Laporan Mutu Kedelai Put
Laporan Mutu Kedelai Put
OLEH :
STAMBUK: (Q1A116001)
KELOMPOK: 2 (DUA)
pada musim kemarau, karena tidak memerlukan air dalam jumlah besar. Kedelai
merupakan sumber protein, dan lemak, serta sebagai sumber vitamin A, E,K, dan
beberapa jenis vitamin B dan mineral K, Fe, Zn, dan P. Kadar protein kacang-
kacangan berkisar antara 20-25%, sedangkan pada kedelai mencapai 40%. Kadar
protein dalam produk kedelai bervariasi misalnya, tepung kedelai 50%, konsentrat
panen karena akan berpengaruh terhadap harga jual bila diperdagangkan, baik di
tingkat lokal, nasional maupun internasional (ekspor). Selain itu, mutu hasil panen
juga akan mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan dan keamanannya bila
membedakan tiap unit individu dalam komoditas tersebut (Nugraha dan Setyono
untuk menentukan harga jual yang layak untuk suatu komoditas, sehingga tidak
untuk menghindari penipuan, seperti mencampur biji dengan pasir, tanah atau biji
dengan mutu lebih rendah dengan maksud mendapatkan keuntungan yang lebih
besar. Oleh karena itu, standardisasi mutu hendaknya diketahui dan disepakati
I.2 Tujuan
penerapannya di pasaran
II. METODE PRAKTIKUM
ALAT:
- Timbangan
- Gelas Ukur
- Piring Kecil
BAHAN:
- Kacang Kedelai
1. Identifikasi Komoditi
a. Berat
Timbang kacang-kacangan dan hasil olahannya dalam URT {Ukuran
Rumah Tangga = gls (gelas minum 240ml, sdm (sendok makan), pak dan
bungkus)}
b. Densitas Kamba (Berat/ Vol)
- Masukkan komoditi ke dalam gelas ukur sampai volumenya mencapai
100ml
- Usahakan pengisiannya sampai benar-benar padat
- Keluarkan semua bahan dari gelas ukur dan timbang beratnya
- Nyatakan densitas kamba bahan dalam gr/ ml
c. Persentase Jenis Butir kacang :
- Timbang sampel komoditi (250 gram)
- Pisahkan butir utuh, belah, rusak, warna lain, keriput, kotoran (sesuai
syarat mutu), lalu timbang masing-masing
- Hitung persentasenya (%) dengan cara
Misalnya Berat Sampel = 100 gram
Setelah biji rusak dipisah-pisahkan dan ditimbang diperoleh berat = 31,37
Gram
Maka perhitungan persennya adalah sebagai berikut:
= 31,37 x 100%
100
= 31,37 % ini adalah persen dari kadar Biji rusak
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
bahan dasar berbagai macam makanan dan minumam seperti kecap, tempe, tahu,
susu kedelai dan lain sebegainya. Kacang kedelai merupakan sumber protein
beberapa jenis vitamin B) dan mineral (K, Fe, Zn dan P) di dalamnya tinggi,
asam lemak tidak jenuhnya terdiri atas asam linoleat dan linolenat, yang keduanya
kolesterol. Makanan dari kedelai juga bebas laktosa, yang sangat cocok bagi
dan mutu produk yang di hasilkan. Tahap awal dari proses pengolahan kacang-
menetapkan Standar Nasional Indonesia untuk mutu fisik biji kedelai (SNI 01-
3922- 1995) yang masih berlaku sampai saat ini. Untuk menghindari timbulnya
masalah dalam penerapan standar mutu kedelai, ada tiga faktor yang perlu
diperhatikan yaitu: (i) syarat kualitatif dan kuantitatif biji kedelai, (ii) metode
analisis yang digunakan, dan (iii) alat yang digunakan untuk menganalisis. Ketiga
Standar mutu biji kedelai, baik untuk jenis kuning, hitam, dan hijau
mutu kedelai dalam empat tingkatan, yakni mutu I, II, III, dan IV Syarat umum
(kualitatif) meliputi bebas hama dan penyakit (kutu, ulat, telur, kepompong),
bebas bau busuk, asam atau bau asing lainnya, bebas dari bahan kimia seperti
insektisida dan fungisida, memiliki suhu normal, syarat khusus atau kuantitatif.
Untuk menentukan butir rusak, pecah, warna lain, dan kotoran dilakukan secara
Perhitungan untuk butir rusak (sama untuk kriteria mutu lainnya), dilakukan
dengan membandingkan berat biji rusak dibagi dengan beart sampel dan dikalikan
100% sehingga di peroleh persentasi biji rusak, biji keriput, biji warna lain dan
biji terbelah. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, biji rusak berada
pada mutu II dengan persentasi sebesar 2%, biji keriput berada pada mutu I
dengan persentasi sebesar 0,3%, biji warna lain juga berada pada mutu I dengan
persentasi sebesar 1% dan biji terbelah berada pada mutu IV dengan persentasi
sebesar 7,3%.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
konsumen. Standar mutu yang telah ditetapkan Pemerintah melalui SNI untuk biji
kedelai perlu dipahami sehingga pengendalian mutu dapat dilakukan mulai dari
kegiatan pra dan pascapanen hingga pengolahan. Beberapa faktor yang
terlepas atau bergeser, biji yang berlubang bekas serangan hama pecah karena
mekanis, biologis, fisik dan enzimatis seperti berkecambah, busuk, timbul bau
yang tidak disukai, dan berubah warna atau bentuk, campuran dengan varietas
lain, benda asing dan biji sangat muda atau biji yang tidak sempurna
pertumbuhannya.
4.2 Saran
Kedepannya agar pelaksanaan praktikum agar bisa lebih efektif dan efisien
lagi baik dari segi sarana dan prasarana agar praktikan dapat bekerja dengan
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, E. dan Suprapto. 2004. Kualitas kecap yang dihasilkan dari biji kedelai
hitam dan kuning. Dalam Hardaningsih et al. (Eds.). Teknologi Inovatif
Agribisnis Kacang-kacangan dan Umbi-umbian untuk Mendukung
Ketahanan Pangan. Puslitbangtan. Bogor. p. 267-276.
SNI. 1995. Standar Nasional Indonesia untuk kedelai (SNI 01-3922-1995). Dewan
Standarisasi Nasional. Jakarta. 6 p.
LAMPIRAN
a. Berat: 300 g
b. Densitas Kamba: 82 g/mL
c. Presentase Jenis Butir Kacang
OLEH :
NAMA : ISRA
STAMBUK :(Q1A116024)
KELAS :ITP 2016 A
KELOMPOK: 2 (DUA)
LAPORAN PRAKTIKUM
“Sifat Khusus, Komposisi dan Syarat Mutu Kacang-Kacangan
dan Biji Kakao”
OLEH :
NAMA : WA ODE SYAMNAWAR RIZKA M.
STAMBUK : Q1A116064
KELAS : ITP 2016 A
KELOMPOK : 2 (DUA)