Anda di halaman 1dari 19

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka.

1. Tinjauan Metode Drill.


Menurut Roestiyah dalam bukunya yang berjudul “Strategi Belajar
Mengajar” menyatakan bahwa di dalam proses belajar-mengajar, guru harus
memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena
pada tujuan yang diharapkan (2001: 1). Sementara Anitah dan Noorhadi
menegaskan bahwa dalam menyusun strategi belajar mengajar, guru tidak lepas
dari pemilihan metode mengajar (1990: 11).
Pendapat dari para ahli pendidikan di atas menggarisbawahi bahwa
keberhasilan dari proses interaksi belajar mengajar adalah tergantung dari
pemilihan metode mengajar yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara efektif
dan efesien karena guru telah mempersiapkan metode sesuai dengan kondisi
belajar siswa. Dengan demikian peranan metode dalam sistem pembelajaran
sangatlah penting terutama kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai.
Salah satu metode untuk menyampaikan materi pembelajaran adalah
metode drill. Dijelaskan oleh ahli pendidikan, Anitah dan Noorhadi dalam
bukunya yang berjudul ”Strategi Belajar Mengajar” mengemukakan bahwa
metode drill pada dasarnya merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan
latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh
suatu keterampilan tertentu (1990: 131).
Pada sisi lain metode drill telah diartikan sebagai metode yang terkait
dengan persoalan praktis. Oleh Richardson dijelaskan bahwa metode pembelajaran
drill and practice merupakan teknik pengajaran yang dilakukan berulang kali
untuk mendapatkan keterampilan, dibutuhkan untuk mengingat secara matematis.
Metode ini digunakan untuk mengajarkan keahlian yang khusus.
commit8to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ini diikuti dengan pengajaran yang sistematis dengan harapan untuk mengingat.
(lihat Richardson 2012: www.cornerstonecurriculum.com).
Tentang metode drill yang bertalian erat dengan sifat praktis juga dijelaskan
Roestiyah, menurutnya metode drill merupakan suatu teknik yang dapat diartikan
sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan,
agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang
telah dipelajari (2001: 125, Zuhairini, dkk., 1983: 106). Dalam pengertian ini
keterampilan ada yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek,
namun ada pula yang membutuhkan waktu cukup lama. Lebih lanjut dikatakan bahwa
latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu
didahului dengan pengertian dasar.
Mahfud juga menyatakan dalam bidang keagamaan yang bukunya berjudul
“Metodologi Pengajaran Agama” bahwa, drill merupakan suatu kegiatan dalam
melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan
untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya
menjadi permanen. (1987: 100).
Rambu-rambu pemberian latihan menurut para pakar seharusnya sesuatu yang
dilatih harus berarti, menarik, dan dihayati murid sebagai kebutuhan. Sebelum latihan
dilaksanakan perlu diketahui terlebih dahulu arti dan kegunaan latihan, serta perlunya
diadakan latihan. Latihan hendakya diberikan secara matematis, tertib, dan tidak
loncat-loncat. Disarankan pula bahwa latihan hendaknya diberikan dari dasar atau
dari permulaan. Mana yang telah diberikan supaya selalu diulangi, dipakai dan
ditanyakan (murid selalu diingatkan). Dalam latihan ini guru hendaklah pandai
membuat bermacam-macam latihan agar murid tidak jemu atau bosan, dan latihan
yang diberikan secara perorangan akan lebih baik dari pada latihan bersama, sebab
dengan mengontrol dan mengoreksi latihan yang diberikan secara bersama harus
diikuti latihan individu. Ditegaskan pula bahwa latihan hendaklah diselenggarakan
dalam suasana yang menyenangkan jangan diberikan dalam suasana yang penuh
ketegangan dan ketakutan (Sriyono, 1991: 113).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

Sriyono juga mengungkapkan bahwa metode drill memiliki kelebihan dan


kelemahan. Adapun kelebihannya yaitu proses pengulangan yang mengkondisi siswa
dengan stimulus–stimulus tertentu akan dapat membina pengetahuan dan
keterampilan yang kokoh tertanam dalam diri siswa, hasil yang dicapai metode ini
mempunyai nilai praktis atau aplikasi yang tinggi dalam kehidupan siswa, khususnya
yang kondisinya sam dengan yang dibina, dan metode ini memungkinkan terbinanya
spesifikasi yang tajam dalam pengetahuan siap dan keterampilan siswanya. Selain itu
metode drill juga memiliki kelemahan-kelemahan yakni dapat membentuk kebiasaan
yang kaku (respon yang terbentuk secara otomatis akan mempengaruhi tindakan yang
bersiat irrational serta tidak menggunakan akal), menimbulkan adaptasi mekanis
terhadap lingkungannya, menimbulkan verbalisme (respon terhadap stimulus yang
telah terbentuk dengan latihan itu akan berakibat kurang digunakannya rasio
sehingga, inisiatif pun terhambat), latihan yang terlampau berat akan menimbulkan
perasaan benci, baik kepada mata pelajaran maupun kepada gurunya, dan latihan
yang dilakukan dengan pengawasan yang ketat dan dalam suasana yang serius mudah
sekali menimbulkan kebosanan dan kejengkelan akhirnya anak enggan berlatih dan
malas atau mogok belajar.
Beberapa pendapat mengenai metode drill dapat ditarik simpulan bahwa
metode drill merupakan suatu cara dalam menyajikan suatu bahan pelajaran dengan
jalan melatih siswa secara terus menerus agar dapat menguasai pelajaran serta
keterampilan yang lebih tinggi. Segi pelaksanaan metode tersebut siswa terlebih
dahulu dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya kemudian dengan tetap
dibimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikannya sampai menjadi mahir dan
terampil. Sebagai metode yang bersifat melatih secara berulang-ulang, maka tujuan
latihan tersebut menurut Roestiyah antara lain agar anak memiliki keterampilan
motoris, dan mengembangkan kecakapan intelek, serta memiliki kemampuan
menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain (2001: 125).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

a. Prinsip dan Petunjuk Penggunaan Metode Drill


Hendaknya guru memperhatikan jalan pembelajaran dan langkahlangkah
yang akan dilaksanakan ketika pembelajaran berlangsung, Petunjuk dengan
menggunakan metode drill menurut Suradji (2008) adalah sebagai berikut:
(1) Jelaskan terlebih dahulu tujuan dari latihan (misalnya setelah selesai latihan
siswa dapat mengucapkan kata-kata atau kalimat tertentu dengan tepat, dapat
mengerjakan sesuatu dan sebagaianya); (2) Tentukan dan jelaskan kebiasaan,
ucapan, kecekatan, gerak tertentu dan sebagainya yang akan dilatihkan dan jelas
apa yang harus mereka kerjakan; (3) Pusatkan perhatian siswa kepada bahan yang
akan atau sedang di latihkan itu misalnya dengan menggunakan alat peraga; (4)
Selingilah latihan itu agar tidak membosankan dan meletihkan; (5) Guru
hendaknya mencatat kesalahan - kesalahan umum dan mendiaknosa kesulitan-
kesilitan yang dialami oleh murid-murid. Kesalahan umum dibetulkan secara
klasikal sedangkan kesalahan perorangan dibenarkan secara perorangan; (6)
Latihan tidak boleh terlalu lama atau terlalu pendek. lamanya latihan dan
banyaknya bahan yang dilatihkan harus disesuaikan dengan keadaan, kemampuan
serta keletihan murid-murid (hlm. 21).
Sagala (2010) memaparkan bahwa dalam penggunaan metode drill, ada
beberapa petunjuk yang harus diterapkan yaitu: (1) Siswa harus diberi pengertian
dan demonstrasi terlebih dahulu sebelum diadakan latihan; (2) Latihan untuk
pertama kalinya hendaknya dengan yang sederhana, lalu diadakan perbaikan untuk
kemudian bisa lebih sempurna; (3) Latihan tidak perlu lama asal sering
dilaksanakan; (4) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa" ( hlm. 217 ).
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Drill serta Cara Mengatasinya.
1) Kelebihan metode drill menurut Zuhairini (2012) sebagai berikut :
a) Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkan.
b) Para siswa akan memiliki pengetahuan siap.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

