Anda di halaman 1dari 36

Analisis Hasil PISA dan TIMSS 2015 di Indonesia

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Inovasi
Pembelajaran Fisika

Dosen :

Dr. Didi Teguh Chandra, M.Si

Oleh :

Kurnia Lahmita Putri (1803218)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
Analisis Hasil PISA dan TIMSS di Indonesia

Abstrak

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor penting dalam


era global saat ini. Ini lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang
melimpah. Kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan diarahkan untuk
mencapai kualitas pendidikan yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan
evaluasi terhadap kinerja unit dan program pendidikan, mulai dari PAUD,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan informal hingga pendidikan
tinggi.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia dihasilkan dari
kualitas pendidikan yang rendah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh TIMSS
menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia belum menunjukkan hasil memuaskan.
Skor Matematika 397, menempatkan Indonesia di nomor 45 dari 50 negara. Pada
bidang Sains, dengan skor 397, Indonesia di urutan ke-45 dari 48 negara. Kalau
bernalar dengan menggunakan data tabel/grafik hanya 4 persen benar.
Laporan yang sama dapat ditemukan juga melalui studi PISA yang menunjukkan
bahwa prestasi membaca siswa Indonesia berdiri di tingkat 48 dari 56 negara,
prestasi matematika berdiri di posisi 50 dari 57 negara, dan prestasi sains
menempati peringkat 50 dari 57 negara.
BAB I
Pendahuluan

Latar belakang

Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam


pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara
menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu lebih penting dari pada sumber
daya alam yang melimpah. Akan tetapi, beberapa dekade terakhir ini, daya saing
bangsa Indonesia di tengah bangsa-bangsa lain cenderung kurang
menggembirakan. Salah satunya, tercermin dalam perbandingan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Sumber daya manusia yang bermutu hanya dapat
diwujudkan dengan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, upaya peningkatan
mutu pendidikan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa Indonesia.
Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat
manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya
untuk mengaktualisasikan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer, yakni:
(1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan dan ketakwaan, etika dan
estetika, serta akhlak mulia dan budi pekerti luhur; (2) kognitif yang tercermin
pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali ilmu pengetahuan
dan mengembangkan serta menguasai teknologi; dan (3) psikomotorik yang
tercermin pada kemampuan mengembangkan ketrampilan teknis dan kecakapan
praktis (Depdiknas, 2005). Kesemuanya ini bermuara pada bagaimana
menyiapkan anak didik untuk mampu menjalankan kehidupan (preparing children
for life) dan bukan sekedar mempersiapkan anak didik untuk menjadi manusia
yang hanya mampu menjalankan hidupnya. Dengan demikian, pendidikan dalam
hal ini menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi
individu. Pendidikan dalam hal ini bertujuan membantu anak didik untuk dapat
memuliakan hidup (ennobling life).
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu
pendidikan yang semakin meningkat yang mengacu pada standar nasional
pendidikan (SNP). SNP mencakup komponen standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan.
Pencapaian berbagai standar tersebut digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penilaian terhadap kinerja satuan dan program pendidikan, mulai dari PAUD,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan nonformal, sampai dengan
pendidikan tinggi (Depdiknas, 2005).
Pada tingkat praksis, permasalahan pendidikan yang terjadi memperlihatkan
berbagai kendala yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan seperti
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Rendahnya mutu sumber daya manusia (SDM) menjadi
salah satu penyebab dari hal ini. Problematika rendahnya mutu SDM ini dapat
dilihat dari beberapa indikator makro antara lain dari laporan The Global
Competitiveness Report 2008-2009 dari World Economic Forum (dalam Martin,
dkk., 2008), yang menempatkan Indonesia pada peringkat 55 dari 134 negara
dalam hal pencapaian Competitiveness Index (CI). Hasil penelitian United Nations
for Development Programme di dalam Human Development Report 2007/2008
(http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_Human_Development_Index”
) yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-107 dari 155 negara dalam hal
pencapaian Human Development Index (HDI).
Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu SDM bangsa
Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan. Kualitas pendidikan
sering dijadikan sebagai barometer perkembangan suatu negara. Kemampuan
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, sains, dan membaca beserta
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dijadikan sabagai gambaran baik atau
tidaknya kualitas pendidikan khusus untuk siswa usia wajib belajar (SD sampai
kelas 3 SMP). Saat ini terdapat dua asesmen utama berskala internasional yang
menilai kemampuan matematika dan sains siswa, yaitu TIMSS (Trend in
International Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for
International Student Assessment).
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian TIMSS

TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study) merupakan studi internasional


yang dilakukan oleh IEA (International Association for the Evaluation of
Educational Achievement) setiap empat tahunan, sejak tahun 1955. TIMSS
menilai prestasi matematika dan sains siswa serta mengumpulkan berbagai
informasi berkaitan dengan sekolah, kurikulum, dan pembelajaran. TIMSS
berfungsi antara lain adalah description or mirror functions, a bench marking,
monitoring of quality of education, as a large scale policy research (Plomp,
1999). Hasil studi TIMSS dapat dimanfaatkan untuk: assist to generate policy
questions, comparisons in relation to relevant common policies rather than to
reference groups, need for improved data analysis method, and need for different
ways of presenting the data.
Indonesia telah lima kali berpartisipasi dalam TIMSS, yaitu tahun 1999,
2003, dan 2007, 2011, 2015 dalam Matematika dan Sains yang berada di papan
bawah dibandingkan capaian siswa setingkat di beberapa negara di Asia
(Hongkong, Japan, Korea, Taiwan, Malaysia, Thailand). Rata-rata skor prestasi
sains siswa Indonesia pada TIMSS tahun 1999, 2003, dan 2007 secara berturutan
adalah 435, 420, dan 433. Dengan skor tersebut siswa Indonesia menempati
peringkat 32 dari 38 negara (tahun 1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun
2003), dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007). Rata-rata skor siswa
Indonesia pada TIMSS 2007 di bawah skor rata-rata yaitu 500, dan hanya
mencapai Low International Benchmark. Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa
Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu
mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan
konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Pemanfaatan hasil studi internasional
seperti TIMSS dapat ditindaklanjut.
Pemanfaatan hasil studi internasional seperti TIMSS dapat ditindaklanjuti dengan
menganalisis faktor-faktor penentu hasil belajar sains dengan cara yang berbeda.
Data hasil TIMSS perlu dikaji guna meningkatkan mutu pendidikan, khususnya
dalam bidang matematika dan sains. Kajian tersebut meliputi:
(1) Kompetensi-kompetensi mana yang telah dikuasai dan kompetensi-
kompetensi mana yang belum dikuasai oleh siswa-siswi Indonesia berdasarkan
hasil lima kali TIMSS;
(2) Bagaimana tingkat penguasaan siswa Indonesia relatif terhadap benchmark
internasional (rata-rata internasional) dalam masing-masing kompetensi yang
diases dalam TIMSS; dan
(3) Penyebab-penyebab kelemahan siswa Indonesia dalam masing-masing
kompetensi yang diukur oleh TIMSS yang diinferensi dari spesifikasi respon
sampel siswa terhadap setiap butir soal TIMSS.

Tujuan TIMSS

Tujuan TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains


siswa kelas VIII di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat
diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila
dibandingkan dengan prestasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan dapat digunakan
sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu
pendidikan.

Apa yang diukur?


Dasar penilaian prestasi matematika dan sains dalam TIMSS dikategorikan
ke dalam dua domain, yaitu isi dan kognitif. Distribusi spesifikasi dari penilaian
tersebut adalah sebagai berikut:
Domain isi matematika:

1. Bilangan
2. Aljabar
3. Geometri
4. Data dan Peluang
Domain isi sains:

1. Biologi
2. Kimia
3. Fisika
4. Ilmu Bumi

Domain kognitif, baik untuk matematika maupun untuk sains:

1. Pengetahuan
2. Penerapan
3. Penalaran

Indonesia sendiri masuk sebagai negara partisipan tahun 1999. Ini berarti saat
anak-anak itu diujikan masih hidup di zaman ORBA. 2003 dan 2007 anak-anak
yang diuji hidup di zaman reformasi. Indonesia sendiri sebagai partisipan untuk 8
th Grade (kelas 2 SMP). Pada TIMSS tahun 2007 ada 3 negara baru yang ikut,
salah satunya dari Asia Tenggara yaitu Thailand. Tetapi ada juga yang tidak lagi
menjadi partisipan yaitu Philipina. Philipina sendiri secara rangking selalu di
bawah Indonesia.

Indonesia sudah dua tahun 2003 dan 2007 ini prestasi sains di TIMSS
memalukan, selalu kalah dengan Negara Palestiana, Negara yang sedang
berkecamuk perang. Tahun 2003 Palestina Ada di urutan 34 Tahun 2007 ada di
urutan 34. Bandingkan dengan Indonesia 2003 diurutan 36 2007 diurutan 41.

TIMSS menyediakan informasi penting untuk pengembangan kebijakan,


untuk mendorong akuntabilitas publik, untuk memungkinkan daerah kemajuan
atau penurunan prestasi untuk diidentifikasi dan dimonitor, dan untuk mengatasi
permasalahan yang muncul. Sekitar 50 negara ikut berpartisipasi dalam TIMSS.
TIMSS putaran pertama diadakan pada tahun 1995, putaran kedua pada tahun
1999, putaran ketiga pada tahun 2003, dan berlanjut seterusnya setiap empat tahun
sekali.

 TIMSS 1999

TIMSS pertama kali diadakan pada tahun 1995, saat itu ikut berpartisipasi
41 negara. Negara-negara tersebut mengevaluasi prestasi matematika dan sains
murid-murid kelas ketiga, keempat, ketujuh, kedelapan, dan pada tahun terakhir
sekolah menengah.

TIMSS 1999 menggunakan teknik sampling untuk mencapai cakupan


yang luas (total 308 item) secara sistematis didistribusikan di 8 buku uji dan
booklet dibagikan secara acak kepada siswa. Setiap siswa menyelesaikan satu
booklet tes selama 90 menit.
Secara keseluruhan, ada 162 item matematika dan 146 item ilmu pengetahuan.
Sekitar sepertiga dari item disusun menggunakan format respon, dan item sisanya
pilihan ganda. Untuk tahun 1999, TIMSS akan melaporkan penilaian untuk
matematika dan sains dengan 11 pokok bahasan.

Matematika :

1. Fractions and number sense 4. Geometri

2. Measurement 5. Aljabar

3. Representasi data, analisis, dan probabilitas

Sains :

1. Ilmu bumi 4. Kimia

2. Ilmu pengetahuan hidup 5. Scientific inquiry and the


nature of science
3. Fisika 6. Isu lingkungan dan sumber
daya

TIMSS pada tahun 1995 dan 1999 dikembangkan melalui upaya


kolaborasi antara Pusat Studi Internasional, pendidik ( bidang matematika dan
sains) dari seluruh dunia, dan perwakilan negara-negara yang ikut berpartisipasi.
Sekitar sepertiga dari item dalam penilaian 1995 disimpan untuk mengukur tren
dari waktu ke waktu. Dalam mengembangkan tes tahun 1999, instrument pada
tahun 1995 yang dirilis ke publik digantikan dengan item dengan isi, format, dan
kesulitan yang serupa. Penggantian item dan panduan skoring dikembangkan
dengan bantuan dari Science and Mathematics Item Replacement Committee,
sekelompok pendidik matematika dan pendidik sains terkemuka dari seluruh
dunia. Item yang diuji coba pada tahun 1998 di tes lapangan yang luas yang
melibatkan 31 negara, dan telah ditinjau oleh Koordinator Nasional Penelitian,
yang melakukan review dalam negara dengan panel pendidik matematika dan
ilmu pengetahuan dan ahli pengukuran.

TIMSS 1999 mengumpulkan informasi yang luas tentang pengajaran dan


pembelajaran matematika dan sains di seluruh dunia. Melalui serangkaian
kuesioner, TIMSS mengumpulkan informasi tentang kurikulum, praktik
pembelajaran, kebijakan, dan latar belakang siswa dan sikap. Banyak pertanyaan
juga diminta pada tahun 1995, provididing tren untuk negara-negara yang
berpartisipasi dalam kedua penilaian.

 TIMSS 2003

TIMSS 2003 adalah putaran ketiga dari TIMSS yang serius melakukan
serangkaian penilaian internasional yang dilaksanakan di negara-negara di dunia
untuk mengukur tren dalam matematika dan sains di kelas keempat dan
kedelapan. TIMSS sangat membantu negara –negar yang ikut serta untuk
memperoleh kesempatan memperoleh informasi komparatif tentang siswa mereka
mengenai prestasi dalam matematika dan sains. Dalam TIMSS 2003 terdapat 49
negara yang ikut serta.

IEA, TIMSS, PIRLS, dan National Center for Education Statistics ( dari
U. S Department of Educations) bekerja sama dengan negara peserta untuk
menjelaskan secara rinci mengenai matematika dan sains tentang konten yang
akan dinilai untuk memperbarui hasil pembelajaran.

Dalam TIMSS 2003 matematika terbagi dalam lima domain contents


yaitu, jumlah, aljabar, pengukuran, geometri, dan data. Setiap domain content
dijelaskan topik yang akan dinilai dan setiap area topic ini diuraikan dengan jelas
untuk kelas keempat dan kelas kedelapan. Ada empat domain kognitif dalam
setiap domain content yaitu mengetahui fakta dan prosedur, pemahaman konsep,
pemecahan masalah rutin, dan penalaran.

Seperti tujuan TIMSS yang berupaya untuk mengetahui keberhasilan


kurikulum dalam suatu negara melalui tes yang diujikan, pada tahun 2003 pun
dilakukan tes yang serupa yang diujikan pada sampel kelas dalam suatu sekolah
yang diambil secara acak pada setiap negara. TIMSS cukup konsisten
memberikan laporan mengenai keberhasilan kurikulum matematika dan sains
kepada setiap negara yang ikut serta.

 TIMSS 2007

TIMSS 2007 adalah TIMSS keempat dalam siklus penilaian komparatif


internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan pengajaran dan
pembelajaran dalam matematika dan sains bagi siswa di seluruh dunia. Dilakukan
setiap empat tahun di kelas keempat dan kedelapan, TIMSS menyediakan data
tentang tren dalam matematika dan prestasi sains dari waktu ke waktu.

Untuk menginformasikan kebijakan pendidikan di negara-negara yang


berpartisipasi, penilaian ini di seluruh dunia dan proyek penelitian juga secara
rutin mengumpulkan informasi latar belakang yang luas yang membahas
kekhawatiran tentang kuantitas, kualitas, dan isi dari instruksi. Sebagai contoh,
TIMSS 2007 mengumpulkan informasi rinci tentang matematika dan ilmu
pengetahuan cakupan kurikulum dan pelaksanaan, serta persiapan guru,
ketersediaan sumber daya, dan penggunaan teknologi.

Pengembangan Kerangka Kerja Penilaian TIMSS 2007 merupakan usaha


bersama yang luas yang melibatkan individu dan kelompok ahli dari lebih dari 60
negara di seluruh dunia. Terdapat tiga kerangka kerja untuk melaksanakan TIMSS
2007, yaitu Kerangka Matematika, Kerangka Sains, dan Kerangka Kontekstual
untuk kuesioner. Hal ini juga memberikan gambaran dari desain penilaian,
termasuk parameter umum untuk pembangunan item. Kerangka kerja konten
TIMSS untuk tahun 2007 sangat tergantung pada upaya-upaya luas yang
dikeluarkan untuk memperbaharui kerangka kerja untuk tahun 2003.

Laporan Teknis TIMSS 2007 menyediakan dokumentasi teknis tentang


desain dan pelaksanaan penilaian, termasuk rincian proses yang mendasari
pengembangan instrumen TIMSS tahun 2007 dan metode yang digunakan dalam
pengambilan sampel, pengumpulan data, skala, analisis data, dan pelaporan.
Secara khusus, TIMSS 2007 Laporan Teknis menyediakan dokumentasi rinci
tentang prosedur dan metode yang digunakan oleh TIMSS untuk menyediakan
data perbandingan internasional berkualitas tinggi. Laporan ini menjelaskan
multi-faceted perhatian terhadap kualitas dan langkah-langkah jaminan kualitas
yang banyak diterapkan dari memperbarui kerangka kerja penilaian untuk TIMSS
2007 melalui rilis dari database internasional dan Panduan Pengguna

Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi matematika dan sains siswa antar-
negara peserta (Tahun 2007 rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi
= 100):

Tabel 2.1.1 Skor Rata-rata Prestasi Matematika

TIMSS 1999 TIMSS 2003 TIMSS 2007


No. Negara Skor No. Negara Skor No. Negara Skor
1 Singapura 604 1 Singapura 605 1 Taiwan 598
2 Korea Selatan 587 2 Korea Selatan 589 2 Korea Selatan 597
3 Taiwan 585 3 Hongkong 586 3 Singapura 593
4 Hongkong 582 4 Taiwan 585 4 Hongkong 572
5 Jepang 579 5 Jepang 570 5 Jepang 570
6 Belgia 558 6 Belgia 537 6 Hungaria 517
7 Belanda 540 7 Belanda 536 7 Inggris 513
8 Slowakia 534 8 Estonia 531 8 Rusia 512
9 Hungaria 532 9 Hungaria 529 9 Amerika Serikat 508
10 Kanada 531 10 Malaysia 508 10 Lituania 506
11 Slovenia 530 11 Latvia 508 11 Ceko 504
12 Rusia 526 12 Rusia 508 12 Slovenia 501
13 Australia 525 13 Slowakia 508 Internasional 500
14 Finlandia 520 14 Australia 505 13 Armenia 499
15 Ceko 520 15 Amerika 504 14 Australia 496
Serikat
16 Malaysia 519 16 Lituania 502 15 Swedia 491
17 Bulgaria 511 17 Swedia 499 16 Malta 488
18 Latvia 505 18 Skotlandia 498 17 Skotlandia 487
19 Amerika 502 19 Inggris 498 18 Serbia 486
Serikat
20 Inggris 496 20 Israel 496 19 Italia 480
21 Selandia Baru 491 21 Selandia Baru 494 20 Malaysia 474
Internasional 487 22 Slovenia 493 21 Norwegia 469
22 Lituania 482 23 Italia 484 22 Siprus 465
23 Italia 479 24 Armenia 478 23 Bulgaria 464
24 Siprus 476 25 Serbia 477 24 Israel 463
25 Rumania 472 26 Bulgaria 476 25 Ukraina 462
26 Maldova 469 27 Rumania 475 26 Rumania 461
27 Thailand 467 Internasional 467 27 Bosnia 456
Herzegovina
28 Israel 466 28 Norwegia 461 28 Libanon 449
29 Tunisia 448 29 Maldova 460 29 Thailand 441
30 Masedonia 447 30 Siprus 459 30 Turki 432
31 Turki 429 31 Masedonia 435 31 Yordania 427
32 Yordania 428 32 Libanon 433 32 Tunisia 420
33 Iran 422 33 Yordania 424 33 Georgia 410
34 INDONESIA 403 34 Iran 411 34 Iran 403
35 Cili 392 35 INDONESIA 411 35 Bahrain 398
36 Filipina 345 36 Tunisia 410 36 INDONESIA 397
37 Maroko 337 37 Mesir 406 37 Siria 395
38 Afrika Selatan 275 38 Bahrain 401 38 Mesir 391
39 Palestina 390 39 Algeria 387
40 Cili 387 40 Maroko 381
41 Maroko 387 41 Kolombia 380
42 Filipina 378 42 Oman 372
43 Botswana 366 43 Palestina 367
44 Saudi Arabia 332 44 Botswana 364
45 Gana 276 45 Kuwait 354
46 Afrika Selatan 264 46 Elsavador 340
47 Saudi Arabia 329
48 Ghana 309
49 Qatar 307

Tabel 2.1.2 Skor Rata-rata Prestasi Sains

TIMSS 1999 TIMSS 2003 TIMSS 2007


No. Negara Skor No. Negara Skor No. Negara Skor

1 Taiwan 569 1 Singapura 578 1 Singapura 567


2 Singapura 568 2 Taiwan 571 2 Taiwan 561
3 Hungaria 552 3 Korea Selatan 558 3 Jepang 554
4 Jepang 550 4 Hongkong 556 4 Korea Selatan 553
5 Korea Selatan 549 5 Estonia 552 5 Inggris 542
6 Belanda 545 6 Jepang 552 6 Hungaria 539
7 Australia 540 7 Inggris 544 7 Ceko 539
8 Ceko 539 8 Hungaria 543 8 Slovenia 538
9 Inggris 538 9 Belanda 536 9 Hongkong 530
10 Finlandia 535 10 Amerika 527 10 Rusia 530
Serikat
11 Slowakia 535 11 Australia 527 11 Amerika Serikat 520
12 Belgia 535 12 Swedia 524 12 Lituania 519
13 Slovenia 533 13 Slovenia 520 13 Australia 515
14 Kanada 533 14 Selandia Baru 520 14 Swedia 511
15 Hongkong 530 15 Lituania 519 Internasional 500
16 Rusia 529 16 Slowakia 517 15 Skotlandia 496
17 Bulgaria 518 17 Belgia 516 16 Italia 495
18 Amerika 515 18 Rusia 514 17 Armenia 488
Serikat
19 Selandia Baru 510 19 Latvia 512 18 Norwegia 487
20 Latvia 503 20 Skotlandia 512 19 Ukraina 485
21 Italia 493 21 Malaysia 510 20 Yordania 482
22 Malaysia 492 22 Norwegia 494 21 Malaysia 471
23 Lituania 488 23 Italia 491 22 Thailand 471
Internasional 488 24 Israel 488 23 Serbia 470
24 Thailand 482 25 Bulgaria 479 24 Bulgaria 470
25 Rumania 472 26 Yordania 475 25 Israel 468
26 Israel 468 Internasional 474 26 Bahrain 467
27 Siprus 460 27 Maldova 472 27 Bosnia 466
Herzegovina
28 Maldova 459 28 Rumania 470 28 Rumania 462
29 Masedonia 458 29 Serbia 468 29 Iran 459
30 Yordania 450 30 Armenia 461 30 Malta 457
31 Iran 448 31 Iran 453 31 Turki 454
32 INDONESIA 435 32 Masedonia 449 32 Siria 452
33 Turki 433 33 Siprus 441 33 Siprus 452
34 Tunisia 430 34 Bahrain 438 34 Tunisia 445
35 Cili 420 35 Palestina 435 35 INDONESIA 427
36 Filipina 345 36 Mesir 421 36 Oman 423
37 Maroko 323 37 INDONESIA 420 37 Georgia 421
38 Afrika Selatan 243 38 Cili 413 38 Kuwait 418
39 Tunisia 404 39 Kolombia 417
40 Saudi Arabia 398 40 Libanon 414
41 Maroko 396 41 Mesir 408
42 Libanon 393 42 Algeria 408
43 Filipina 377 43 Palestina 404
44 Botswana 365 44 Saudi Arabia 403
45 Gana 255 45 Maroko 402
46 Afrika Selatan 244 46 Elsavador 387
47 Botswana 355
48 Qatar 319
49 Ghana 303
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia berada
signifikan di bawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di
peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46
negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara . Dengan jumlah
negara peserta yang sama seperti dalam matematika, untuk rata-rata skor prestasi
sains posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 1999
berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 37, dan pada
tahun 2007 berada di peringkat ke 35.

2.2 Survei Internasional PISA

Pengertian PISA

PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi


internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa
sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh OECD (Organisation for
Economic Cooperation and Development) yang berkedudukan di Paris,
Perancis. PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali,
yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Indonesia mulai
sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 2000. Pada tahun 2000 sebanyak 41 negara
berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 menurun menjadi 40
negara dan pada tahun 2006 melonjak menjadi 57 negara.
Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur
operasi standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei,
penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan
analisis data, dan pengendalian mutu. Desain dan implementasi studi berada
dalam tanggung jawab konsorsium internasional yang beranggotakan the
Australian Council for Educational Research (ACER), the Netherlands National
Institute for Educational Measurement (Citogroep), the National Institute for
Educational Policy Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.

Tujuan PISA

Tujuan PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan
sains siswa sekolah berusia 15 tahun di negara-negara peserta. Bagi Indonesia,
manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi
literasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi literasi siswa di negara
lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini
diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk
peningkatan mutu pendidikan.

Apa yang diukur?

Dasar penilaian prestasi literasi membaca, matematika, dan sains dalam PISA
memuat pengetahuan yang terdapat dalam kurikulum dan pengetahuan yang
bersifat lintas kurikulum. Masing-masing aspek literasi yang diukur adalah
sebagai berikut:
 Membaca: memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk
tulisan.
 Matematika: mengidentifikasikan dan memahami serta menggunakan
dasar-dasar matematika yang diperlukan seseorang dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari.
 Sains: menggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah untuk
memahami fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta
perubahan yang terjadi pada lingkungan.

Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi literasi membaca, matematika, dan


sains siswa antar-negara peserta (rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar
deviasi = 100):

Tabel 2.2.1. Skor Rata-rata Prestasi Literasi Membaca

PISA 2000 PISA 2003 PISA 2006

No. Negara Skor No. Negara Skor No. Negara Skor

1 Finlandia 546 1 Finlandia 543 1 Korea Selatan 556


2 Kanada 534 2 Korea Selatan 534 2 Finlandia 547
3 Selandia Baru 529 3 Kanada 528 3 Hongkong 536
4 Australia 528 4 Australia 525 4 Kanada 527
5 Irlandia 527 5 Liechtenstein 525 5 Selandia Baru 521
6 Hongkong 525 6 Selandia Baru 522 6 Irlandia 517
7 Korea Selatan 525 7 Irlandia 515 7 Australia 513
8 Inggris 523 8 Swedia 514 8 Liechtenstein 510
9 Jepang 522 9 Belanda 513 9 Polandia 508
10 Swedia 516 10 Hongkong 510 10 Swedia 507
11 Austria 507 11 Belgia 507 11 Belanda 507
12 Belgia 507 12 Norwegia 500 12 Belgia 501
13 Islandia 507 Internasional 500 13 Estonia 501
14 Norwegia 505 13 Swis 499 Internasional 500
15 Prancis 505 14 Jepang 498 14 Swis 499
Amerika
16 Serikat 504 15 Makau 498 15 Jepang 498
Internasional 500 16 Polandia 497 16 Taiwan 496
17 Denmark 497 17 Prancis 496 17 Inggris 495
Amerika
18 Swis 494 18 Serikat 495 18 Jerman 495
19 Spanyol 493 19 Denmark 492 19 Denmark 494
20 Ceko 492 20 Islandia 492 20 Slovenia 494
21 Italia 487 21 Jerman 491 21 Makau 492
22 Jerman 484 22 Austria 491 22 Austria 490
23 Liechtenstein 483 23 Latvia 491 23 Prancis 488
24 Hungaria 480 24 Ceko 489 24 Islandia 484
25 Polandia 479 25 Hungaria 482 25 Norwegia 484
26 Yunani 474 26 Spanyol 481 26 Ceko 483
27 Portugis 470 27 Luksemburg 479 27 Hungaria 482
28 Rusia 462 28 Portugis 478 28 Latvia 479
29 Latvia 458 29 Italia 476 29 Luksemburg 479
30 Israel 452 30 Yunani 472 30 Kroasia 477
31 Luksemburg 441 31 Slowakia 469 31 Portugis 472
32 Thailand 431 32 Rusia 442 32 Lithuania 470
33 Bulgaria 430 33 Turki 441 33 Italia 469
34 Meksiko 422 34 Uruguay 434 34 Slowakia 466
35 Argentina 418 35 Thailand 420 35 Spanyol 461
36 Cili 410 36 Serbia 412 36 Yunani 460
37 Brasil 396 37 Brasil 403 37 Turki 447
38 Masedonia 373 38 Meksiko 400 38 Cili 442
39 INDONESIA 371 39 INDONESIA 382 39 Rusia 440
40 Albania 349 40 Tunisia 375 40 Israel 439
41 Peru 327 41 Thailand 417
42 Uruguay 413
43 Meksiko 410
44 Bulgaria 402
45 Serbia 401
46 Yordania 401
47 Rumania 396
48 INDONESIA 393
49 Brasil 393
50 Montenegro 392
51 Kolumbia 385
52 Tunisia 380
53 Argentina 374
54 Azerbeijan 353
55 Qatar 312
56 Kirgistan 285

Tabel 2.2.2 Skor Rata-rata Prestasi Literasi Matematika

PISA 2000 PISA 2003 PISA 2006

No. Negara Skor No. Negara Skor No. Negara Skor

1 Hongkong 560 1 Hongkong 550 1 Taiwan 549


2 Jepang 557 2 Finlandia 544 2 Finlandia 548
3 Korea Selatan 547 3 Korea Selatan 542 3 Hongkong 547
4 Selandia Baru 537 4 Belanda 538 4 Korea Selatan 547
5 Finlandia 536 5 Liechtenstein 536 5 Belanda 531
6 Australia 533 6 Jepang 534 6 Swis 530
7 Kanada 533 7 Kanada 532 7 Kanada 527
8 Swis 529 8 Belgia 529 8 Makau 525
9 Inggris 529 9 Makau 527 9 Liechtenstein 525
10 Belgia 520 10 Swis 527 10 Jepang 523
11 Prancis 517 11 Australia 524 11 Selandia Baru 522
12 Austria 515 12 Selandia Baru 523 12 Belgia 520
13 Denmark 514 13 Ceko 516 13 Australia 520
14 Islandia 514 14 Islandia 515 14 Estonia 515
15 Liechtenstein 514 15 Denmark 514 15 Denmark 513
16 Swedia 510 16 Prancis 511 16 Ceko 510
17 Irlandia 503 17 Swedia 509 17 Islandia 506
Internasional 500 18 Austria 506 18 Austria 505
18 Norwegia 499 19 Jerman 503 19 Slovenia 504
19 Ceko 498 20 Irlandia 503 20 Jerman 504
Amerika
20 Serikat 493 Internasional 500 21 Swedia 502
21 Jerman 490 21 Slowakia 498 22 Irlandia 501
22 Hungaria 488 22 Norwegia 495 Internasional 500
23 Rusia 478 23 Luksemburg 493 23 Prancis 496
24 Spanyol 476 24 Polandia 490 24 Inggris 495
25 Polandia 470 25 Hungaria 490 25 Polandia 495
26 Latvia 463 26 Spanyol 485 26 Slowakia 492
27 Italia 457 27 Latvia 483 27 Hungaria 491
Amerika
28 Portugis 454 28 Serikat 483 28 Luksemburg 490
29 Yunani 447 29 Rusia 468 29 Norwegia 490
30 Luksemburg 446 30 Portugis 466 30 Lithuania 486
31 Israel 433 31 Italia 466 31 Latvia 486
32 Thailand 432 32 Yunani 445 32 Spanyol 480
33 Bulgaria 430 33 Serbia 437 33 Azerbeijan 476
34 Argentina 388 34 Turki 423 34 Rusia 476
Amerika
35 Meksiko 387 35 Uruguay 422 35 Serikat 474
36 Cili 384 36 Thailand 417 36 Kroasia 467
37 Albania 381 37 Meksiko 385 37 Portugis 466
38 Masedonia 381 38 INDONESIA 360 38 Italia 462
39 INDONESIA 367 39 Tunisia 359 39 Yunani 459
40 Brasil 334 40 Brasil 356 40 Israel 442
41 Peru 292 41 Serbia 435
42 Uruguay 427
43 Turki 424
44 Thailand 417
45 Rumania 415
46 Bulgaria 413
47 Cili 411
48 Meksiko 406
49 Montenegro 399
50 INDONESIA 391
51 Yordania 384
52 Argentina 381
53 Kolumbia 370
54 Brasil 370
55 Tunisia 365
56 Qatar 318
57 Kirgistan 311

Tabel 2.2.3 Skor Rata-rata Prestasi Literasi Sains

PISA 2000 PISA 2003 PISA 2006

No. Negara Skor No. Negara Skor No. Negara Skor

1 Korea Selatan 552 1 Finlandia 548 1 Finlandia 563


2 Jepang 550 2 Jepang 548 2 Hongkong 542
3 Hongkong 541 3 Hongkong 539 3 Kanada 534
4 Finlandia 538 4 Korea Selatan 538 4 Taiwan 532
5 Inggris 532 5 Liechtenstein 525 5 Estonia 531
6 Kanada 529 6 Australia 525 6 Jepang 531
7 Selandia Baru 528 7 Makau 525 7 Selandia Baru 530
8 Australia 528 8 Belanda 524 8 Australia 527
9 Austria 519 9 Ceko 523 9 Belanda 525
10 Irlandia 513 10 Selandia Baru 521 10 Liechtenstein 522
11 Swedia 512 11 Kanada 519 11 Korea Selatan 522
12 Ceko 511 12 Swis 513 12 Slovenia 519
13 Prancis 500 13 Prancis 511 13 Jerman 516
14 Norwegia 500 14 Belgia 509 14 Inggris 515
Internasional 500 15 Swedia 506 15 Ceko 513
Amerika
15 Serikat 499 16 Irlandia 505 16 Swis 512
16 Hungaria 496 17 Hungaria 503 17 Makau 511
17 Islandia 496 18 Jerman 502 18 Austria 511
18 Belgia 496 Internasional 500 19 Belgia 510
19 Swis 496 19 Polandia 498 20 Irlandia 508
20 Spanyol 491 20 Slowakia 495 21 Hungaria 504
21 Jerman 487 21 Islandia 495 22 Swedia 503
Amerika
22 Polandia 483 22 Serikat 491 Internasional 500
23 Denmark 481 23 Austria 491 23 Polandia 498
24 Italia 478 24 Rusia 489 24 Denmark 496
25 Liechtenstein 476 25 Latvia 489 25 Prancis 495
26 Yunani 461 26 Spanyol 487 26 Slowakia 493
27 Rusia 460 27 Italia 486 27 Islandia 491
28 Latvia 460 28 Norwegia 484 28 Latvia 490
Amerika
29 Portugis 459 29 Luksemburg 483 29 Serikat 489
30 Bulgaria 448 30 Yunani 481 30 Slowakia 488
31 Luksemburg 443 31 Denmark 475 31 Spanyol 488
32 Thailand 436 32 Portugis 468 32 Lithuania 488
33 Israel 434 33 Uruguay 438 33 Norwegia 487
34 Meksiko 422 34 Serbia 436 34 Luksemburg 486
35 Cili 415 35 Turki 434 35 Rusia 479
36 Masedonia 401 36 Thailand 429 36 Italia 475
37 Argentina 396 37 Meksiko 405 37 Portugis 474
38 INDONESIA 393 38 INDONESIA 395 38 Yunani 473
39 Albania 376 39 Brasil 390 39 Israel 454
40 Brasil 375 40 Tunisia 385 40 Cili 438
41 Peru 333 41 Serbia 436
42 Bulgaria 434
43 Uruguay 428
44 Turki 424
45 Yordania 422
46 Thailand 421
47 Rumania 418
48 Montenegro 412
49 Meksiko 410
50 INDONESIA 393
51 Argentina 391
52 Brasil 390
53 Kolumbia 388
54 Tunisia 386
55 Azerbeijan 382
56 Qatar 349
57 Kirgistan 322

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi literasi membaca,


matematika, dan sains siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata
internasional. Untuk literasi membaca, Indonesia pada tahun 2000 berada di
peringkat ke 39 dari 41 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 39 dari 40
negara, dan tahun 2006 berada di peringkat ke 48 dari 56 negara . Dengan jumlah
negara peserta yang sama seperti dalam literasi membaca, untuk rata-rata skor
prestasi literasi matematika posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia
pada tahun 2000 berada di peringkat ke 39, pada tahun 2003 berada di peringkat
ke 38, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50. Begitu pula untuk rata-rata
skor prestasi literasi sains, posisi Indonesia masih jauh di bawah rata-rata
internasional. Siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 38, pada
tahun 2003 berada di peringkat ke 38, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke
50.
Table 2.2.4 Posisi Indonesia dibandingkan negara-negara lain berdasarkan
studi PISA:

Jumlah
Skor Rata-
Tahun Skor Rata-rata Peringkat Negara
Mata Pelajaran rata
Studi Internasional Indonesia Peserta
Indonesia
Studi
Membaca 371 500 39
2000 Matematika 367 500 39 41
Sains 393 500 38
Membaca 382 500 39
2003 Matematika 360 500 38 40
Sains 395 500 38
Membaca 393 500 48 56
2006 Matematika 391 500 50
57
Sains 393 500 50
Membaca 402 500 57
2009 Matematika 371 500 61 65
Sains 383 500 60
2.3 Kemampuan fisika siswa Indonesia dalam TIMSS
Makalah singkat ini mengungkap profil penguasaan siswa dalam ketiga
TIMSS, khususnya dalam bidang Fisika, serta perbandingannya terhadap rata-rata
internasional, dan menyajikan hasil diagnosis terhadap kemungkinan penyebab
kelemahan siswa Indonesia dalam domain konten dan kognitif yang diukur dalam
TIMSS. Makalah ini juga berisi masukan terhadap pengambil kebijakan guna
peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam bidang fisika.

