronefrosis. Kista diliputi oleh dinding tipis dan berisi cairan jernih. Kista ini
dapat mengalami kalsifikasi dan di dalamnya dapat berisi cairan hemorragis. Adanya cairan
hemorragis ini perlu diwaspadai kemungkinan adanya proses keganasan pada dindingnya.
Keluhan yang disampaikan pasien adalah nyeri pinggang akibat massa kista ginjal yang
cukup besar atau adanya hidronefrosis akibat penekanan pada ureter. Kista dapat mengalami
infeksi, sehingga pasien menunjukkan tanda-tanda infeksi sistemik. Karena letaknya di
permukaan, kista ini mudah sekali terkena trauma dari luar sehingga mengakibatkan perdarahan
di dalam kista yang dirasakan sebagai nyeri yang sangat. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan IVP, USG ginjal, maupun CT scan (Purnomo, 2009).

Penyebab yang didapat

 Benda Asing :
Kalkulus, papilla nekrotik.

 Tumor :
Hipertrofi prostat jinak, karsinoma prostat, tumor kandung kemih (papiloma dan karsinoma),
penyakit keganasan (limfoma retroperitoneum, karsinoma serviks atau uterus). Obstruksi
parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di pielum ginjal tetapi
masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan
ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran
tersebut. Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih
akibat pembesaran prostat. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik,
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak (Robbins & Kumar,
2008).
Pembesaran prostat, baik karena jinak maupun ganas menyebabkan penyempitan lumen
uretra prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Keadaan ini jika
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh
ke dalam keadaan gagal ginjal.

 Peradangan :
Prostatitis, ureteritis, uretritis, fibrosis retroperitoneum.

 Neurogenik :
Kerusakan medulla spinalis disertai paralisis kandung kemih. Terdapat dua mekanisme yang
bisa menyebabkan hidronefrosis pada neuropathic bladder, yang pertama efek dari trigonum
yang terlalu meregang karena terlalu banyak residu urine mengakibatkan trigonum menjadi
tidak bisa berkontraksi lagi dan selanjutnya mengakibatkan tekanan pada vesika meningkat dan
meningkatkan pula tekanan pada ginjal. Sebelum vesika meregang dan tidak bisa berkontraksi,
terjadi kontraksi yang terus menerus dari trigonum dan menyebabkan trigonum menjadi
hipertrofi, terjadi trabekulasi pada dinding vesika, dan menyebabkan taut ureterovesikal
menjadi kaku. Kekakuan ini kemudian menyebabkan refluks urin sehingga lama kelamaan akan
terjadi hidronefrosis (Emil & Jack, 2004).

 Kehamilan Normal :
Hidronefrosis bersifat ringan dan reversible. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada
kehamilan akibat pembesaran uterus. Hidronefrosis pada kehamilan bisa terjadi bilateral tapi
lebih sering terjadi pada ginjal kanan dengan perbandingan 14 : 4 pasien, dan paling banyak
terjadi pada trimester tiga (Robbins & Kumar, 2008).

Obstruksi bilateral total menyebabkan anuria, yang menyebabkan pasien segera berobat.
Apabila obstruksi terletak di bawah kandung kemih, gejala dominan adalah keluhan peregangan
kandung kemih. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asimptomatik dalam jangka
lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar
sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab
dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang
secara tidak langsung menimbulkan perhatian ke hidronefrosis. Dihilangkannya obstruksi
dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi; namun seiring dengan
waktu perubahan menjadi ireversibel (Robbins & Kumar, 2008).

Manifestasi Klinis
Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta lamanya
penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan
menyebabkan kolik renalis (nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan tulang
panggul) pada sisi ginjal yang terkena.
Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis), bisa tidak
menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul).
Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau karena
penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah.
Air kemih dari 10% penderita mengandung darah atau hematuria. Sering ditemukan
infeksi saluran kemih (terdapat nanah atau piuria di dalam air kemih), demam dan rasa
nyeridi daerah kandung kemih atau ginjal. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk
batu (kalkulus).
Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti
mual, muntah, dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak akibat
cacat bawaan, dimana sambungan ureteropelvik terlalu sempit. Jika tidak diobati, pada
akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan kerusakan ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal.6
3.1.1. Diagnosis
Diagnosa penyakit Hidronefrosisdengan merasakan adanyamassa di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaan darah
bisa menunjukkanadanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampumembuang
limbah metabolik ini.
Beberapa prosedur digunakan untuk mendiagnosis hidronefrosis :
a. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
b. Intravenouspyelography, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
c. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secaralangsung

Gambaran radiologi
Gambaran radiologis dari hidronefrosis terbagi berdasarkangradenya.
Terdapat4gradehidronefrosis, antara lain :

Gambar 8. GradeHidronefrosis

a. Hidronefrosis derajat 1.
Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasikaliks. Kaliks berbentukbluntingalias tumpul.
Gambar 9. Grade I Hidronefrosis
b. Hidronefrosis derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliksmayor. Kaliks berbentukflattening, alias mendatar

Gambar 10. Grade II Hidronefrosis

c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks.
Kaliks berbentukClubbing alias menonjol.
Gambar 11. Grade III Hidronefrosis

d. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks.
Kaliksberbentukbalonningalias menggembung.
Gambar 12. Grade IV Hidronefrosis

3.1.2. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis
(obstruksi, infeksi dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu ataumelarutkan batu. Terapi
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Bila terdapat infeksi perlu
diberikan antibiotik : kotrimoksazol 2 x 2 tablet atau amoksisilin 500 mg peroral 3 x
sehari untuk dewasa. Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala penyumbatan atau
infeksi, biasanyatidak perlu diobati.Minum banyak cairan akan meningkatkan
pembentukan urin dan membantumembuang beberapa batu. Jika batu telah terbuang,
maka tidak perlu lagidilakukan pengobatan segera.
b. Terapi Kejut ESWL
Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran
1sentimeter atau kurang seringkali bisa dipecahkan oleh gelombang ultrasonik
ESWL(ExtracorporealShockWaveLithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu
ginjal dari luar tubuh dengan menggunakangelombang kejut.Pecahan batu
selanjutnyaakan dibuang dalam urin.
c. Segera rujuk ke rumah sakit jika terdapat indikasi operasi seperti :
 Batu > 5 mm
 Obstruksi sedang / berat
 Batu di saluran kemih proksimal
 Infeksi berulang
 Selama pengamatan batu tidak dapat turun

Anda mungkin juga menyukai