Disusun Oleh
Kelompok 1:
1. Amalia Choirunnisa
2. Aulidya Khairunissa
3. Chikal Putri Rajabi
4. Eka Ramadian Putri
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah
Penyakit HIV dan AIDS tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas yang diberikan Dosen pada Mata Kuliah Penata
Pelaksanaan Penyakit Infeksi.
Pada kesempatan kali ini kami berterimakasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari
kata kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyususnan
oleh karena itu, kritik, dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang
bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2. Mengetahui definisi dari HIV/AIDS
3. Mengetahui epidemologi penyakit HIV/AIDS
4. Mengetahui penyebab penyakit HIV/AIDS
5. Mengetahui gejala klinis penderita HIV/AIDS
1
6. Mengetahui cara pemeriksaan fisik penderita HIV/AIDS
7. Mengetahui pemeriksaan laboratorium apa saja yang diperlukan
8. Mengetahui pencegahan penyakit HIV/AIDS ini
9. Mengetahui proses penularan HIV/AIDS
10. Mengetahui penatalaksanaan penyakit HIV/AIDS ini
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kalimantan Selatan 3 penderita, Kalimantan Timur 8 penderita, Sulawesi Utara 3
penderita, Sulawesi Selatan 4 penderita, Bali 43 penderita, NTB 2 penderita, NTT
1 penderita, Maluku 16 penderita, Irian Jaya 137 penderita, Timor-timor 1
penderita.
Distribusi umur penderita AIDS di AS, Eropa dan Afrika tidak berbeda
jauh, kelompok terbesar berada pada umur 30-39 tahun. Mengingat masa inkubasi
AIDS yang berisar dari 5 tahun keatas, maka infeksi terbesar terjadi pada
kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu pada umur 20-30 tahun.
Rasio jenis kelamin pria, wanita di Negara pola I adalah 10-15:1 karena
sebagian besar penderita adalah kaum homoseksual, sedangkan di Negara pola II
rasio ini adalah 1:1.
kelompok homoseksual (termasuk biseksual) termasuk kelompok terbesar
pengidap HIV di Amerika Serikat. Revalensi infeksi HIV dikalangan ini terus
meningkat dengan pesat. Di San Fransisco pada tahun 1978 hanya 4% kaum
homoseksual diperkirakan pengidap HIV, 3 tahun kemudian menjadi 24%, 8
tahun kemudian menjadi 80% dan pada saat ini telah menjadi 100%. Di London
pada tahun 1982 hanya 3,7% kaum homoseksual pengidap HIV, 3 tahun
kemudian menjadi 21%, saat ini telah lebih dari 35% sehingga diperkirakan pada
tahun 1990 menjadi 100%.
4
2. Fusi : partikel virus melakukan fusi dengan membrane sel dan mulai
masuk ke dalam sel. Virus memproduksi enzim transkriptase dan
mengubah materi genetic virus tersebut dari RNA menjadi DNA.
3. Replikasi : DNA yang dihasilkan diintegrasikan pada DNA sel inang dan
ikut direplikasi saat sel inang memperbanyak DNAnya sendiri.
4. Perakitan : pada keadaan tertentu, DNA virus akan aktif ditranskripsi dan
ditranslasi menghasilkan protein dan enzim yang digunakan untuk merakit
virus baru.
5. Litik : setelah virus baru selesai dirakit, virus baru tersebut akan menekan
membrane sel dan mengeluarkan protease untuk melepaskan diri dan
menyerang sel baru.
5
inflamasi berat pada apelvik, acute necrotizing ulcerative stomatitis,
gingivitis atau periodontitia, anemia yang penyebabnya tidak diketahui
dan atau trombositopenia kronil dan hasil pemeriksaan darah yang
menunjukkan turunnya sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.
• Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocystis pneumonia,
pneumonia bakeri berulang, infeksi herpes simplex kronik (orolabial,
genital atau anorektl >1bulan), Oesophageal candidiasis, TBC
ekstrapulmonal, cytomegalovirus, toksoplasma di SSP, HIV
encephalopaty, meningitis, infektion progresive multivocal, lympoma,
invasive cervical carsinoma, leukoencephalopathy.
6
4. Mulut
Infeksi jamur mulut dan luka mulut lainnya sanggat umum pada orang
yang terkena infeksi HIV. Dokter akan melakukan pemeriksaan mulut
pada setiap kunjungan, pemeriksaan gigi setidaknya dua tahun sekali. Jika
beresiko terkena penyakit gusi (penyakit periodontal) maka perlu ke
dokter gigi lebih sering.
5. Kelenjar Betah Bening
Pembesaran kelenjar getah bening (limpadenopati) tidak selalu
disebabkan oleh HIV. Pada pembesaran kelenjar getah bening yang
semakin membesar atau ditemukan ukuran yang berbeda, dokter akan
memeriksanya setiap kunjungan.
6. Perut
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukan hati yang membesar
(hepatomegaly) atau pembesaran limpa (splenomegaly). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh infeksi baru atau mungkin menunjukan kanker. Dokter
akan melakukan pemeriksaan pada setiap kunjungan atau jika
7. Kulit
Kulit adalah masalah yang umum untuk penderita HIV. Pemeriksaan yang
teratur dapat mengungkapkan kondisi yang dapat Kaposi. Dokter akan
melakukan pemeriksaan setiap 6 bulan atau kapan gejala berkembang.
8. Ginekologi Terinfeksi
Perempuan yang HIV memiliki lebih serviks kelainan sel dari pada wanita
yang tidak memiliki HIV. Perubahan ini sel dapat didektesikan dengan tes
pap.
7
Ada 3 jenis utama tes HIV, anatara lain:
1. Tes Antibodi
a. ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) merupakan tes HIV yang
umumnya digunakan sebagai langkah awal untuk mendeteksi antibody
HIV. Sampel darah akan dimasukan kedalam wadah yang telah diberi
antigen HIV. Jika darah mengandung antibody HIV, maka darah akan
mengikat antigen tersebut didalam wadah. Hasil tes akan keluar dalam
2-4 hari.
b. IFA (immunofluorescence antibody assay) Tes ini dilakukan dengan
menggunakan pewarnaan fluoresenes untuk mengidentifikasi
keberadaan antibody HIV. Pengamatan dilakukan dengan bantuan
mikroskop berseolusi tinggi. Tes ini biasanya digunakan untuk
mengonfirmasi hasil tes ELISA. Hasil tes akan keluar dalam 1-2
minggu.
c. Western Blot. Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode
pemisahan protein antibody yang dieksrak dari sel darah. Tes ini
digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA, namum saat ini
western blot sudah jarang digunakan sebagai tes HIV. Hasil tes akan
keluar dalam 1-2 minggu
2. Tes PCR (polymerase chain reaction)
Tes yang digunakan untuk mendeteksi RNA dan DNA HIV dalsm darah.
Tes PCR dilakukan dengan cara memperbanyak DNA melalui reaksi
enzim. Tes PCR dapat dilakukan untuk memastikan kerberadaan virus
HIV ketika hasil tes antbody masih diragukan. Hasil tes akan keluar
dalam 2-6 minggu
3. Tes kombinasi antibody-antigen (Ab-Ag test)
Tes yang dilakukan untuk mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan
p24 dan antibody HIV-1 atau HIV-2. Dengan mengidentifikasi antigen
p24, maka keberadaan virus HIV dapat terdeteksi sejak dini sebelum
antibody HIV diproduksi dalam tubuh.
Hasil tes HIV, yaitu:
8
• Normal atau Negatif:
1. Tidak ditemukan antibody didalam darah
2. Tes PCR tidak mendeteksi keberadaan RNA dan DNA HIV
• Abnormal atau positif:
1. Ditemukan antibody didalam darah
2. Tes PCR mendeteksi keberadaan materi genetic HIV (RNA dan
DNA)
2.7 Pencegahan
1. Pelajari bagaimana HIV menyebar
2. Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang
3. Lakukan hubungan seks yang aman
4. Jangan berbagi jarum atau alat suntik
5. Hindari menyentuh darah dan cairan tubuh orang lain
2.8 Penularan
Menurut Martono (2006) virus HIV dapat ditularkan melalui beberapa
cara yaitu :
1. Hubungan seksual
Dengan orang yang menderita HIV/AIDS baik hubungan seksual secara
vagina, oral maupun anal, karena pada umumnya HIV terdapat pada darah,
sperma dan cairan vagina. Ini adalah cara penularan yang paling umum
terjadi. Sekitar 70-80% total kasus HIV/AIDS di dunia (hetero seksual
>70% dan homo seksual 10%) disumbangkan melalui penularan seksual
meskipun resiko terkena HIV/AIDS untuk sekali terpapar kecil yakni 0,1-
1,0%.
2. Tranfusi darah yang tercemar HIV
Darah yang mengandung HIV secara otomatis akan mencemari darah
penerima. Bila ini terjadi maka pasien secara langsung terinfeksi HIV,
resiko penularan sekali terpapar >90%. Transfusi darah menyumbang
kasus HIV/AIDS sebesar 3-5% dari total kasus sedunia.
9
3. Tertusuk atau tubuh tergores oleh alat yang tercemar HIV
Jarum suntik, alat tindik, jarum tattoo atau pisau cukur yang sebelumnya
digunakan oleh orang HIV (+) dapat sebagai media penularan. Resiko
penularannya 0,5-1-1% dan menyumbangkan kasus HIV/AIDS sebesar 5-
10% total seluruh kasus sedunia.
4. Ibu hamil yang menderita HIV (+) kepada janin yang dikandungnya
dengan resiko penularan ±30% dan berkontribusi terhadap total kasus
sedunia sebesar 5-10%.
2.9 Penatalaksanaan
• Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa
muda
• Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik
• Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian
obat ARV
• Pengobatan suportif :
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
• Pengobatan simptomatik
• Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik kotrimoksazol
• Pemberian ARV (Antiretroviral). ARV dapat diberikan saat psien sudah
siap terhadap kepatuhan berobat seumur hidup.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis ingin menyarankan kepada
pembaca diantaranya sebagai berikut : Jadikanlah makalah ini sebagai
pedoman untuk meningkatkan motivasi belajar yang lebih tinggi lagi.
Khususnya bagi generasi muda adalah calon sarjana, jadi anda harus
mempunyai wawasan yang luas dan berintelektual tinggi. Sebaiknya pembaca
lebih banyak mempelajari tentang hakikat dan makna lingkungan bagi
manusia, kualitas penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan manusia,
masalah lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat beradab, serta
isu-isu penting tentang persoalan lintas budaya dan bangsa. Lebih banyak
mempelajari maka akan lebih menguasainya. AminYa Rabbal ‘Alamiin…
11
DAFTAR PUSTAKA
12