Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR 1

“ PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER DAN IRIGASI


KANDUNG KEMIH “

Kelompok 10 :

Bening Juwita (1710021)

Ilham Fajar Dwi Aji Pamungkas (1710045)

Nurul Isnaini Afifah (1710077)

Umie Aida (1710107)

Prodi S1 Keperawatan

Stikes Hang Tuah Surabaya

Tahun Ajaran 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya yang berjudul “Pemasangan dan Perawatan Kateter dan
Irigasi Kandung Kemih” sebagai tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Dasar
dosen Ibu Nisha Dharmayanti.
Makalah ini berisikan tentang sistem perkemihan. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan pemahaman tentang sistem perkemihan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Surabaya, 18 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................

Daftar isi...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan Penulisan................................................................................
D. Manfaat............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................

A. Pengertian Sistem Perkemihan............................................................


B. Susunan Sistem Perkemihan...............................................................
C. Proses Miksi.....................................................................................
D. Urine...............................................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................

Kesimpulan...........................................................................................

Saran...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kateter urin merupakan suatu tindakan dengan memasukkan selang
ke dalam kandung kemih yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan
urin. Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan yang
menyelamatkan jiwa, khususnya bila traktus urinarius tersumbat atau
pasien tidak mampu melakukan urinasi. Tindakan pemasangan kateter
juga dilakukan pada pasien dengan indikasi lain, yaitu: untuk menentukan
jumlah urin sisa dalam kandung kemih setelah pasien buang air kecil,
untuk memintas suatu obstruksi yang menyumbat aliran urin, untuk
menghasilkan drainase pascaoperatif pada kandung kemih, daerah vagina
atau prostat, atau menyediakan cara-cara untuk memantau pengeluaran
urin setiap jam pada pasien yang sakit berat (Smelzter, 2001).
Tindakan pemasangan kateter membantu pasien yang tidak mampu
mengontrol perkemihan atau pasien yang mengalami obstruksi. Namun
tindakan ini bisa juga menimbulkan masalah lain seperti infeksi, trauma
pada uretra, dan menurunnya rangsangan berkemih. Menurunnya
rangsangan berkemih terjadi akibat pemasangan kateter dalam waktu yang
lama mengakibatkan kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi
sehingga pada akhirnya kandung kemih akan kehilangan tonusnya.
Apabila hal ini terjadi dan kateter dilepas, maka otot detrusor mungkin
tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengontrol pengeluaran
urinnya (Smelzter, 2001).
Irigasi kandung kemih adalah pencucian kateter urin untuk
mempertahankan kepatenan kateter urin menetap, dengan larutan steril.
Karena darah, pus, sedimen dapat terkumpul didalam selang dan
menyebabkan distensi kandung kemih dan urine tetap berada ditempatnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana standart oprasional prosedur pemasangan kateter?
2. Bagaimana standart operasional prosedur perawatan kateter?
3. Bagaimana standart operasional prosedur irigasi kandung kemih?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui bagaimana standart oprasional prosedur pemasangan
kateter.
2. Untuk mengetahui standart operasional prosedur perawatan kateter.
3. Untuk mengetahui bagaimana standart oprasional prosedur pemasangan
kandung kemih.

D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat digunakan oleh tenaga kesehatan khususnya
perawat agar dapat mengetahui dan memahami standart oprasional
prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter, dan irigasi kandung
kemih.
BAB II
PEMBAHASAN

A. STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN KATETER


1. Pengertian
Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan atau
mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinaria adalah memasukkan kateter
melalui uretra kedalam kandung kemih dengan tujuan mengeluarkan
urin. Keteterisasi urin sedapat mungkin tidak dilakukan kecuali bila
sangat diperlukan, karna dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

2. Tujuan
a. Untuk mengambil sempel urin guna pemeriksaan kultur
mikrobiologi dengan menghindari kontaminasi.
b. Pengukuran residual urin dengan cara, melakukan reguler
kateterisasi pada klien segera setelah mengakhiri miksinya dan
kemudian diukur jumlah urin yang keluar.
c. Untuk pemeriksaan siatografi, kontras dimasukkan kedalam
kandung kemih kedalam kateter.
d. Untuk pemeriksaan urodinamic, yaitu cystometri dan uretral profil
pessure.

3. Hal – hal yang harus diperhatikan


a. Observasi letak meatus uretra
b. Kaji adanya riwayat penyakit genetalia
c. Kaji waktu berkemih terakhir

4. Alat yang dibutuhkan


a. Bak instrumen steril berisi pinset anatomis dan kassa
b. Kom
c. Kateter sesuai ukuran
d. Sarung tanga steril
e. Sarung tangan bersih
f. Cairan atiseptik
g. Spuit 10cc atau 20cc berisi aquadess atau NaCl steril
h. KY jelly
i. Urine bag
j. Plester
k. Gunting perban
l. Slimut mandi
m. Sampiran
n. Perlak dan pengalas
o. Bengkok
p. Tempat specimen

5. Pelaksanaan
 Tahap prainteraksi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
d. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau keluarganya
e. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis
serta tidak mengancam
f. Kien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
g. Privasi klien selama berkomunikasi dihargai
h. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respect selama berkomunikasi dan tindakkan
i. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan
tindakkan
 Tahap orientasi
a. Memperkenalkan diri
b. Meminta persetujuan tindakkan
c. Membuat kontrak
 Tahap interaksi
a. Memberikan sampiran dan menjaga privacy
b. Mengatur posisi pasien (wanita : dorsal recumbent, pria :
supinasi dan melepas pakaian bawah)
c. Memasang perlak, pengalas dibawah bokong pasien
d. Menutup area pinggang dengan selimut pasien serta menutup
daerah ekstermitas bawah dengan selimut mandi sehingga
hanya area perinal yang terpajang
e. Meletakkan bengkok di antara paha pasien
f. Menyiapkan cairan antiseptik kedalam com
g. Gunakan sarung tangan bersih
h. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptik
i. Buka sarung tangan dan simpan dan buang ke kantong plastik
yang telah disediakan
j. Buka bungkusan luar set kateter dan urinbagdan kemudian
disimpan dialas steril. Jika pemasangan kateter dilakukan
sendiri maka siapkan ky jelly kedalam bak steril. Jangan
menyentuh area steril
k. Gunkan sarung tangan steril
l. Buka sebagian bungkusan dalam kateter pegang kateter dan
berikan jelly pada ujung kateter (dengan meminta bantuan, atau
dengan dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan
tekhnik steril
Pada laki – laki :
m. Posisikan penis tegak lurus 90o dengan tubuh pasien
Pada wanita :
n. Buka labia minora dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk
atau telunjuk dengan jari tengah tangan tidak dominan.
o. Dengan menggunakan pinset atau dengan tangan dominan
masukkan kateter secara perlahan hingga unung
kateter.anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter
dimasukkan. Kaji kelancaran pemasukkan kateter jika ada
hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi jika masih ada
tahanan kateterisasi dihentikan.
p. Pastikan bengkok yang telah disiapkan berada di ujung kateter
agar urin tidak tumpah setelah urin mengalir ambil spesimen
urine bila diperlukan lalu segera sambungkan kateter dengan
urine bag
q. Kembangkan balon kateter dengan aquades atau NaCl steril
sesuai volume yang tertera pada lebel spesifikasi kateter yang
dipakai
r. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon
kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria
s. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kassa
t. Viksasi kateter :
- Pada laki – laki diviksasi dengan plester pada abdomen
- Pada pasien wanita diviksasi dengan plester pada pangkal
paha
u. Menempatkan unrinbag ditempat tidur pada posisi yang lebih
rendah dari kandung kemih
v. Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat
w. Lepaskan sarung tangan
x. Rapikan kembali pasien
 Tahap terminasi
a. Menginformasikan hasil tersebut kepada klien dan evaluasi
tujuan
b. Kontrak pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam
terminasi
c. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula
d. Mencuci tangan
 Tahap evaluasi
a. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah pemasangan
kateter
b. Mengevaluasi produksi urin
 Tahap dokumentasi
a. Mencatat prosedur dan respon klien selama prosedur
b. Mencatat waktu tindakkan
c. Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan/tanda tangan

B. STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR PERAWATAN KATETER


1. Pengertian
Suatu tindakkan keperawtan kateter menetap guna mencegah
terjadinya infeksi.
2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk melakukan
perawatan kateter internus
3. Persiapan alat
a. Kom berisi air hangat, sabun, waslap, handuk bawah
b. Kapas lidi steril
c. Cairan antiseptik
d. Kom, kapas, pinset steril
e. Perlak
f. Bengkok dan kantung plastik
g. Korentang
h. Salep bila ada instruksi
4. Persiapan pasien
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan perawat
b. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan area kerjaa perawat
5. Persiapan petugas
Sarung tanga steril 1 pasang dan sarung tangan bersih satu pasang
6. Pelaksanaan tindakan
a. Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga serta
menjelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan
b. Perawat meminta persetujuan tindakkan kepada pasien
c. Perawat menjaga privacy pasien dengan cara memasang tirai
d. Perawat melakukan identifikasi pasien sesuai dengan prosedur
e. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
f. Perawat mengenakan apd sesuai dengan prosedur
g. Perawat membuang urin yang ada di urinbag serta mengukur urin
yang ada
h. Perawat membuka pakaian bawah pasien dan menurup dengan
selimut
i. Perawat memasang perlak dibawah bokong pasien
j. Perawat memberikan posisi pasien wanita dorsal recumbent, laki –
laki supinasi
k. Perawat membersihkan daerah perineum dengan menggunakan air
hangat, sabun, waslap, dan keringkan dengan handuk
l. Perawat mengkaji daerah meatus uretra dan jaringan sekitar
perineum
m. Perawat membuka sarung tangan
n. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
o. Perawat menyiapkan kom, kapas, pinset steril, dan masukkan
cairan antiseptik
p. Perawat memakai sarung tangan steril
q. Perawat membuka labia mayor dan minor dengan tangan yang
tidak dominan sehingga spincter meatus uretra kelihatan dengan
jelas
r. Perawat membersihkan daerah meatus uretra dengan cairan
antiseptik dengan pinset
s. Perawat membersihkan ujung kateter dekat meatus uretra
sepanjang kurang leboh 10cm dengan cairan antiseptik dengan arah
melingkar keluar
t. Perawat memberikan antiseptik pada daerah meatus uretra dan
ujung kateter seppanjang 2,5cm
u. Perawat mengganti plester yang ada pada kteter dan bersihkan
bekas plester pada kulit pasien
v. Perawat mengganti urinbag dan selang bila diperlukan dengan
prinsip antiseptik
w. Perawat memeriksa kembali aliran urin didalam selang, selang
tidak boleh tertekuk atau tergulung, selang tida boleh macet dan
kaku dan aman tergantung ditempat tidur
x. Perawat merapikan alat dan membuang sampah sesuai dengan
prosedur
y. Perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tindakkan
sudah selesai dan undur diri
z. Perawat melepas apd
aa. Perawat melakukan kebersihan tangan
bb. Perawat melakukan evaluasi setelah tindakan
cc. Perawat melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan didalam
catatan perkembangan terintegrasi

C. STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR IRIGASI KANDUNG


KEMIH
1. Pengertian
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan
kepatenan kateter urine menetap dengan larutan steril yang
diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau sedimen dapat
terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih
serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya. Ada dua metode
tambahan untuk irigasi kateter, yaitu :
a. Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan
seringnya irigasi kontinu tanpa gangguan pada sistem kateter steril.
Sistem ini paling sering digunakan pada kalien yang menjalani
bedah genitourinaria dan yang kateternya berisiko mengalami
penyumbatan oleh fragmen lendir dan bekuan darah.
b. Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi
irigasi kandung kemih. Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar
untuk terjadinya infeksi. Namun, demikian kateter ini diperlukan
saat kateter kateter tersumbat dan kateter tidak ingin diganti (mis ;
setelah pembedahan prostat). Dokter dapat memprogramkan irigasi
kandung kemih untuk klien yang mengalami infeksi kandung
kemih, yang larutannya terdiri dari antiseptik atau antibiotik untuk
membersihkan kandung kemih atau mengobati infeksi lokal. Kdua
irigasi tersebut menerapkan teknik asepsis steril (Potter & Perry,
2005). Dengan demikian Irigasi kandung kemih adalah proses
pencucian kandung kemih dengan aliran cairan yang telah di
programkan oleh dokter.
2. Tujuan
a. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urin
b. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya
penyumbatan pada kateter urin
c. Untuk membersihkan kandung kemih
d. Untuk mengobati infeksi lokal
3. Prinsip
a. Menjaga privacy klien
b. Prosedur steril
4. Alat dan bahan
a. Larutan iritasi steril, sesuaikan suhu dalam kantung dalam suhu
ruangan
b. Kateter foley (3 saluran)
c. Slang irigasi dengan klem (dengan atau konektor Y)
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Tiang penggantung
f. Kapas antiseptik
g. Wadah metrix
h. Konektor Y
i. Selimut mandi
Rasional alat :
Larutan yang dingin dapat menyebabkan spasme kandung kemih
Klem mengatur aliran irigasi
Penghubung Y memungkinkan selang terhubung dengan kantung dapat
menghubungkan selang irigasi ke kateter yang memiliki 2 buah lumen
5. Langkah – langkah
a. Ikuti protokol standar
b. Kaji abdomen bawah untuk tanda distensi kandung kemih
c. Dengan menggunakan tekhnik aseptik masukkan ujung slang irigasi
steril kedalam kantung yang berisi larutan irigasi
d. Tutup klem slang dan gantung kantung larutan pada tiang penggantung
e. Buka klem dan alirkan larutan melalui selang, pertahankan ujung slang
steril tutup klem
f. Putar off bagian irigasi kateter lumen tripel atau hubungkan konektor
Y steril kateter lumen ganda, kemudian hubungkan keselang irigasi
g. Yakinkan kantung drainase dan selang dengan aman dihubungkan
dibagian drainase konektor Y triple kekateter lumen ganda
h. Klem slang pada sistem drainase untuk aliran inter metin, buka klem
pada selang irigasi, dan alirkan sejumlah cairan yang di programkan
masuk ke kandung kemih dalam kurun 100ml adalah normal untuk
orang dewasa tutup klem slang irigasi kemudian buka klem selang
drainase
i. Untuk irigasi kontinue, hitung kecepatan tetesan dan atur klem pada
slang irigasi secara tepat
j. Buang alat yang terkontaminasi lepaskan handscoon dan cuci tangan
k. Catat jumlah larutan yang digunakan sebagai iringan, jumlah kembali
seperti di drainase, serta konsistensi drainase pada catatan perawat dan
lembaran asupan dam haularan
6. l

Anda mungkin juga menyukai