c) Akan menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin dan


disiplin".
2) Kelemahan Metode Drill menurut Sapoetra (2010) adalah :
a) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak
dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
b) Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat
menghapal.
c) Membentuk kebiasaan kaku, artinya seoah-olah peserta didik melakukan
sesuatu secara mekanis, dalam memberi~an stimulus peserta didik bertindak
secara otomatis.
d) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana peserta
didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh guru"
3) Usaha Mengatasi Kelemahan Metode Drill menurut Sapoetra (2010) adalah:
a) Metode ini hendaknya digunakan untuk melatih hal-hal yang bersifat
motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan grafik, kesenian dsb.
b) Sebelum latihan dimulai, hendaknya diberi pengertian yang mendalam
tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja yang haus dikuasai.
c) Latihan untuk pertama kali hendaknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan
pertama pelajar tidak berhasil, maka guru harus mengadakan perbaikan, lalu
penyempurnaan"
Penerapan metode drill dalam penelitian tindakan kelas ini, siswa
diberikan pengarahan dan demonstrasi mengenai penerapan media pastel.
kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan-latihan melukis menggunakan
pastel secara bertahap dan diberikan latihan secara terus merierus agar tertanam
pada diri siswa. Di dalam penerapan drill tersebut diselingi dengan motivasi dan
permainan. Diakhir pembelajaran diakhiri dengan evaluasi. Penerapan metode drill
pada siklus I akan direncanakan tiga kali latihan dan dilanjutkan dengan siklus II.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

2. Tinjauan Gambar Bentuk


a. Pengertian Menggambar.
Muharam E dan Warti Sundaryati dalam bukunya yang berjudul
“Pendidikan Kesenian II Seni Rupa” mengungkapkan bahwa menggambar
adalah penyajian ilusi optik atau manipulasi ruang dalam bidang datar dua
dimensi (1991: 95). Berbeda dengan pendapat D.K. Ching di dalam bukunya
yang berjudul “Menggambar Suatu Proses Kreatif” menyatakan bahwa,
menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah permukaan yang
secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu (2002: 9).
Kata menggambar atau kegiatan menggambar menurut Dharmawan
dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang
gambar tanpa melibatkan emosi, perasaan dan karakter penggambarnya.
Pemindahan ini dalam pengertian pemindahan bentuk atau rupa dengan
memperkecil atau memperbesar ukuran keseluruhan yang untuk kepentingan
tertentu dapat juga mempergunakan skala perbandingan (perbandingan ukuran)
secara akurat (1988: 195). Berbeda dengan Robins yang menyatakan bahwa
menggambar merupakan aktivitas melihat dan meniru. Menurutnya manusia
sering tertipu akan pikirannya sehingga mereka hanya menggambar apa yang
diinginkannya, bukan apa yang ada di depannya (2007: 3).
Menurut Jauhari ada beberapa metode dalam menggambar yang
tujuannya untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak. Berikut
beberapa metode yang dimaksudkan, antara lain :
1) Menggambar dengan cara mengamati (observasi).
Anak bisa menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri tanpa
menjiplak atau dengan contoh pola. Dengan demikian anak dapat
melupakan observasi dengan cara menciptakan, bereksperimen, dan
melampaui kemampuannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

2) Menggambar berdasarkan pengalaman/ kenangan.


Menggambar dengan metode ini lebih memotivasi anak untuk
menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman dan kenangannya. Saat
latihan, guru harus banyak menggunakan pertanyaan untuk membantu
mereka mengingat detail yang berarti dari pengalaman mereka.
3) Menggambar berdasarkan imajinasi.
Kejadian mendorong kita untuk keluar dan bisa diekspresikan
dalam bentuk gambar, lukisan, dan model. Menggambar dengan imajinasi
menjadi lebih efektif dengan latihan yang rutin (lihatjauhari@artlover.com.
diunduh 11 Januari 1999).
Pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
menggambar itu sendiri merupakan suatu bentuk ekspresi jiwa yang
dituangkan seseorang dalam upaya mewujudkan sesuatu yang tidak ada
menjadi ada dalam bentuk karya dwi matra, yang dimaksud menggambar
dalam hal ini yaitu menggambar dengan menggunakan model sebagai
objek untuk digambar.
b. Pengertian Menggambar Bentuk.
Harry Sulastianto dalam bukunya yang berjudul “Seni Budaya Untuk
Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama” menyatakan bahwa gambar bentuk
merupakan gambar yang meniru objek gambar nyata yang ada di alam atau
buatan. Menurutnya objek gambar bentuk sangat beragam, mulai dari benda
yang dipakai sehari-hari, manusia, tumbuhan, hewan, ataupun alam
pemandangan. Ukuran objekpun bermacam-macam, mulai dari yang ukuran
besar seperti gajah, gunung, dan pemandangan alam, sampai yang berukuran
kecil, seperti sel, tumbuhan, akar, dan kuman. Gambar bentuk dapat dibuat
berwarna atau hitam putih (2006: 20).
Wido Ratmono mengungkapkan bahwa menggambar bentuk adalah
memindahkan objek atau benda-benda yang ada disekitar kita dengan tepat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

