Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PETROLEUOM

PROSES-PROSES PEMURNIAN ASAM DAN LEMPUNG

Disusun oleh :

Nama : Valencia Tara Situmorang

Kelas : 4 EGD

NPM : 061740411852

Dosen Pembimbing : Zurohaina. S.T.,M.T.

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2018 - 2019
PROSES PROSES PEMURNIAN ASAM DAN
LEMPUNG

I. PENDAHULUAN

Zat-zat pengotor yang terdapat dalam minyak mentah bervariasi dalam jumlah
dan jenisnya. Zat-zat tersebut terdiri dari senyawa-senyawa organik yang
mengandung sulfur, nitrogen, dan oksigen; logam-logam terlarut dan garam-garam
anorganik; garam-garam

yang terlarut yang larut dalam air yang terbawa minyak membentuk emulsi. Zat-
zat pengotor yang tidak diingini, biasanya dipisahkan atau dirubah ke dalam bentuk
yang tidak berbahaya

Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk menjaga : a) korosi peralatan, b)


kerusakan katalis, c) menurunkan mutu produk akhir seperti warna yang jelek,
ketidak stabilan terhadap cahaya, korosif, bau yang tidak enak, dan lain-lain.

Beberapa pengolahan secara kimiawi dan gabungan beberapa cara dapat


dipakai, dan kebanyakan memilih satu atau lebih dari klasifikasi pengolahan sebagai
berikut: 1) dengan asam, 2) dengan alkali (soda), 3) dengan pelarut, 4) dengan
oksidasi, 5) dengan adsorpsi lempung.

Pemilihan proses pengolahan untuk situasi kilang tertentu tergantung pada


keadaan alam fraksi minyak yang diolah dan spesifikasi yang diingini untuk produk
akhir atau produk menengah. Pada pengolahan produk-produk rigan (straight-run),
metoda pengolahan kimiawi telah menjadi hal yang tidak menarik semenjak
perkembangan proses hidrogen yang menjadi praktis sebagai suatu hasil dari produk
samping dari reforming katalis. Seiring dengan hal tersebut adalah meningkatnya
kebutuhan dan perkembangan lebih lanjut tentang proses pemisahan gas-gas asam
(H2S) untuk pembuatan sulfur. Sebaliknya fraksi-fraksi perengkahan katalis tetap
memakai pengolahan kimiawi, umumnya dengan variasi pencucian soda.
II. BAHAN BAKU
Asam Asetat

Asam asetat atau asam etanoat atau asam cuka merupakan senyawa kimia asam
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam
cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus kimia Asam Asetat ini seringkali
ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni
(disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki
titik beku 16.7°C.

III. SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA


MINYAK MENTAH

Minyak bumi adalah hasil dari peruraian (dekomposisi) materi tumbuhan dan hewan
di suatu daerah yang subsidence (turun) secara perlahan. Daerah tersebut biasanya
berupa laut,batas lagoon (danau) sepanjang pantai ataupun danau dan rawa di
daratan. Sedimen diendapkan bersama-sama dengan materi tersebut dan kecepatan
pengendapan sedimen harus cukup cepat sehingga paling tidak bagian materi
organik tersebut dapat tersimpan dan tertimbun dengan baik sebelum terjadi
pembusukan. Pada kondisi sirkulasi dan reduksi tertentu akumulasi hidrokarbon
banyak ditemukan pada bagian air laut dalam.

Minyak bumi hanya berisi minyak mentah saja, tetapi dalam penggunaan sehari-hari
ternyata juga digunakan dalam bentuk hidrokarbon padat, cair, dan gas lainnya.
Pada kondisi temperatur dan tekanan standar, hidrokarbon yang ringan
seperti metana, etana, propana, dan butana berbentuk gas yang mendidih pada
-161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan -0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°,
dan +31.1 °F), sedangkan karbon yang lebih tinggi, mulai dari pentana ke atas
berbentuk padatan atau cairan. Meskipun begitu, di sumber minyak di bawah tanah,
proporsi gas, cairan, dan padatan tergantung dari kondisi permukaan dan diagram
fase dari campuran minyak bumi tersebut.

Sifat Kimia Minyak Bumi

Sifat kimia minyak bumi berkaitan dengan reaksi kimia yang terjadi pada minyak
bumi yaitu:

1. Reaksi pada alkana seperti pembakaran, substitusi (penggantian atom H


dengan atom gugus lain), dan perengkahan (pemotongan rantai karbon
menjadi potongan yang lebih kecil).

2. Reaksi pada alkena seperti pembakaran, adisi (menghasilkan penjenuhan


ikatan rangkap), polimerisasi (penggabungan molekul sederhana menjadi
molekul besar), dan substitusi (penggantian atom H dengan atom lain seperti
F, Cl, Br, dan I).
3. Reaksi pada alkuna yang sama halnya dengan reaksi pada alkena.

IV. URAIAN PROSES


Pengolahan dengan Asam

Minyak mentah dan distilat-distilat menengah lainnya diolah dengan


senyawa kimia tertentu untuk memperbaiki sifat-sifatnya seperti stabilitas terhadap
cahaya, bau, kandungan sulfur, dan jumlah bahan-bahan aspaltik. Pemurnian dengan
menggunakan asam, sama halnya dengan pemurnian menggunakan soda kaustik
merupakan cara pemurnian yang telah digunakan semenjak industri perminyakan
ada. Bermacam-macam asam dapat digunakan seperti HF, HCl, HNO 3,
H3PO4,C2O2H2 tetapi yang lebih umum digunakan adalah asam sulfat (H2SO4)
karena mempunyai kelebihan yaitu dapat menyerap sulfur, mengendapkan aspal dan
menghilangkan bau yang tidak enak.

Pemurnian dengan asam sulfat merupakan pemurnian secara kimia, baik


secara kontinyu maupun secara batch. Reaksi antara asam dengan hidrokarbon
sangat kompleks, umumnya membentuk ester dan polimer, sebagai berikut :

RSH – CH2 + H2SO4 RCH2CH2SO4H

RSH – CH2 R[ -CH.CH2 -]n

Ester-ester yang terbentuk larut dalam asam, tetapi ia hanya sedikit larut dan sulit
dihidrolisis dengan air, dan pada akhirnya produk yang dihasilkan masih
mengandung sulfur.

Macam-macam proses pengolahan dengan asam adalah :

1. Pengolahan dengan Asam Sulfat

2. Proses Nalfining

a. Pengolahan dengan Asam Sulfat


Pengolahan dengan asam sulfat adalah proses pengolahan secara kimia
baik dengan cara batch ataupun kontinyu dipakai untuk memisahkan sulfur,
mengendapkan bahan-bahan yang mengandung aspal, dan memperbaiki stabilitas,
warna, dan bau dari sejumlah produk-produk kilang.

b. Proses Nalfining

Proses ini adalah suatu pengolahan kimiawi yang kontinyu menggunakan


asam asetat anhidrid diikuti dengan pembilasan dengan soda pekat, untuk mengolah
nafta ringan dan distilat-distilat.

Pada proses ini dapat diperbaiki warna, stabilitas, danbau. Langkah pencucian
dengan soda akan menetralisir pembentukan asam asetat yang korosif, dan pada
keseluruhan proses tidak terjadi kehilangan produk yang lebih banyak.

Pengolahan dengan Lempung

Pada pengolahan ini dipakai lempung alam dan sintesis sebagai adsorben
untuk mengolah produk-produk kilang dalam rangka : a) untuk memperbaiki warna
dan bau, b) untuk mengurangi kandungan air, kotoran yang terendap, bahan-bahan
yang mengandung aspal dan resin, senyawa-senyawa nitrogen, senyawa-senyawa
teroksidasi, dan beberapa senyawa sulfur; dan c) untuk menyerap secara khusus
senyawa hidrokarbon olefin.

Secara umum terdapat 3 pendekatan metoda yang dilakukan dalam pengolahan


dengan lempung, yaitu : 1) perkolasi melalui lempung kasar (khusus untuk minyak-
minyak pelumas, dan lilin), 2) kontak dengan lempung berbentuk bubuk (untuk
distilat-distiliat ringan dan berat), dan 3) kontak fasa uap melalui unggun onggokan
yang longgar (untuk gasolin dan distil

Pengolahan dengan lempung sering kali dipakai sebagai proses akhir setelah
ekstraksi menggunakan pelarut.
Macam-macam proses pengolahan dengan lempung :

a. Filtrasi Kontak Kontinyu

Proses ini dikembangkan oleh Filtrol Corp, adalah suatu proses


pengolahan lempung secara kontinyu untuk produk akhir pelumas, lilin, atau
minyak-minyak khusus setelah melalui proses pengolahan dengan asam, ekstraksi
menggunakan pelarut, atau distilasi. Adsorben lempung halus dicampur dengan
umpan dan dipanaskan pada 200 - 300 oF membentuk slurry. Slurry kemudian
dimasukkan ke dalam menara steam stripping. Setelah dikeluarkan dari menara
slurry lalu didinginkan dan disaring hampa, kemudian di-strip secara hampa untuk
mengontrol spesifikasi produk (titik nyala, bau, dll). Minyak kemudian didinginkan,
dan dipres kering (blotter-press), lalu di bawa ke tanki penyimpanan. Yield biasanya
diperoleh lebih dari 98 %.

b. Perkolasi Thermofor Kontinyu

Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Mobil Oil Corp, adalah suatu
proses pengolahan dengan lempung secara kontinyu dan regeneratif, untuk
menstabilkan dan memperbaiki warna pelumas-pelumas atau lilin yang telah
didistilasi, disuling menggunakan pelarut, atau diolah dengan asam. Umpan
dipanaskan pada 125 - 350 oF dimasukkan ke dalam menara perkolator melalui
distributor banyak lubang (multi nozzle) pada dasar menara. Setelah perkolasi secara
berlawanan arah melalui unggun lempung maka umpan ditarik dari atas menara dan
dilewatkan ke dalam blotter-press, kemudian dimasukkan ke dalam tanki
penyimpanan. Unit pertama proses ini telah diinstalasi pada tahun 1953 pada kilang
Mobil Oil Co di Coryton-Inggris.

c. Filtrasi Perkolasi

Proses ini dikembangkan oleh Mineral & Chemicals Phillips Corp, adalah
suatu proses pengolahan dengan lempung secara kontinyu, regeneratif siklik, fasa
uap, untuk memperbaiki warna, bau, dan stabilitas minyak-minyak pelumas dan
lilin. Minyak disaring melalui unggun yang mengandung 10 - 50 ton tanah pemucat
atau bauksit aktif. Dua atau lebih unggun dipakai secara bergantian dalam operasi
dan regenerasi. Lempung bekas dicuci sehingga bebas minyak dengan nafta
kemudian di-steam untuk memisahkan nafta. Setelah di-steaming, lempung dibawa
ke kiln dan bahan-bahan karbon dipisahkan dengan pembakaran.

d. Pengolahan Efluen Alkilasi

Proses ini dikembangkan secara bersama oleh D.X. Sunray Oil Co dan
M.W. Kellog Co, merupakan suatu proses perkolasi cair secara kontinyu dan
regeneratif untuk memisahkan 90 % asam-asam dan ester netral, dan memindahkan
asam dari efluen alkilasi katalis asam sulfat. Umpan yang berupa efluen dari alkilasi
katalis di-koalesi di dalam vesel yang berisi glass-wool dan steel mesh, kemudian
dimasukkan secara bergantian ke dalam dua menara berisi bauksit dimana yang
diserap mula-mula adalah kotoran-kotoran. Setelah kontak mencapai sekitar ¾
bbd/lb adsorben, lalu perkolasi dijalankan, kemudian diregenerasi dimana
regenerasinya dipengaruhi oleh campuran steam dan gas. Umur katalis diperkirakan
sekitar 150 bbl/lb. Proses ini dituntut lebih efektif dari proses kaustik yang
konvensional, dan dari proses pencucian dengan air.

e. Pengolahan Lempung Gray

Proses ini dilisensi oleh Pure Oil Co yang semula dikembangkan dan
dilisensi oleh Gray Processes Corp, merupakan suatu proses pengolahan lempung
fasa uap secara kontinyu yang dapat diregenerasi maupun non-regeneratif, dipakai
untuk polimerisasi selektif diolefin dan untuk memisahkan bahan-bahan pembentuk
gum yang terdapat dalam gasolin-gasolin termis. Untuk operasi yang kontinyu
dipakai dua atau lebih menara perkolator Gray secara paralel (diameter 10 ft, tinggi
30 ft). tanah pemucat bekas (30/60 mesh) dapat dibuang atau diregenerasi di dalam
kiln. Uap-uap hidrokarbon dilewatkan melalui unggun pada suhu 250 - 475 oF
sedikit di atas titik kondensasinya. Waktu kontak 20 - 400 detik. Uap hidrokarbon
masuk langsung ke menara Gray dari unit perengkahan setelah pemisahan gas-gas
yang tidak dapat dikondensasikan. Polimer diolefin bersama larutan yang lain
dikeluarkan (di-drain) dari dasar menara dan ditampung dalam akumulator polimer.
Polimer yang tertinggal dalam menara perkolator Gray dipisahkan dari gasolin
dengan cara fraksionasi sebelum produk tersebut dikondensasi dan dikirim ke tanki
penyimpanan.

V. FLOWSHEET

Gambar Diagram Alir Proses Nalfining

VI. PRODUK DAN KEGUNAAN


Minyak Bumi dapat digunakan sebagai Gasoline (Bensin) yang biasa digunakan
sevagai bahan bakar kendaraan, Naptha atau Petroleum eter yang digunakan sebagai
pelarut dalam industry, kerosin (Minyak Tanah) biasa digunakan sebagai bahan
bakar yang digunakan sebagai bahan akar rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai