Anda di halaman 1dari 44

RESUME

“KEAMANAN DAN KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT ANGKUTAN


BARANG”
(disusun guna memenuhi tugas ujian akhir semester peminatan Implementasi K3)

Kelas A

Oleh:

MAS AMALIYAH (142110101096)

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmadnya sehingga penyusunan Resume materi Implementasi K3 yang
berjudul “Keamanan dan Keselamatan Transportasi Darat Angkutan Barang”. Resume ini
disusun guna melengkapi tugas ujian akhir semester matakuliah Implementasi K3.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini sayamengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Kurnia Ardiansyah Akbar, S.KM, M.KKK.
2. Orang tua saya, atas segala restu dan dukungannya;
3. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian resume ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
paper ini. Saya berharap semoga paper ini dapat memberikan manfaat dan merupakan
sumbangsih yang berharga bagi khasanah ilmu pengetahuan, terutama di Kesehatan
Masyarakat pada bidang K3. Atas perhatian dan dukungannya, saya menyampaikan
terima kasih

Jember, 17 Desember 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
RESUME MATERI ...................................................................................................... 1
1. Transportasi ........................................................................................................ 1
2. Angkutan barang ................................................................................................ 1
3. Fungsi, Klasifikasi dan Tipe Terminal barang ................................................... 3
4. Angkutan Barang Dengan Kendaraan Bermotor Umum ................................... 4
5. Kendaraan Pengangkut Peti Kemas ................................................................... 5
6. Peti Kemas ......................................................................................................... 8
7. Penyelenggaraan Depo Peti Kemas ................................................................... 9
8. Perizinan Depo Peti Kemas .............................................................................. 11
9. Tarif Pelayanan Jasa Usaha Depo Peti Kemas ................................................. 13
10. Dokumen dan Pengawasan Angkutan Barang ............................................. 13
11. Izin Penyelenggaraan Angkutan Barang Khusus ......................................... 17
12. Prinsip-Prinsip Keselamatan Muatan ........................................................... 17
13. Pemilihan Kendaraan Dan Susunan Muatan ................................................ 20
14. Peralatan Pengaman Muatan ........................................................................ 23
15. Angkutan Multimoda ................................................................................... 26
a. Kegiatan Angkutan Multimoda .................................................................... 26
b. Dokumen Angkutan Multimoda ................................................................... 27
c. Badan Usaha Angkutan Multimoda ............................................................. 29
16. Cetak Biru Transportasi Antarmodai/multimoda ......................................... 29
17. Penyelenggaraan Angkutan Barang Daerah Tertinggal ............................... 30
a. Definisi ......................................................................................................... 30
b. Kewajiban Pelayanan Publik ........................................................................ 31
c. Angkutan Barang Darat Daerah Terpencil ................................................... 31
18. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat Di Jalan .............. 32
19. Pedoman Teknis Transportasi Lpg Dengan Moda Angkutan Darat ............ 34
a. Persyaratan Umum ....................................................................................... 34
b. Persyaratan Khusus ...................................................................................... 35
c. Desain dan Konstruksi Tangki ..................................................................... 36
a. Persyaratan Umum Pengangkutan ................................................................ 37
b. Persyaratan Khusus Pengangkutan Tabung ................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 40

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kendaraan Penarik ...................................................................................... 5


Gambar 2. Kendaraan Tempelan................................................................................... 6
Gambar 3. Kendaraan pengangkut Peti Kemas............................................................. 8
Gambar 4. Posisi Angkutan Barang ............................................................................ 18
Gambar 5. Sideway ..................................................................................................... 19
Gambar 6. Tatanan Muatan ......................................................................................... 22

iv
RESUME MATERI

1. Transportasi
Berdasarkan peraturan menteri perhubungan No. 49 tahun 2005 tentang sistem
transportasi nasional (SISTRANAS) pada sistem transportasi nasional beberapa
pengertian terkait dengan transportasi secara umum antara lain:
a. Pelayanan transportasi adalah jasa yang dihasilkan oleh penyedia jasa
transportasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa transportasi.
b. Jaringan pelayanan transportasi adalah susunan rute-rute pelayanan
transportasi yang membentuk satu kesatuan hubungan.
c. Jaringan prasarana transportasi adalah serangkaian simpul yang dihubungkan
oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan.
d. Ruang lalu lintas adalah suatu ruang gerak sarana transportasi yang dilengkapi
dengan fasilitas untuk mendukung keselamatan dan kelancaran transportasi.
e. Simpul transportasi adalah suatu tempat yang berfungsi untuk kegiatan
menaikkan dan menurunkan penumpang, membongkar dan memuat barang,
mengatur perjalanan serta tempat perpindahan intramoda dan antarmoda.
f. Transportasi antarmoda adalah transportasi penumpang dan atau barang yang
menggunakan lebih dari satu moda transportasi dalam satu perjalanan yang
berkesinambungan.
g. Transportasi multimoda adalah transportasi barang dengan menggunakan
paling sedikit 2 (dua) moda transportasi yang berbeda, atas dasar satu kontrak
yang menggunakan Dokumen Transportasi Multimoda dari suatu tempat
barang diterima oleh operator transportasi multimoda ke suatu tempat yang
ditentukan untuk penerimaan barang tersebut.
2. Angkutan barang
Menurut undang – undang No. 22 tahun 2009 yang dimaksud dengan angkutan
adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan

1
menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. Bentuk angkutan dapat
disebut juga dengan kendaraan dimana kendaraan adalah suatu sarana angkut di
jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan
Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia
dan/atau hewan. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang
digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran. Untuk
Mobil Barang adalah Kendaraan Bermotor yang dirancang sebagian atau
seluruhnya untuk mengangkut barang. Angkutan barang dengan menggunakan
Kendaraan Bermotor wajib menggunakan Mobil Barang. Pemenuhan persyaratan
teknis, Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor dapat menggunakan Mobil
Penumpang, Mobil Bus, atau sepeda motor. Persyaratan teknis untuk mobil
penumpang dan mobil bus meliputi:
a. tersedia ruang muatan dan/atau tempat muatan yang dirancang khusus;
b. barang yang diangkut sesuai dengan ruang muatan; dan
c. jumlah barang yang diangkut tidak melebihi daya angkut sesuai dengan tipe
kendaraannya.
Persyaratan teknis untuk sepeda motor yang digunakan untuk mengangkut barang
meliputi:
a. muatan memiliki lebar tidak melebihi stang kemudi;
b. tinggi muatan tidak melebihi 900 (sembilan ratus) milimeter dari atas tempat
duduk pengemudi; dan
c. barang muatan ditempatkan di belakang pengemudi
Angkutan orang dan barang dengan kendaraan tidak bermotor dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah, serta harus memenuhi persyaratan
keselamatan. Penggunaan angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan tidak
bermotor yang wilayah operasinya dalam 1 (satu) kabupaten/kota diatur dengan
peraturan daerah kabupaten/kota. Penggunaan angkutan orang dan/atau barang

2
dengan kendaraan tidak bermotor yang wilayah operasinya melampaui batas
kabupaten/kota diatur dengan peraturan daerah provinsi. Penggunaan angkutan
orang dan/atau barang dengan kendaraan tidak bermotor yang wilayah operasinya
melampaui batas provinsi diatur berdasarkan kesepakatan antara pemerintah
provinsi yang berbatasan yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama.
Kewajiban penyediaan angkutan barang dengan kendaraan bermotor umum
adalah pemerintah. Pihak pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota wajib menjamin tersedianya Angkutan umum untuk barang.
Kewajiban menjamin tersedianya Angkutan umum untuk barang dilakukan dalam
hal:
a. menjaga ketersediaan dan kelangsungan pelayanan Angkutan barang;
b. penanganan kondisi darurat;
c. tidak terdapat pelayanan oleh pihak swasta.
3. Fungsi, Klasifikasi dan Tipe Terminal barang
Fungsi dari terminal untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau
barang serta keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat
dibangun dan diselenggarakan terminal. Terminal secara umum dibagi menjadi
dua yaitu terminal penumpang dan/atau terminal barang. Terminal barang
berfungsi untuk kepentingan sendiri, badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, dan swasta dapat membangun terminal barang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Setiap Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek wajib
singgah di Terminal yang sudah ditentukan, kecuali ditetapkan lain dalam izin
trayek.
Penentuan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan rencana
kebutuhan Terminal yang merupakan bagian dari Rencana Induk Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Penetapan lokasi Terminal dilakukan dengan
memperhatikan:
a. tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan;

