id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.
Ini diikuti dengan pengajaran yang sistematis dengan harapan untuk mengingat.
(lihat Richardson 2012: www.cornerstonecurriculum.com).
Tentang metode drill yang bertalian erat dengan sifat praktis juga dijelaskan
Roestiyah, menurutnya metode drill merupakan suatu teknik yang dapat diartikan
sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan,
agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang
telah dipelajari (2001: 125, Zuhairini, dkk., 1983: 106). Dalam pengertian ini
keterampilan ada yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek,
namun ada pula yang membutuhkan waktu cukup lama. Lebih lanjut dikatakan bahwa
latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu
didahului dengan pengertian dasar.
Mahfud juga menyatakan dalam bidang keagamaan yang bukunya berjudul
“Metodologi Pengajaran Agama” bahwa, drill merupakan suatu kegiatan dalam
melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan
untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya
menjadi permanen. (1987: 100).
Rambu-rambu pemberian latihan menurut para pakar seharusnya sesuatu yang
dilatih harus berarti, menarik, dan dihayati murid sebagai kebutuhan. Sebelum latihan
dilaksanakan perlu diketahui terlebih dahulu arti dan kegunaan latihan, serta perlunya
diadakan latihan. Latihan hendakya diberikan secara matematis, tertib, dan tidak
loncat-loncat. Disarankan pula bahwa latihan hendaknya diberikan dari dasar atau
dari permulaan. Mana yang telah diberikan supaya selalu diulangi, dipakai dan
ditanyakan (murid selalu diingatkan). Dalam latihan ini guru hendaklah pandai
membuat bermacam-macam latihan agar murid tidak jemu atau bosan, dan latihan
yang diberikan secara perorangan akan lebih baik dari pada latihan bersama, sebab
dengan mengontrol dan mengoreksi latihan yang diberikan secara bersama harus
diikuti latihan individu. Ditegaskan pula bahwa latihan hendaklah diselenggarakan
dalam suasana yang menyenangkan jangan diberikan dalam suasana yang penuh
ketegangan dan ketakutan (Sriyono, 1991: 113).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
seperti keadaan benda yang sebenarnya, menurut arah pandang dan cahaya
yang ada (1984: 44).
Sedangkan menurut Asim Sulistyo menggambar bentuk adalah
memindahkan benda-benda yang diamati ke dalam bidang gambar (2 demensi)
sesuai dengan apa adanya. Gambar di ciptakan tanpa memberikan rasa/
ekspresi/kejiwaan pada gambar tersebut (2006: 4).
Menurut Cut Kamaril menggambar bentuk merupakan usaha
mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide/ gagasan, perasaan dalam wujud
dwi matra yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna.
Ungkapan tersebut sesuai dengan bentuk benda yang digambar, hasil
gambarnya menunjukkan kreativitas maupun keterampilan penggambar dalam
menampilkan ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar (1998: 49).
Lebih lanjut disebutkan bahwa proses dalam menggambar bentuk
sangat dituntut ketepatan bentuk benda yang digambar, oleh sebab itu
diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar ketepatan bentuk yakni proporsi
atau ukuran perbandingan dan ketepatan garis maupun tekstur yang
menunjukkan ketepatan jenis benda tersebut.
Menurut Sudarsono dalam bukunya “Menggambar Model” ada tiga
tahapan dalam menggambar model: (1) tahapan yang paling awal adalah sketsa
awal, dimana garis-garis sketsa digoreskan untuk menangkap bentuk dari model
dengan global. Dengan garis-garis sketsa awal ini pendekatan bentuk harus
telah terkuasai; (2) sketsa paripurna. Dalam sketsa paripurna ini kita dituntut
untuk menyelesaikan detail-detail dari sketsa awal tadi; (3) gambar model
paripurna, dimana setelah sketsa awal maupun paripurna terselesaikan dengan
baik, maka giliran gambar model paripurna itu dilakukan, yaitu mulai membuat
detai-detail yang telah dibuat di sketsa paripurna lebih ditegaskan dan mengarah
pada finishing. Bagi orang yang pandai menggambar dapat menggambar
langsung dengan tepat apa yang digambar. Bagi orang yang masih belajar perlu
mengetahui dasar-dasar proporsi tersebut, dengan menggunakan garis-garis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
1) Perspektif
Asim Sulistyo dalam ”Modul Seni Rupa kelas VII” menyatakan
bahwa perspektif merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
menggambar benda-benda yang bervolume, berisi, beruang/ berongga (Tiga
Demensi) pada bidang gambar. Gambar terlihat seperti benda yang
sebenarnya sehingga benda mempunyai kesan besar-kecil, jauh-dekat,
dalam-dangkal, terang-gelap, tinggi-pendek dan lainnya (2006: 5).
Sedangkan menurut Soepratno perspektif merupakan gambar dari
suatu benda yang merupakan suatu pandangan kedalaman yang serasi dari
ujud benda tersebut (1985: 100).
2) Proporsi
Soepratno menyatakan bahwa proporsi merupakan suatu ukuran
perbandingan antara bagian-bagian yang satu dengan yang lain pada benda
tersebut (1985: 100).
Selanjutnya Tjahjo Prabowo dalam bukunya yang berjudul “Desain
Dasar I (Desain Dua Dimensional) Desain Dwi Matra” menjelaskan bahwa
proporsi merupakan hubungan perbandingan antara bagian dengan bagian
dan atau antara bagian dengan keseluruhan. Lebih lanjut dijelaskan
mengenai hal-hal yang perlu diperbandingkan yaitu; antara unsur dengan
unsur yang terdapat dalam bidang gambar, antara unsur visual dengan
bidang gambar, serta antara bidang gambar dengan kertas gambar (1999:
17).
Sedangkan Jauhari juga mengungkapkan bahwa proporsi atau
perbandingan adalah keselarasan atau keserasian perbandingan ukuran antara
satu bagian dengan keseluruhan bentuk (jauhari@artlover.com. Diakses 15
Februari 2009).
3) Komposisi
Komposisi menurut Sudarsono dalam bukunya yang berjudul
“Menggambar Bentuk Lanjut” adalah suatu usaha di dalam menyusun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
19
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
22
Di lain pihak kurangnya alokasi jam pelajaran, banyaknya aktifitas siswa dan
kurang disiplinnya guru bisa menjadi salah satu faktor penghambat terhadap kegiatan
belajar mengajar.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode drill sebagian besar diterapkan
pada mata pelajaran yang berhubungan erat dengan proses berhitung dan menghafal.
Kelemahan dari efektifitas penggunaan metode drill tersebut sangat tergantung pada
tingkat kemampuan siswa dalam berhitung dan menghafal. Dari beberapa kajian di
atas menguatkan bahwa penelitian dalam bidang kesenian khususnya untuk seni rupa
yang sarat dengan aspek kemampuan ketrampilan belum dikaji. Keprihatinan ini
menjadikan titik awal penting dalam penelitian secara mendalam mengenai penerapan
metode drill dalam konteks peningkatan kemampuan ketrampilan menggambar
bentuk. Dengan demikian penelitian yang dilakukan menjadi sangat beralasan karena
sejauh ini belum ada penelitian tentang hal ini.
23
C. Kerangka Berpikir.
Penggunaan metode pembelajaran pada mata pelajaran Seni Budaya sangat
beragam terkhusus pada kelas VII. Pada mata pelajaran ini meliputi beberapa sub
pokok bahasan, salah satu di antaranya adalah menggambar bentuk. Proses
pembelajaran menggambar bentuk dalam penelitian ini menggunakan metode drill
sebagai salah satu sarana untuk melatih meningkatkan kemampuan ketrampilan
menggambar bentuk pada anak didik.
Tindakan di kelas untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dilakukan dengan
memberikan pembelajaran kepada siswa dalam rangkaian kegiatan proses belajar
mengajar. Anak sebagai subjek didik merupakan sasaran yang dikenai dalam usaha
meningkatkan ketrampilan menggambar bentuk. Guru dalam hal ini sebagai pelaku
yang membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam menggambar bentuk di kelas.
Peran guru sangat penting dalam memberikan bimbingan, motivasi dan materi yang
dapat memacu subjek didik dalam meningkatkan kemampuan menggambar bentuk
dengan metode yang diterapkannya yaitu metode drill.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
Metode drill dipilih sebagai sarana untuk memacu para subjek didik dalam
mengembangkan kemampuannya dalam menggambar bentuk dari yang semula
ditemukan masih memiliki banyak kelemahan, kemudian ditingkatkan melalui
tindakan (action) agar menjadi lebih baik. Beberapa aspek yang akan ditingkatkan
dalam kemampuan menggambar bentuk antara lain meliputi: proporsi, komposisi,
gelap terang dan kemampuan tekniknya. Langkah secara sistematis untuk mencapai
tujuan tersebut ditempuh dengan penelitian prosedur tindakan kelas yang meliputi
langkah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi secara siklus terus menerus
hingga sampai dihasilkan prestasi yang maksimal. Kurikulum tingkat satuan
pendidikan mengisyaratkan pembelajaran bermakna yaiti melalui pendekatan drill
yang merupakan konsepsi membentu guru mengaitkan konten materi pembelajaran
dengan dunia nyata dan mendorong siswa mengaitkan antar pengetahuan dan
penerapanya dalam kehidupan siswa Mulyasa (2009). Dari alur penalaran diatas,
maka dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Penerapan Kemampuan
Metode Drill menggambar
bentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
D. Hipotesis Tindakan.
Menurut Muhammad Nazir dalam bukunya yang berjudul “Metode
Penelitian” menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris (1988: 182). Hipotesis
adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran
sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta
perpaduan dari verifikasi. Hipotesis merupakan keterangan sementara dari fenomena-
fenomena yang komplek. Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku,
gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Suatu
hipotesis adalah pernyataan masalah yang spesifik. Karakteristik hipotesis yang baik
adalah: dapat diteliti, menunjukkan hubungan antara variable-variabel, dapat diuji,
mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu.
Penelitian tindakan kelas ini dirumuskan dengan mengacu pada pengertian di
atas maka dalam hipotesisnya sebagai berikut:
“Ada peningkatan prestasi subjek peserta didik dalam kemampuan menggambar
bentuk melalui penerapan metode drill pada pokok bahasan menggambar bentuk
mata pelajaran seni budaya semester II di kelas VII A SMP Abdi Negara 2 Padamara
tahun pelajaran 2012/2013.
commit to user