TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik dan merupakan
jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang
memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat
berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Arus listrik bergerak dari tempat
yang berpotensial tinggi ke potensial rendah. Arahnya sama dengan arah gerak
muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan elektron-elektron).1
Bagian-bagian listrik, antara lain:2
a. Arus listrik (I)
Arus listrik searah atau direct current (DC) mengalir secara terus-
menerus ke satu arah, dipakai dalam industri elektrolisis, misalnya pada
pemurnian dan pelapisan/penyepuhan logam. Juga digunakan pada
telepon (30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500 volt). Sumber misalnya
baterai dan accu. Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC)
mengalir bolak-balik, digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik,
biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih berbahaya daripada arus DC,
tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif terhadap arus AC.
b. Frekuensi listrik
Frekuensi listrik memiliki satuan cycle per second atau Hertz, yang
paling sering digunakan 50 dan 60 Hertz, sedangkan yang paling tinggi 1
juta Hertz dengan voltase 20.000-40.000 volt tidak begitu berbahaya
dapat digunakan sebagai diatermi. Tubuh sangat tidak peka terhadap
frekuensi yang sangat tinggi atau sangat rendah, contohnya kurang dari
40 Hertz atau lebih dari 1.000 Hertz.
c. Tegangan (voltase/V)
1
Tegangan memiliki satuan volt. 1 volt = tenaga listrik yang
dibutuhkan untuk menghasilkan intensitas listrik sebesar 1 ampere
melalui sebuah konduktor (penghantar) yang memiliki tahanan sebesar 1
ohm.
Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram listrik.
Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays
therapy dan diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan 20
ribu - 40 ribu volt. Kuat arus yang sering kita gunakan dibawah 6
ampere. LET GO CURRENT = kuat arus dari aliran listrik dimana
korban masih bisa melepaskan diri darinya.
d. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Tahanan atau hambatan listrik memiliki satuan ohm. Menurut
hukum Ohm, besarnya intensitas listrik (I) sama dengan besarnya
tegangan/voltase (V) dibagi dengan tahanan (R) dari medium.
Panas yang terjadi tergantung dari :
1. banyaknya arus
2. lamanya kontak
3. besarnya hambatan
V
I= ---
R
W = I2 R t
2.2 Etiologi
2
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat
seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa
disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:
a. Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.
b. Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai dan
accu, dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada rumah
maupun pabrik.
2.3 Patofisiologi1,2,3
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan cedera
dengan atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama
elektrik pada jantung dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik internal
maupun eksternal melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.
Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan
penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus AC dapat
menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang
lama membuat kerusakan iskemik otak terutama yang diikuti gangguan nafas.
Seluruh aliran dapat mengakibatkan mionekrosis, mioglobinemia, dan
mioglobinuria dan berbagai komplikasi. Selain itu dapat juga mengakibatkan luka
bakar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek listrik terhadap tubuh:
a. Jenis / macam aliran listrik
Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian
akibat sengatan arus listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC
dengan intensitas 70-80 mA dapat menimbulkan kematian, sedangkan
arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat ditolerir tanpa
menimbulkan kerusakan.
b. Tegangan / voltase
Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi
biologis kurang berarti. Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat
3
menimbulkan kematian manusia adalah 50 volt. Makin tinggi tegangan
akan menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia baik efek lokal
maupun general. +60% kematian akibat listrik arus listrik dengan
tegangan 115 volt. Kematian akibat aliran listrik tegangan rendah
terutama oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel, sementara itu pada
tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma elektrotermis.
c. Tahanan / resistance
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan
perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar
terdapat pada kulit tubuh, akan menurun besarnya pada tulang, lemak,
urat saraf, otot, darah dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-
10.000 ohm.
Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya,
hal ini bergantung pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel
rambut, kelenjar keringat dan lemak. Kulit yang berkeringat lebih jelek
daripada kulit yang kering. Menurut hitungan Cardieu, bahwa
berkeringat dapat menurunkan tahanan sebesar 3000-2500 ohm. Pada
kulit yang lembab karena air atau saline, maka tahanannya turun lebih
rendah lagi antara 1200-1500 ohm. Tahanan tubuh terhadap aliran listrik
juga akan menurun pada keadaan demam atau adanya pengaruh obat-
obatan yang mengakibatkan produksi keringat meningkat.
Pertimbangkan tentang ”transitional resistance”, yaitu suatu
tahanan yang menyertai akibat adanya bahan-bahan yang berada di antara
konduktor dengan tubuh atau antara tubuh dengan bumi, misalnya baju,
sarung tangan karet, sepatu karet, dan lain-lain.
d. Kuat arus / intensitas /amperage
Adalah kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat
tertentu perak dari larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere. Arus
yang di atas 60 mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat
menimbulkan fibrilasi ventrikel.
4
Berikut ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik terhadap
tubuh :
mA Efek
1,0 Sensasi, ambang arus
1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus
2,0 Tangan mati rasa
4,0 Parestesia lengan bawah
15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari
aliran listrik
40,0 Kehilangan kesadaran
75-100 Fibrilasi ventrikel
5
Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik
sejak masuk sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik
(point of entry) & letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus
listrik tersebut bervariasi dari ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari
sebelah kiri bagiah tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk dari
sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa timbul jika jantung atau otak berada
dalam posisi aliran listrik tersebut. Bumi dianggap sebagai kutub negatif.
Orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya kalau terkena aliran listrik,
alas kaki dapat berfungsi sebagai isolator, terutama yang terbuat dari
karet.
6
Paralisis pusat pernapasan terjadi jika arus listrik masuk melalui di
batang otak, dan dapat disebabkan juga oleh trauma pada pusat-pusat
vital di otak yang terjadi koagulasi dan akibat efek hipertermia. Bila
aliran listrik diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada, jantung pun
masih berdenyut, oleh karena itu dengan bantuan pernafasan buatan
korban masih dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika kepala
merupakan jalur arus listrik.
2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit. Bila riwayat tidak jelas,
ciri-ciri luka pada kulit dapat membantu diagnosis. Sengatan listrikdapat
menyebabkan cedera kulit, mulai dari eritem lokal hingga luka bakar derajat berat.
Keparahan luka tergantung dari intensitas arus listrik, area yang terpajan, serta
durasi pajanan.
Tabel 1. Karakteristik Klinik Akibat Sengatan Listrik3
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah
kelainan pada kulit. Tanda-tanda listrik tersebut antara lain :
1. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat
dimana listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar
atau oval dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi
oleh kulit yang menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit
7
diluar elektrik mark akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan
ukurannya tergantung dari benda yang berarus listrik yang mengenai
tubuh.
8
Gambar 3. Exogenous burn3
4. Kissing burn, merupakan luka bakar pada daerah lipatan fleksor dan
biasanya berhubungan dengan kerusakan ang luas pada jaringan
dibawahnya.
b. Pemeriksaan Dalam
Pada otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan terutama paling
banyak adalah pada daerah ventrikel III dan IV. Organ jantung akan
terjadi fibrilasi bila dilalui aliran listrik . Pada paru didapatkan edema dan
kongesti. Organ viseral menunjukkan kongesti yang merata. Ptekie atau
perdarahan mukosa gastro intestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus
fatal akibat listrik. Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas., sedangkan
pada tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik yang besar, maka
jika ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga tulang meleleh dan
terbentuklah butiran-butiran kalsium fosfat yang menyerupai mutiara
atau pearl like bodies. Otot korban putus akibat perubahan hialin.
Perikard, pleura, dan konjungtiva korban terdapat bintik-bintik
pendarahan. Pada ekstremitas, pembuluh darah korban mengalami
nekrosis dan ruptur lalu terjadi pendarahan kemudian terbentuklah
gangren.