3
b. kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
c. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan Jalan,
jaringan trayek, dan jaringan lintas;
d. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;
e. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
f. permintaan angkutan;
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
h. keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
i. kelestarian lingkungan hidup.
4. Angkutan Barang Dengan Kendaraan Bermotor Umum
Berdasarkan peraturan peperinta No. 74 tahun 2015 jenis angkutan barang
dengan kendaraan bermotor secara umum terdiri atas dua jenis yaitu angkutan
barang umum dan angkutan barang khusus. Angkutan barang umum merupakan
Angkutan barang pada umumnya yang tidak berbahaya dan tidak memerlukan
sarana khusus. Sedangkan pada angkutan barang khusus merupakan angkutan
yang menggunakan mobil barang yang dirancang khusus sesuai dengan sifat dan
bentuk barang yang diangkut. Jenis Barang khusus yang perlu diperhatikan terdiri
atas dua yaitu barang berbahaya dan barang tidak berbahaya, yang memerlukan
sarana khusus.
Angkutan barang khusus berbahaya yang memerlukan sarana khusus
memiliki sifat sebagai berikut :
a. barang yang mudah meledak
b. gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau temperatur tertentu
c. cairan mudah menyala
d. padatan mudah menyala
e. bahan penghasil oksidan

4
f. racun dan bahan yang mudah menular
g. barang yang bersifat radioaktif
h. barang yang bersifat korosif; dan/atau i. barang khusus berbahaya lainnya.
Angkutan barang khusus tidak berbahaya yang memerlukan sarana khusus paling
sedikit atau minimal benda yang berbentuk curah atau cair, peti kemas, tumbuhan,
hewan hidup dan/atau alat berat.
5. Kendaraan Pengangkut Peti Kemas
Kendaraan pengangkut peti kemas di jalan adalah kendaraan bermotor untuk
mengangkut peti kemas. Kereta tempelan adalah kereta yang mempunyai sumbu
di bagian belakang dan sebagian beratnya bertumpu dan menempel pada
kendaraan penariknya. Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda-roda pada suatu
sumbu yang menekan jalan. Peti Kemas (cargo container) adalah peti atau kotak
yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan International Standard
Organization (ISO) sebagai alat atau perangkat pengangkutan barang. Kendaraan
bermotor pengangkut peti kemas terdiri dari kendaraan penarik (tractor head) dan
kereta tempelan.

Gambar 1. Kendaraan Penarik

5
Gambar 2. Kendaraan Tempelan
Kendaraan penarik (tractor head) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. daya sekurang-kurangnya 5,5 Kilo Watt setiap ton dari jumlah berat kombinasi
yang diperbolehkan (JBKB);
b. sumbu depan dengan ban tunggal dan sumbu belakang tunggal dengan ban
ganda atau sumbu belakang ganda dengan ban ganda, yang dikonstruksi
berdasarkan MST 10 ton;
c. ban yang ukurannya sama dengan ukuran ban yang disahkan dalam sertifikat
uji tipe;
d. sistem rem, dapat berupa : 1) rem angin (full air); 2) rem kombinasi udara dan
minyak (air over hydraulic brake).
e. untuk angkutan peti kemas 45 kaki berukuran pendek, tanpa moncong;

6
f. roda kelima (fifth wheel) yang dikonstruksi kuat menurut perhitungan teknis;
g. dongkrak dengan kekuatan angkat sekurang-kurangnya 10 ton;
h. alat pengontrol kendaraan;
i. lampu isyarat warna kuning yang ditempatkan di atas kabin kendaraan;
j. tanda peringatan di dalam kabin yang menunjukkan tinggi maksimum peti
kemas yang diangkut dan mudah dilihat oleh pengemudi tanpa mengganggu
pandangan ke depan.
Kereta tempelan sebagaimana dimaksud Pasal 2 adalah kereta tempelan rangka
(chassis semi trailer), dan ban yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang
disahkan dalam pengesahan rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor,
harus:
a. memiliki tinggi maximum kendaraan termasuk peti kemasnya tidak melebihi
4,2 meter;
b. dilengkapi dengan sumbu dan ban ganda untuk peti kemas 20 kaki;
c. dilengkapi dua sumbu dengan air bag suspension atau tiga sumbu (triple)
dengan pegas daun (leaf spring suspension) dan wajib dilengkapi dengan ban
ganda untuk peti kemas 40 kaki dan 45 kaki;
d. menggunakan ban yang sama ukurannya;
e. memiliki pesawat rem yang memenuhi persyaratan teknis dan dapat
dikendalikan secara terpusat oleh pengemudinya;
f. memiliki perangkat pengunci peti kemas (twist lock) yang memenuhi standar
internasional (ISO) yang terpasang secara kokoh dan permanen pada
kendaraan yang bersangkutan.
Pada peti kemas biasanya dilakukan pewarnaan untuk memudahkan identifikasi
kendaraan pengangkut peti kemas di jalan. Pewarnaan kendaraan pengangkut peti
kemas diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. Pengangkutan peti kemas
dilakukan di ruas jalan yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Ruas jalan
yang akan dilalui oleh kendaraan pengangkut peti kemas, dan waktu pelaksanaan
pengangkutannya ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

7
6. Peti Kemas
Peti kemas yang diangkut, harus memenuhi ketentuan Internasional Standard
Organization (ISO), untuk peti kemas 20 kaki, 40 kaki, dan, 45 kaki dan dikunci
dengan menggunakan kunci pengikat (twist lock) yang memenuhi Internasional
Standard Organization (ISO).

Gambar 3. Kendaraan pengangkut Peti Kemas

Berat maksimum muatan yang diizinkan untuk diangkut, dihitung berdasarkan


batasan-batasan kekuatan sumbu maksimum kendaraan pengangkutan, yaitu untuk
sumbu tunggal, ganda dan tiga:
a. Sumbu tunggal :
1) Sumbu tunggal ban tunggal: 6.000 kg (6 ton)

8
2) Sumbu tunggal ban ganda: 10.000 kg (10 ton).
b. Sumbu ganda (tandem) ban ganda : 18.000 kg (18 ton)
c. Sumbu tiga (triple) dengan roda ganda : 21.000 kg (21 ton) atau Sumbu ganda
dengan roda ganda memakai suspensi udara (air bag suspension) : 20.000 kg
(20 ton);
Beban setara dengan beban yang sesuai dengan muatan sumbu terberat (MST).
Muatan sumbu maksimum yang diizinkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak melebihi batas maksimum masing-masing sumbu dan air bag suspensi
menurut rancangannya Satu kendaraan penangkut peti kemas di jalan hanya
diizinkan untuk mengangkut 1 (satu) peti kemas sesuai dengan panjang kereta
tempelan. Tidak dizinkan mengangkut 2 (dua) peti kemas saat bersamaan dengan
menggunakan 1 (satu) kendaraan bermotor pengangkut peti kemas di jalan.
7. Penyelenggaraan Depo Peti Kemas
Pada peraturan Menteri Perhubungan Nomor Pm 83 Tahun 2016 Depo peti
kemas adalah Suatu tempat di dalam atau di luar Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)
pelabuhan yang berfungsi untuk kegiatan penyimpanan, penumpukan,
pembersihan/pencucian, perawatan, perbaikan peti kemas, pemuatan (stuffing),
pembongkaran (stripping), serta kegiatan lain yang mendukung kelancaran
penanganan peti kemas isi (ful~ dan/ a tau peti kemas kosong (empty). Usaha Depo
Peti Kemas adalah kegiatan usaha yang meliputi penyimpanan, penumpukan,
pembersihan, dan perbaikan peti kemas. Kegiatan usaha depo peti kemas meliputi:
a. penyimpanan dan/ atau penumpukan peti kemas;
b. pembersihan atau pencucian, perawatan dan perbaikan peti kemas;
c. pemuatan dan pembongkaran barang dalam kontainer yang dimiliki oleh lebih
dari 1 (satu) pemilik barang (less than container load cargo); dan kegiatan lain
yang antara lain terdiri atas:
1) pemindahan;
2) pengaturan atau angsur;

9
3) penataan;
4) lift on lift off secara mekanik;
5) pelaksanaan survei;
6) pengemasan;
7) pelabelan;
8) pengika tan/ pelepasan;
9) pemeriksaan fisik barang;
10) penerimaan;
11) penyampaian; dan
12) tempat penimbunan yang peruntukkannya untuk kegiatan depo peti kemas
dalam pengawasan kepabeanan.
Kegiatan usaha depo peti kemas dilakukan oleh badan usaha yang terdiri atas
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); ,
Perseroan Terbatas (PT); atau Koperasi. Kegiatan usaha depo peti kemas wajib
memiliki izin usaha dari Gubernur provinsi pada tempat perusahaan berdomisili.
Izin usaha diberikan setelah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.
Persyaratan administrasi meliputi akta pendirian perusahaan yang telah mendapat
pengesahan dari instansi yang berwenang, nomor pokok wajib pajak perusahaan,
modal usaha, penanggungjawab, surat keterangan domisili perusahaan,
persetujuan studi lingkungan dari instansi pemerintah daerah kabupaten/kota
setempat dan provinsi untuk Daerah Khusus lbukota Jakarta, termasuk di
dalamnya kajian lalu lintas, rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dari Gubernur, Bupati atau Walikota setempat; dan izin
gangguan dan perlindungan masyarakat yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang. Dalam hal rencana lokasi depo peti kemas berada di dalam Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan, harus dilengkapi dengan rekomendasi dari
Penyelenggara Pelabuhan setempat.
Persyaratan teknis yang harus dilakukan depo peti kemas meliputi menguasai
lahan paling sedikit untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun atau memiliki lahan untuk

10
lokasi usaha dengan luas paling sedikit 5.000 m2 yang dibuktikan dengan hak
penguasaan atau kepemilikan tanah un tuk usaha de po peti kemas yang berada di
luar Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan yang diterbitkan oleh Badan
Pertanahan Nasional dan menguasai lahan sesuai kerjasama dengan Badan Usaha
Pelabuhan atau operator untuk usaha depo peti kemas yang berada di dalam Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan. Depo memiliki atau menguasai lahan
penumpukan yang digunakan dengan kemampuan konstruksi menampung beban
minimal 4 (empat) tier peti kemas kosong (empty) dengan ukuran 20 feet dan
minimal 2 (dua) tier peti kemas bermuatan isi dengan ukuran 20 feet.
Konstruksi lahan depo dapat menggunakan paving, aspal; atau beton/
concrete. Depo memiliki peralatan paling sedikit 1 (satu) unit reach stacker, 1
(satu) unit top loader, 1 (satu) unit side loader, 1 (satu) unit forklift; dan fasilitas
perbaikan dan perawatan peti kemas yang memenuhi persyaratan. Depo memiliki
tenaga ahli paling sedikit 1 (satu) orang dengan kualifikasi Ahli Nautika Tingkat
III atau 2 (dua) orang Ahli Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga atau Transportasi
Laut berijazah Diploma III atau 2 (dua) orang tenaga ahli yang sederajat dengan
pengalaman kerja paling sedikit 5 (lima) tahun dalam pengelolaan depo peti kemas
dan tenaga survei peti kemas yang memiliki sertifikat dari Badan Nasional
Sertifikasi Profesi.
8. Perizinan Depo Peti Kemas
Perusahaan depo peti kemas dalam bentuk usaha patungan Uoint venture) wajib
memiliki izin usaha depo peti kemas. Cara untuk memperoleh izin usaha depo peti
kemas nasional bagi perusahaan depo peti kemas dalam bentuk usaha patungan
wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki modal dasar paling sedikit Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah) dan modal disetor paling sedikit RpS0.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) yang disetorkan melalui bank nasional atau bank swasta nasional
yang dibuktikan dengan bukti setor;

11
b. memiliki tenaga ahli paling sedikit 3 (tiga) orang dengan kualifikasi Ahli
Ketatalaksanaan atau 2 (dua) orang tenaga ahli dengan pengalaman kerja
paling sedikit 5 (lima) tahun dalam bidang usaha depo peti kemas;
c. memiliki tenaga ahli survei peti kemas yang memiliki sertifikat dari Badan
Nasional Sertifikasi Profesi;
d. Kerjasama dengan Penyelenggara Pelabuhan setempat untuk usaha depo peti
kemas yang berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan
setempat.
Izin usaha depo peti kemas yang dilakukan oleh usaha patungan Uoint venture)
wajib memiliki izm prinsip yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM). Permohonan izin usaha depo peti kemas diajukan kepada
Gubernur setempat dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan Penyelenggara
Pelabuhan setempat dengan menggunakan format Contoh 1 pada Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Berdasarkan
permohonan Gubernur setempat melakukan penelitian persyaratan permohonan
izin usaha depo peti kemas dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak permohonan diterima secara lengkap. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian
persyaratan belum terpenuhi, Gubernur setempat mengembalikan permohonan
secara tertulis kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Permohonan yang
dikembalikan, dapat diajukan kembali kepada Gubernur setempat setelah
permohonan dilengkapi.
Dalam hal berdasarkan hasil penelitian persyaratan telah terpenuhi secara
lengkap, Gubernur setempat menerbitkan izin usaha depo peti kemas dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini. Izin usaha depo peti kemas berlaku selama perusahaan
yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya atau sampai batas waktu
penguasaan lahan. Perusahaan depo peti kemas yang telah memperoleh izin usaha
depo peti kemas dari Gubernur setempat, dapat mendirikan usaha depo peti kemas

12
di daerah lain dalam 1 (satu) provinsi setempat dengan tetap mengajukan
permohonan izm dengan memenuhi persyaratan. Izin usaha depo peti kemas wajib
dilaporkan secara berkala kepada Direktur Jenderal dan Penyelenggara Pelabuhan
setempat untuk dilakukan evaluasi dalam rangka pengawasan pelaksanaan
pemberian izin usaha depo peti kemas.
Penyelenggara kegiatan usaha depo peti kemas yang tidak mempunyai izm
usaha depo peti kemas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) diberikan
sanksi berupa penutupan kegiatan usahanya oleh Gubernur setempat. Izin usaha
depo peti kemas dapat dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan
izin usaha dalam hal perusahaan yang bersangkutan:
a. melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara berdasarkan
keputusan dari instansi yang berwenang;
b. membubarkan diri atau pailit berdasarkan keputusan dari instansi yang
berwenang:
c. memperoleh izin usaha secara tidak sah; dan
d. melakukan kegiatan usaha yang menyimpang dari usaha pokoknya.
9. Tarif Pelayanan Jasa Usaha Depo Peti Kemas
Besaran tarif pelayanan jasa usaha depo peti kemas, ditetapkan atas dasar
kesepakatan penyedia jasa dan pengguna jasa berdasarkan jenis, struktur dan
golongan tarif dengan menggunakan pedoman perhitungan yang ditetapkan oleh
Menteri.
10. Dokumen dan Pengawasan Angkutan Barang
Berdasarkan peraturan peperinta No. 74 tahun 2015, angkutan barang dengan
kendaraan bermotor umum wajib dilengkapi dengan dokumen yang meliputi
beberapa hal seperti surat muatan barang dan surat perjanjian pengangkutan
barang. Perusahaan angkutan umum yang mengangkut barang wajib membuat
surat muatan barang sebagai bagian dokumen perjalanan. Perusahaan angkutan

13
umum yang mengangkut barang wajib membuat surat perjanjian pengangkutan
barang.
Pengemudi dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi
ketentuan mengenai beberapa hal seperti tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi
kendaraan dan kelas jalan yang dilalui. Penjelasan sebagi berikut :
a. Daya angkut ditetapkan berdasarkan jumlah berat yang diizinkan dan/atau
jumlah berat kombinasi yang diizinkan
b. Dimensi kendaraan merupakan dimensi utama Kendaraan Bermotor yang
meliputi panjang, lebar, tinggi, julur depan dan julur belakang Kendaraan
Bermotor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kelas jalan yang dilalui ditentukan berdasarkan rambu kelas jalan.
Tata cara pemuatan dilaksanakan dengan mempertimbangkan pada penempatan
muatan pada ruang muatan, distribusi beban, tata cara pengikatan muatan, tata cara
pengemasan, tata cara pemberian label atau tanda. Cara untuk mengawasi
pemenuhan terhadap angkutan barang dilakukan oleh pengawasan muatan
angkutan barang. Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan
menggunakan alat pengawasan dan pengamanan jalan. Alat pengawasan dan
pengamanan jalan terdiri atas alat penimbangan yang dipasang secara tetap atau
alat penimbangan yang dapat dipindahkan.
Pengawasan muatan angkutan barang dengan alat penimbangan yang dipasang
secara tetap digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap semua mobil
barang. Pengawasan dikecualikan untuk angkutan peti kemas, mobil tangki bahan
bakar minyak dan /atau bahan bakar gas, angkutan barang berbahaya dan alat berat.
Pengawasan muatan angkutan barang dengan alat penimbangan yang dipasang
secara tetap dilakukan pada lokasi tertentu di ruas jalan nasional dan jalan strategis
nasional. Syarat lokasi ditentukan dengan mempertimbangkan:
a. rencana tata ruang
b. pusat bangkitan perjalanan
c. jaringan jalan dan rencana pengembangan

14
d. volume lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) Angkutan barang
e. keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas
f. kondisi topografi
g. efektivitas dan efisiensi pengawasan muatan
h. ketersediaan lahan.
Pembangunan dan pengadaan fasilitas serta peralatan penimbangan yang
dipasang secara tetap dilakukan oleh Menteri. Pembangunan dan pengadaan
fasilitas peralatan penimbangan yang dipasang secara tetap harus memenuhi
persyaratan pada rancang bangun (layout), buku kerja rancang bangun dan
spesifikasi alat penimbangan. Alat penimbangan yang dipasang secara tetap
dioperasikan apabila telah memenuhi persyaratan harus sesuai lokasi telah
ditetapkan, pembangunan sesuai rancang bangun, fasilitas dan peralatan
penimbangan kendaraan bermotor telah terpasang dan memenuhi spesifikasi
teknis dan unit pelaksana pada tempat tersebut telah ditetapkan.
Pengoperasian dan perawatan alat penimbangan secara tetap dilakukan oleh
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor pemerintah provinsi yang telah
mendapat penetapan dari Menteri. Pada saat kepentingan tertentu, Menteri dapat
menunjuk unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor pemerintah. Unit
pelaksana penimbangan kendaraan bermotor memliki kewajiban antara lain
melakukan pemeriksaan tata cara pemuatan barang, pengukuran dimensi
kendaraan angkutan barang, penimbangan tekanan seluruh sumbu dan/atau setiap
sumbu kendaraan angkutan barang, pemeriksaan dokumen angkutan barang,
pencatatan kelebihan muatan pada setiap kendaraan yang diperiksa dan pendataan
jenis barang yang diangkut, berat Angkutan, dan asal tujuan. Unit pelaksana
penimbangan kendaraan bermotor wajib mengelola data hasil pelaksanaan
kegiatan sebagai yang terintegrasi dalam sistem informasi.
Pada saat pengoprasian penimbangan ditemukan pelanggaran, maka petugas
unit pelaksana penimbangan melaporkan kepada penyidik pegawai negeri sipil.
Berdasarkan laporan, penyidik pegawai negeri sipil membuat berita acara

15
pemeriksaan pelanggaran. Pejabat penyidik pegawai negeri sipil melarang
pengemudi meneruskan perjalanan apabila pelanggaran berat muatan melebihi 5%
(lima persen) dari daya angkut Kendaraan yang ditetapkan dalam buku uji.
Pengemudi wajib menurunkan kelebihan muatan pada tempat yang ditentukan
oleh pejabat dan/atau petugas unit pelaksana penimbangan. Resiko kehilangan
dan/atau kerusakan barang yang diturunkan merupakan tanggung jawab
pengemudi dan/atau pengusaha angkutan umum barang yang bersangkutan,
setelah kelebihan muatan telah diturunkan, pengemudi dapat meneruskan
perjalanan. Penggunaan fasilitas untuk kegiatan bongkar muat barang dan tempat
penyimpanan barang dikenakan biaya. Tata cara penggunaan fasilitas kegiatan
bongkar muat barang dan tempat penyimpanan barang serta besaran biaya diatur
dengan peraturan daerah provinsi.
Perawatan alat penimbangan yang dipasang secara tetap wajib dilakukan oleh
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor untuk menjaga peralatan unit
penimbangan Kendaraan Bermotor agar tetap berfungsi. Menteri melakukan
penilaian kinerja Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor. Penilaian
kinerja paling sedikit dilakukan terhadap aspek manajemen operasi, sumber daya
manusia, peralatan dan fasilitas, penegakan hukum, keselamatan dan kelancaran
lalu lintas, dan efektifitas pengawasan. Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai
bahan evaluasi peningkatan kinerja unit pelaksana penimbangan kendaraan
bermotor yang bersangkutan. Lokasi alat penimbangan dan pengoperasian oleh
unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor yang dipasang secara tetap
ditetapkan dengan keputusan menteri.
Pengawasan muatan angkutan barang dengan alat penimbangan yang dapat
dipindahkan dilakukan untuk pemeriksaan kendaraan bermotor angkutan barang
di jalan dan penyidikan tindak pidana pelanggaran muatan. Pengawasan muatan
Angkutan barang dengan alat penimbangan yang dapat dipindahkan dilakukan
bersama oleh penyidik pegawai negeri sipil di bidang lalu lintas dan angkutan jalan
serta petugas kepolisian Negara Republik Indonesia. Alat penimbangan, harus

16
memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pengawasan muatan Angkutan barang dengan alat penimbangan yang
dapat dipindahkan dilakukan apabila terdapat indikasi peningkatan pelanggaran
muatan angkutan barang, kecenderungan kerusakan jalan yang diakibatkan oleh
kelebihan muatan Angkutan barang dan/atau belum ada alat penimbangan yang
dipasang secara tetap pada ruas jalan tertentu.
11. Izin Penyelenggaraan Angkutan Barang Khusus
Izin penyelenggaraan Angkutan barang khusus diberikan oleh Menteri. Izin
penyelenggaraan angkutan barang khusus untuk barang berbahaya harus mendapat
rekomendasi dari menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian terkait.
Rekomendasi yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga pemerintah non
kementerian terkait memuat keterangan antara lain yaitu jenis dan sifat barang
yang diangkut, tata cara penanganan barang sesuai dengan jenis dan sifat, dan
penanganan tanggap darurat. Pemegang izin penyelenggaraan Angkutan barang
khusus wajib melaksanakan ketentuan yang ditetapkan dalam izin
penyelenggaraan yang diberikan, melaksanakan sistem manajemen keselamatan.
12. Prinsip-Prinsip Keselamatan Muatan
Beberapa prinsip keselamatan muatan yang harus diperhatikan dalam
pengangkutan alat berat:
a. Asumsi bahwa berat muatan akan tetap diposisinya bila sebuah kendaraan
berubah arah—berkelok atau menyusul dll adalah tidak benar. Sebenarnya
muatan yang lebih berat, besar kemungkinannya bergerak ketika kendaraan
melaju karena energi kinetiknya lebih besar. Di bawah pengereman yang sulit,
berat yang berperan ke arah depan bisa sama dengan acting down pada
kendaraan. Oleh karena itu, muatan yang tidak dikendalikan tidak akan aman.
Bila kendaraan mengerem muatan akan terus bergeser dari posisi semula
karena kekuatan angin terhadap muatan selama pengereman meningkat dengan

17
tingkat perlambatan dan berat muatan. Semakin berat muatan, dan semakin
sulit mengerem, maka semakin banyak muatan akan mencoba untuk bergerak.

Gambar 4. Posisi Angkutan Barang

b. Pergesekan saja tidak bisa diandalkan untuk menjaga muatan tetap pada
tempatnya. Ketika kendaraan bergerak, pergerakan vertikal disebabkan oleh
gelombang di jalan akan mengurangi daya pengekangan karena pergesekan.
Ini bisa berkurang menjadi nol jika muatan meninggalkan dasar bak truk.
c. Diperlukan lebih banyak lagi daya untuk menghentikan satu muatan yang telah
mulai bergerak dibandingkan daya mencegah pergerakan pertama kali. Efek
benturan berulang-ulang (battering ram) meningkat dengan cepat dengan
peningkatan jarak dimana muatan bergerak berhubungan dengan kendaraan.
Oleh karena itu penting sekali muatan dikendalikan sedemikian rupa sehingga
pergerakan muatan pada kendaraan dicegah.

18
d. Prinsip dasar di atas, adalah bahwa gabungan kekuatan sistem pengendalian
muatan harus cukup untuk menahan kekuatan angin tidak kurang dari total
berat ke depan (load forward), agar mencegah muatan bergerak dalam
pengereman sulit, dan separoh berat muatan ke belakang (load backward) dan
ke samping (sideway) (lihat gambar 3). Pergerakan vertikal mungkin terjadi
namun ini mesti diatasi jika kondisi diatas terjadi. Ini berlaku bagi semua
kendaraan, tidak peduli ukuran, dari van kecil hingga kendaraan barang yang
besar. Prinsip-prinsip ini didasarkan pada daya maksimum yang mungkin
dialami selama penggunaan jalan biasa. Kekuatan angin lebih besar mungkin
dihadapi jika kendaraan, misalnya, terlibat dalam kecelakaan.

Gambar 5. Sideway

19
13. Pemilihan Kendaraan Dan Susunan Muatan
a. Pemilihan Kendaraan
1) Operator angkutan bertanggung jawab untuk menyediakan kendaraan yang
cocok dan peralatan yang aman bagi masing-masing muatan yang diangkut
dan memastikan bahwa pengemudi dan staf pemuatan berkompeten dan
telah menerima petunjuk memadai dalam penggunaannya.
2) Tugas pengemudi adalah memeriksa dan memastikan bahwa muatan cukup
aman selama dalam perjalanan, terutama jika terjadi pengereman atau
berbelok mendadak. Harus diperhatikan juga bahan-bahan alas (bak truk),
seperti aluminium atau kalau alas bak dalam kondisi basah, maka daya
pergesekan yang membantu mengendalikan muatan bisa dibawah
perkiraan.
3) Desain, konstruksi dan bodywork kendaraan harus cocok untuk muatan
yang akan diangkut demikian pula dengan sifat dan kekuatan bahannya
yang digunakannya.
4) Perawatan anti korosif komponen yang memuat muatan sangat diperlukan.
5) Bila sebuah kendaraan akan diangkut dengan kapal seperti operasi feri,
harus dibuat untuk pengendalian muatan ekstra yang diperlukan dan untuk
tempat menyangkutkan tali di sasis (chasis anchorage point) guna
mengamankan kendaraan di dek.
6) Perkiraan muatan maksimum di lantai bak kendaraan harus diketahui
sehingga lantai dan bagian lainnya seperti ruang yang menopang balok
lintang (crossbeam) mencukupi. Kalkulasi kekuatan harus diperhitungkan
tidak hanya untuk muatan saja tetapi untuk setiap kekuatan angin ekstra
karena cara pemuatan, misalnya: jika menggunakan truk forklift di lantai
bak selama pemuatan dan pembongkaran muatan.
7) Hubungan antara jarak roda kendaraan, panjang bodi dan bodi yang
menggantung harus dipertimbangkan secara seksama sehubungan dengan

