122 139 PDF
122 139 PDF
BLOODSTREAM INFECTION (CRABS)
Achsanuddin Hanafie
PENDAHULUAN
122
merawat kateter intravaskular, perawat medis yang bertugas dalam pengendalian
infeksi, kepala instalasi yang mengalokasikan sumber daya, dan akhirnya
mungkin dapat diberdayakan yakni pasien mampu membantu dalam perawatan
kateter mereka sendiri.
PATOGENESIS CRABS
123
Faktor penentu penting predisposisi infeksi terkait penggunaan kateter3
1) Bahan pembuatan kateter
2) Faktor dari tubuh pasien itu sendiri, yang dapat terdiri dari adhesi protein,
seperti fibrin dan fibronektin, yang membentuk selubung disekitar kateter.7
3) Faktor virulensi dari mikroorganisme, termasuk substansi polimerik
ekstraselular (EPS) diproduksi oleh kuman yang melekat.8 Beberapa bahan
pembuatan kateter ada yang memiliki permukaan yang tidak teratur yang
dapat memudahkan terjadinya perlekatan oleh beberapa mikroorganisme
(S. epidermidis and C. albicans ). Kateter yang dibuat dari bahan ini sangat
rentan terhadap kolonisasi mikroba dan infeksi berikutnya.
124
mikroorganisme oleh sel PMN) atau dengan membuat mikroba menjadi
resisten terhadap antibiotika (membentuk matriks yang dapat memngikat
antibiotik sebelum antibiotik kontak dengan dinding sel mikroorganisme
atau dengan membentuk sel baru yang dikenal dengan “antimicrobial tolerant
"persister" cells).10 Beberapa spesies Candida, dalam cairan dekstrosa, ber-
kembang lebih baik, didukung oleh studi tentang peningkatan infeksi
patogen oleh jamur pada pasien yang mendapat nutrisi parenteral.3
MIKROORGANISME PENYEBAB
RESISTENSI ANTIMIKROBA
125
FAKTOR RESIKO
Intrinsik Ekstrinsik
Perawatan yang lama di rumah sakit
Usia pasien
sebelum pemasangan kateter vena sentral
Kondisi klinis dan penyakit penyerta Penggunaan kateter vena sentral yang
pada pasien berulang
Jenis kelamin pasien Nutrisi parenteral
Lokasi insersi didaerah femoral dan
jugular)
Kolonisasi mikroorganisme di lokasi
insersi
Kateter vena sentral multilumen
Kurangnya alat pelindung khusus dan
teknik asepsis saat tindakan insersi
Pemasangan dilakukan di ICU atau di
ruang emergensi
DIAGNOSIS 13,14
126
- Hasil kultur darah positif dari kateter vena sentral dengan metode
kuantitatif dengan rasio 5:1 (Kateter vena sentral dan perifer) atau waktu
yang berbeda (hasil kultur dari kateter vena sentral didapat setidaknya 2
jam lebih awal dari hasil kultur dari vena perifer. (sensitivitas 94%,
spesifisitas 91%)
Bila pada keadaan tidak adanya konfirmasi laboratorium, penurunan suhu
tubuh pasien setelah pelepasan kateter vena pada pasien dengan tanda klinis
infeksi, dapat dipertimbangkan bukti klinis infeksi secara tidak langsung.
Kondisi klinis saja tidak dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa
CRABS
127
Tabel 1. Microbiological diagnostic methods of catheter-related bloodstream
infections
PENANGANAN CRABS
128
Keputusan setelah dilakukan suatu diagnosa infeksi terkait kateter, pelepasan
CVC atau tetap mempertahankan CVC dengan terapi antibiotik kunci,
tergantung dari tipe kuman yang menyebabkan infeksi tersebut.
129
Terapi antibiotik kunci terdiri dari 2 ml antimikroba yang dicampur
dengan antikoagulan, yang kemudian digunakan untuk mengisi lumen
kateter.Beberapa studi menunjukkan penurunan yang signifikan infeksi
setelah penggunaan vancomycin dan heparin, walaupun pada studi lainnya
gagal menunjukkan penurunan yang bermakna.
Studi metaanalisis pada tujuh studi acak menunjukkan bahwa penggunaan
vancomycin lock solution” pada pasien kanker dengan CVC jangka panjang
dapat menurunkan CRABS (risk ratio[RR] 0,49, 95% CI 0,26–0,95; p=0,03),
namun sampelnya masih heterogen. Chelator seperti EDTA atau Citrate
dilaporkan meningkatkan aktivitas antimikroba melawan mikroorganisme
yang membentuk biofilm.
Staphylococcus aureus
a. Tiga studi prospektif observasional menunjukkan bahwa pelepasan CVC
pada pasien dengan infeksi S aureus (termasuk pada kasus yang tidak
berkomplikasi) dihubungkan dengan respon terapi antibiotik yang cepat
dan rendahnya tingkat relaps.
b. Pada kasus dimana kateter diimplantasikan dengan tanpa adanya akses
vaskular atau dengan kondisi trombositopenia berat, pertimbangan untuk
mempertahankan CVC dan pemberian terapi antibiotik kunci dilakukan
(Vancomycin dan heparin atau minocycline dan EDTA merupakan dua
kombinasi yang baik ).
c. Durasi terapi antibiotik sesuai dengan tipe komplikasi yang terjadi
- Tanpa komplikasi, durasi 10–14 hari diperlukan bila CVC dilepas.
Prediktor terbaik untuk mengetahui adanya komplikasi bakteremia
akibat S aureus adalah demam dan tanda sepsis tetap dijumpai setelah
lebih dari 72 jam setelah kateter dilepas atau awal terapi antibiotik.
- Bila dijumpai keadaan diatas, Pertimbangkan untuk dilakukan TEE
untuk menyingkirkan endokarditis dan durasi antibiotik sebaiknya
diperpanjang paling tidak 4 minggu.
130
Rekomendasi Pencegahan 3,14
A. Pendidikan, Pelatihan dan Manajemen Staf
1. Lakukan edukasi paramedis kesehatan mengenai indikasi penggunaan
kateter intravena, dan dengan prosedur yang benar dalam pemasangan
dan perawatan kateter intravena. Kategori IA
2. Diperlukan penilaian mengenai pengetahuan dan pemahaman dokter
dalam pemasangan dan perawatan kateter intravaskular.
3. Penyusunan personil yang sudah dilatih dan memiliki kompetensi dalam
pemasangan dan perawatan kateter Intravena. Kategori IA
131
4. Pastikan penempatan perawat dengan benar pada masing-masing level di
ICU.
5. Studi observasi menyatakan bahwa peningkatan rasio pasien dengan
perawat dihubungkan dengan CRABS di ICU dimana terdapat peranan
perawat dalam perawatan kanulasi vena sentral. Kategori IB
132
C. Kateter vena sentral
1. Mempertimbangkan risiko dan manfaat dari menempatkan perangkat vena
sentral pada lokasi yang dianjurkan untuk mengurangi komplikasi infeksi
terhadap risiko komplikasi mekanik (misalnya, pneumothorax, tusukan
arteri subklavia, laserasi vena subklavia, stenosis vena subklavia, hemo-
thorax, trombosis, emboli udara, dan salah penempatan kateter). kategori IA
2. Hindari menggunakan vena femoralis untuk akses vena sentral pada
pasien dewasa. kategori 1A
3. Gunakan lokasi subklavia, bukan jugularis atau lokasi femoralis, pada
pasien dewasa untuk meminimalkan risiko infeksi untuk pemasangan
kateter vena sentral. kategori IB.
4. Tidak ada rekomendasi dapat dibuat untuk lokasi disukai pemasangan
untuk meminimalkan risiko infeksi untuk kateter vena sentral.
5. Hindari lokasi subklavia pada pasien hemodialisis dan pasien dengan
penyakit ginjal lanjut, untuk menghindari stenosis vena subklavia.
kategori Ia
6. Gunakan panduan ultrasound untuk menempatkan kateter vena sentral
(jika teknologi ini tersedia) untuk mengurangi jumlah upaya kanulasi
dan komplikasi mekanik. Bimbingan USG hanya boleh digunakan oleh
orang-orang terlatih dalam teknik ini. Kategori 1b
8. Gunakan kateter vena sentral dengan jumlah lumen yang minimal.
Kategori Ib
9. Tidak ada rekomendasi dapat dibuat mengenai penggunaan lumen
ditujukan untuk nutrisi parenteral.
10. Ketika kepatuhan terhadap teknik aseptik tidak dapat dipastikan (yaitu
kateter dimasukkan selama situasi darurat medis), lakukan penggantian
kateter sesegera mungkin, yaitu, dalam waktu 48 jam. kategori IB
133
E. Kebersihan Tangan dan Teknik aseptik
1. Lakukan prosedur kebersihan tangan, baik dengan mencuci tangan dengan
sabun dan air atau konvensional dengan alcohol based hand rub (ABHR).
Kebersihan tangan harus dilakukan sebelum dan setelah meraba lokasi
kateter pemasangan serta sebelum dan setelah memasukkan, mengganti,
mengakses, memperbaiki, atau membalut kateter intravaskular. Palpasi
lokasi pemasangan tidak boleh dilakukan setelah penerapan antiseptik,
kecuali teknik aseptik dipertahankan. kategori IB
2. Menjaga teknik aseptik untuk pemasangan dan perawatan kateter intra-
vaskular. kategori IB
3. Kenakan sarung tangan bersih, bukan sarung tangan steril, untuk pemasangan
kateter intravaskular perifer, jika lokasi akses tidak tersentuh setelah
penerapan antiseptik kulit. kategori IC
4. Sarung tangan steril harus dipakai untuk pemasangan arteri, dan kateter
vena sentral. kategori IA
134
4. Tidak ada rekomendasi untuk keamanan penggunaan klorheksidin pada
bayi usia <2 bulan.
5. Antiseptik harus dibiarkan kering sebelum memasang kateter. Kategori IB
135
11. Gunakan spons–diresapi chlorhexidine untuk sementara pada kateter
jangka pendek pada pasien yang lebih tua dari usia 2 bulan jika tingkat
CRABS tidak menurun meskipun kepatuhan terhadap tindakan
pencegahan dasar, termasuk pendidikan dan pelatihan, penggunaan
yang tepat klorheksidin untuk antisepsis kulit, dan. Kategori 1B
12. Tidak ada rekomendasi yang dibuat untuk jenis lain selain klorheksidin.
13. Memantau lokasi insersi kateter secara visual ketika mengubah penutup,
tergantung pada situasi klinis masing-masing pasien. Jika pasien
memiliki ketegangan di lokasi pemasangan, demam tanpa sumber yang
jelas, atau manifestasi lain yang menunjukkan infeksi lokal atau infeksi
sistemik. Kategori IB
14. Mengedukasi pasien untuk melaporkan setiap perubahan pada lokasi
kateter atau adanya ketidaknyamanan. Kategori II
136
pada akhir setiap sesi dialisis hanya jika salep ini tidak berinteraksi dengan
bahan kateter hemodialisis menurut rekomendasi produsen. Kategori IB
N. Antikoagulan
Jangan rutin menggunakan terapi antikoagulan untuk mengurangi resiko
infeksi terkait penggunaan kateter. Kategori II
137
2. Pada anak-anak, lokasi brakialis sebaiknya tidak digunakan. radial dorsalis
pedis, dan lokasi tibialis posterior lebih disukai daripada lokasi femur
atau aksiler pemasangan. Kategori II
3. Memakai topi, masker, sarung tangan steril dan kain penutup kecil steril
harus digunakan selama pemasangan kateter arteri. Kategori IB
4. Selama pemasangan kateter aksilaris atau femoral, tindakan pencegahan
steril maksimal harus digunakan. Kategori II
5. Ganti kateter arteri hanya bila ada indikasi klinis. Kategori II
6. Lepaskan kateter arteri secepat mungkin bila tidak lagi diperlukan.
Kategori II
7. Transduser bila memungkinkan, gunakan sekali pakai, daripada digunakan
kembali. Kategori IB
8. Jangan rutin mengganti kateter arteri untuk mencegah infeksi terkait
penggunaan kateter . Kategori II
9. Ganti transduser atau dapat digunakan kembali pada 96 jam interval.
Ganti komponen lain dari sistem (termasuk tabung, perangkat flush, dan
cairan flush) pada saat transduser diganti . Kategori IB
10. Minimalisasi jumlah manipulasi dan entri ke dalam sistem pemantauan
tekanan. Gunakan sistem flush tertutup (yaitu, flush kontinu), daripada
sistem terbuka (misalnya, yang membutuhkan jarum suntik dan stopcock),
untuk mempertahankan patensi dari kateter pemantauan tekanan. Kategori II
11. Jangan memberikan infus atau larutan yang mengandung dextrose atau
cairan nutrisi parenteral melalui rangkaian pemantauan tekanan darah.
Kategori IA
12. Mensterilkan transduser dapat digunakan kembali sesuai dengan instruksi
produsen 'jika penggunaan transduser tidak layak pakai. Kategori IA
138
DAFTAR PUSTAKA
1. O’Grady NP, Alexander M, Dellinger EP, et al. Guidelines for the prevention of
intravaskular catheter-related infections. MMWR Recomm Rep 2002; 51: 1–29.
2. Maki DG, Kluger DM, Crnich CJ. The risk of bloodstream infection in adults
with different intravaskular devices: a systematic review of 200 published
prospective studies. Mayo Clin Proc 2006; 81:1159–71.
3. O’Grady NP, Alexander M, Burns LA, Dellinger EP, Garland J, Heard SO,
Lipsett PA, Masur H, Mermel LA, Pearson ML, Raad II, Randolph AG, Rupp
ME, Saint S; Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee
(HICPAC). Guidelines for the prevention of intravaskular catheter–related
infections. Clin Infect Dis. 2011 May;52(9):e162–193.
4. Safdar N, Maki DG. The pathogenesis of catheter-related bloodstream infection
with noncuffed short-term central venous catheters. Intensive Care Med 2004;
30:62–7.
5. Raad I, Hanna HA, Awad A, et al. Optimal frequency of changing intravenous
administration sets: is it safe to prolong use beyond 72 hours? Infect Control
Hosp Epidemiol 2001; 22:136–9
6. Crnich CJ, Maki DG. The promise of novel technology for the prevention of
intravaskular device-related bloodstream infection. I.Pathogenesis and short-
term devices. Clin Infect Dis. 2002 May 1;34(9):1232–12423. 3..
7. Mehall JR, Saltzman DA, Jackson RJ, Smith SD. Fibrin sheath enhances central
venous catheter infection. Crit Care Med 2002; 30:908–12.
8. Donlan RM, Costerton JW. Biofilms: survival mechanisms of clinically relevant
microorganisms. Clin Microbiol Rev 2002; 15:167–93.
9. Raad II, Luna M, Khalil SA, Costerton JW, Lam C, Bodey GP. The relationship
between the thrombotic and infectious complications of central venous
catheters. JAMA 1994; 271:1014–6.
10. Donlan RM. Role of biofilms in antimicrobial resistance. ASAIO J 2000;
46:S47–52.
11. Wisplinghoff H, Bischoff T, Tallent SM, Seifert H, Wenzel RP,Edmond MB.
Nosocomial bloodstream infections in US hospitals:Analysis of 24,179 cases
from a prospective nationwide surveillancestudy. Clin Infect Dis. 2004 Aug
1;39(3):309–317.
12. Preventing Central Line–Associated Bloodstream Infections: A Global
Challenge, a Global Perspective. Oak Brook, IL: Joint Commission Resources,
May 2012. diunduh dari :http://www.PreventingCLABSIs.pdf.
13. RaadI, Hanna H, Maki D. Intravaskular catheter-related infections: advances in
diagnosis, prevention, and management. Lancet Infect Dis 2007; 7:645–57.
14. Mermel LA, Allon M, Bouza E, Craven DE,3 Flynn P, O’Grady NP, Raad II,
Rijnders BJA, Sherertz RJ, Warren DK.Clinical Practice Guidelines for the
Diagnosis and Management of Intravaskular Catheter-Related Infection. Update
by the Infectious Diseases Society of America 2009; 49:1–45
139