seperti keadaan benda yang sebenarnya, menurut arah pandang dan cahaya
yang ada (1984: 44).
Sedangkan menurut Asim Sulistyo menggambar bentuk adalah
memindahkan benda-benda yang diamati ke dalam bidang gambar (2 demensi)
sesuai dengan apa adanya. Gambar di ciptakan tanpa memberikan rasa/
ekspresi/kejiwaan pada gambar tersebut (2006: 4).
Menurut Cut Kamaril menggambar bentuk merupakan usaha
mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide/ gagasan, perasaan dalam wujud
dwi matra yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna.
Ungkapan tersebut sesuai dengan bentuk benda yang digambar, hasil
gambarnya menunjukkan kreativitas maupun keterampilan penggambar dalam
menampilkan ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar (1998: 49).
Lebih lanjut disebutkan bahwa proses dalam menggambar bentuk
sangat dituntut ketepatan bentuk benda yang digambar, oleh sebab itu
diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar ketepatan bentuk yakni proporsi
atau ukuran perbandingan dan ketepatan garis maupun tekstur yang
menunjukkan ketepatan jenis benda tersebut.
Menurut Sudarsono dalam bukunya “Menggambar Model” ada tiga
tahapan dalam menggambar model: (1) tahapan yang paling awal adalah sketsa
awal, dimana garis-garis sketsa digoreskan untuk menangkap bentuk dari model
dengan global. Dengan garis-garis sketsa awal ini pendekatan bentuk harus
telah terkuasai; (2) sketsa paripurna. Dalam sketsa paripurna ini kita dituntut
untuk menyelesaikan detail-detail dari sketsa awal tadi; (3) gambar model
paripurna, dimana setelah sketsa awal maupun paripurna terselesaikan dengan
baik, maka giliran gambar model paripurna itu dilakukan, yaitu mulai membuat
detai-detail yang telah dibuat di sketsa paripurna lebih ditegaskan dan mengarah
pada finishing. Bagi orang yang pandai menggambar dapat menggambar
langsung dengan tepat apa yang digambar. Bagi orang yang masih belajar perlu
mengetahui dasar-dasar proporsi tersebut, dengan menggunakan garis-garis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

pertolongan untuk membagi-bagi bentuk benda dalam ukuran perbandingan


tertentu supaya gambarnya tepat. Model yang biasanya digunakan dalam
menggambar bentuk adalah makhluk hidup maupun benda-benda yang tidak
bernyawa.
Kemampuan untuk menggambar bentuk ini sangat diperlukan sekali
dalam kesenirupaan, karena menggambar bentuk merupakan salah satu hal yang
mendasari dalam semua bidang seni rupa, seperti; seni lukis, seni patung, desain
kriya, desain tekstil, desain interior maupun grafis yang suatu ketika
membutuhkan keterampilan dalam hal menggambar.

c. Prinsip Menggambar Bentuk


Menurut Harry ada beberapa syarat yang harus diikuti agar hasil
gambar baik yaitu: hasil gambar memiliki kemiripan dengan benda aslinya,
ukuran perbandingan atau proporsi antar benda yang tepat, selanjutnya kesan
cahaya, gelap terang, tekstur, dan komposisi yang bagus, serta penerapan
perspektif, dan pemakaian teknik maupun media yang tepat (2006: 64).
Soepratno dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Seni Rupa” juga
menegaskan bahwa dalam menggambar bentuk tidak boleh meninggalkan
beberapa aspek seperti proporsi, komposisi, perspektif, dan terjemahan benda
dalam hal ini maksud dari terjemahan benda yakni mewujudkan suatu sifat-sifat
benda yang digambar sesuai dengan sifat bahannya (1985: 100) Sedangkan
prinsip-prinsip dalam menggambar bentuk juga disebutkan oleh Jauhari yang
meliputi beberapa aspek seperti; perspektif, proporsi, komposisi, gelap-terang,
bayang-bayang (jauhari@artlover.com. Diakses 15 Februari 2009).
Adapun pengertian dari beberapa ahli mengenai aspek tersebut di atas
dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

