Anda di halaman 1dari 25

Perangkat Pembelajaran dan Asesmen yang Berorientasi pada Representasi

Visual untuk Meningkatkan Critical Thinking

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang

Kondisi pembelajaran yang dihadapi oleh para pembelajar pada abad


ke-21 berbeda dengan kondisi sebelumnya. Saat ini, siswa sudah seharusnya
memiliki keterampilan abad 21. Partnership 21st century menyebutkan bahwa
siswa dituntut untuk memiliki keterampilan 4C yaitu creative thinking, critical
thinking and problem solving, communication, and collaboration untuk dapat
berkembang di abad ini (Wijaya, Sudjimat & Nyoto, 2016). Hal tersebut
menunjukan bahwa, paham saja tidak cukup untuk memenuhi tuntutan zaman
pada abad ini, tetapi keteramilan 4C juga dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas lulusan. Mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat
penting bagi semua orang, karena matematika merupakan ilmu yang sangat
dibutuhkan oleh manusia, dan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
kehidupan manusia sehari-hari. Dalam setiap gerak dan langkah manusia tidak
terlepas dari konsep matematika karena kehidupan manusia yang selalu
berkaitan langsung dengan gerak, ruang dan waktu yang kesemuanya
menggunakan perhitungan secara matematis. Salah satu keterampilan 4C yaitu
Critical Thinking and Problem Solving. Dalam proses pembelajaran
matematika, agar siswa terbiasa berpikir kritis dalam menghadapi masalah
dapat diberikan pembelajaran yang mengorientasikan siswa pada masalah.

Salah satu sub materi yang ada dalam mata pelajaran matematika adalah
bangun ruang sisi datar. Bangun ruang sisi datar diajarkan pada siswa kelas
VIII SMP. Bangun ruang merupakan materi pelajaran matematika yang sudah
dikenal siswa sejak sekolah dasar (SD). Namun pemahaman konsep bangun
ruang yang dipelajari di SD masih sebatas konsep dasar yang masih sebatas
rumus sehingga perlu pemahaman yang mendasar tentang konsep itu untuk
memperdalamnya di sekolah menengah. Beberapa pokok bahasan yang
diajarkan pada bab ini adalah kubus, balok, dan prisma. Untuk mempelajari

1
bangun ruang sisi datar siswa membutuhkan kemampuan untuk
menginterpretasikan secara visual bangun ruang, kemampuan ini disebut
representasi visual. Hegarty & Kohzenikov (1999) menyebutkan bahwa
terdapat dua tipe representasi visual yang berkaitan dengan keberhasilan siswa
dalam memecahkan masalah, yaitu (a) representasi pictorial (gambar),
menampilkan secara visual dari objek yang dijelaskan, dan (b) representasi
schematic (skema), mendeskripsikan hubungan spasial. Fatmasuci (2017)
mengatakan bahwa pemahaman siswa pada materi bangun ruang masih
cenderung lemah mengumpulkan data atau informasi dengan menggunakan
multiteknik dan multisumber yang digunakan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Diperlukan perencanaan oleh seorang pembelajar agar siswa dapat
lebih memahami bangun ruang itu sendiri. Salah satunya dengan
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai.

Perangkat pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat


memungkinkan guru dan siswa melakukan proses pembelajaran sesuai
kurikulum (Syahrir, 2016). Perangkat pembelajaran dapat berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang biasa dibuat oleh guru sebelum
dilaksanakannya pembelajaran. Selain itu, pembelajar juga perlu tahu sejauh
mana siswa dapat menerima pembelajaran dengan baik sehingga dapat
menentukan langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran selanjutnya.
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dapat dilakukan asesmen.
Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa (Hutagaol, 2013). Data atau informasi
yang dimaksud yaitu data tentang proses dan hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan di kelas, baik hasil pembelajaran permuatan pembelajaran
maupun aspek pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan
asesmen guru akan mengambil keputusan yang menggambarkan ketercapaian
tujuan pembelajaran oleh siswa.

2
Berdasarkan uraian diatas, pembelajar saat ini sudah seharusnya banyak
mengembangkan perangkat pembelajaran dan assesmen yang digunakan dalam
pembelajaran dan membantu siswa memahami materi yang diberikan, juga
salah satu keterampilan critical thinking yang dibutuhkan siswa sebagai modal
setelah lulus dari sekolah. Selain itu, perangkat pembelajaran dan assesmen
yang dirancang penulis dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan
gambaran lain tentang perangkat pembelajaran dan asesmen yang dapat selalu
dikembangkan oleh pembelajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perangkat pembelajaran yang berorientasi pada
representasi visual dapat membantu meningkatkan keterampilan
critical thinking?
2. Bagaimanakah assesmen yang berorientasi pada representasi visual
dapat membantu meningkatkan keterampilan critical thinking?
C. Tujuan
Berdasarkan latarbelakang diatas, tujuan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada
representasi visual dapat membantu meningkatkan keterampilan
critical thinking.
2. Untuk mendeskripsikan assesmen yang berorientasi pada representasi
visual dapat membantu meningkatkan keterampilan critical thinking.
II. Pembahasan
1. Keterampilan abad 21
Proses belajar mengajar di abad 21 mengutamakan “skills” atau
keterampilan. Keterampilan yang sudah dengan sendirinya didapatkan, cara
belajar, gaya belajar. Keterampilan abad 21 didefinisikan dalam bermacam
cara, dengan komponen utamanya adalah keterampilan belajar dan berpikir
(pemikiran yang lebih tinggi, perencanaan, pengelolaan, kerjasama), melek
teknologi (menggunakan teknologi dalam pembelajaran), dan keterampilan