Untuk mengukur kemampuan sains siwa, TIMSS menggunakan instrumen


tes tertulis dengan format pilihan ganda dan uraian. Jumlah seluruh item 67,
terdiri atas 427 item (62,69%) Multiple Choice (MC) dan item (52,9%) uraian.
Bahan kajian makalah ini adalah seluruh respons dan capaian siswa terhadap butir
soal fisika yang digunakan dalam TIMSS 1999, TIMSS 2003 dan TIMSS 2007.
Soal-soal dalam domain kognitif memuat tugas-tugas (tasks) yang meminta siswa
untuk: (i) memperlihatkan pengetahuan tentang alat, metode, dan prosedur
(=Knowing); (ii) menerapkan pengetahuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah
(=Applying); (iii) menggunakan pengertian ilmiah untuk memberikan penjelasan
berdasarkan bukti (= Reasoning). Hasil kajian awal terhadap cakupan domain
kognitif ketiga TIMSS tidak sama, maka domain kognitif soal-soal sains TIMSS
1999 dan 2003 merujuk pada kerangka domain kognitif pada TIMSS 2007
(knowing, applying, reasoning).
Data sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode akan digunakan
sebagai data utama guna mengkaji kemampuan fisika siswa Indonesia, baik
ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning). Untuk mengkaji
kemampuan siswa Indonesia, baik ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying,
reasoning), maupun aspek konten Fisika, data sekunder dari laporan TIMSS
selama tiga periode seperti ditunjukan pada Tabel 2.3.1 berikut.
Hasil Analisis
Soal-soal TIMSS tahun 1999,2003, dan 2007 sebagai data sekunder diambil dari
TIMSS-almanac dan TIMSS-item released. Pemanfaatan data sekunder dari
laporan TIMSS selama tiga periode digunakan sebagai data utama guna mengkaji
butir soal Fisika TIMSS dan kemampuan siswa Indonesia ditinjau dari aspek
kognitif (knowing, applying, reasoning) serta perbandingannya dengan
kemampuan siswa Internasional. Sebagai gambaran awal, berdasarkan data
sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode tersebut diperoleh profil
distribusi soal-soal TIMSS seperti ditunjukkan pada Tabel di atas. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa berdasarkan tipe soal terdapat kecenderungan jumlah butir
soal tipe mulitiple choice (pilihan berganda) pada tiap tahun TIMSS lebih banyak
jumlahnya dibandingkan dengan soal essay. Pada TIMSS tahun 1999 jumlah soal
pilihan berganda merupakan jumlah soal yang paling banyak (76,19%), akan
tetapi soal ini menurun jumlahnya pada tahun 2003 dan bertambah lagi pada tahun
2007. Pada tahun 2003 jumlah soal pilihan berganda dan soal essay seimbang
(pilhan berganda 12 dan essay 11 soal).

Tabel 2.3.2 Profil Distribusi Butir Soal Fisika TIMSS Tahun 1999, 2003, dan
2007 Berdasarkan Tipe Soal dan domaian Kognitif
Secara visual, profil distribusi butir soal Fisika TIMSS berdasarkan tipe soal
selama tiga periode dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 2.3.1 Profil distribusi Butir Soal TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007
Berdasarkan
Tipe Soal

Berdasarkan aspek domain kognitif terdapat kecenderungan jumlah butir


soal reasoning pada TIMSS tahun 1999 dan tahun 2003 merupakan jumlah soal
paling banyak dibandingkan dengan aspek koginitif knowing maupun applying.
Pada TIMSS tahun 2007 jumlah butir soal applying menjadi lebih banyak
dibandingkan dengan aspek koginitif knowing maupun reasoning. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan soal-soal TIMSS yang akan datang
proporsi soal applying lebih banyak dibandingkan soal knowing dan reasoning.
Secara visual, profil distribusi butir soal Fisika TIMSS berdasarkan domaian
kognitif selama tiga periode dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 2.3.2 Profil distribusi Butir Soal TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007
Berdasarkan
Domain Kognitif

Berdasarkan hasil interpretasi terhadap kemampuan siswa Indonesia baik ditinjau


dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning), maupun aspek konten Fisika
yang ditunjukkan pada table. Diperoleh rata-rata kemampuan kognitif knowing
(40,37) lebih tinggi dibandingkan dengan aspek kognitif applying (36,96) dan
reasoning (33,01). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia rata-
rata masih berada pada kemampuan knowing yaitu kemampuan dalam
memperlihatkan pengetahuan tentang alat, metode, dan prosedur fisika.

Tabel 2.3.3. Profil kemampuan Kognitif Siswa Indonesia Pada TIMSS

Secara visual, profil kemampuan fisika siswa Indonesia pada TIMSS


berdasarkan tiap aspek domain kognitif selama tiga periode dapat dilihat pada
Gambar berikut. Tabel dan Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa
kemampuan siswa pada aspek kognitif knowing dan reasoning menurun pada tiap
tahun. Sedangkan kemampuan siswa pada aspek kognitif applying meningkat
pada tahun 2003, akan tetapi menurun kembali pada tahun 2007. Hal ini
mengindikasikan bahwa kemampuan fisika siswa Indonesia masih harus
ditingkatkan pada semua aspek, terutama pada aspek reasoning.
Table 2.3.4 Profil kemampuan Fisika Siswa Pada TIMSS Tahun 1999, 2003, dan
2007 Berdasarkan Domaian Kognitif

Kemampuan siswa Indonesia pada aspek kognitif pada TIMSS 1999


menunjukkan kemampuan tertinggi (55,93) dibandingkan aspek kognitif lainnya
pada tahun yang sama maupun pada tahun 2003 dan 2007. Berdasarkan capaian
tersebut menggambarkan bahwa pembelajaran sains di Indonesia (1) belum
memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan tentang alat,
metode dan prosedur fisika; (2) belum melatih kemampuan menerapkan
pengetahuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah; dan (3) belum memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pengertian ilmiah sehingga siswa
dapat memberikan penjelasan berdasarkan bukti.

Gambar 2.3.3 Profil Kemampuan Siswa Indonesia Pada TIMSS Tahun 1999,
2003, dan 2007
Berdasarkan Domain Kognitif

Pencapaian siswa Indonesia pada TIMSS pada tahun 2007 tidak menjadi
lebih baik, bahkan menurun. Hal ini perlu diantisipasi dengan cerdik oleh para
praktisi di lapangan, bukan dengan cara sekedar membantu siswa latihan soal,
melainkan dengan cara membekalkan kemampuan menerapkan dan bernalar
(berpikir tingkat tinggi dan mencermati data yang disajikan dalam berbagi bentuk
tampilan. Kemampuan membaca pemahaman siswa Indonesia sangat kurang dan
perlu dibantu, karena banyak soal essay yang tidak direspon. Kalaupun direspon,
responnya menunjukkan penalarannya masih tingkat rendah, linier, dan terpisah-
pisah (tidak komprehensif).

Dalam tiga tahun TIMSS rata-rata capaian siswa Indonesia dibawah rata-rata
internasional seperti yang ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut .

Tabel 2.3.5 Rata-rata Capaian Siswa Indonesia dibandingkan Rata-rata


Internasional

Pencapaian rata-rata fisika siswa Indonesia sebesar 34,57 lebih kecil


dibandingkan rata-rata Internasional sebesar 43,40. Hal ini menunjukkan bahwa
proses pembelajaran yang diterapkan di Indonesia berbeda dengan proses
pembelajaran di negara-negara lain. Apabila ditinjau dari tujuan kurikulum
Nasional yaitu KTSP yang berorientasi pada kompetensi sebenarnya memiliki
tujuan yang sama dengan target TIMSS yaitu mengukur kompetensi siswa.
Sehingga yang perlu ditekankan adalah tataran implementasi kurikulum yang
masih belum berorientasi pada kompetensi yang diharapkan. Permasalahan lain
adalah ketidakbiasaan siswa dalam menjawab bentuk soal yang berbentuk tabel,
diagram, menguji kemampuan analisis, dam problem solving. Kebanyakan soal-
soal yang biasa digunakan pada ulangan umum dan UN masih berorientasi pada
pengetahuan semata, sehingga perlu adanya pembiasaan pada siswa untuk berlatih
soal-soal yang menguji kemampuan berpikir dan bernalar siswa. Kemampuan
guru dalam mengembangkan soalsoal ‘ala TIMSS’ perlu ditingkatkan, sehingga
siswa Indonesia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui proses
assessment yang dapat mengukur kemampuan sains yang beragam.
Kecenderungan dalam tiga tahun TIMSS pencapaian rata-rata fisika
terhadap pencapaian rata-rata fisika internasional, diperoleh kecenderungan
capaian Fisika siswa Indonesia dan siswa Internasional dalam tiga tahun TIMSS
sama-sama menurun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesulitan soalsoal
TIMSS meningkat, sehingga baik siswa Indonesia maupun rata-rata siswa
internasional mengalami kesulitan dalam menjawab soal TIMSS. Rata-rata skor
capaian internasional hanya 43,40 dan siswa Indonesia mencapai 34,57. Hal ini
menujukkan bahwa kecenderungan proses pembelajaran baik nasional maupun
internasional belum mengarahkan kepada kemampuan berpikir.

Tabel 2.3.6. Rata-rata Capaian Fisika Siswa Indonesia dibandingkan Rata-rata


Internasionalpada Tiap Tahun TIMSS

Klasifikasi kemampuan yang diukur pada TIMSS 2007 lebih sederhana


dibandingkan TIMSS 1999 dan TIMSS 2003 yaitu terdiri dari kemampuan
kognitif knowing, applying dan reasoning. Pencapaian rata-rata nasional terhadap
internasional dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2.3.7 Rata-rata Capaian Fisika Siswa Indonesia dibandingkan Rata-rata
Internasional
Berdasarkan Domain Kognitif

Tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada domain


kognitif reasoning merupakan yang paling rendah dibandingkan domain kognitif
applying dan knowing baik secara nasional maupun internasional. Tetapi apabila
dibandingkan kemampuan siswa Indonesia aspek reasoning memperoleh 29,10
sedangkan rata-rata internasional 40,21. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
reasoning siswa Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata internasional.
Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran sains di Indonesia pada umumnya
belum melatih siswa untuk menganalisis, memecahkan masalah, melakukan
sisntesis, membuat hipotesis, membuat rencana percobaan, merumuskan
kesimpulan, membuat generalisasi, mengevaluasi dan mempertimbangkan.
Demikian halnya sistem evaluasi yang diterapkan di Indonesia belum terbiasa
menggunakan soal-soal yang mengukur kemampuan tersebut. Kemampuan
applying siswa Indonesia hanya mencapai rata-rata 36,23 sedangkan rata-rata
internasional 43,80. Hal tersebut mencerminkan kemampuan siswa dalam
membandingkan, mengklasifikasi, menggunakan model, membuat hubungan, dan
menginterpretasi informasi ilmiah masih perlu ditingkatkan.
SOAL LATIHAN PISA-FISIKA
LAYAK MINUM

Sumber Air
(Danau atau Penampungan Air)
Air PAM

(1) Pemisahan
sampah

(3) Penyaringan (4) Penambahan (5) Pengujian


(2) Kolam pengendapan kualitas air
klor

Gambar di atas menunjukkan cara air yang dipasok ke rumah-rumah di kota dibuat layak minum.

Pertanyaan 1: LAYAK MINUM


Memiliki sumber yang baik untuk air minum sangatlah penting. Air yang terdapat di dalam tanah disebut air
tanah.
Berikan satu alasan dalam air tanah terdapat lebih sedikit bakteri dan zat pencemar lainnya daripada dalam air
permukaan seperti air danau atau sungai.
................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................
Nilai Penuh
Kode 11: Jawaban mengarah pada air tanah yang tersaring oleh tanah.
 Air disaring ketika melewati pasir dan tanah.
 Air tersaring secara alamiah.
 Karena ketika merembes ke dalam tanah, air akan disaring oleh batu-batuan dan pasir.
Kode 12: Jawaban mengarah pada air tanah yang terlindung di dalam tanah sehingga terhindar dari
kemungkinan tercemar; ATAU bahwa air permukaan lebih mudah tercemar.
 Air tanah terdapat di dalam bumi sehingga pencemaran udara tidak dapat mengotorinya.
 Karena air tanah tidak terbuka, air tanah terletak di bawah tanah.
 Danau dan sungai dapat tercemari oleh udara dan kita dapat mandi dan melakukan aktivitas
lainnya di sana, oleh karena itu airnya tidak bersih.
Kode 13: Jawaban benar lainnya.
 Air tanah adalah air yang tidak memiliki cukup makanan untuk bakteri sehingga bakteri tidak
dapat hidup di sana.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

TIMSS ( Trends in International Mathematics and Science Study)


dibentuk oleh International Association for the Evaluation of Educational
Achievement ( IEA). IEA juga membentuk Progress in International Reading
Literacy Study (PIRLS). TIMSS dirancang untuk membantu negara di seluruh
dunia meningkatkan belajar siswa dalam Matematika dan Sains. TIMSS
mengumpulkan data prestasi pendidikan beberapa Negara terlihat bahwa
kemampuan siswa Indonesia masih sangat rendah dan itu tidak terlipas dari
sumber daya alam manusia tersebut. Maka dari itu perlu dilakukan pembaharuan
terhadap pendidikan di Indonesia.

B. SARAN

1. Setiap negara hendaknya bisa ikut serta dalam Trends in International


Mathematics and Science Study agar mampu mengevaluasi system pendidikan
yang telah dimiliki.

2. Trends in International Mathematics and Science Study bisa lebih giat


memberi saran kepada setiap negara untuk kemajuan pendidikan negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai