Inovasi Individu
Inovasi Individu
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Salah satu sub materi yang ada dalam mata pelajaran matematika adalah
bangun ruang sisi datar. Bangun ruang sisi datar diajarkan pada siswa kelas
VIII SMP. Bangun ruang merupakan materi pelajaran matematika yang sudah
dikenal siswa sejak sekolah dasar (SD). Namun pemahaman konsep bangun
ruang yang dipelajari di SD masih sebatas konsep dasar yang masih sebatas
rumus sehingga perlu pemahaman yang mendasar tentang konsep itu untuk
memperdalamnya di sekolah menengah. Beberapa pokok bahasan yang
diajarkan pada bab ini adalah kubus, balok, dan prisma. Untuk mempelajari
1
bangun ruang sisi datar siswa membutuhkan kemampuan untuk
menginterpretasikan secara visual bangun ruang, kemampuan ini disebut
representasi visual. Hegarty & Kohzenikov (1999) menyebutkan bahwa
terdapat dua tipe representasi visual yang berkaitan dengan keberhasilan siswa
dalam memecahkan masalah, yaitu (a) representasi pictorial (gambar),
menampilkan secara visual dari objek yang dijelaskan, dan (b) representasi
schematic (skema), mendeskripsikan hubungan spasial. Fatmasuci (2017)
mengatakan bahwa pemahaman siswa pada materi bangun ruang masih
cenderung lemah mengumpulkan data atau informasi dengan menggunakan
multiteknik dan multisumber yang digunakan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Diperlukan perencanaan oleh seorang pembelajar agar siswa dapat
lebih memahami bangun ruang itu sendiri. Salah satunya dengan
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai.
2
Berdasarkan uraian diatas, pembelajar saat ini sudah seharusnya banyak
mengembangkan perangkat pembelajaran dan assesmen yang digunakan dalam
pembelajaran dan membantu siswa memahami materi yang diberikan, juga
salah satu keterampilan critical thinking yang dibutuhkan siswa sebagai modal
setelah lulus dari sekolah. Selain itu, perangkat pembelajaran dan assesmen
yang dirancang penulis dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan
gambaran lain tentang perangkat pembelajaran dan asesmen yang dapat selalu
dikembangkan oleh pembelajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perangkat pembelajaran yang berorientasi pada
representasi visual dapat membantu meningkatkan keterampilan
critical thinking?
2. Bagaimanakah assesmen yang berorientasi pada representasi visual
dapat membantu meningkatkan keterampilan critical thinking?
C. Tujuan
Berdasarkan latarbelakang diatas, tujuan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada
representasi visual dapat membantu meningkatkan keterampilan
critical thinking.
2. Untuk mendeskripsikan assesmen yang berorientasi pada representasi
visual dapat membantu meningkatkan keterampilan critical thinking.
II. Pembahasan
1. Keterampilan abad 21
Proses belajar mengajar di abad 21 mengutamakan “skills” atau
keterampilan. Keterampilan yang sudah dengan sendirinya didapatkan, cara
belajar, gaya belajar. Keterampilan abad 21 didefinisikan dalam bermacam
cara, dengan komponen utamanya adalah keterampilan belajar dan berpikir
(pemikiran yang lebih tinggi, perencanaan, pengelolaan, kerjasama), melek
teknologi (menggunakan teknologi dalam pembelajaran), dan keterampilan
3
menjadi seseorang pemimpin (kreatifitas, etika dan menciptakan produk).
Benang merah dari semua keterampilan itu adalah teknologi.
Jennifer Nichols (Arifin, 2017) menyederhanakan ke dalam 4 prinsip,
yaitu: (1) instruction should be student-centered; (2) education should be
collaborative; (3) learning should have context; dan (4) schools should be
integrated with society, tersebut dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut
ini:
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi
yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan
menghafal materi pelajaran yang diberikan, tetapi berupaya
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak
berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi
di masyarakat.