3
menjadi seseorang pemimpin (kreatifitas, etika dan menciptakan produk).
Benang merah dari semua keterampilan itu adalah teknologi.
Jennifer Nichols (Arifin, 2017) menyederhanakan ke dalam 4 prinsip,
yaitu: (1) instruction should be student-centered; (2) education should be
collaborative; (3) learning should have context; dan (4) schools should be
integrated with society, tersebut dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut
ini:
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi
yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan
menghafal materi pelajaran yang diberikan, tetapi berupaya
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak
berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi
di masyarakat.
2. Education should be collaborative
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya
dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan
membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi
dengan temanteman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek,
siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta
setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri
secara tepat dengan mereka.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak
terhadap kehidupan nyata sehari-hari siswa. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Metode

4
pembelajaran yang dikembangkan memungkinkan siswa terhubung
dengan dunia nyata (real word).
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, seyogyanya siswa difasilitasi untuk terlibat dalam
lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian
masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan
melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat
dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di
masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup,
dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi
pantipanti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian
sosialnya.
Pada era informasi saat ini, para siswa dituntut mempunyai kreativitas
(creativity), kemampuan berpikir kritis (critical thinking), berkomunikasi
(communication), dan berkolaborasi (collaboration), yang lebih dikenal
dengan akronim ‘Four Cs’(Murtiyasa, 2016). Para guru harus melengkapi
ketrampilan 4C (four Cs) tersebut guna menyiapkan siswanya untuk
menghadapi tantangan global di era sekarang. Fokus pada upaya memberikan
ketrampilan 4C tersebut, pembelajaran matematika harus mengolaborasi
aspek-aspek kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), berpikir kritis
dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), komunikasi
dan kolaborasi (communication and collaboration) (Murtiyasa, 2016).
Berikut penjabarannya dalam tabel 1 :
Tabel 1. Penjelasan Keterampilan Abad 21
No Keterampilan Abad 21 Penjelasan
.
1. Creativity and Para siswa dapat menggunakan berbagai
innovation teknik untuk membuat ide-ide baru yang
bermanfaat, merinci, memperbaiki,
menganalisis, dan mengevaluasi ide-ide
mereka guna mengembangkan dan

5
memaksimalkan usaha kreatif dan
mendemonstrasikan keaslian temuan, baik
secara individu maupun kelompok.

2. Critical Thinking Para siswa dapat bernalar secara efektif.


Siswa berpikir secara sistematis,
memahami bahwa antar bagian saling
berinteraksi satu sama lain. Mereka
membuat pilihan-pilihan, keputusan, dan
menyelesaikan masalah, baik secara
konvensional maupun inovatif.

3. Communication Para siswa mengetahui bagaimana


mengartikulasikan pemikiran dan ide-ide
secara efektif, melalui komunikasi lisan,
tulisan, maupun nonverbal. Mereka juga
harus dapat mendengarkan secara efektif
4. Collaboration untuk menerjemahkan atau menguraikan
makna pengetahuan, nilai-nilai, sikap, dan
tujuan. Mereka juga harus mampu
berkomunikasi pada lingkup yang luas pada
berbagai kelompok dan lingkungan yang
berbeda.

Upaya untuk menyiapkan siswa agar memiliki ketrampilan 4C tersebut,


para guru dan stakeholder pendidikan dalam pembelajaran dapat melakukan
hal-hal berikut yaitu : a) fokus pada problem dan proses konteks dunia nyata,
b) mendukung pengalaman inquiry based learning, c) menyediakan
kesempatan untuk pendekatan belajar dengan projek kolaborasi, dan d) fokus
mengajar siswa untuk ‘how to learn’ (Pacific Policy Research Center dalam
Murtiyasa, 2016). Lebih lanjut disebutkan project-based learning, problem-
based learning, dan design-based learning merupakan bentuk pembelajaran
yang sangat disarankan pada abad 21 ini. Mayasari, Kadarohman, Rusdiana
& Kaniawati (2016) menyebutkan bahwa problem based learning dapat
mengembangkan keterampilan abad 21 peserta didik, karena PBL mampu
menghubungkan antara teori dan praktek serta mengembangkan kompetensi

6
seperti keterampilan pemecahan masalah, komunikasi, kolaborasi.
Selanjutnya, pembelajaran discovery learning, peserta didik menggunakan
kemampuan berkomunikasi dan keterampilan untuk menyampaikan
menyampaikan gagasan/ide, organisasi dan management waktu,
keterampilan berinkuiri, keterampilan self assessment dan refleksi, partisipasi
dalam kelompok, serta keterampilan leadership.

Gambar 1. Keterampilan Pengetahuan Abad 21


(sumber : Wijaya, Sudjimat & Nyoto. 2016)
Kreativitas dapat melahirkan inovasi. Kreativitas siswa dapat dibantu
dengan memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa, meningkatkan
partisipasi aktif siswa, interaksi yang tinggi antara guru-siswa dan antar
siswa, menggunakan berbagai strategi belajar yang memungkinkan siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Kemampuan berpikir kritis dapat
mendorong kemampuan untuk memecahkan masalah. Masalah yang harus
dipecahkan tersebut mencakup jangkauan situasi yang luas, non-routine,
open-ended, dan konteks dunia nyata. Dalam praktek di kelas, tentu menjadi
tugas guru matematika untuk membantu siswa memahami masalah, membuat
siswa percaya diri, mengarahkan jawaban yang masuk akal, dan tidak
membutuhkan waktu yang terlalu lama terhadap setiap permasalahan
matematika yang diberikan. Keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi
para siswa dapat ditingkatkan menggunakan pendekatan kooperatif. Bentuk
pembelajaran seperti problem based learning, project based learning atau
discovery learning dengan permasalahan konteks dunia nyata sangat
mendukung untuk meningkatkan ketrampilan ini. Melalui diskusi dalam
kelompok, siswa diajak berpikir, berbicara, dan menuliskan pemikiran-
pemikirannya.

7
Memperhatikan kebutuhan keterampilan matematika abad 21 tersebut,
diperlukan guru matematika yang kualified dan terlatih secara professional.
Oleh karena itu, guru matematika abad 21 diharapkan mempunyai
karakteristik adaptor, visioner, kolaborator, pembelajar, komunikator, model,
dan pemimpin. Guru abad 21 harus dapat beradaptasi dengan kurikulum dan
persyaratan yang dibutuhkan tersebut untuk mengajar. Guru-guru matematika
harus dapat beradaptasi dengan berbagai style belajar dan model
pembelajaran. Guru matematika yang visioner dimaksudkan bahwa guru
tersebut mampu berpikir lintas disiplin dan memperkaya kurikulum
matematika untuk belajar siswa. Oleh karena itu, para guru juga harus saling
berbagi ide dan berkontribusi dalam pengembangan pembelajaran
matematika, salah satunya dengan berinovasi dalam bahan ajar dan perangkat
pembelajaran yang mengikuti perkembangan siswa dan tuntutan abad 21.
Para guru sering menyampaikan bahwa siswa harus belajar sepanjang
hayat. Tentu hal ini juga harus berlaku bagi guru itu sendiri. Guru matematika
juga harus berperan sebagai pembelajar. Guru harus berubah, belajar, dan
beradaptasi dengan berbagai perubahan di bidang pendidikan. Guru harus
berperan sebagai komunikator yang baik. Sebagai model dan pemimpin, guru
matematika harus dapat diteladani siswanya. Oleh karena itu, sebagai model
dan pemimpin, guru harus mempunyai sifat-sifat toleran, respek, menerima,
empati, berpandangan luas, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, peduli
masalah global, dan sebagainya. Guru-guru abad 21 memainkan banyak
peran. Oleh karena itu, guru-guru harus mempunyai visi, ketrampilan,
insentif, sumber daya, dan rencana aksi untuk mendidik dengan sukses.
2. Representasi Visual
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki
penyelesaian berupa angka, grafik, simbol, huruf, gambar, dll. Menurut
Irawati & hasanah (2016 : 82) representasi adalah bentuk interpretasi dari
hasil pemikiran seseorang (baik itu berupa kata-kata atau verbal, tulisan,
gambar, tabel, grafik, benda konkrit, simbol matematika dan lain-lain) yang

8
dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi atau
pemecahan dari masalah yang dihadapi.
Sabirin (2014 : 35) juga mengungkapkan bahwa representasi
adalah bentuk interpretasi pemikiran siswa terhadap suatu masalah yang
digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi dari masalah
tersebut. Kedua hal tersebut menunjukan bahwa representasi dapat
menyalurkan pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai bentuk representasi
yang telah disebutkan tersebut kepada pembaca tulisan, dengan representasi
seseorang dapat memahami apa yang dikerjakan lalu dituliskan oleh orang
lain. Tentunya representasi merupakan kreativitas yang dimiliki oleh
seseorang untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan kepada orang
lain. Kreativitas disini dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru karena
setiap masalah membutuhkan penyelesaian yang berbeda. Seperti
pernyataan Beetlestone dalam (Farhan & Retnawati, 2014) mengatakan
bahwa representasi merupakan kreativitas yang melibatkan pengungkapan
atau pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai
macam cara untuk melakukannya.
Kemampuan representasi secara dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu 1) representasi visual (gambar, diagram, grafik, atau tabel ), 2)
representasi simbolik (pernyataan matematik/notasi matematik,
numerik/simbol aljabar), dan 3) representasi verbal (teks tertulis) (Gordah
& Fadillah, 2014 : 345. Salah satu bentuk representasi yang harus dilatih
oleh siswa adalah representasi visual. Widiati (2016 : 107) menyebutkan
bahwa kemampuan representasi matematis siswa masih rendah terutama
pada kemampuan representasi visual. Maka dari itu perlu adanya kajian
lebih lanjut mengenai kemampuan representasi visual yang dimiliki siswa.
Sebagai langkah pengembangan representasi visual yang
dimiliki oleh siswa perlu diperhatikan indikator untuk tercapainya
peningkatan representasi visual siswa. Adapun indikator kemampuan
representasi visual menurut (Rangkuti, 2014) antara lain :

9
Tabel 2. Indikator Representasi Visual
No Representasi Visual Bentuk-bentuk Operasional

a Grafik, diagram,  Menyajikan kembali data atau informasi


dan tabel dari suatu representasi ke representasi
diagram, grafik, atau tabel.
 Menggunakan representasi visual untuk
menyelesaikan masalah.
b Gambar  Membuat gambar pola-pola geometri
 Membuat gambar bangun geometri
untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaiannya.
Sumber : Rangkuti, 2014.
Hegarty & Kohzenikov (1999) menyebutkan bahwa terdapat
dua tipe representasi visual yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika, yaitu (a) representasi pictorial
(gambar), menampilkan secara visual dari objek yang dijelaskan, dan (b)
representasi schematic (skema), mendeskripsikan hubungan spasial. Lebih
lanjut, Hegarty & Kohzenikov menyebutkan indikator seseorang yang
menggunakan representasi skematik atau bergambar pada tabel 2.4 Berikut
:
Tabel 3. Indikator Tipe Representasi Visual
Indikator menurut
Representasi Penjelasan
Hegarty &
Visual
Kohzenikov
Skematik the student drew a  Menggambarkan sebuah
diagram, used diagram/ menggunakan
gestures showing the isyarat yang menunjukkan
spatial relations hubungan spasial antar
between objects in a objek dalam sebuah
problem in masalah dalam
explaining their menjelaskan strategi
solution strategy, or penyelesaiannya, atau
reported a spatial mendeskripsikan gambar
image of the spasial dari hubungan yang
relations expressed dinyatakan dalam masalah.
in the problem.

10
Piktorial the student reported  Menggambarkan objek
an image of the atau orang yang dirujuk
objects or persons dalam sebuah masalah, dan
referred to in a bukan hubungan antara
problem, rather than objek-objek ini.
the relations between
these objects.
Sumber : (Hegarty & Kohzenikov, 1999)
3. Perangkat Pembelajaran dan Asesmen

Melaksanakan pembelajaran dikelas diperlukan persiapan yang baik


agar memperoleh pembelajaran yang bermakna. Seorang pembelajar
hendaknya mempersiapkan perencanaan sebelum melaksanakan
pembelajaran dikelas. Perencanaan disini dapat berupa rancangan
pembelajaran yang meliputi kompetensi apa saja yang harus dicapai oleh
siswa yang dimasukkan kedalam sebuah perangkat pembelajaran, dan
penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa mendapatkan
pengetahuan dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Perangkat pembelajaran merupakan bahan utama dalam mencapai
kesuksesan pembelajaran dan mencipta pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis siswa (Susanto & Retnawati, 2016). Syahrir (2016)
menyebutkan bahwa perangkat pembelajaran sebagai segala sesuatu yang
dapat memungkinkan guru dan siswa melakukan proses pembelajaran sesuai
kurikulum disebut sebagai perangkat pembelajaran. Pengembangan
perangkat pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika.
Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Hutagaol, 2013).
Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

11
Salah satu jenis asesmen adalah asesmen autentik. Setiawan, Sa’jidah &
Akbar (2017) menyebutkan bahwa jenis asesmen autentik yang digunakan
dalam Kurikulum 2013 yaitu observasi, portofolio, unjuk kerja, proyek, dan
tes tertulis. Asesmen dilakukan guru dengan merumuskan kisi-kisi asesmen
yang disesuaikan dengan kompetensi dalam kurikulum, aspek yang didata,
dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, dan membandingkannya
dengan keadaan dan kemampuan siswa dalam pembelajaran.
4. Inovasi Perangkat Pembelajaran
Inovasi perangkat pembelajaran yang direncanakan oleh penulis adalah
rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menggunakan model
pembelajaran problem based learning yang berorientasi pada representasi
visual siswa dan untuk meningkatkan , dengan kompetensi dasar beserta
indikatornya sebagai berikut :
Kompetensi Dasar
3.9 Membedakan dan menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang
sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas)
4.9 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan
volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prima dan limas), serta
gabungannya

(Kemendikbud, 2018)
Indikator
Menentukan luas permukaan kubus dan balok.
Adapun sintaks model pembelajaran problem based learning (Farhan &
Retnawati, 2014) sebagai berikut :
Tabel 4. Sintaks model pembelajaran problem based learning
Fase Kegiatan

Memberikan orientasi tentang Guru membahas tujuan pembelajaran,


permasalahan kepada siswa mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
penting dan memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kegiatan mengatasi masalah

12
Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
untuk mengorganisasikan tugastugas belajar yang terkait
belajar. dengan permasalahannya.

Membantu investigasi mandiri Guru mendorong siswa untuk mendapatkan


dan kelompok. informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen,
dan mencari penjelasan dan solusi.
Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
mempresentasikan artefak dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti
exhibit. laporan, rekaman video, dan model-model, dan
membantu mereka untuk menyampaikannya pada
orang lain.
Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
mengevaluasi terhadap investigasinya dan
proses mengatasi-masalah. proses-proses yang mereka gunakan.

Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh penulis berupa Rancangan


pelaksanaan pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa yang berorientasi pada
representasi visual. Keterampilan critical tinking siswa dapat ditingkatkan
melalui kegiatan pembelajar menggunakan PBL, siswa dilatih untuk
berpikir kritis melalui masalah yang diberikan. Seperti yang disebutkan oleh
Jumaisyaroh, Napitupulu & Hasratuddin (2014) bahwa model Problem
Based Learning mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis (critical
thinking).
5. Inovasi Asesmen
Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan
dari kegiatan pembelajaran. Tujuan utama dari asesmen adalah untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa, bukan sekedar untuk penentuan skor
(grading). Oleh karena itu asesmen dimaksudkan sebagai suatu strategi
dalam pemecahan masalah pembelajaran melalui berbagai cara
pengumpulan dan penganalisisan informasi untuk pengambilan keputusan
(tindakan) berkaitan dengan semua aspek pembelajaran.
Misalnya dalam makalah ini, penulis ingin mengungkap permasalahan
matematika apa yang dihadapi oleh seorang siswa, dan bagaimana cara
membantu siswa tersebut agar kemampuannya dapat berkembang secara
optimal dan mempunyai keterampilan critical thinking dengan representasi

13
visual yang sudah dimilikinya. Tentu saja guru itu harus mengumpulkan
banyak informasi mengenai siswa tersebut seotentik mungkin melalui
proses asesmen. Informasi seperti ini sangat membantu untuk
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi siswa sebelum memutuskan
tindakan yang akan dilakukan untuk membantu siswa tersebut.
Pembahasan pada makalah ini yaitu asesmen otentik yang merupakan
kegiatan terpadu dengan proses pembelajaran (on-going assessnent) untuk
membantu siswa belajar dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran.
Penulis disini mencoba membuat asesmen (penilaian) dengan
memperhatikan representasi visual yang dimiliki. apakah siswa hanya dapat
merepresentasikan masalah dalam sebuah gambar bangun ruang saja atau
dapat mendeskripsikan gambar spasial dari hubungan yang dinyatakan
dalam masalah.
III. Kesimpulan

Melaksanakan pembelajaran dikelas diperlukan persiapan yang baik agar


memperoleh pembelajaran yang bermakna. Seorang pembelajar hendaknya
mempersiapkan perencanaan sebelum melaksanakan pembelajaran dikelas.
Perencanaan dalam makalah ini berupa rancangan pembelajaran yang perangkat
pembelajaran (RPP dan LKS). Asesmen (penilaian) juga perlu dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana siswa mendapatkan pengetahuan dari pembelajaran yang
telah dilakukan. Perangkat pembelajaran dan asesmen yang coba dibuat oleh
penulis berorientasi pada representasi visual dan diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan critical thinking.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2017). Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skills
Siswa pada Pembelajaran Matematika Abad 21. Jurnal THEOREMS (The
Original Research of Mathematics), 1(2), 92-100.
Farhan, M., & Retnawati, H. (2014). Keefektifan PBL dan IBL Ditinjau dari
Prestasi Belajar, Kemampuan Representasi Matematis dan Motivasi
Belajar. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(2), 227-240.

14
Fatmasuci, F. W. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis
Masalah Berorientasi pada Kemampuan Komunikasi dan Prestasi Belajar
Matematika SIswa SMP. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(1), 32-42.
Gordah, E. K., & Fadillah, S. (2014). Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Kalkulus
Differensial Berbasis Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan
Representasi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 20(3),
340-352.
Hegarty, M., & Kohzhevnikov, M. (1999). Types of Visual-Spatial Representations
and Mathematical Problem Solving. Journal of Educational Psychology,
91(4), 684-689.
Hutagaol, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis siswa Sekolah Menengah Pertama. INFINITY, 2(1),
85-99.
Irawati, S., & Hasanah, S. I. (2016). Representasi Mahasiswa Berkemampuan
Matematika Tinggi dalam Memecahkan Masalah Program Linier.
INOVASI, 18(1), 80-86.
Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E. E., & Hasratuddin. (2014). Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa
SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Kreano, 5(2), 157-
169.
Kemendikbud. (2018). Permendikbud No. 37 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 24 Tahun 2016. Jakarta:
Kemendikbud.
Mayasari, T., Kadarohman, A., Rusdiana, D., & Kaniawati, I. (2016). Apakah
Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning
mampu Melatihkan Keterampilan Abad 21. JPFK, 2(1), 48-55.
Murtiyasa, B. (2016). ISU-ISU KUNCI DAN TREN PENELITIAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA . Konferensi Nasional Penelitian
Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) (hal. 1-10). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rangkuti, A. N. (2014). Representasi Matematis. Forum Paedagogik, 6(1), 110-
127.
Sabirin, M. (2014). Representasi dalam Pembelajaran Matematika. JPM IAIN
Antasari, 1(2), 33-44.
Setiawan, H., Sa'dijah, C., & Akbar, S. (2017). Pengembangan Instrumen Asesmen
Autentik Kompetensi pada Ranah Keterampilan untuk Pembelajaran
Tematik di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 2(7), 874-882.

15
Susanto, E., & Retnawati, H. (2016). Perangkat Pembelajaran Matematika
Bercirikan PBL untuk Mengembangkan HOTS Siswa SMA. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika, 3(2), 189-197.
Syahrir. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMP untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. JIME, 2(1), 436-441.
Wahyudi, Anugraheni, I., & Winanto, A. (2018). Pengembangan Model Blended
Learning Berbasis Proyek Untuk Menunjang Kreatifitas Mahasiswa
Merancang Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. JIPM (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika), 6(2), 68-81.
Widiati, I. (2015). Mengembangkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Konstekstual. Jurnal
Pengajaran MIPA, 20(2), 106-111.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi Pendidikan Abad
21 sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global.
rosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika. 1, hal. 263-278.
Malang: Universitas Kanjuruhan Malang.

16
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

NAMA SEKOLAH : SMP


MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
KELAS/ SEMESTER : VIII/GENAP
MATERI POKOK : BANGUN RUANG SISI DATAR
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 menit (1 pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR :


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama 1.1.1 Bersemangat dan serius
yang dianutnya dalam mengikuti
pembelajaran matematika

2.2 Memiliki rasa ingin tahu percaya diri dan 2.2.1 Terlibat aktif dalam
ketertarikan pada matematika serta pembelajaran
memiliki rasa percaya pada daya dan 2.2.2 Bekerjasama dalam kegiatan
kegunaan matematika, yang terbentuk
kelompok
melalu pengalaman belajar
3.9 Menentukan luas permukaan dan volume 3.9.1 Menentukan luas permukaan
kubus, balok, prisma dan limas kubus dan balok

17
C. TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Melalui proses megamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, dan mengkomunikasikan hasil mengolah informasi dalam
penugasan individu dan kelompok, siswa dapat:
2. Memiliki sikap ingin tahu yang ditandai dengan bertanya kepada siswa lain
dan atau guru
3. Memiliki sikap ketertarikan terhadap matematika
4. Menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok
5. Menentukan luas permukaan kubus dan balok

D. MATERI PEMBELAJARAN
Menemukan Luas Permuakaan Kubus dan Balok

L5

L1 L2 L3 L4

L6

Untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dapat ditemukan melalui mengiris
sebuah model kubus dari karton menjadi jarring-jaring kubus seperti tampak pada
gambar di atas. Tampak pada gambar di atas kubus memiliki 6 bidang sisi
berbentuk persegi yang kongruen.
Misal panjang rusuk 5 cm maka luas permukaanya 6 x( 5 cm x 5 cm) = 6 x 25 cm2
= 150cm2
Misal panjang rusuk 10 cm maka luas permukaanya 6 x(10cm x 10 cm) = 6 x 100
cm2
= 600 cm2
Secara umum luas permukaan kubus yang panjang rusuknya s = 6 (s x s) = 6s2

18
Luas permukaan balok

L6

L1 L2 L3 L4

L5

Untuk menemukan rumus luas permukaan balok dapat ditemukan melalui mengiris
sebuah model balok dari karton menjadi jaring-jaring balok tampak pada gambar
di atas. Pada gambar di atas balok memiliki 3 pasang bidang sisi kongruen yang
benbentuk persegipanjang.
Luas permukaan Balok = 2(𝑝𝑙 + 𝑝𝑡 + 𝑙𝑡)
Contoh: Sebuah balok dengan panjang 5 cm,lebar 6 cm,dan tinggi 4 cm. carilah
luas permukaan balok tersebut!
Penyelesaian: L = 2(𝑝𝑙 + 𝑝𝑡 + 𝑙𝑡)

L = 2((5 × 6) + (5 × 4) + (6 × 4))

L = 2(30 + 20 + 24)
L = 148 𝑐𝑚2

E. PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE PEMBELAJARAN


1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Problem Based Learning
3. Metode : ekspositori, diskusi, tanya jawab, penugasan

F. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER PEMBELAJARAN


1. Media : beberapa lembar kertas bentuk persegi dan persegi
panjang, Laptop, LCD, LK, file gambar-gambar benda-
= 148 benda yang berbentuk kubus dan balok
2. Alat : spidol, cuter, gunting, isolasi
3. Sumber belajar : lingkungan kelas, buku siswa, buku guru, internet

19
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan (10 menit)
a. Guru menyiapakan fisik dan psikis siswa dengan menyapa dan
memberi salam.
b. Apersepsi :
1) Guru mengingatkan kembali tentang persegi dan persegi panjang
terutama menghitung luasnya.
2) Guru memotivasi belajar dengan memberi contoh-contoh siswa
tentang hal-hal yang berkaitan dengan luas permukaan kubus dan
balok
c. Guru menyampaikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta langkah-
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2. Kegiatan Inti (60 menit)


Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu

Fase 1: Orientasi siswa pada masalah

a. Guru memfokuskan perhatian siswa pada model kubus dan 10 menit


balok melalui tampilan pada LCD kemudian tanya jawab
berkaitan dengan masalah volume kubus dan balok dalam
kehidupan sehari-hari (eksplorasi)
b. Guru menyampaikan beberapa hal yang perlu dipersiapkan
oleh siswa, misalnya siswa diharapkan mengerjakan tugas
secara sungguh-sungguh, mengungkapkan pendapat, dan
mempresentasikan hasil kerja kelompok (eksplorasi)
Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar

a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen yang 15 menit


terdiri dari 4-5 orang.
b. Siswa diminta untuk berdiskusi tentang pemecahan masalah
yang terdapat pada LKS yaitu mendiskusikan masalah
(elaborasi)
c. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya (elaborasi)

Fase 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

a. Siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang terdapat 15 menit


LKS dengan cara diskusi kelompok (elaborasi)
b. Guru berkeliling kelas dan memberikan petunjuk kepada
kelompok yang mengalami kesulitan (konfirmasi)
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

20
a. Kelompok yang telah berhasil menyelesaikan masalah dalam 10 menit
LKS diminta untuk menyajikan hasil diskusinya di papan tulis
dan dipresentasikan (elaborasi)
b. Setiap kelompok diminta untuk mengamati dan
membandingkan hasil kerja dari kelompok lainnya (elaborasi)
[critical thinking]
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

a. Siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap hasil 10 menit


diskusi kelompok yang dianggap kurang tepat, kemudian siswa
diberikan kesempatan untuk menyatakan jawaban yang lebih
tepat (konfirmasi) [critical thinking]
b. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang
belum paham dan yang menjelaskan adalah kelompok yang
sudah memahami penyelesaian masalah tersebut.
c. Guru melaksanakan peniaian sebagai umpan balik (konfirmasi)

3. Penutup (10 menit)


a. Guru membimbing siswa membuat simpulan.
b. Guru membimbing siswa untuk merefleksi proses dan materi pelajaran
kedalam jurnal
c. Guru menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya yaitu
menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan volume kubus dan
balok.
d. Guru memberi salam dan mengakhiri pelajaran.

21
LEMBAR KERJA SISWA
Masalah 1
Ruli memiliki kamar tidur dirumahnya dengan
ukuran 3×3 meter dan jarak dinding dari lantai ke
langit-langit 3 meter. Suatu hari, Ruli ingin
menghias dinding kamarnya menggunakan
walpaper yang memiliki ukuran 60×60 cm tiap
rollnya dan harga 1 buah rollnya Rp. 36.500.
Berapa uang yang harus dipersiapkan Ruli agar
walpaper dapat menutupi seluruh dinding
kamarnya?
Petunjuk Penyelesaian :
a) Gambarkan kamar Ruli dalam bangun ruang
sisi datar, arsirlah bagian dalam bangun ruang
tersebut manakah yang menjadi dinding kamar
Ruli.
b) Jika memperhatikan jendela dan pintu dengan
ukuran masing-masing 80 cm × 90 cm dan 90
cm × 210 cm, maka berapakah uang yang
dikeluarkan Ruli untuk menutupi dinding
kamar tidurnya?
Masalah 2
Pak Abdul mempunyai kolam renang
berukuran panjang 5 meter dan lebar 3
meter dengan kedalaman 1,5 meter. Jika
bidang dasar kolam dan dinding samping
kolam akan dipasangi keramik dengan
biaya pemasangan keramik Rp. 20.000
setiap meter persegi, berapakah biaya
pemasangan keramik tersebut?
Petunjuk Penyelesaian :

22
a) Gambarkan kolam renang Pak Abdul dalam bangun ruang sisi datar, arsirlah
bagian dalam bangun ruang tersebut manakah yang akan dipasangi keramik.

23
LEMBAR PENGAMATAN PERKEMBANGAN PENGETAHUAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/2
Tahun Pelajaran : 20.../20...
1. Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan
a. Tes tertulis Uraian
Indikator Soal Instrumen

1. Siswa dapat 1. Dadang akan membuat kotak kayu untuk menyimpan buku yang
menentukan sudah tidak terpakai lagi yang berukuran 0,5m×0,5m×0,5m.
luas seluruh permukaan kayu tersebut akan dicat dengan warna hijau.
permukaan Satu kaleng cat harganya Rp. 18.000 dapat digunakan untuk 1m2.
kubus Berapa biaya minimum yang harus dikeluarkan Dadang untuk
membeli cat tanpa memperhatikan sisa cat yang tidak terpakai?
Bangun apakah kotak kayu yang akan dibuat oleh Dadang?
Gambarkan!

2. Siswa dapat 2. Sebuah perusahaan makanan ringan akan mengemas produk


menentukan berupa coklat dalam sebuah kotak yang berukuran
luas 30cm×15cm×10cm. Kotak tersebut akan dilapisi kertas kemasan
permukaan dengan harga Rp. 1000/m2. Setiap hari perusahaan memproduksi
balok 100 kotak makanan ringan. Berapakah biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk menyediakan kertas kardus
kemasan setiap harinya? Bangun apakah kotak makanan ringan
kemasan coklat tersebut? Gambarkan!

No
No Aspek Penilaian Rubrik Penilaian Skor
Soal
1 Menuliskan seluruh apa yang diketahui yaitu 5
Pemahaman panjang, lebar, tinggi.
terhadap konsep Menuliskan sebagian apa yang diketahui 3
1
luas permukaan
Menuliskan tetapi salah 1
kubus
Tidak menuliskan respon/jawaban 0
Menggambarkan masalah kedalam bangun kubus 5
dengan panjang, lebar, tinggi yang diketahui sesuai
Menggambarkan masalah kedalam bangun kubus 3
Merepresentasikan dengan panjang, lebar, tinggi yang diketahui salah
masalah kedalam satu salah
2
bentuk bangun
Menggambarkan masalah kedalam bangun kubus 1
ruang kubus
dengan panjang, lebar, tinggi yang diketahui
minimal dua salah
Tidak menuliskan jawaban 0
3 Proses perhitungan Langkah-langkah pengerjaan seluruhnya benar 5

24
Langkah-langkah pengerjaan sebagian besar benar 3
Langkah-langkah pengerjaan sebagian kecil benar 1
Tidak menuliskan respon/jawaban 0
Jawaban benar nilainya maupun satuan 5
Kebenaran jawaban Jawaban sebagian hampir benar 3
4
akhir Jawaban salah 1
Tidak menuliskan respon/jawaban 0
Skor maksimal 20
Skor minimal 0

Pemahaman Menuliskan seluruh apa yang diketahui luas kubus 5


terhadap konsep Menuliskan sebagian apa yang diketahui luas kubus 3
1
luas permukaan Menuliskan tetapi salah 1
balok Tidak menuliskan respon/jawaban 0
Menggambarkan masalah kedalam bangun kubus 5
dengan panjang, lebar, tinggi yang diketahui sesuai
Menggambarkan masalah kedalam bangun kubus 3
Merepresentasikan dengan panjang, lebar, tinggi yang diketahui salah
masalah kedalam satu salah
2
bentuk bangun
Menggambarkan masalah kedalam bangun kubus 1
ruang kubus
dengan panjang, lebar, tinggi yang diketahui
minimal dua salah
2
Tidak menuliskan jawaban 0
Langkah-langkah pengerjaan seluruhnya benar 5
Langkah-langkah pengerjaan sebagian besar benar 3
2 Proses perhitungan
Langkah-langkah pengerjaan sebagian kecil benar 1
Tidak menuliskan respon/jawaban 0
Jawaban benar nilainya maupun satuan 5
Kebenaran jawaban Jawaban sebagian hampir benar 3
3
akhir Jawaban salah 1
Tidak menuliskan respon/jawaban 0
Skor maksimal 20
Skor minimal 0

25

Anda mungkin juga menyukai