9
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada electric
mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda kekerasan
oleh listrik tetapi sangat menolong untuk menegakkan bahwa korban
telah mengalami trauma listrik. Hasil pemeriksaan akan terlihat adanya
bagian sel yang memipih, pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan
bewarna lebih gelap dari normal. Sel-sel pada stratum korneum
menggelembung dan vakum. Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi
lonjong dan tersusun secara palisade. Ada sel yang mengalami
karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak dari stratum
korneum. Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang dan memutar
ke arah bagian yang terkena listrik.
10
pergelangan tangan atau jari-jarinya, yang kemudian dihubungkan ke
arus listrik, dimana saklar terlihat dalam posisi on.
Kurang dari setengah korban sambaran petir meninggal. Mati
akibat petir adalah selalu akibat dari kecelakaan. Kadang-kadang, mayat
korban luka petir terlihat sebagai korban kekerasan. Korban tersebut
dapat ditemukan di lapangan terbuka dengan gambaran memar, luka
robek, dan fraktur. Pada kasus ini, diagnosis harus ditegakkan
berdasarkan riwayat badai petir di wilayah lokal tersebut, bukti adanya
efek dari sambaran petir, dan magnetisasi terhadab bahan logam.
11
Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan seluruh
tubuh korban dapat terbakar atau hangus.
Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti
perhiasan dan komponen arloji. Arloji korban akan berhenti dimana
tanda ini dapat kita gunakan untuk menentukan saat kematian korban.
Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).
Gambar 7. Metalisasi1
c. Efek ledakan:
Efek ledakan akibat sambaran petir terjadi akibat perpindahan volume
udara yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar, udara setempat
menjadi vakum lalu terisi oleh udara kembali sehingga menimbulkan
suara menggelegar/ledakan.
Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban terlontar
sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul,
misalnya abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak, epidural/subdural
bleeding.
2.7 Komplikasi1
a. Kardiovaskular. Kematian mendadak (fibrilasi ventrikel, asistol), nyeri
dada, disritonia, abnormalitas segmen ST-T, blok cabang berkas,
kerusakan miokardium, disfungsi ventrikel, infark miokardium, hipotensi
(volume depresi), hipertensi (pelepasan katekolamin).
b. Neurologis. Status mental agitasi, koma, kejang, edema serebral,
ensefalopati hipoksia, nyeri kepala, afasia, lemah, paraplegia,
kuadriplegia, disfungsi sumsum tulang, neuropati perifer, insomnia,
emosi labil.
12
c. Kulit. Luka akibat sengatan listrik, luka bakar.
d. Vaskular. Thrombosis, nekrosis koagulasi, DIC, ruptur pembuluh darah,
aneurisma, sindrom kompartemen.
e. Pulmonal. Henti napas (sentral atau perifer), pneumonia aspirasi, edema
pulmonal, kontusio pulmonal, kerusakan inhalasi.
f. Metabolik atau renal. Gagal ginjal akut, mioglobinuria, asidosis
metabolik, hipokalemia, hipokalsemia, hiperglikemia.
g. Gastrointestinal. Perforasi, stress ulcer, perdarahan gastrointestinal.
h. Muskular. Mionekrosis, sindrom kompartemen.
i. Skeletal. Fraktur kompresi vertebra, fraktur tulang, dislokasi bahu
(anterior dan posterior), fraktur skapula.
j. Oftalmologi. Cornels burns, delayed cataract, thrombosis atau
hemoragia intraokular, uveitis, fraktur orbita.
k. Pendengaran. Hilangnya pendengaran, tinitus, perforasi membran
timpani, mastoiditis.
l. Luka bakar oral. Hemoragia arteri labialis, scarring dan deformitas
fasialis, gangguan bicara, perubahan bentuk mandibula, dan gangguan
pembentukan gigi.
m. Obstetri. Aborsi spontan, kematian janin.
13
2.8 Tatalaksana1,2,3,5,6
a. Lakukan resusitasi (A-B-C) atau pertimbangkan rawat ICU pada korban
dengan hemodinamik tidak stabil.
b. Lakukan rehidrasi pada pasien dengan trauma listrik. Cairan resusitasi
yang digunakan adalah Ringer Laktat atau Normal Saline. Cairan
resusitasi diberikan terutama pada keadaan mioglobinuria, luka bakar,
dan kecurigaan adanya kerusakan jaringan yang luas. Penggunaan
rumus pemberian cairan tidak disarankan mengingat kemungkinan
luasnya daerah yang rusak tidak dapat ditentukan. Pemberian cairan
resusitasi dapat diberikan 10-20 ml/kgbb secara bolus intravena.
Pemberian cairan harus disertai pengukuran keluaran urin. Pada
keadaan mioglobinuria, produksi urin harus mencapai setidaknya 70-
100 ml/jam pada orang dewasa atau sekitar 1-1,5 ml/kgbb/jam pada
orang dewasa dan 2-3 ml/kgbb/jam pada anak sampai urin jernih.
c. Penggunaan diuretika dapat diberikan untuk mempertahankan diuresis.
Manitol dan furosemid dapat digunakan terutama pada keadaan
mempertahankan produksi urin seperti mioglobinuria. Tujuan dari
pemberian diuretika adalah untuk menjaga produksi urin tetap ada demi
mencegah terjadinya ATN dan gagal ginjal akibat mioglobinuria. Dosis
manitol yang disarankan adalah 25 gram IV sebagai dosis inisial
dilanjutkan dengan 12,5 gram IV perjam selama 4-6 jam. Dosis inisial
furosemide yang disarankan adalah 20-40 mg IV bolus pelan.
d. Evaluasi menyeluruh terhadap cedera tersembunyi, terutama cedera
medula spinalis, serta trauma toraks dan abdomen, meski tidak ada
riwayat trauma.
e. Pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap, elektrolit, kalsium,
urea nitrogen darah, kreatinin, analisis gas darah, mioglobin(MC),
14
kreatinin kinase (CK), CK-MB dapat meningkat pada kerusakan otot
yang ekstensif, meski tanpa adanya kerusakan otot jantung.
f. Pemeriksaan EKG dapat dilakukan untuk evaluasi apakah terdapat
aritmia atau tidak. Pada pasien trauma listrik voltase rendah dengan
gambaran EKG normal, dapat dipulangkan apabila tidak terdapat
penyebab kegawatdaruratan lain. Pemantauan ekg yang ketat diperlukan
pada pasien trauma listrik voltase tinggi atau pasien trauma listrik
voltase rendah dengan EKG abnormal. Durasi pemantauan setidaknya
dalam 4 jam pertama.
g. Evaluasi serial untuk fungsi hati, pankreas, dan ginjal untuk cedera
iskemik atau trauma. Lakukan pencitraan radiologi yang sesuai, bila
diperlukan. Pemeriksaan radiologi dengan xray diindikasikan untuk
pasien dengan riwayat trauma tumpul, jejas, dan deformitas akibat
trauma listrik.
h. CT-scan kepala harus dilakukan pada seluruh sengatan listrik berat,
penurunan kesadaran, cedera dengan jatuh, dan ada temuan
abnormalitas neurologis.
i. Pada kasus dengan cedera voltase tinggi, lakukan:
evaluasi rhabdomiolisis dan mioglobinuria
fasiotomi, bila ada compartement syndrome
dukungan nutrisi yang adekuat apalagi kebutuhan energi meningkat
evaluasi oftalmologis dan otoskopis
j. Tatalaksana preventif untuk stress ulcer, misalnya agen H2-antagonis
(ranitidin IV 50 mg/ 8 jam) atau penghambat pompa proton (omeprazol
40 mg/12 jam atau pantoprazol IV 40-80 mg/ 12-24 jam).
k. Pemeriksaan psikiatri dan dukungan segera setelah pasien sadar.
15
DAFTAR PUSTAKA
16