2. Education should be collaborative
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya
dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan
membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi
dengan temanteman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek,
siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta
setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri
secara tepat dengan mereka.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak
terhadap kehidupan nyata sehari-hari siswa. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Metode
4
pembelajaran yang dikembangkan memungkinkan siswa terhubung
dengan dunia nyata (real word).
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, seyogyanya siswa difasilitasi untuk terlibat dalam
lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian
masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan
melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat
dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di
masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup,
dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi
pantipanti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian
sosialnya.
Pada era informasi saat ini, para siswa dituntut mempunyai kreativitas
(creativity), kemampuan berpikir kritis (critical thinking), berkomunikasi
(communication), dan berkolaborasi (collaboration), yang lebih dikenal
dengan akronim ‘Four Cs’(Murtiyasa, 2016). Para guru harus melengkapi
ketrampilan 4C (four Cs) tersebut guna menyiapkan siswanya untuk
menghadapi tantangan global di era sekarang. Fokus pada upaya memberikan
ketrampilan 4C tersebut, pembelajaran matematika harus mengolaborasi
aspek-aspek kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), berpikir kritis
dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), komunikasi
dan kolaborasi (communication and collaboration) (Murtiyasa, 2016).
Berikut penjabarannya dalam tabel 1 :
Tabel 1. Penjelasan Keterampilan Abad 21
No Keterampilan Abad 21 Penjelasan
.
1. Creativity and Para siswa dapat menggunakan berbagai
innovation teknik untuk membuat ide-ide baru yang
bermanfaat, merinci, memperbaiki,
menganalisis, dan mengevaluasi ide-ide
mereka guna mengembangkan dan
5
memaksimalkan usaha kreatif dan
mendemonstrasikan keaslian temuan, baik
secara individu maupun kelompok.
6
seperti keterampilan pemecahan masalah, komunikasi, kolaborasi.
Selanjutnya, pembelajaran discovery learning, peserta didik menggunakan
kemampuan berkomunikasi dan keterampilan untuk menyampaikan
menyampaikan gagasan/ide, organisasi dan management waktu,
keterampilan berinkuiri, keterampilan self assessment dan refleksi, partisipasi
dalam kelompok, serta keterampilan leadership.
7
Memperhatikan kebutuhan keterampilan matematika abad 21 tersebut,
diperlukan guru matematika yang kualified dan terlatih secara professional.
Oleh karena itu, guru matematika abad 21 diharapkan mempunyai
karakteristik adaptor, visioner, kolaborator, pembelajar, komunikator, model,
dan pemimpin. Guru abad 21 harus dapat beradaptasi dengan kurikulum dan
persyaratan yang dibutuhkan tersebut untuk mengajar. Guru-guru matematika
harus dapat beradaptasi dengan berbagai style belajar dan model
pembelajaran. Guru matematika yang visioner dimaksudkan bahwa guru
tersebut mampu berpikir lintas disiplin dan memperkaya kurikulum
matematika untuk belajar siswa. Oleh karena itu, para guru juga harus saling
berbagi ide dan berkontribusi dalam pengembangan pembelajaran
matematika, salah satunya dengan berinovasi dalam bahan ajar dan perangkat
pembelajaran yang mengikuti perkembangan siswa dan tuntutan abad 21.
Para guru sering menyampaikan bahwa siswa harus belajar sepanjang
hayat. Tentu hal ini juga harus berlaku bagi guru itu sendiri. Guru matematika
juga harus berperan sebagai pembelajar. Guru harus berubah, belajar, dan
beradaptasi dengan berbagai perubahan di bidang pendidikan. Guru harus
berperan sebagai komunikator yang baik. Sebagai model dan pemimpin, guru
matematika harus dapat diteladani siswanya. Oleh karena itu, sebagai model
dan pemimpin, guru harus mempunyai sifat-sifat toleran, respek, menerima,
empati, berpandangan luas, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, peduli
masalah global, dan sebagainya. Guru-guru abad 21 memainkan banyak
peran. Oleh karena itu, guru-guru harus mempunyai visi, ketrampilan,
insentif, sumber daya, dan rencana aksi untuk mendidik dengan sukses.
2. Representasi Visual
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki
penyelesaian berupa angka, grafik, simbol, huruf, gambar, dll. Menurut
Irawati & hasanah (2016 : 82) representasi adalah bentuk interpretasi dari
hasil pemikiran seseorang (baik itu berupa kata-kata atau verbal, tulisan,
gambar, tabel, grafik, benda konkrit, simbol matematika dan lain-lain) yang
8
dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi atau
pemecahan dari masalah yang dihadapi.
Sabirin (2014 : 35) juga mengungkapkan bahwa representasi
adalah bentuk interpretasi pemikiran siswa terhadap suatu masalah yang
digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi dari masalah
tersebut. Kedua hal tersebut menunjukan bahwa representasi dapat
menyalurkan pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai bentuk representasi
yang telah disebutkan tersebut kepada pembaca tulisan, dengan representasi
seseorang dapat memahami apa yang dikerjakan lalu dituliskan oleh orang
lain. Tentunya representasi merupakan kreativitas yang dimiliki oleh
seseorang untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan kepada orang
lain. Kreativitas disini dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru karena
setiap masalah membutuhkan penyelesaian yang berbeda. Seperti
pernyataan Beetlestone dalam (Farhan & Retnawati, 2014) mengatakan
bahwa representasi merupakan kreativitas yang melibatkan pengungkapan
atau pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai
macam cara untuk melakukannya.
Kemampuan representasi secara dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu 1) representasi visual (gambar, diagram, grafik, atau tabel ), 2)
representasi simbolik (pernyataan matematik/notasi matematik,
numerik/simbol aljabar), dan 3) representasi verbal (teks tertulis) (Gordah
& Fadillah, 2014 : 345. Salah satu bentuk representasi yang harus dilatih
oleh siswa adalah representasi visual. Widiati (2016 : 107) menyebutkan
bahwa kemampuan representasi matematis siswa masih rendah terutama
pada kemampuan representasi visual. Maka dari itu perlu adanya kajian
lebih lanjut mengenai kemampuan representasi visual yang dimiliki siswa.
Sebagai langkah pengembangan representasi visual yang
dimiliki oleh siswa perlu diperhatikan indikator untuk tercapainya
peningkatan representasi visual siswa. Adapun indikator kemampuan
representasi visual menurut (Rangkuti, 2014) antara lain :
9
Tabel 2. Indikator Representasi Visual
No Representasi Visual Bentuk-bentuk Operasional
10
Piktorial the student reported Menggambarkan objek
an image of the atau orang yang dirujuk
objects or persons dalam sebuah masalah, dan
referred to in a bukan hubungan antara
problem, rather than objek-objek ini.
the relations between
these objects.
Sumber : (Hegarty & Kohzenikov, 1999)
3. Perangkat Pembelajaran dan Asesmen
11
Salah satu jenis asesmen adalah asesmen autentik. Setiawan, Sa’jidah &
Akbar (2017) menyebutkan bahwa jenis asesmen autentik yang digunakan
dalam Kurikulum 2013 yaitu observasi, portofolio, unjuk kerja, proyek, dan
tes tertulis. Asesmen dilakukan guru dengan merumuskan kisi-kisi asesmen
yang disesuaikan dengan kompetensi dalam kurikulum, aspek yang didata,
dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, dan membandingkannya
dengan keadaan dan kemampuan siswa dalam pembelajaran.
4. Inovasi Perangkat Pembelajaran
Inovasi perangkat pembelajaran yang direncanakan oleh penulis adalah
rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menggunakan model
pembelajaran problem based learning yang berorientasi pada representasi
visual siswa dan untuk meningkatkan , dengan kompetensi dasar beserta
indikatornya sebagai berikut :
Kompetensi Dasar
3.9 Membedakan dan menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang
sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas)
4.9 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan
volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prima dan limas), serta
gabungannya
(Kemendikbud, 2018)
Indikator
Menentukan luas permukaan kubus dan balok.
Adapun sintaks model pembelajaran problem based learning (Farhan &
Retnawati, 2014) sebagai berikut :
Tabel 4. Sintaks model pembelajaran problem based learning
Fase Kegiatan
12
Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
untuk mengorganisasikan tugastugas belajar yang terkait
belajar. dengan permasalahannya.
13
visual yang sudah dimilikinya. Tentu saja guru itu harus mengumpulkan
banyak informasi mengenai siswa tersebut seotentik mungkin melalui
proses asesmen. Informasi seperti ini sangat membantu untuk
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi siswa sebelum memutuskan
tindakan yang akan dilakukan untuk membantu siswa tersebut.
Pembahasan pada makalah ini yaitu asesmen otentik yang merupakan
kegiatan terpadu dengan proses pembelajaran (on-going assessnent) untuk
membantu siswa belajar dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran.
Penulis disini mencoba membuat asesmen (penilaian) dengan
memperhatikan representasi visual yang dimiliki. apakah siswa hanya dapat
merepresentasikan masalah dalam sebuah gambar bangun ruang saja atau
dapat mendeskripsikan gambar spasial dari hubungan yang dinyatakan
dalam masalah.
III. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2017). Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skills
Siswa pada Pembelajaran Matematika Abad 21. Jurnal THEOREMS (The
Original Research of Mathematics), 1(2), 92-100.
Farhan, M., & Retnawati, H. (2014). Keefektifan PBL dan IBL Ditinjau dari
Prestasi Belajar, Kemampuan Representasi Matematis dan Motivasi
Belajar. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(2), 227-240.
14
Fatmasuci, F. W. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis
Masalah Berorientasi pada Kemampuan Komunikasi dan Prestasi Belajar
Matematika SIswa SMP. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(1), 32-42.
Gordah, E. K., & Fadillah, S. (2014). Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Kalkulus
Differensial Berbasis Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan
Representasi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 20(3),
340-352.
Hegarty, M., & Kohzhevnikov, M. (1999). Types of Visual-Spatial Representations
and Mathematical Problem Solving. Journal of Educational Psychology,
91(4), 684-689.
Hutagaol, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis siswa Sekolah Menengah Pertama. INFINITY, 2(1),
85-99.
Irawati, S., & Hasanah, S. I. (2016). Representasi Mahasiswa Berkemampuan
Matematika Tinggi dalam Memecahkan Masalah Program Linier.
INOVASI, 18(1), 80-86.
Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E. E., & Hasratuddin. (2014). Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa
SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Kreano, 5(2), 157-
169.
Kemendikbud. (2018). Permendikbud No. 37 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 24 Tahun 2016. Jakarta:
Kemendikbud.
Mayasari, T., Kadarohman, A., Rusdiana, D., & Kaniawati, I. (2016). Apakah
Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning
mampu Melatihkan Keterampilan Abad 21. JPFK, 2(1), 48-55.
Murtiyasa, B. (2016). ISU-ISU KUNCI DAN TREN PENELITIAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA . Konferensi Nasional Penelitian
Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) (hal. 1-10). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rangkuti, A. N. (2014). Representasi Matematis. Forum Paedagogik, 6(1), 110-
127.
Sabirin, M. (2014). Representasi dalam Pembelajaran Matematika. JPM IAIN
Antasari, 1(2), 33-44.
Setiawan, H., Sa'dijah, C., & Akbar, S. (2017). Pengembangan Instrumen Asesmen
Autentik Kompetensi pada Ranah Keterampilan untuk Pembelajaran
Tematik di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 2(7), 874-882.
15
Susanto, E., & Retnawati, H. (2016). Perangkat Pembelajaran Matematika
Bercirikan PBL untuk Mengembangkan HOTS Siswa SMA. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika, 3(2), 189-197.
Syahrir. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMP untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. JIME, 2(1), 436-441.
Wahyudi, Anugraheni, I., & Winanto, A. (2018). Pengembangan Model Blended
Learning Berbasis Proyek Untuk Menunjang Kreatifitas Mahasiswa
Merancang Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. JIPM (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika), 6(2), 68-81.
Widiati, I. (2015). Mengembangkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Konstekstual. Jurnal
Pengajaran MIPA, 20(2), 106-111.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi Pendidikan Abad
21 sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global.
rosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika. 1, hal. 263-278.
Malang: Universitas Kanjuruhan Malang.
16
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. KOMPETENSI INTI :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama 1.1.1 Bersemangat dan serius
yang dianutnya dalam mengikuti
pembelajaran matematika
2.2 Memiliki rasa ingin tahu percaya diri dan 2.2.1 Terlibat aktif dalam
ketertarikan pada matematika serta pembelajaran
memiliki rasa percaya pada daya dan 2.2.2 Bekerjasama dalam kegiatan
kegunaan matematika, yang terbentuk
kelompok
melalu pengalaman belajar
3.9 Menentukan luas permukaan dan volume 3.9.1 Menentukan luas permukaan
kubus, balok, prisma dan limas kubus dan balok
17
C. TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Melalui proses megamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, dan mengkomunikasikan hasil mengolah informasi dalam
penugasan individu dan kelompok, siswa dapat:
2. Memiliki sikap ingin tahu yang ditandai dengan bertanya kepada siswa lain
dan atau guru
3. Memiliki sikap ketertarikan terhadap matematika
4. Menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok
5. Menentukan luas permukaan kubus dan balok
D. MATERI PEMBELAJARAN
Menemukan Luas Permuakaan Kubus dan Balok
L5
L1 L2 L3 L4
L6
Untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dapat ditemukan melalui mengiris
sebuah model kubus dari karton menjadi jarring-jaring kubus seperti tampak pada
gambar di atas. Tampak pada gambar di atas kubus memiliki 6 bidang sisi
berbentuk persegi yang kongruen.
Misal panjang rusuk 5 cm maka luas permukaanya 6 x( 5 cm x 5 cm) = 6 x 25 cm2
= 150cm2
Misal panjang rusuk 10 cm maka luas permukaanya 6 x(10cm x 10 cm) = 6 x 100
cm2
= 600 cm2
Secara umum luas permukaan kubus yang panjang rusuknya s = 6 (s x s) = 6s2
18
Luas permukaan balok
L6
L1 L2 L3 L4
L5
Untuk menemukan rumus luas permukaan balok dapat ditemukan melalui mengiris
sebuah model balok dari karton menjadi jaring-jaring balok tampak pada gambar
di atas. Pada gambar di atas balok memiliki 3 pasang bidang sisi kongruen yang
benbentuk persegipanjang.
Luas permukaan Balok = 2(𝑝𝑙 + 𝑝𝑡 + 𝑙𝑡)
Contoh: Sebuah balok dengan panjang 5 cm,lebar 6 cm,dan tinggi 4 cm. carilah
luas permukaan balok tersebut!
Penyelesaian: L = 2(𝑝𝑙 + 𝑝𝑡 + 𝑙𝑡)
L = 2((5 × 6) + (5 × 4) + (6 × 4))
L = 2(30 + 20 + 24)
L = 148 𝑐𝑚2
19
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan (10 menit)
a. Guru menyiapakan fisik dan psikis siswa dengan menyapa dan
memberi salam.
b. Apersepsi :
1) Guru mengingatkan kembali tentang persegi dan persegi panjang
terutama menghitung luasnya.
2) Guru memotivasi belajar dengan memberi contoh-contoh siswa
tentang hal-hal yang berkaitan dengan luas permukaan kubus dan
balok
c. Guru menyampaikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta langkah-
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
20
a. Kelompok yang telah berhasil menyelesaikan masalah dalam 10 menit
LKS diminta untuk menyajikan hasil diskusinya di papan tulis
dan dipresentasikan (elaborasi)
b. Setiap kelompok diminta untuk mengamati dan
membandingkan hasil kerja dari kelompok lainnya (elaborasi)
[critical thinking]
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
21
LEMBAR KERJA SISWA
Masalah 1
Ruli memiliki kamar tidur dirumahnya dengan
ukuran 3×3 meter dan jarak dinding dari lantai ke
langit-langit 3 meter. Suatu hari, Ruli ingin
menghias dinding kamarnya menggunakan
walpaper yang memiliki ukuran 60×60 cm tiap
rollnya dan harga 1 buah rollnya Rp. 36.500.
Berapa uang yang harus dipersiapkan Ruli agar
walpaper dapat menutupi seluruh dinding
kamarnya?
Petunjuk Penyelesaian :
a) Gambarkan kamar Ruli dalam bangun ruang
sisi datar, arsirlah bagian dalam bangun ruang
tersebut manakah yang menjadi dinding kamar
Ruli.
b) Jika memperhatikan jendela dan pintu dengan
ukuran masing-masing 80 cm × 90 cm dan 90
cm × 210 cm, maka berapakah uang yang
dikeluarkan Ruli untuk menutupi dinding
kamar tidurnya?
Masalah 2
Pak Abdul mempunyai kolam renang
berukuran panjang 5 meter dan lebar 3
meter dengan kedalaman 1,5 meter. Jika
bidang dasar kolam dan dinding samping
kolam akan dipasangi keramik dengan
biaya pemasangan keramik Rp. 20.000
setiap meter persegi, berapakah biaya
pemasangan keramik tersebut?
Petunjuk Penyelesaian :
22
a) Gambarkan kolam renang Pak Abdul dalam bangun ruang sisi datar, arsirlah
bagian dalam bangun ruang tersebut manakah yang akan dipasangi keramik.
23
LEMBAR PENGAMATAN PERKEMBANGAN PENGETAHUAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/2
Tahun Pelajaran : 20.../20...
1. Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan
a. Tes tertulis Uraian
Indikator Soal Instrumen
1. Siswa dapat 1. Dadang akan membuat kotak kayu untuk menyimpan buku yang
menentukan sudah tidak terpakai lagi yang berukuran 0,5m×0,5m×0,5m.
luas seluruh permukaan kayu tersebut akan dicat dengan warna hijau.
permukaan Satu kaleng cat harganya Rp. 18.000 dapat digunakan untuk 1m2.
kubus Berapa biaya minimum yang harus dikeluarkan Dadang untuk
membeli cat tanpa memperhatikan sisa cat yang tidak terpakai?
Bangun apakah kotak kayu yang akan dibuat oleh Dadang?
Gambarkan!
No
No Aspek Penilaian Rubrik Penilaian Skor
Soal
1 Menuliskan seluruh apa yang diketahui yaitu 5
Pemahaman panjang, lebar, tinggi.
terhadap konsep Menuliskan sebagian apa yang diketahui 3
1
luas permukaan
Menuliskan tetapi salah 1
kubus
Tidak menuliskan respon/jawaban 0
Menggambarkan masalah kedalam bangun kubus 5
dengan panjang, lebar, tinggi yang diketahui sesuai
Menggambarkan masalah kedalam bangun kubus 3
Merepresentasikan dengan panjang, lebar, tinggi yang diketahui salah
masalah kedalam satu salah
2
bentuk bangun
Menggambarkan masalah kedalam bangun kubus 1
ruang kubus
dengan panjang, lebar, tinggi yang diketahui
minimal dua salah
Tidak menuliskan jawaban 0
3 Proses perhitungan Langkah-langkah pengerjaan seluruhnya benar 5
24
Langkah-langkah pengerjaan sebagian besar benar 3
Langkah-langkah pengerjaan sebagian kecil benar 1
Tidak menuliskan respon/jawaban 0
Jawaban benar nilainya maupun satuan 5
Kebenaran jawaban Jawaban sebagian hampir benar 3
4
akhir Jawaban salah 1
Tidak menuliskan respon/jawaban 0
Skor maksimal 20
Skor minimal 0
25