1) Perspektif
Asim Sulistyo dalam ”Modul Seni Rupa kelas VII” menyatakan
bahwa perspektif merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
menggambar benda-benda yang bervolume, berisi, beruang/ berongga (Tiga
Demensi) pada bidang gambar. Gambar terlihat seperti benda yang
sebenarnya sehingga benda mempunyai kesan besar-kecil, jauh-dekat,
dalam-dangkal, terang-gelap, tinggi-pendek dan lainnya (2006: 5).
Sedangkan menurut Soepratno perspektif merupakan gambar dari
suatu benda yang merupakan suatu pandangan kedalaman yang serasi dari
ujud benda tersebut (1985: 100).
2) Proporsi
Soepratno menyatakan bahwa proporsi merupakan suatu ukuran
perbandingan antara bagian-bagian yang satu dengan yang lain pada benda
tersebut (1985: 100).
Selanjutnya Tjahjo Prabowo dalam bukunya yang berjudul “Desain
Dasar I (Desain Dua Dimensional) Desain Dwi Matra” menjelaskan bahwa
proporsi merupakan hubungan perbandingan antara bagian dengan bagian
dan atau antara bagian dengan keseluruhan. Lebih lanjut dijelaskan
mengenai hal-hal yang perlu diperbandingkan yaitu; antara unsur dengan
unsur yang terdapat dalam bidang gambar, antara unsur visual dengan
bidang gambar, serta antara bidang gambar dengan kertas gambar (1999:
17).
Sedangkan Jauhari juga mengungkapkan bahwa proporsi atau
perbandingan adalah keselarasan atau keserasian perbandingan ukuran antara
satu bagian dengan keseluruhan bentuk (jauhari@artlover.com. Diakses 15
Februari 2009).
3) Komposisi
Komposisi menurut Sudarsono dalam bukunya yang berjudul
“Menggambar Bentuk Lanjut” adalah suatu usaha di dalam menyusun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

unsur-unsur yang menjadi objek gambar sehingga objek tersebut dapat


menjadi enak untuk dilihat/ dipandang (1995: 21).
Tjahjo Prabowo dalam bukunya yang berjudul “Desain Dasar I
(Desain Dua Dimensional) Desain Dwi Matra” mengungkapkan bahwa
komposisi merupakan suatu realisasi dari suatu aktiva pencipta dalam
mewujudkan idenya; merupakan suatu bentuk pernyataan yang dapat
ditanggapi oleh pengamatnya atas suatu bentuk ciptaan tersebut. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa komposisi pada dasarnya menyangkut hal
pengorganisasian unsur visual, dimana prinsip-prinsip desain merupakan
hakekat utamanya, terutama prinsip kesatuan dan harmoni (1999: 22).
Sedangkan menurut Muharam E dan Warti Sundaryati dalam
bukunya yang berjudul “Pendidikan Kesenian II Seni Rupa” menjelaskan
bahwa komposisi merupakan penataan gambar pada bidang gambar dengan
menggunakan prinsip-prinsip desain (199: 97). Sama halnya dengan
Soepratno yang menyatakan bahwa komposisi merupakan suatu susunan
keseluruhan yaitu antara benda yang digambar dengan ruang yang
digambari (1985: 100).
4) Gelap Terang
Muharam E dan Warti Sundaryati mengemukakan bahwa gelap
terang merupakan suatu upaya untuk dapat digunakan dalam menyajikan
ruang untuk menggambar bentuk yang lebih mendekati kenyataan visual
(1991: 96).
Sedangkan menurut Jauhari gelap terang adalah unsur rupa yang
berkenaan dengan cahaya, baik secara nyata seperti dalam patung atau ilusi
sebagaimana dalam gambar atau lukis. (jauhari@artlover.com. Diakses 15
Februari 2009).
d. Teknik dalam menggambar bentuk
Teknik-teknik yang digunakan dalam menggambar benda menurut
Sunarto ditegaskan antara lain: teknik stippel, dussel, dan arsir. Teknik stippel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

yaitu menggambar dengan titik-titik atau noda-noda yang diulang-ulang,


sedangkan teknik dussel atau teknik gosok adalah menggambar dengan cara
menggosok-gosokkan tangan atau kertas yang sudah diberi atau dibubuhi dengan
pensil. Teknik ketiga adalah arsir yaitu teknik untuk menyampaikan kesan bentuk
tiga dimensi yang tidak dapat terwakili hanya dengan garis kontur saja. Garis-
garis arsir mengacu pada serangkaian garis sejajar dengan jarak berdekatan atau
rapat (1985: 3).
Adapun jenis-jenis arsir menurutnya meliputi tiga jenis yaitu arsir biasa,
arsir silang, teknik scribbling. Arsir biasa, yaitu garis-garis arsir yang mengacu
pada serangkaian garis rapat sejajar, seirama sesuai dengan bentuk benda yang
digambar. Arsir silang, ialah arsir yang melibatkan penggunaan dua lapis garis
arsir untuk mendapatkan kepadatan yang lebih tinggi dan menghasilkan nada
gelap terang. Teknik berikutnya adalah scribbling, dimaksudkan sebagai suatu
jenis arsiran jaringan yang terdiri dari garis-garis berbagai arah yang dibuat secara
acak, sehingga tekstur visualnya akan bervariasi dengan teknik garis yang
digunakan (1985: 3).
Fungsi arsir menurut Veri Apriyanto dalam bukunya yang berjudul
"Cara Mudah Menggambar dengan Pensil" adalah untuk memberikan karakter
objek gambar, memberikan kesan bentuk dan volume benda, memberikan kesan
jarak dan kedalaman pada gambar, mengisi bidang kosong, dan Finishing touch
gambar (Tth: 6).

e. Media dan alat gambar.


Adjid Saputra mengemukakan bahwa media adalah bahan yang
diperlukan untuk memvisualisasikan prinsip-prinsip seni rupa pada bidang datar
dalam mencipta atau membuat bentuk/wujud (rupa) (1998: 37). Sementara
pengertian media atau bahan dasar menurut Ahamad adalah bahan sebagai
perantara bagi seorang seniman untuk mewujudkan sebuah karya seni rupa (1984:
36).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Menurut Harry, dalam menggambar kita memerlukan media dan


peralatan. Media yang biasa dipakai menggambar adalah kertas, bisa juga dengan
kain. Adapun alat yang digunakan untuk menorehkan gambar yaitu pensil, cat
air, cat minyak, crayon, dan sebagainya. Selanjutnya dijelaskan media gambar
kertas merupakan bahan yang paling umum dan paling sering digunakan sebagai
media gambar (2006: 21).
Selanjutnya dijelaskan mengenai beberapa perlengkapan yang digunakan
dalam menggambar sesuai dengan penggunaannya, antara lain; pensil biasa
dengan batang kayu relatif murah. Pensil ini dapat dipakai untuk membuat
berbagai macam goresan, dan dapat digunakan untuk menutup bidang gambar dan
membuat bayangan. Walaupun pensil biasa sudah cukup cocok untuk
dipergunakan menggambar, namun dalam pengunaannya harus diperhatikan mutu
dan jenis pensilnya. Pensil Keras (Hard/H). Pensil jenis ini memiliki tingkat dan
kwalitas kekerasan mulai dari 9 H (sangat keras) sampai F. Pensil jenis ini
biasanya banyak dipakai untuk menggambar mistar, karena jenisnya yang keras
tersebut. Semakin keras tingkatan isi pensil, semakin dapat digunakan untuk
menghasilkan garis-garis yang padat, halus dan tipis. Pensil Sedang (Medium
Hard/HB). Pensil ini dipakai untuk membuat desain/sket/gambar rencana, baik
untuk gambar dekorasi maupun gambar reklame. Pensil Lunak (Soft/B) Isi pensil
yang lunak dapat menghasilkan garis-garis yang padat, gelap dan nada gelap
terang. Untuk hampir semua gambar tangan bebas, pensil jenis B merupakan jenis
pensil yang banyak manfaatnya. Jenis pensil ini banyak dipakai untuk
menggambar potret, benda atau pemandangan alam dalam warna hitam putih.
Konte memiliki warna hitam arang dan berbeda dengan pensil biasa karena
mempunyai goresan yang tebal dan lebar. Dibedakan pula menjadi: Hard/H/
keras, Medium/HB/sedang, dan Soft/ B/ Lunak, biasanya konte dipakai untuk
menggambar potret, pemandangan alam dan benda. Pensil berwarna, Pensil ini
mengandung lilin yang tersedia dalam 12 macam warna. Selanjutnya media

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

terakhir untuk pengoreksian gambar adalah penghapus, yaitu untuk


menghilangkan bagian gambar yang tidak diperlukan (2006: 22).
Pengetahuan yang cukup mengenai sifat bahan dan fungsi alat, siswa
dapat mengembangkan kekuatan menggambarnya tanpa kendala yang bersifat
teknis. Menggambar merupakan soal rasa, pikiran, keterampilan, ide dan teknik
yang tidak terpisah-pisahkan.
Penjelasan mengenai tinjauan metode drill dan menggambar bentuk di
atas berkaitan untuk meningkatkan kemampuannya siswa dalam menggambar
bentuk buah-buahan ada beberapa aspek yang perlu dilatihkan yakni:
1. Aspek proporsi dimana tujuan dalam latihan ini agar siswa dapat memahami
dalam memvisualisasikan gambar bentuk sesuai dengan perbandingan tiap
bagian dari strukur benda, maupun antara bagian benda yang satu dengan
yang lain secara keseluruhan.
2. Aspek komposisi dimana dalam latihan ini siswa dituntut untuk dapat
menyususun dari beberapa gambar benda agar terlihat selaras dan seimbang
untuk mencapai suatu kesatuan yang harmonis sehingga enak dilihat/
dipandang.
3. Aspek gelap terang dimana siswa perlu mendapatkan latihan-latihan dalam
teknik mengarsir untuk bisa menentukan gelap terang dari suatu gambar
bentuk yang terkena sinar, selain itu pada latihan tersebut juga ditekankan
untuk mempertegas karakter dari digambar tersebut sehingga dapat
memunculkan kesan tiga dimensi.
Hasil simpulan menunjukkan bahwa metode ini mempuyai ciri khas
penghafalan-penghafalan aturan-aturan gramatikal atau rules of gramar atau
sejumlah kata-kata tertentu, dengan demikian kegiatan ini merupakan kegiatan
praktek penerapan kaidah-kaidah tata bahasa, sehingga untuk pelajaran sharf
dengan menggunakan drill sebagai metode pokoknya mempunyai pengaruh yang
baik dalam proses latihan karena memiliki tujuan untuk menanamkan kebiasaan,
menambah kecepatan, ketepatan dan kesempurnaan dalam melakukan sesuatu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Di lain pihak kurangnya alokasi jam pelajaran, banyaknya aktifitas siswa dan
kurang disiplinnya guru bisa menjadi salah satu faktor penghambat terhadap kegiatan
belajar mengajar.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode drill sebagian besar diterapkan
pada mata pelajaran yang berhubungan erat dengan proses berhitung dan menghafal.
Kelemahan dari efektifitas penggunaan metode drill tersebut sangat tergantung pada
tingkat kemampuan siswa dalam berhitung dan menghafal. Dari beberapa kajian di
atas menguatkan bahwa penelitian dalam bidang kesenian khususnya untuk seni rupa
yang sarat dengan aspek kemampuan ketrampilan belum dikaji. Keprihatinan ini
menjadikan titik awal penting dalam penelitian secara mendalam mengenai penerapan
metode drill dalam konteks peningkatan kemampuan ketrampilan menggambar
bentuk. Dengan demikian penelitian yang dilakukan menjadi sangat beralasan karena
sejauh ini belum ada penelitian tentang hal ini.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian adalah penelitian yang dilakukan


oleh Wisnu Widiyanto (2010) yang berjudul "Penggunaan Metode Drill Sebagai
Upaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menggambar Bentuk Buah-
Buahan Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Kelas VII A Di MTs Yasin Gemolong
Tahun Pelajaran 2009/2010". Dalam penelitian ini, penggunaan metode drill
(latihan) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar bentuk buah-
buahan. Kelebihan dari metode drill adalah metode yang bersifat melatih secara
berulang-ulang. Dengan adanya latihan yang berulang dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menggambar. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode drill (latihan) dapat meningkatkan
kemampuan menggambar bentuk buah-buahan pada mata pelajaran Seni Budaya
Kelas VII A Di MTs Yasin Gemolong Tahun Pelajaran 2009/2010.
Penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan metode drill adalah
penelitian yang dilakukan oleh Ayu Ambar Paluvy dalam penelitian yang berjudul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

"Penerapan Metode Drill (latihan) Untuk Meningkatkan KemampuanMenggambar


Tahun Ajaran 2011/2012" yang menunjukkan keberhasilan penerapan metode drill
yaitu dengan perolehan nilai akhir sebesar 72,57 setelah dilakukan penelitian.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode drill dapat meningkatkan
keterampilan menggambar siswa. Dalam mengekspresikan karya seni rupa,
dibutuhkan latihan - latihan yang berkelanjutan supaya siswa dapat menguasai dan
memahami pengetahuan dan keterampilan dari materi yang diajarkan.
Penelitian ini penggunaan metode drill agar siswa akan diberikan latihan
secara berulang terhadap apa yang telah dipelajari sehingga siswa mampu menguasai
materi yang diajarkan oleh guru. Sebelum diadakan pelatihan, guru akan menjelaskan
dan mendemonstrasikan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Dan diharapkan
latihan dilakukan secara bertahap yang dilakukan dari dasar atau permulaan dan
selalu diulang agar siswa mengerti maksud dan tujuan latihan.

C. Kerangka Berpikir.
Penggunaan metode pembelajaran pada mata pelajaran Seni Budaya sangat
beragam terkhusus pada kelas VII. Pada mata pelajaran ini meliputi beberapa sub
pokok bahasan, salah satu di antaranya adalah menggambar bentuk. Proses
pembelajaran menggambar bentuk dalam penelitian ini menggunakan metode drill
sebagai salah satu sarana untuk melatih meningkatkan kemampuan ketrampilan
menggambar bentuk pada anak didik.
Tindakan di kelas untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dilakukan dengan
memberikan pembelajaran kepada siswa dalam rangkaian kegiatan proses belajar
mengajar. Anak sebagai subjek didik merupakan sasaran yang dikenai dalam usaha
meningkatkan ketrampilan menggambar bentuk. Guru dalam hal ini sebagai pelaku
yang membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam menggambar bentuk di kelas.
Peran guru sangat penting dalam memberikan bimbingan, motivasi dan materi yang
dapat memacu subjek didik dalam meningkatkan kemampuan menggambar bentuk
dengan metode yang diterapkannya yaitu metode drill.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

Metode drill dipilih sebagai sarana untuk memacu para subjek didik dalam
mengembangkan kemampuannya dalam menggambar bentuk dari yang semula
ditemukan masih memiliki banyak kelemahan, kemudian ditingkatkan melalui
tindakan (action) agar menjadi lebih baik. Beberapa aspek yang akan ditingkatkan
dalam kemampuan menggambar bentuk antara lain meliputi: proporsi, komposisi,
gelap terang dan kemampuan tekniknya. Langkah secara sistematis untuk mencapai
tujuan tersebut ditempuh dengan penelitian prosedur tindakan kelas yang meliputi
langkah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi secara siklus terus menerus
hingga sampai dihasilkan prestasi yang maksimal. Kurikulum tingkat satuan
pendidikan mengisyaratkan pembelajaran bermakna yaiti melalui pendekatan drill
yang merupakan konsepsi membentu guru mengaitkan konten materi pembelajaran
dengan dunia nyata dan mendorong siswa mengaitkan antar pengetahuan dan
penerapanya dalam kehidupan siswa Mulyasa (2009). Dari alur penalaran diatas,
maka dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Alur Kerangka Berpikir

Pembelajaran Seni Budaya di


SMP Abdi Negara 2 Padamara

Metode konvensional Wawasan dan


dan demonstrasi yang pemahaman siswa
diterapkan guru dalam SISWA siswa tentang
pembelajaran belum menggambar bentuk
menunjukan peningkatan

Penerapan Kemampuan
Metode Drill menggambar
bentuk

Siswa terampil, mahir dan cekatan dalam menerapkan berbagai macam


teknik menggambar bentuk, sehingga teknis yang baik dan benar dalam
mengekplorasi teknik dapat mencapai indicator ketrampilan 70 %

Gambar 1. Kerangka Berpikir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

D. Hipotesis Tindakan.
Menurut Muhammad Nazir dalam bukunya yang berjudul “Metode
Penelitian” menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris (1988: 182). Hipotesis
adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran
sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta
perpaduan dari verifikasi. Hipotesis merupakan keterangan sementara dari fenomena-
fenomena yang komplek. Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku,
gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Suatu
hipotesis adalah pernyataan masalah yang spesifik. Karakteristik hipotesis yang baik
adalah: dapat diteliti, menunjukkan hubungan antara variable-variabel, dapat diuji,
mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu.
Penelitian tindakan kelas ini dirumuskan dengan mengacu pada pengertian di
atas maka dalam hipotesisnya sebagai berikut:
“Ada peningkatan prestasi subjek peserta didik dalam kemampuan menggambar
bentuk melalui penerapan metode drill pada pokok bahasan menggambar bentuk
mata pelajaran seni budaya semester II di kelas VII A SMP Abdi Negara 2 Padamara
tahun pelajaran 2012/2013.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai