Anda di halaman 1dari 23

83

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitan

Kabupaten Polewali Mandar beribukota di Polewali yang berada di

bagian barat Sulawesi, letaknya kurang lebih 170 km di sebelah Timur

Kabupaten Mamuju Ibukota Provinsi Sulawesi Barat. Adapun batas-batas

wilayah Kabupaten Polewali Mandar sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju dan Mamasa

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Mandar/Selat Makassar

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Majene

Pemekaran kabupaten ini mengurangi luas wilayah Kabupaten

Polewali Mandar dari 4.781,53 km² menjadi 2.022,30 km². Terkait dengan

penyempitan wilayah administrasi karena pemekaran Kabupaten, maka jumlah

kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar yaitu 16 Kecamatan, salah satunya

yaitu kecamatan Polewali dan kecamatan Wonomulyo.

4.1.1 Gambaran Umum TK Karti Candra Kirana Polewali Mandar

TK Kartika Chandra kirana berada di Kecamatan

Polewali di Jl. Mr.Muh. Yamin yang merupakan tempat belajar

mengajar dan beraktifitasnya para anggota TNI AD yang berjarak 6,5

km dari Kota Polewali dan berjarak 1,5 km dari Kantor Kecamatan


84

Polewali. TK Kartika Chandra kirana tersusun dari kepala sekolah dan

beberapa guru pengajar, TK Kartika Chandra kirana berdiri di bawah

naungan yayasan korem tatag 142 yang terpusat di kodam

hasaduddin,TK Kartika Chandra Kirana memiliki 4 kelas yang

terkategorikan 4-6 tahun dan 1 kategori PAUD 3-4 tahun.

4.2. Hasil Penelitian

Penelitian mengenai hubungan pengaruh bermain puzzle block

terhadap tingkat perkembangan motorik pada anak usia 3-4 tahun dilakukan

pada tanggal 21 juli 2018. Data diperoleh dengan menggunakan lembar

observasi yang di lakukan dengan Tanya jawab oleh peneliti dan di jawab

oleh anak-anak. Jumlah sampel yaitu 23 responden. Setelah dilakukan

penelitian, kemudian dilakukan pengolahan data untuk memperoleh suatu

hasil penelitian, penelitian ini akan menyajikan analisa univariat pada tiap

variabel dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta analisa bivariat untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dengan

menggunakan uji statistic


85

4.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden yang sekolah pada bulan Mei 2018

berdasarkan jenis kelamin adalah :

Tabel 4.1

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada anak di

TK Kartika Candra Kirana Polewali Mandar

No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase %

1 Laki-Laki 12 56,25%

2 Perempuan 11 43,75%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan table 4.1 di atas menunjukkan bahwa distribusi jenis

kelamin responden laki-laki sebanyak 12 orang (56,25%) dan

perempuan sebanyak 11 orang (43,75%).


86

4.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan umur

Distribusi responden yang sekolah pada bulan Mei 2018

berdasarkan umur adalah

Tabel 4.2

Distribusi responden berdasarkan jenis umur pada

anak di TK Kartika Candra Kirana Polewali Mandar

No Umur Jumlah Responden Persentase %

1 3 10 40%

2 4 13 60%

Jumlah 23 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa distribusi umur

responden yang menunjukkan usia 3 tahun 10 orang (40%) sedangkan usia 4

tahum (60%).
87

4.1.1 Analisa Univariat

4.1.1.1 Distribusi responden berdasarkan tingkat perkembangan

motorik

Distribusi responden pada bulan juli 2018 berdasarkan tingkat

perkembangan motorik adalah :

Tabel 4.3

Distribusi responden berdasarkan tingkat perkembangan

motorik sebelum di berikan puzzle block yang ada di TK

Kartika Chandra Kirana

No. Kegiatan awal Jumlah Responden Persentase (%)

1 Baik 2 8,6%

2 Tidak baik 21 91,3%

Jumlah 23 100%

Sumber : data primer 2018

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa distribusi

baik responden sebanyak 2 orang (8,6 %) dan tidak baik sebanyak

21 orang 21 (91,3 %).


88

4.1.1.2 Distribusi responden tingkat perkembangan motorik

Distribusi responden pada bulan juli 2018 berdasarkan tingkat

perkembangan motorik adalah :

Tabel 4.4

Distribusi responden berdasarkan tingkat perkembangan

motorik sesudah di berikan puzzle block yang ada di TK

Kartika Chandra Kirana

No. Kegiatan inti Jumlah Responden Persentase (%)

1 Baik 15 65,2%

2 Tidak Baik 8 34,7%

Jumlah 23 100%

Sumber : data primer 2018

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa distribusi

perkembangan motorik setelah mengenal puzzle block sebanyak 15

orang (65,2 %) dan tidak baik sebanyak 8 orang (34,7 %).


89

4.1.2 Analisa Bivariat

4.2.2.1 Pengaruh Bermain Puzzle Block Terhadap Tingkat

Perkembangan Motorik

Dari hasil penelitian, sebelum dan sesudah di berikan permainan

puzzle block terhadap tingkat perkembanagan motorik pada anak usia dini

3-4 tahun di TK Kartika Chandra Kirana Kab.polewali mandar bawah

adalah:

Tabel 4.5

Tabulasi silang antara lama duduk dengan keluhan nyeri

punggung bawah pada penjahit di pasar sentral polewali dan

pasar wonomulyo Polewali Mandar

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Std. Error

Deviation Mean

PPre Bermain Puzzle Block Terhadap 43.48 23 22.200 4.629

aPerkembangan Motorik

i 62.80 23 20.270 4.227

rPost Bermain Puzzle Perkembangan

Motorik Anak

Dari output paried sample t-test ini menunjukan bahwa dari 23

subyek yang di amati terlihat bahwa rata-rata (mean) nilai observasi

sebelum di berikan puzzle block adalah 43,48 dengan nilain standar diviasi
90

22,200 dan rata-rata nilai observasi sesudah di berikan intervensi adalah

62,80 dengan nilai standar daviasi 20,270 untuk mengetahui nilai uji T

akan dapat dilihat dari output selanjutnya.

Tabel 4.6

Tabulasi sebelum dan sesudah di berikan puzleblock terhadap

tingkat perkembangan motorik di tk kartika Chandra kirana

kab.polewali mandar

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pre Bermain Puzzle Block Terhadap Perkembangan 23 .789 .000

Pair 1 Motorik & Post Bermain Puzzle Perkembangan

Motorik Anak

Output yang kedua dari hasil analis di peroleh hasil korelasi antara

kedua variabel,yang di hasilkan nilai 789 dengan nilai probabilitas (sig)

0,00. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara nilai observasi sebelum

dan sesudah di berikan puzzle block berhubungan secara nyata, karena

nilai probabilitasnya kurang dari 0,05


91

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-
Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)
Deviatio Mean Interval of the
n Difference
Lower Upper

Pair 1
-19.324

Pre bermain 2.899 -25.335 -13.312


13.901 .000
puzzle block -6.667 22
terhadap
perkembangan
motorik – post
bermain puzzle
perkembangan
motorik anak.

Dari hasil uji T berpasangan tersebut terlihat bahwa rata-rata (

mean) perbedaan antara nilai observasi sebelum dan sesudah di berikan

puzzle block adalah sebesar 19,324 hasil perhitungan nilai T adalah

sebesar 6,667 dengan P-value 0,00 (uji 2-arah ) sehingga dapat di

simpulkan bahwa hasil hipotesis menolak HO sehingga dengan kata lain

secara statistic ada perbedaan yang bermakna antra nilai obsevasi yang
92

sebelum di berikn puzzle block dan setelah di berikan puzzle block (nilai

P=0,00 lebih kecil dari nilai alpha=0,05)

4.2 Pembahasan

4.3.1 Motorik

Elizabeth B Hurlock (1978: 156)menyatakan bahwa perkembangan

motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kemetangan pengendalian

gerak tubuh dan otak sebagai pusat gerak. Gerak ini secara jelas di bedakan

menjadi gerak kasar dan halus.

Menurut Emdang Rini Sukanti (200: 15) bahwa perkembangan motorik

adalah suatu proses kemasakan atau gerak yang langsung melibatkan otat-otot

untuk bergerak dan proses pensyarafan yang menjadikan seseorang mampu

menggerakan tubuhnya.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa perkembangan motorik

merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima tahun

yang libatkan berbagai aspek perilaku.

Perkembangan motorik merupakan kemampuan melakukan kordinasi

kerja system saraf motorik yang menimbulkan reaksi dalam bentuk gerakan-

gerakan atau kegiatan secara tepat, sesuai antara rangsangan dan responnya

(desminta. 2012: 121). Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar

dan motorik halus.

Perkembangan motorik sangat di pengaruhi oleh organ otak. Lewat

bermain terjadi stimulasipertumbuhan otot-ototnya ketika anak melempar,

melompat, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh
93

emosi, perasaan, dan fikiran. Kemampuan motorik anak berbeda-beda ada yang

lambat dan ada yang cepat menangkap atau menyimpan apa yang mereka lihat.

Namun selalu orang tua atau pendidik hendaknya mengetahui permasalahan yang

di berikan atau yang di terimah bagaimana meningkatkan kemampuan motorik

pada anak usia dini.

Menurut Magil Richard A. (1989:11) adalah berdasarkan

kecermatan dalam melakukan gerakan atau keterampilan di bagi

menjadi dua yaitu keterampilan motorik kasar dan motorik

halus.

1) Keterampilan motorik kasar

Keterampilan motorik kasar merupakan

keterampilan gerak yang menggunakan otot-otot

besar, tujuan kecermatan gerakan bukan

merupakan suatu hal yang penting akan tetapi

kordinasi yang halus dalam gerakan adalah hal

yang paling penting. Motorik kasar meliputi

melompat, melempar, berjalan, dan meloncat.

2) Keterampilan motorik halus

Keterampilan motorik halus merupakan

keterampilan motorik halus yang merupakan

keterampilan yang memerlukan control dari otot

kecil dari tubuh untuk mencari tujuan dari


94

keterampilan secara umum keterampilan motorik

halus

Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 118)

menjelaskan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak

dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus

(kecil) seperti menulis, melukis, meremas, menggenggam,

menggambar, menyusun balok, dan memasukkan kelereng.

Sedangkan menurut Kartini Kartono (1995: 83) motorik halus

adalah ketangkasan.

Keterampilan jari tangan dan telapak tangan serta

penugasan terhadap otot-otot pada wajah, pendapat lain di

kemukakan oleh Astati (1995: 4) bahwa motorik halus adalah

gerak yang hanya menggunakan otot-otot tertentu saja dan

dilakukan oleh otot-otot kecil yang membutuhkan kordinasi

gerak dan daya konsentrasi yang baik. Menurut Lindya (2008)

motorik halus yaitu aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada bagian-

bagian tubuh tertentu saja dan di lakukan oleh otot-otot kecil

tetapi memerlukan kordinasi yang cermat.

Berdasarkan kutipan-kutipan diatas, maka pengertian

motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan otot-otot

kecl seperti jari-jari dan tangan yang sering membutuhkan

kecermatan kordinasi mata dan tangan.


95

H.Ppestalozzi (pengajaran berupa) Berpendapat bahwa sumber

pengetahuan adalah alat indra pengamatan pemulaannya oleh karena

itu didalam perjalanan harus menggunakan benda-benda yang

sebenarnya, benda tersebut diamati dari segala segi dengan alat indra

anak.

Friedrich Frobel (asas bekerja sendiri) berpendapat bahwa

menggambarkan diawali dengan membuat garis vertical dan

horizontal. Dengan permainan bentuk, alat permainan untuk berfrobel

(pekerjaan tangan) misalnya mozaik. Mengayam kertas, kertas lipat

dan tanah liat (Depdiknas 2007: 11)

Maria Montensori sebagai brikut :

Untuk melatih fungsi motorik anak tidak perlu diadakan alat-

alat tertentu, kehidupan sehari-hari cukup member latihan bagi motorik

anak. Asa metode Montesori

1) Pembentukan sendiri

Perkembangan itu terjadi dengan cara latihan

yang dapat dikerjakan sendiri oleh anak-anak

2) Masa peka

Masa peka merupakan masa dimana

bermacam-macam fungsi muncul menonjol dari tegas

untuk dilatih
96

3) Kebebasan

Mendidik untuk kebebasan dan dengan

kebebasan bertujuan agar masa peka dapat

menampakan diri secara leluasa dengan tidak dihalang-

halangi didalam mengekspresikan.

Berdasarkan kutipan diatas maka konsep dasar pengembangan

motorik adalah dari alat indra penglihatan untuk melakukan

pengamatan permulaannya. Setelah itu anak diberikan kebebasan untuk

mengekspresikan sesuai dengan kehendak anak.

4.3.2 Anak usia dini

Anak dalam kamus besar Bahasa Indonesia

berarti manusia yang masih kecil. Mansur dalam bukunya

pendidikan anak usia dini dalam islam menjelaskan tentang

hakikat anak dalam berbagai pandangan.

1) Anak sebagai orang dewasa mini, pada

abad pertengahan khususnya eropa. Anak

di anggap sebagai orang dewasa mini

yang membedakan dengan orang dewasa

hanayalah ukuran dan usia daja, justru

anak diharapkan bertingkah laku sebagai

orang dewasa.bahkan di berbagai dunia


97

ketiga yakni Amerika Latin dan Asia,

anak-anak di harapkan produktif secara

ekonomi.

2) Anak sebagai orang berdosa, pada abad ke

14-18 terdapat pandangan bahwa anak

sebagai orang berdosa, tingkah lakunya

menyimpang merupakan dosa keturunan.

Bila anak bersalah, maka orang tua

menganggap perbuatan anak adalah dosa.

3) Anak sebagai tanaman yang tumbuh,

Anak diumpamakan sebagai tanaman yang

tumbuh, sehingga peran pendidik atau

orang tua adalah sebagai tukang kebun,

dan sekolah adalah rumah kaca di mana

anak tumbuh dan matang sesuai dengan

pola pertumbuhannya yang wajar. sebagai

tukang kebun berkewajiban untuk

menyirami, memupuk, merawat, dan

memelihara sehingga menjadi tanaman

yang tumbuh sehat.

4) Anak sebagai nikmat, amanat, fitnah

orang tua. Anak merupakan sumber

kebahagiaan keluarga, buah hatilah yang


98

memperkuat kehangatan tali kasih kedua

orang tuanya dan mampu membahagiakan

segenap sanak saudaranya. Oleh karena

itulah hendaknya orang tua menyadari

pula akan kewajiban dan tanggung

jawabnya terhadap anak. Anak

memerlukan perawatan, asuhan,

bimbingan dan pendidikan yang benar

demi kelangsungan hidupnya

5) Anak sebagai milik orang tua dan

investasi masa depan, sejak abad

pertengahan banyak orang tua

berpandangan setelah mereka tua dan

meninggal dunia, maka anak adalah

penggantinya. Pada tahun 60an berbagai

program yang berlatar belakangi

pentingnya anak sebagai investasi.

(Atabik & Burhanuddin, n.d.)

Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8

tahun. Menurut beichler dan snowman (Dwi Yuliani,2010: 7)

anak usia dini adalah anak yang ber usia 3-6 tahun. Sedangkan

anak usia dini (augusta,2012) adalah individu yang unik di

mana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam


99

aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan

komonitas yang khusus yang sesuai dengan tahapn yang sedang

dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi, penelitian

menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia

0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan

perkembangan, baik fisik maupun mental.(Dini et al., 2012)

Masa anak usia dini sering di sebut dengan istila

“golden agr” atau masa emas. Pada masa ini hamper seluruh

potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan

berkembng secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak

tidak sama karna setiap individu memiliki perkembangan yang

berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi

yang intensif sangat di butuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tersebut, apabila anak di berikan stimulasi

secara intensif dari lingkungannya. Maka anak akan mampu

menjalani tugas perkembangannya dengan baik.

Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum

mampu mengenbangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Mereka cenderung senang bermain pada saat yang bersamaan,

ingin menang sendiri dansering mengubah aturan main untuk

kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, di butuhkan upaya

pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek

perkembangan.
100

Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik

secara fisik, social, moral dan sebagainya. Menurut Siti

Aisyah,dkk (2010:1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara

lain:

1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar

2) Merupakan pribadi yang unik

3) Suka berfantasi dan berimajinasi

4) Masa paling potensialuntuk beljar

5) Menunjukan sikap egosentris

6) Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek

7) Sebagai bagian dari makhluk social.

Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada

usia ini anak paling peka dan potensial untuk mempelajari

sesuatu, rasa ingn tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita

lihat dari anak sering kali bertanya tentang apa yang mereka

lihat. Jika pertanyaan anak belum juga di jawab maka anak

akan terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di

samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri yang

berasal dari factor genetic, misalnya dari factor kecerdasan

anak, sedangkan factor lingkungan bias di lihat dalam hal gaya

belajar anak.
101

4.3.3 Bermain

Menurut prasetyo (2008: 23) bermain bagi anak-anak bukan

sekedar bermain, tetapi bermain merupakan salah satu bagian dari

proses pembelajaran. Dalam bermain itu anak dapat menerima banyak

rangsangan selain dapat membuat dirinya senang juga dapat

menambah pengetahuan anak. Selanjutnya mayke (2001: 5)

mengemukakan tujuan bermain adalah sebagai sarana latihan dan

mengelaborasi keterampilanyang di perlukan saat dewasa nanti

misalnya bermain berfungsi sebagai sarana melatih keterampilan

untuk bertahan hidup dapat kita amati pada anak-anak kucing yang lari

mengejar dan menangkap mangsanya. (ROSIDAH, 2014)

Bermain merupakan kegiatan yang di lakukan untuk

memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir dari

permainan tersebut. Sebagai orang tua yang berpendapat bahwa anak

yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas

belajar dan menjadikan rendahnya kemampuan intelektual anak

pendapat ini kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli

psikologi dan ahli perkembangan anak sepakat bahwa permainan

sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak.

Bermain adalah hal penting bagi seorang anak, permainan

dapat memberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya secara


102

berulang-ulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara

dan kemampuannya sendiri. Kesempatan bermain sangat berguna

dalam memahami tahap perkembangan anak yang kompleks.

(Mahardika, Asrori, 2013)

Menurut moeslichatoen (dalam simatupang, 2005), bermain

merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi sumua orang

bermain akan memuaskan tuntutan perkembangan motorik, kongnitif,

bahasa, social, nilai-nilai dan sikap hidup.

Bermain adalah setiap kegiatan yang di lakukan untuk

kesenangan yang timbul, tanpa pertimbangan hasil akhir. Bermain di

lakukan secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan dari

luar atau kewajiban. Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas

tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.

4.3.4 Pengaruh Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Perkembangan

Motorik Pada Anak Usia Dini (3-4) di TK Kartika Chandra Kirana

Kab.Polewali mandar

Anak usia dini menderita gangguan motorik halus kementrian

kesehatan republic Indonesia (2010)Gangguan motorik pada anak

prasekolah diperkirakan dari 5-3% dan sebanyak 60% dari kasus yang di

temykan terjadi secara spontan pada umur di bawah 5 tahun. Dari

penelitian yang dilakukan oleh saputro (2004), menunjukan bahwa anak

yang kurang kasih sayang dan kurang stimulus akan mengalami hambatan
103

dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam

berinteraksi dengan orang lain dengan angka prevalensi yaitu 3-11%.

Menurut Maryani (2010) anak yang banyak mendapatkan stimulasi

akan lebih cepat berkembang dari pada anak yang kurang atau bahkan

tidak mendapat stimulasi. Perkembangan fisik motorik anak baik motorik

halus maupun motorik kasar. (Krasak, n.d.)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang

paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai masa golden age dan

sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia (Direktorat

PAUD, 2007). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 ayat 14,

menegaskan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.(Dharma &

Juli, 2014)

Motorik halus dapat di kembangkan dengan bermain pada anak

usia dini menurut yustisia (2013), permainan puzzle merupakan suatu

permainan yang kompleks, Puzzle adalah permainan menyusun yang

sebelumnya di acak terlebih dahulu lalu di susun sesuai apa yang ada dan

akan menjadi sesuatu yang utuh.


104

Pendidikan Nasional pada pasal 28 Ayat 1 menyebutkan bahwa

“Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan

dasar”. Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 28 ayat 2 bahwa “Pendidikan

Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,

nonformal, dan/atau informal”. Lebih dijelaskan lagi pada Pasal 28 ayat 3

bahwa “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk

Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Atfal (RA), atau bentuk lain

sederajat. (Dharma & Juli, 2014)

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus meliputi aspek

keilmuan yang menunjang kehidupan anak dan terkait dengan

perkembangan anak, masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau

pondasi bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, artinya masa

kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan dimasa

yang akan datang dan begitu juga sebaliknya. Sementara itu dari segi

empiris, banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa Pendidikan

Anak Usia Dini sangat penting, seperti penjelasan bahwa ketika manusia

lahir, kelengkapan organisasi otak memuat 100-200 milyar perkembangan

potensi tertinggi, tetapi hasil riset membuktikan bahwa 5% dari potensi

otak anak terpakai. Hal itu disebabkan kurangnya stimulasi yang

mengoptimalkan fungsi otak. (Dharma & Juli, 2014)

Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun.

Menurut beichler dan snowman (Dwi Yuliani,2010: 7) anak usia dini

adalah anak yang ber usia 3-6 tahun. Sedangkan anak usia dini
105

(augusta,2012) adalah individu yang unik di mana ia memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,

sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komonitas yang khusus yang

sesuai dengan tahapn yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari

berbagai definisi, penelitian menyimpulkan bahwa anak usia dini

adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap

pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.

Anda mungkin juga menyukai