20
komposisi muatan yang diangkut, khususnya jika penggunaan penuh
dilakukan sesuai muatan as roda maksimum yang diizinkan.
8) Untuk mencegah kendaraan kandas, pada level crossing dll, jarak antara
bagian bawah mobil dengan permukaan tanah (ground clearance)
minimum tertentu bagi trailer harus dipertahankan, khususnya untuk trailer
yang bermuatan rendah (low loading trailer).
9) Bila sebuah kendaraan akan mengangkut sejumlah barang seperti truk
builder, bodi bagian luar kendaraan harus lebih tinggi dari muatan dan
cukup kuat untuk mencegah setiap bagian muatan bocor. Selain itu, resiko
setiap bagian muatan terbang atau melompat keluar karena tabrakan juga
harus dipertimbangkan.
b. Susunan Muatan
1) Sebelum kendaraan diisi dengan muatan, harus dilakukan pemeriksaan
guna memastikan bahwa bak terbuka muatan (platform ), bodywork , dan
tempat menyangkutkan tali pengikat cocok dengan muatan yang diangkut
serta dalam kondisi baik dan bisa dipakai.
2) Pemuatan tidak boleh melebihi batasan maksimum kekuatan as roda dan
batasan berat kotor. Bila sebagian muatan akan diturunkan selama
perjalanan, pengaruhnya terhadap berat kotor, berat as roda serta keamanan
dan stabilitas muatan jangan diabaikan. Meski mengeluarkan sebagian
muatan akan mengurangi berat kotor kendaraan, perubahan distribusi berat
mungkin menyebabkan setiap as roda akan menjadi kelebihan beban (o v
e r o a d e d ).
3) Jika platform, bodywork dan tempat menyangkutkan tali pengikat bisa
digunakan, muatan harus diletakkan bersentuhan dengan headboard . Bila
ini tidak bisa dilakukan maka alat keamanan tambahan harus digunakan.
Cara-cara yang mungkin antara lain :
a) memasang penghalang melintang pada platform kendaraan yang harus
terpasang erat ke kerangka sasis,

21
b) memasang balok, ganjal, baji untuk mencegah setiap barang-barang
muatan bergerak ke berbagai arah;
c) memasang ikatan tambahan; - dalam hal van, tali pengikat yang aman
bagi bodi kendaraan harus digunakan.
4) Untuk mencapai stabilitas kendaraan yang maksimum, muatan harus
ditempatkan sehingga pusat gravitasi tetap rendah dan dekat dengan garis
tengah ( cent erli ne ) kendaraan. Ini berarti bahwa :
a) Muatan harus di sebar guna memberikan distribusi berat yang rata di
seluruh lantai bak secara keseluruhan;
b) Bila muatan ditumpuk, barang-barang yang lebih besar dan lebih berat
harus diletakkan di bagian paling bawah (lihat gambar 4);
c) Barang-barang yang lebih berat harus diletakkan lebih dekat dengan
garis tengah kendaraan dan barang-barang yang lebih ringan di sisinya;
d) Bila muatan ditumpuk, maka paket paling rendah harus cukup kuat
untuk mendukung yang lainnya ketika kendaraan mengerem,
menikung atau tambah kecepatan.

Gambar 6. Tatanan Muatan

e) Bobot muatan yang berat dengan dimensi kecil, harus disebar di


seluruh platform kendaraan dengan menggunakan peralatan penyebar
muatan (misalnya: palet, papan kayu yang berukuran besar dll).

22
f) Biasanya muatan harus disusun sehingga tidak menghalangi ruang
pandangan pengemudi termasuk pandangan ke belakang melalui kaca
spion. Jika muatan diperhitungkan panjang dan lebar, atau dimana
muatan mengaburkan lampu wajib, reflektor, tanda-tanda bagian
belakang atau pelat nomor mobil harus diperhatikan agar pencahayaan
tetap memenuhi persyaratan.
g) Jika kendaraan mengangkut muatan yang melebihi dimensi kendaraan
harus dipasang peralatan yang dilengkapi dengan tanda khusus, baik ke
arah belakang antara 1-2 meter yang menggantung maupun ke depan
atau ke belakang melebihi 2 meter, atau lebih dari 305 mm atau lebar
keseluruhan atau setiap projection yang menyamping melebihi 2,9
meter, harus dibuat jelas terlihat bagi pengguna jalan lain. Dalam
beberapa kondisi diperlukan untuk memberitahu petugas lalu lintas dan
angkutan jalan sebelum kendaraan melaju di jalan umum.

14. Peralatan Pengaman Muatan


a. Operator harus melengkapi kendaraannya dengan peralatan pengaman yang
benar sesuai jenis dan komposisi muatan yang akan diangkut untuk
mengamankan muatan.
b. Peralatan yang cocok untuk digunakan dalam pengendalian muatan umum
diantaranya: clamp, baut khusus, tali kawat baja, rantai, webbing harness ,
lembar, net, rope dan shoring bar.
c. Semua peralatan yang digunakan untuk mengamankan muatan harus diperiksa
secara berkala untuk mencegah kerusakan. Susunan pemeriksaan harus sesuai
dengan instruksi pabrikan, perhatian khusus harus diberikan terhadap webbing
dan tali guna memastikan tidak ada kemerosotan yang terlihat karena
pemakaian terus menerus, seperti berjumbai. Peralatan tersebut juga diperiksa
untuk memastikan tidak terpotong atau rusak akibat salah pakai. Jika ada

23
keraguan apakah perbaikan diperlukan, referensi harus dibuat ke produsen atau
suplier tali.
d. Tali kawat baja yang dibuat untuk tali pengikat khusus atau sling, cocok untuk
mengamankan muatan bila digunakan bersama dengan peralatan lain seperti
alat penyanggga (shackles) dan sarung jari (thimbles). Kekuatan tali kawat baja
akan tergantung pada tingkat baja yang digunakan, jumlah untai, jumlah kawat
di masing-masing untai, diameter tali dan cara pembuatannya.
e. Tali kawat yang memiliki diameter kurang dari 8 milimeter tidak cocok untuk
tujuan pengendalian muatan. Tali kawat harus bebas dari karat dan jangan
digunakan jika terlihat ada kawat yang patah atau ada untaian. Peralatan
lainnya yang digunakan dengan tali kawat harus memiliki kualitas dan
kekuatan yang sama. Tali kawat yang bengkok tajam akan mengurangi
kekuatan efektifnya.
f. Rantai cocok untuk mengikat muatan bila digunakan dalam cara sama dengan
tali kawat baja. Tiga hal menentukan kekuatan sebuah rantai: panjang mata
rantai, ketebalan dan kualitas logam yang digunakan.
g. Semakin panjang sebuah hubungan rantai semakin rentan untuk rusak,
hubungan yang panjang bisa dengan mudah cacat jika tegang. Rantai yang
digunakan harus kompatibel dengan persyaratan muatan yang diangkut.
h. Penggunaan rantai besi atau rantai s p li t l n k , tidak dianjurkan.
i. Setiap sambungan rantai harus diperiksa sebelum digunakan. Rantai harus
hanya digunakan bersama dengan tensioner yang cocok dan pengatur tegangan
tali (turnbuckle) dengan muatan kerja yang aman yang kompatible dengan
rantai.
j. Webbing assemblies (tali pengikat berupa kumpulan anyaman) cocok untuk
mengamankan banyak jenis muatan. Anyaman tersebut biasanya terdiri dari
tali yang dijalin dengan beberapa bentuk sambungan dan menggabungkan
sebuah alat peregang. Ini ditandai dengan Rated Assembly Strength (RAS)
yang mesti tidak pernah berlebih. Webbing yang terbuat dari polyester,

24
polyamide atau polypropylene bisa digunakan. Polyester kekuatannya agak
berkurang kalau basah, dan sangat tahan terhadap asam yang tajam, namun
bisa dirusak dengan alkali. Polyamide bisa kehilangan hingga 15%
kekuatannya ketika basah, dan sangat tahan alkali namun bisa rusak oleh
kekuatan asam. Sedangkan Polypropylene sangat bermanfaat dimana anti-
bahan kimia merupakan sebuah persyaratan. Sebelum penggunaan, harus
diteliti untuk memastikan komponen logam harness tidak rusak sehingga
webbing tidak terpotong atau berjumbai dan semua jahitan dalam keadaan
bagus. Jika ditemukan kerusakan, nasehat harus dicari dari pabrikan untuk
mengecek apakah perbaikan mungkin dilakukan.
k. Jaring (webbing net) untuk mengamankan atau mempertahankan beberapa
jenis muatan mungkin dibuat dari webbing strap atau fiber buatan manusia atau
alami atau kawat baja. Webbing net biasanya digunakan sebagai penghambat
untuk membagi ruang muatan menjadi kompartemen. Tali atau cord net bisa
digunakan untuk mengamankan muatan baik palet atau langsung ke kendaraan
sebagai sistem pengendali utama.
l. Jaring yang lebih ringan bisa digunakan untuk menutupi bodi kendaraan yang
terbuka. Harus diperhatikan untuk menjamin bahwa komponen logam jaring
tidak menjadi terkorosi atau rusak, sehingga webbing tidak putus dan semua
jahitan bagus. Tali dan cord net harus diperiksa kalau putus atau terjadi
kerusakan lain pada fiber. Jika diperlukan, perbaikan harus dilakukan oleh
orang yang ahli sebelum jaring digunakan. Ukuran mesh dari jaring harus lebih
kecil dari bagian terkecil muatan.
m. Tali yang digunakan untuk mengamankan muatan seharusnya dibuat dari
polypropylene, polyester, sisal atau manila. Tali Polyamide (nilon) tidak
cocok, karena tali ini cenderung merenggang di bawah muatan. Tali harus
terbuat tiga jalinan dan harus memiliki diameter nominal minimum sekurang-
kurangnya 10 milimeter. Ujung tali harus disambung atau kalau tidak dirawat
untuk mencegah berjumbai. Tali harus dipilih setelah mempertimbangkan

25
pemuatan maksimum akan dipakai dalam tiap-tiap pengikatan. Nama pabrik
yang ditempelkan pada label, harus menunjukkan angka maksimum muatan
untuk tali ini. Simpul atau bengkok tajam akan mengurangi kekuatan efektif
tali dan kekuatan sisal atau manila mungkin akan berkurang kalau dipenuhi air
atau basah.
n. Klem cocok untuk mengamankan muatan yang dipasang dengan lifting pocket,
bracket atau alat pelengkap yang dirancang khusus. Dalam banyak hal perlu
untuk memperkuat dek kendaraan di sekitar posisi klem. Rancangan klem dan
penguatan harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi pabrik kendaraan.
Minimum 4 klem harus digunakan dan setiap tiga diantaranya harus cukup kuat
untuk menahan muatan jika satu klem tidak berfungsi dengan benar.
o. Kain penutup muatan terdiri dari dua jenis: - Kain terpal, hanya memberikan
perlindungan cuaca dan tidak harus digunakan sebagai bagian sistem penahan.
- Lembar penutup muatan yang memasukkan webbing strap, yang mempunyai
kekuatan setara bodi.
p. Sleeve dan pelindung sudut (corner protector) harus digunakan untuk
mencegah kerusakan baik muatan maupun peralatan penahan yang melampaui
sebuah sudut tajam.
q. Banding (baja atau plastik), yang biasa digunakan untuk mengikat muatan
bersama-sama, bukanlah cara yang memadai untuk mengamankan muatan
kendaraan. Banding dalam jumlah banyak, membuat sulit untuk memastikan
bahwa jenis yang akan digunakan memiliki kekuatan yang cukup untuk
menahan muatan dan ada resiko nyata akan menjadi longgar selama
perjalanan. Jika ini terjadi pengemudi akan sulit mengetahuinya.

15. Angkutan Multimoda


a. Kegiatan Angkutan Multimoda
Angkutan multimoda hanya dapat dilakukan oleh badan usaha angkutan
multimoda. Angkutan multimoda diselenggarakan oleh badan usaha angku tan

26
multimoda nasional dan badan usaha angkutan multimoda asing. Kegiatan
angkutan multimoda meliputi kegiatan yang dimulai sejak diterimanya barang
oleh badan usaha angkutan multimoda dari pengguna jasa angkutan multimoda
sampai dengan diserahkannya barang kepada penerima barang dari badan usaha
angkutan multimoda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam dokumen
angkutan multimoda. Dalam menyelenggarakan kegiatan angku tan multimoda
badan usaha angkutan multimoda bertanggung jawab terhadap kegiatan
penunjang angkutan multimoda yang meliputi pengurusan transportasi,
pergudangan, konsolidasi muatan, penyediaan ruang muatan, dan kepabeanan
untuk angkutan multimoda ke luar negeri dan ke dalam negeri. Kegiatan
angkutan multimoda dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut moda
transportasi darat, perkeretaapian, laut, dan/ atau udara. Alat angkut moda
transportasi) terdiri atas kendaraan bermotor, kereta api, kapal, dan pesawat
udara. Pengusahaan masing-masing alat angkut moda transportasi dapat
dilakukan oleh badan usaha angkutan moda transportasi.
b. Dokumen Angkutan Multimoda
Dokumen angkutan multimoda terdiri dari paling sedikit memuat:
1) Identifikasi barang (merek dan nomor);
2) Sifat barang (barang berbahaya atau barang yang mudah rusak);
3) Rincian barang (jumlah dan bentuk kemasan berupa paket atau unit
barang);
4) Berat kotor atau jumlah barang;
5) Ukuran barang;
6) Keterangan lain yang dinyatakan oleh consignor / pengirim;
7) Kondisi nyata barang;
8) Nama dan tempat usaha badan usaha angkutan multimoda;
9) Nama pengirim atau pengguna jasa;
10) Penerima barang (consignee) jika disebut oleh pengirim;

27
11) Tempat dan tanggal barang diterima oleh badan usaha angkutan
multimoda;
12) Tempat penyerahan barang;
13) Tanggal atau periode waktu penyerahan barang di tempat penyerahan
barang sesuai dengan persetujuan para pihak;
14) Pernyataan bahwa dokumen angkutan "dapat dinegosiasi" (negotiable)
atau "tidak dapat dinegosiasi" (non negotiable);
15) Tempat dan tanggal penerbitan dokumen angkutan multimoda;
16) Tanda tangan dari penanggung jawab badan usaha angkutan multimoda
atau orang yang diberi kuasa;
17) Ongkos untuk setiap moda transportasi dan/ atau total ongkos, mata uang
yang digunakan, serta tempat pembayaran sesuai dengan persetujuan para
pihak;
18) Rute perjalanan dan moda transportasi yang digunakan, serta tempat
transshipment apabila diketahui pada saat dokumen diterbitkan;
19) Nama agen atau perwakilan yang akan melaksanakan penyerahan barang;
dan
20) Asuransi muatan.
Dokumen angkutan multimoda disusun oleh asosiasi badan usaha
angkutan multimoda. Asosiasi badan usaha angkutan multimoda dalam
menyusun dokumen angkutan multimoda harus mengacu pada Standard
Trading Conditions (STC) yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum sete1ah mendapat
rekomendasi dari Menteri. Dokumen angkutan multimoda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dapat berupa dokumen tertulis dan/ atau elektronik.
Dokumen abgkutan multimoda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bukti perikatan perjanjian setelah disetujui.oleh badan usaha
angkutan multimoda dan penggunajasa angkutan multimoda.

28
c. Badan Usaha Angkutan Multimoda
Badan usaha angkutan multimoda wajib usaha angkutan multimoda dari
Menteri. Izin usaha angkutan multimoda diberikan kepada badan usaha
angkutan multimoda yang memenuhi persyaratan yaitu administrasi dan
teknis. Persyaratan administrasi paling sedikit meliputi:
1) Akta pendirian perusahaan yang telah di sahkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum;
2) Nomor pokok wajib pajak (npwp);
3) Keterangan domisili usaha; dan
4) Memiliki modal dasar paling sedikit setara dengan 80.000 (delapan
puluh ribu) Special Drawing Right (SDR).
Persyaratan teknis paling sedikit meliputi yaitu memiliki danl atau
menguasai peralatan kerja dan memiliki sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi di bidang angkutan multimoda. Peralatan kerja paling sedikit
meliputi kantor tetap, alat angkut, dan peralatan bongkar muat.
16. Cetak Biru Transportasi Antarmodai/multimoda
Berdasarkan peraturan menteri perhubungan nomor KM 15 tahun 2010
menyatakan bahwa Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda merupakan
program dan rencana aksi pengembangan transportasi antarmoda/multimoda
dalam kurun waktu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dijadikan
sebagai acuan, pedoman dan landasan dalam perencanaan, dan pembangunan dan
penyelenggaraan transportasi multimoda pada simpul-simpul 25 pelabuhan, 7
terminal khusus, 14 bandar udara, 9 kota metropolitan serta 183 kabupaten daerah
tertinggal. Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda dilakukan secara
berkesinambungan, konsisten dan terpadu baik intra maupun antar moda serta
dengan sektor pembangunan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi.

29
17. Penyelenggaraan Angkutan Barang Daerah Tertinggal
a. Definisi
Definisi beberapa istilah terkait angkutan barang daerah terpencil yang ada
dalam peraturan presiden nomor 70 tahun 2017 antara lain:
1) Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk angkutan barang
adalah pelaksanaan angkutan barang dari dan ke daerah tertinggal, terpencil,
terluar, dan perbatasan sesuai dengan trayek yang telah ditetapkan, dengan
tetap memperhatikan dan menjaga keselamatan serta keamanan transportasi.
2) Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya
melayani kegiatan angkutan laut.
3) Sentra Logistik adalah badan usaha yang menyelenggarakan secara
terintegrasi tempat penyimpanan, pemasaran, dan pendistribusian barang
yang diangkut melalui moda angkutan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan presiden ini.
4) Jembatan Udara adalah pelaksanaan angkutan udara kargo dari bandar udara
ke bandar udara lainnya dan/atau dari bandar udara ke bandar udara di daerah
tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.
5) Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara termasuk
hewan dan tumbuhan selain pos, barang kebutuhan pesawat selama
penerbangan, barang bawaan, atau barang yang tidak bertuan.
6) Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan
beserta muatannya.
7) Shipping Instruction adalah surat yang dibuat oleh shipper atau pemilik
barang atau perusahaan jasa pengurusan transportasi yang ditujukan kepada
carrier atau kapal (pelayaran) untuk menerima dan memuat muatan yang
tertera dalam surat tersebut.

30
b. Kewajiban Pelayanan Publik
Pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan publik untuk angkutan
barang dari dan ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.
Penyelenggaraan pelayanan publik meliputi pelayanan angkutan laut,
angkutan darat, dan angkutan udara. Barang yang diangkut meliputi barang
kebutuhan pokok dan barang penting, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; dan jenis barang lain sesuai dengan kebutuhan
masyarakat daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan. Barang lain
yang menjadi kewajiban layanan public termasuk ternak dan ikan serta muatan
balik yang berasal dari daerah yang disinggahi oleh angkutan barang di laut,
darat, dan udara.
Menteri Perdagangan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk
melakukan pendataan, pemantauan dan evaluasi jenis, jumlah dan harga
barang dari dan ke di masing-masing daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan
perbatasan yang masuk dalam program pelayanan publik untuk angkutan
barang di laut, darat, dan udara dan program pendukungnya. Dalam rangka
mendukung penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan
barang di laut, darat, dan udara dapat dibentuk sentra logistik. Sentra logistik
diselenggarakan oleh Pemerintah. Penyelenggaraan Sentra Logistik dapat
dilaksanakan melalui penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara.
c. Angkutan Barang Darat Daerah Terpencil
Penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di
darat wajib memenuhi prinsipprinsip sebagai berikut:
1) melaksanakan angkutan barang berdasarkan tarif dan jaringan trayek jalan
serta jaringan lintas penyeberangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2) memberikan perlakuan dan pelayanan bagi semua pengguna jasa sesuai
dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri;

31
3) menjaga keselamatan dan keamanan angkutan barang; dan d. memenuhi
sarana dan prasarana yang ditetapkan oleh Menteri.
Penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di
darat termasuk angkutan jalan dan/atau penyeberangan diselenggarakan oleh
Pemerintah. Penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan
barang di darat dapat dilaksanakan melaluipenugasan kepada Perum DAMRI
untuk angkutan jalan; dan/atau penugasan kepada PT ASDP Indonesia Ferry
(Persero) untuk angkutan penyeberangan. Dalam hal terdapat keterbatasan
armada, penyelenggaraan pelayanan publik untuk angkutan barang di darat
dapat dilakukan pemilihan penyedia jasa lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah.
18. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat Di Jalan
Menurut keputusan direktur jendral perhubungan darat No. Sk.726/ Aj.307/
Drjd/2004 menyatakan bahwa Pengangkutan alat berat di jalan adalah satu cara
penyelenggaraan angkutan untuk memindahkan alat berat dari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan mobil barang. Alat adalah barang yang karena
sifatnya tidak dapat dipecah-pecah sehingga memungkinkan angkutannya
melebihi muatan sumbu terberat (MST) dan/atau dimensinya melebihi ukuran
maksimum yang telah ditetapkan. Pedoman teknis pengangkutan alat berat berlaku
bagi pihak / instansi yang berkepentingan dalam pengangkutan barang, penyedia
jasa (transporter) dan/atau pemilik kendaraan dan pengguna jasa (user).
Tata Cara Pengangkutan Alat Berat Pelayanan angkutan alat berat
diselenggarakan dengan ciri- ciri sebagai berikut:
a. Muatan yang diangkut sifatnya tidak dapat dipecahpecah dan dimensi dan/atau
MST melebihi ukuran maksimum yang ditetapkan;
b. Prasarana jalan yang dilalui memperhatikan ketentuan kelas jalan tertinggi;
c. Tersedianya tempat memuat dan membongkar alat berat;
d. Dilayani dengan mobil barang yang diperuntukkan mengangkut alat berat;

32
e. Melalui lintasan yang ditentukan.
Persyaratan Kendaraan Mobil barang untuk pelayanan angkutan alat berat
sesuai dengan ciri- ciri pelayanan seperti tersebut di atas, harus memenuhi
persyaratan:
a. Desain dan konstruksi kendaraan harus sesuai dengan muatan yang diangkut;
b. Ketentuan teknis dan laik jalan;
c. Tersedia peralatan untuk keamanan muatan, termasuk muatan yang
menggantung kearah belakang 1-2 meter;
d. Khusus untuk trailer, ground clearance minimum harus dipertahankan;
e. Untuk kendaraan muatan alat berat tertentu, bak muatan dapat ditambahkan
sekat (headboard dan/atau sideboard), balok penyangga, balok melintang, klep
dan lain-lain;
f. Mencantumkan nama perusahaan secara jelas pada badan kendaraan
disamping kiri dan kanan;
g. Menempatkan jati diri pengemudi pada dashboard.
Tata Cara Pengangkutan Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengangkutan alat berat yaitu :
a. Sistim pengendalian total, terdiri dari :
1) mengikat muatan pada tempat untuk menyangkutkan tali pengikat.
2) menempatkan muatan secara aman, termasuk melengkapi dengan balok
melintang;
3) Memperhatikan kemungkinan pergeseran muatan pada saat kendaraan
berjalan.
b. Tali dan peralatan pengikat harus dalam kondisi baik, dapat menahan
perpindahan muatan, terlindung dari abrasi dan potongan;
c. Peralatan penyangga harus cukup kokoh dan aman bagi kendaraan;
d. Tidak terjadi gesekan antara muatan dan bak kendaraan;
e. Memperhatikan kekuatan tempat mengaitkan tali pengikat;
f. Pengemudi mengetahui berat, lebar dan tinggi muatan yang diangkut;

33
g. Dilengkapi dengan surat daftar muatan;
h. Melalui lintasan yang ditentukan dalam surat persetujuan;
i. Dilakukan pada tempat–tempat yang tidak mengganggu keamanan, kelancaran
dan ketertiban lalulintas;
j. Apabila alat berat yang diangkut menonjol melebihi bagian terluar belakang
kendaraan pengangkut, diberi tanda sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
Keputusan ini.
19. Pedoman Teknis Transportasi Lpg Dengan Moda Angkutan Darat
Pengangkutan LPG merupakan salah satu bagian terpenting dalam kegiatan
niaga LPG. Setiap pengangkutan memerlukan kendaraan pengangkut untuk
mengirim LPG dari instalasi pengisian hingga ke pengguna akhir. Kendaraan
pengangkut LPG harus memenuhi persyaratan pengangkutan LPG dari sisi
keselamatan bagi kendaraan, muatan dan pengemudi. Adapun persyaratan untuk
kendaraan pengangkut LPG curah, meliputi sebagai berikut:

a. Persyaratan Umum
Persyaratan umum kendaraan pengangkut LPG curah yang harus dipenuhi
adalah:
1) Memenuhi aspek perancangan kendaraan yang memenuhi persyaratan
teknologi, keselamatan, kelaikan jalan dan kelestarian lingkungan.
2) Memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang dibuktikan dengan Surat
Tanda Lulus Uji Kendaraan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
3) Kendaraan pengangkut LPG dipasang plakat hazard chemical ”BAHAN
BAKAR GAS MUDAH TERBAKAR” yang dilekatkan pada sisi kiri,
kanan, dan belakang kendaraan, dengan ukuran, bentuk dan contoh
penempatan dapat dilihat pada Gambar 1.
4) Tertulis nama dan/atau logo perusahaan yang dicantumkan pada sisi kiri,
kanan dan belakang kendaraan dengan ukuran minimal sebagaimana dalam
Gambar 2.

34
5) Tersedia identitas pengemudi yang ditempatkan pada kabin pengemudi
6) Tersedia Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) minimal
berisi: antiseptik, perban, plester luka, salep luka bakar dan obat pencuci
mata yang belum kadaluarsa.
7) Di truk tangki tersedia: APAR jenis Dry Chemical Powder (DCP) dengan
kapasitas sebagai berikut
Tangki kapasitas s/d 2.000 kg - Minimal 1 x 9 kg
Tangki kapasitas diatas 2.000-5.000 kg - Minimal 2 x 9 kg
Tangki kapasitas diatas 5.000 kg - Minimal 2 x 9 kg
8) Tertulis nomor telepon pusat pengendali operasi yang dapat dihubungi jika
terjadi keadaan darurat, dan dicantumkan pada bagian belakang kendaraan
pengangkut.
9) Tersedia perlengkapan keselamatan kendaraan, antara lain: Safety cone,
ganjal ban, dongkrak sesuai kapasitas beban kendaraan dan lampu senter
explosion proof.
10) Kendaraan sebaiknya dilengkapi alat pemantau unjuk kerja pengemudi
(Tanchograph). Alat tersebut berfungsi untuk merekam kecepatan
kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraannya.

b. Persyaratan Khusus
Persyaratan khusus untuk kendaraan pengangkut LPG curah harus dapat
memenuhi aspek perancangan kendaraan dan aspek konstruksi. Persyaratan
khusus yang harus dipenuhi adalah:
1) Kendaraan pengangkut LPG harus mendapat sertifikat uji dari instansi
teknis yang berwenang.
2) Konstruksi kendaraan harus memberikan pertimbangan teknologi pada
berat kendaraan dan muatan, daya penggerak, kerangka landasan, ban,
karakteristik jalan dan sebagainya.

35
3) Sistim suspensi dan ban yang digunakan harus dapat menjamin kestabilan
kendaraan, terutama pada saat kendaraan berbelok.
4) Jarak antara bagian belakang kabin dengan bagian tangki paling
depan/bulkhead tidak boleh kurang dari 150 mm.
5) Tangki yang tidak dipasang secara permanen (dapat dipindah) harus
menggunakan pengikat yang memenuhi persyaratan.
6) Kendaraan harus dilengkapi dengan alat komunikasi dan lampu tanda
bahaya.
7) Kendaraan dilengkapi dengan bumper yang memenuhi persyaratan dan
bertujuan untuk melindungi kendaraan dari kemungkinan benturan
langsung dari belakang.
8) Kendaraan harus dilengkapi dengan sistem rem yang memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
9) Kendaraan menggunakan ban yang mampu menahan beban maksimum.
Dimana beban tersebut dapat dibagi secara merata dari setiap ban.
10) Sistim suspensi harus dapat membagi beban pada setiap roda secara merata.

c. Desain dan Konstruksi Tangki


Desain dan konstruksi tangki harus memenuhi persyaratan umum sebagai
berikut:
1) Skid Tank yang digunakan pada pengangkutan LPG dalam bentuk curah
yang melalui jalan raya harus sesuai dengan persyaratan standar yang telah
ditetapkan oleh pihak berwenang dengan memperhatikan Desain stress
statis dan dinamis harus mampu mengatasi beban yang timbul akibat
guncangan selama berada dalam perjalanan di jalan raya. Dan Semua
perlengkapan yang melekat pada skid tank harus dilindungi dari kerusakan
akibat benturan, pergeseran atau sebab lain pada saat pengoperasian.
2) Tangki harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan persyaratan tekanan
tangki yang dilakukan oleh instansi yang berwenang.

36
3) Tangki harus di desain, difabrikasi dan diuji sesuai dengan SNI 05-
35631994/ASME section VIII (atau edisi terakhir) atau standar
Internasional.
4) Persyaratan desain dan konstruksi kendaraan harus sesuai dengan ADR
European Agreement, Concerning The International Carriage of Dangerous
Goods by Road – Volume I, United Nations – 2008 atau standar
internasional.
5) Dalam pemilihan material desain, kisaran temperatur harus masuk dalam
perhitungan untuk mengukur resiko keretakan, corrosion cracking dan
ketahanan terhadap kerusakan.
6) Material tangki, fitting dan pipanya harus tahan terhadap substansi LPG dan
tidak bereaksi secara kimia.
7) Gasket harus terbuat dari material yang sesuai dengan sifat LPG
Selain pengangkutan muatan dalam bentuk curah, pengangkutan LPG juga
dapat dilakukan dalam bentuk non curah. Untuk non curah, biasanya
menggunakan tabung LPG. Pengangkutan LPG dengan tabung dari instalasi
pengisian ke tempat agen atau pengguna akhir dapat menggunakan truk atau
mobil bak terbuka.
a. Persyaratan Umum Pengangkutan
Tabung untuk Mobil Bak Terbuka Sebelum dilakukan pengangkutan,
dipastikan tabung-tabung LPG sudah dalam keadaan siap kirim.
1) Seluruh Tabung LPG yang diangkut ke atas kendaraan pengangkut telah
bebas dari kebocoran.
2) Tabung harus disusun secara rapi dan dalam posisi berdiri.
3) Posisi katup tabung harus berada pada posisi mengarah ke udara
terbuka/ke atas.
4) Khusus tabung LPG ukuran 50 kg, katup harus ditutup dengan
pelindung/cap dan terpasang dengan aman dan baik.

37
5) Lantai kendaraan pengangkut tabung LPG harus datar.
6) Tabung harus diikat kencang atau dengan metode lain yang aman untuk
meminimalkan pergerakan, terguling atau kerusakan fisik.
7) Penumpukan harus dilakukan secara aman. Tabung LPG pada
tumpukan paling atas tidak boleh menonjol terhadap batas atas bak
kendaraan pengangkut dan penonjolan tidak boleh melebihi ¼ dari
tinggi tabung bagian atas.
8) Tinggi titik tengah bak truk pengangkut tabung LPG dari permukaan
jalan tidak boleh lebih dari 95% dari lebar telapak ban terluar yang
menyentuh tanah.
9) Penutupan tabung-tabung diatas truk harus dilakukan dengan diameter
penutup yang cukup sehingga penumpukan tabung lebih stabil dan
tinggi penutup harus cukup agar katup tabung tidak rusak.
10) Penumpukan tabung LPG ukuran sampai 6 kg dalam pengangkutan
maksimal dapat dilakukan dalam 5 susun atau berat maksimum
tumpukan adalah 30 kg, mana yang lebih kecil.
11) Penumpukan tabung LPG ukuran diatas 6 kg sampai 15 kg dalam
pengangkutan maksimal dapat dilakukan dalam 2 susun atau berat
maksimum tumpukan adalah 45 kg, mana yang lebih kecil.
(a) Penumpukan tabung LPG ukuran diatas 15 kg sampai 20 kg dalam
pengangkutan maksimal dapat dilakukan dalam
(b) susun atau berat maksimum tumpukan adalah 50 kg, mana yang
lebih kecil.
12) Penumpukan tabung LPG ukuran diatas 20 kg sampai 55 kg dalam
pengangkutan maksimal dapat dilakukan dalam 2 susun atau berat
maksimum tumpukan adalah 55 kg, mana yang lebih kecil.
13) Jika dalam pengangkutan tabung ditumpuk melebihi ketentuan di atas,
maka truk harus dilengkapi dengan sistem basket/palet atau
menggunakan lantai/deck bersusun.

38
14) Pengangkutan tabung dari beberapa jenis ukuran, harus
mempertimbangkan aspek keamanan dari resiko guncangan, dan
menghindari kerusakan tabung dan katup.
15) Total beban tabung LPG yang diangkut truk tidak boleh melebihi
kapasitas maksimum angkut kendaraan/truk.
b. Persyaratan Khusus Pengangkutan Tabung
1) Kendaraan pengangkut tabung LPG harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh instansi berwenang dalam pengaturan lalu lintas dan
jalan raya.
2) Ruang muat kendaraan harus terpisah dari ruang pengemudi, mesin dan
sistem pembuangan udara.
3) Lantai bak kendaraan pengangkut LPG harus terbuat dari material yang
tidak menimbulkan percikan api.
4) Pengangkutan tabung LPG tidak diperbolehkan mengangkut muatan
lain.
5) Selama pengangkutan, ruang muat/bak kendaraan LPG tidak boleh
mengangkut penumpang selain petugas pengangkutan.
6) Setiap kendaraan pengangkut tabung LPG harus dilengkapi minimal
alat pemadam api.

39
DAFTAR PUSTAKA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDRAL PERHUBUNGAN DARAT NO. SK.726/


AJ.307/ DRJD/2004
PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN
DARAT
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: 14 TAHUN 2007 KM. 74
Tahun 1990
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 15 TAHUN 2010
CETAK BIRU TRANSPORTASI ANTARMODAIMUL TIMODA TAHUN
2010 – 2030
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:
PM 26 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KESELAMATAN LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN RI NOMOR PM 83 TAHUN 2016
TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN DEPO PETI KEMAS
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN RI NOMOR PM 93 TAHUN 2015
TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN MUAT BARANG
DARI DAN KE KAPAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017
TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993
TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014
TENTANG ANGKUTAN JALAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011
TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG
PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK
ANGKUTAN BARANG DARI KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL,
TERLUAR, DAN PERBATASAN TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT
PETI KEMAS DI JALAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009
TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

40

Anda mungkin juga menyukai