Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM


(MASA NIFAS FISIOLOGIS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Maternitas


di RS. Saiful Anwar Malang

Oleh:
Merita Sari
190070300111014

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
A. Masa Nifas
a.) Pengertian masa nifas
Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Prawirohardjo,2013).Masa nifas (peurperium) merupakan masa yang rawan
bagi ibu. Sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir
50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah
melahirkan, di antaranya di sebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini, perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian
ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan,
maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan
mordibitas ibu (Purwoastuti,2015).
b.) Tahapan masa nifas (Yanti, 2011).
Masa nifas terbagi dalam 3 tahapan, yaitu :
1. Peuperium dini (24 jam post partum)
Suatu masakepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
2. Peurperium intermedial (1-7 hari post partum)
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam minggu.
3. Remote peuperium (1-6 minggu post partum)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi

B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


 Sistem reproduksi
Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti
semula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu
untuk mengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti :
 Involusi uterus
 Involusi tempat plasenta
 Perubahan ligamen
 Perubahan serviks
 Lochia perubahan vulva, vagina dan perineum
1. Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
 Iskemia miometrium. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan
serat otot atrofi.
 Atrofi jaringan. Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon estrogen saat pelepasan plasenta.
 Autolysis. Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan akan memendekan jaringan
otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang
sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi
selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
 Efek oksitosin. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan (Yanti, 2011).
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil,
perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah
sebagai berikut :
Involusi uteri Tinggi fundus uteri Berat Diameter
uterus uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (1 Pertengahan pusat dan 500 gram 7,5 cm
minggu) simfisis
14 hari (2 Tidak teraba 350 gram 5 cm
minggu)
6 minggu Normal 60 gram 2.5 cm
Tabel 1.1 perubahan fundus uteri pada masa nifas.
2. Involusi tempat plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan
cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan
pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali.
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium
terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang
membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tidak
dipakai lagi pada pembuangan lochia (Yanti, 2011).
3. Perubahan ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala.
Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain :
ligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retrofleksi; ligamen fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi
agak kendor (Yanti, 2011).
4. Perubahan pada serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai, dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi
sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah,
segera setelah bayi dilahirkan tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan
2-3 jari. Dan setelah 1 minggu, hanya 1 jari saja yang dapat masuk.
Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat
sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama
waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap
ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada
pinggir sampingnya (Yanti, 2011).
5. Lochia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan
sisa cairan, percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan
lochia.
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal (Yanti, 2011).
Lochia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat
dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochia mengalami
perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochia dapat dibagi
menjadi lochia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-
masing lochia dapat dilihat sebagai berikut:
Lochia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua,
kehitaman verniks caseosa, sisa
mekoneum dan sisa darah.
Sanguilenta 3-7 hari Putih Sisa sarah bercampur
bercampur lendir.
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan
Kecoklatan lebih
banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang
aman.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi
berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di
vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan
mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lochia
sekitar 240 hingga 270 ml (Yanti, 2011).
6. Vulva, vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali
dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen
tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah
menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran
vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum
persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan
ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskupun
demikian, jahitan pada perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan
dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir peurperium dengan latihan harian (Yanti, 2011).

 Sistem pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan
kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai
menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali
normal (Yanti, 2011)
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain:
1.) Nafsu makan
Pasca melahirkan, ibu biasanya merasa lapar sehingga diperbolehkan
untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan 3-4
hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron
menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari (Yanti, 2011).
2.) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesa dan
anastesa bisa memperlambat penegembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal (Yanti, 2011)
3.) Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pasca
partum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang
makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem
pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal
(Yanti, 2011).
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain :
 Pemberian diet atau makanan yang mengandung serat.
 Pemberian cairan yang cukup.
 Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
 Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
 Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah
atau obat yang lain (Yanti, 2011).

 Sistem perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan
meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar
steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal
kembali normal dalam waktu satu bulan setelah setelah wanita melahirkan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain :
1.) Hemostatis internal
Tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70%
dari cairan tubuh tereletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan
intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan
langsung diberikan untuk sel sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa
hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi.
Edema adalah tertimbunnnya cairan dalam jaringan akibat gangguan
keseimbanagan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan
atau volume yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan
tidak diganti (Yanti, 2011).
2.) Keseimbangan asam basa tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh
adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,40 disebut alkalosis dan jika PH< 7,35
disebut asidosis (Yanti, 2011).
3.) Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal.
Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang
mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.
Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak
mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun
demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil (Yanti, 2011).
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum,
antara lain :
 Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi retensi urin.
 Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang
teretansi dalam tubuh, terjadi selama dua hari setelah melahirkan.
 Depresi dari sfringter uretra oleh karena penekanan kepala janin
dan spasme oleh iritasi muskulus sfringter ani selama persalinan,
sehingga menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun,
hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme
tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis
pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca
partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-
kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa kehamilan (reversal of
the water metabolisme of pragnancy) (Yanti, 2011).

 Sistem muskoloskeletal
Perubahan muskoloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin
bertambah. Adaptasi muskoloskeletal ini mencakup : peningkatan berat badan,
bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun
demikian, pada saat post partum sistem muskoloskeletal akan berangsur-
angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan untuk
membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri (Yanti, 2011).
Adaptasi sitem muskoloskeletal pada masa nifas, meliputi :
1.) Dinding perut dan poriteneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi dari diastis dari
otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut dan garis
tengah hanya terdiri dari perotoneum, fasia tipis dan kulit.
2.) Kulit abdomen
Selama masa kehamilan, kuliat abdomen akan melebar, melonggar dan
menegendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat
kembali normal dalam nenerapa minggu pasca melahirkan dengan latihan
post natal.
3.) Striae
Streae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Streae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastis muskulus
rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum,
aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu
menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.
4.) Perubahan ligamen
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur angsur menciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotumdum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
5.) Simfisis pubis
Pemisahan simfisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, ini dapat
menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simfisis pubis,
antara lain : nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri pada saat
bergerak ditempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat
dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan
pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
Beberapa gejala sistem muskoloskeletal yang timbul pada masa pasca
partum antara lain :
 Nyeri punggung bawah.
 Sakit kepala dan nyeri leher.
 Nyeri pelvis posterior.
 Disfungsi simfisis pubis.
 Diastatis rekti.
 Osteoporosis akibat kehamilan.
 Disfungsi rongga panggul.

 Sistem hematologi
Pada awal post partum, jumlah haemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat
bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta, dan dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi status gizi dan
hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua
lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan
awal, maka pasien dianggap telah banyak kehilangan darah. Penurunan
volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan haemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan
akan normal dalam 4-5 minggu post partum (Yanti, 2011).

 Sistem kardiovaskular
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterus
meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon
estrogen, yang dengan cepat mengurangi plasma menjadi normal kembali.
Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap
tinggi daripada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan
sehingga daya koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa itu
ibu banyak sekali mengeluarkan jumlah urine. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma pasca persalinan (Yanti, 2011).

 Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin. Hormon-hormon yang berperan ada proses tersebut, antara lain:
1.) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan.
Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan
kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 post pasrtum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 post partum (Yanti, 2011).
2.) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu, FSH dan LH.
Meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi (Yanti, 2011).
3.) Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada
wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan
pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar
40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu (Yanti,
2011).
4.) Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri
(Yanti,2011).
5.) Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen
yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan
volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus
yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva serta vagina (Yanti, 2011).

 Perubahan tanda-tanda vital


Pada masa nifas perubahan-perubahan tanda vital yang harus dikaji yaitu:
1.) Suhu tubuh
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2ºC. Pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5ºC dari keadaan normal. Kenaikan
suhu badan ini akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan
maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan
akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan
payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus genitalias ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu
diatas di atas 38ºC, waspada terhadap infeksi post partum (Yanti, 2011).
2.) Denyut nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat.
Denyut nadi yang elebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan
infeksi atau perdarahan post partum (Yanti, 2011)
3.) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan
distolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan
darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih
rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan
tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre
eklampsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang
terjadi (Yanti, 2011).
4.) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal.
Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat. Keadaan pernafasan selalu selalu berhubungan dengan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok (Yanti, 2011).

C. Fase-Fase Penyesuaian Fisiologis Masa Nifas


Menurut Rubin (1997) yang dikutip oleh Bahiyatun (2009) perubahan psikologis
pada masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus
perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu
perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah
tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga
komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra
makanan untuk proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang
memang sedang meningkat.
b. Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking
hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive
sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh
karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. Banyak ketakutan dan
kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat persoalan yang
sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya dapat
dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami, bidan dapat
mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress psikologis. Dengan
bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan memiliki
pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap permasalahan yang
mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang
merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah
yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat
menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan
normal. Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu
sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam
kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman
sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.

D. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat
mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik
rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal,
sedangkan ibu yang status ggizinya kurang biasnya akn sedikit
menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting , karena bayi akan
tumbuh sempurna sebagai menusia yang sehat dan pintar, sebab ASI
mengandung DHA.
 Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum
mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang
mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk
menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi
berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu
akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal,
sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen,
yaitu timbunan lemak selama hamil. Mengingatkan efisiensi kofersi
energy hanya 80-90 % maka energy dari makanan yang dianjurkan (500
kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar 400-500 kkal. Untuk
menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-807 kkal energy. Maka
dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan
ibu akan kembali normal dengan cepat.
 Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal
sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan
mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap,
tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan
keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan yang
mengandung kalsium , zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan D. Selain
nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana
kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yng berhubungan dngan pemenuhan gizi ibu
menyusui antara
lain :
a) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
b) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
d) Mengonsumsi tablet zat besi
e) Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada
bayinya.

b. Ambulasi Dini
a. Mobilisasi dini pada ibu post partum normal
Persalinan merupakan proses yang sangat melelahkan oleh karena itu
ibu tidak dianjurkan langsung turun dari ranjang karena dapat
menyebabkan pingsan akibat sirkulasi yang belum berjalan baik. Karena
sehabis melahirkan ibu merasa lelah, dan harus beristirahat. Pergerakan
dilakukan dengan miring kanan atau kiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboemboli.Biasanya pada 2 jam post partum ibu
sudah bisa turun dari tempat tidur dan melakukan aktifitas seperti biasa.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap mulai dari gerakan miring kekanan
dan kekiri, lalu menggerakakan kaki. dan Cobalah untuk duduk di tepi
tempat tidur, setelah itu ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri atau bisa
pergi kekamar mandi, sehingga sirkulasi dalam tubuh akan berjalan
dengan baik.Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan
pengeluaran lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat
involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan
alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolism (NK,
Hutapea, 2013).
b. Mobilisasi dini pada ibu postpartum seksio sesarea
Mobilisasi dini dilakukannya secara bertahap berikut ini menurut
Hutapea, (2013) akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu pasca
seksio sesarea :
 Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus
tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bias dilakukan adalah
menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan
memutar pergelanggan kaki, mengangkat tumit, menenangkan otot
betis serta menekuk dan menggeser kaki.
 Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan
kekanan mencegah thrombosis dan trombo emboli. Setelah 24 jam
ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Setelah ibu
dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).
Hal- hal yang perlu diperlu diperhatikan dalam mobilisasi dini :
 Janganlah terlalu cepat untuk melakukan mobilisasi dini sebab bisa
menyebabkan ibu terjatuh terutama bila kondisi ibu masih lemah atau
memiliki penyakit jantung. Apabila mobilisasinya terlambat juga dapat
menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh, aliran darah, serta
terganggunya fungsi otot.
 Ibu post partum harus melakukan mobilisasi secara bertahap.
 Kondisi ibu post partum akan segera pulih dengan cepat bila
melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat, dimana sistem
sirkulasi dalam tubuh bisa berfungsi normal.
 Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena akan
membebani jantung.
c. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air
kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi.
Maka dari itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air
kecil, karena biasany ibu malas buang air kecing karena takut akan merasa
sakit. Segera buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi post partum. Dalam 24 jam pertama ,
pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air besar tidak akan
memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh
ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
d. Kebersihan Diri
Bidan/perawat harusbijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk
melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga.
Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
a) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi
kulit pada bayi.
b) Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari
daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.
c) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
d) Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan
daerah kemaluan
e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka
agar terhindar dari infeksi sekunder.
e. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk
memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post
partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan
diri sendiri.
Bidan/perawat harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar
ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan dan bertahap. Namun harus tetap melakukan istirahat minimal
8 jam sehari siang dan malam.
f. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai
masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan.
Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.
g. Latihan / Senam Nifas
Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu
melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal).
Berikut ini ada beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat senam
nifas :
a) Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki,
kemudian gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini
sebanyak 15 kali secara bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah
itu, rileks selama 10 hitungan.
b) Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan
otot bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata
memandang ke perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini
senbanyak 15 kali. Roleks selama 10 hitungan.
c) Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil
mengerutkan otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini
sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan.
d) Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas
sambil menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali
hitungan, bergantian dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
e) Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian
bangun tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus).
Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, kemudian rileks selama
10 hitungan sambil menarik nafas panjang lwat hidung, keluarkan lewat
mulut.
f) Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat.
Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat
mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15
kali, kemudian rileks selama 10 hitugan.
h. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
i. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
 Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
 Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
 Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
 Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
 Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi. (Saifuddin, 2002)
j. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran
dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak
akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap,
sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa
pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan
lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun
didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari
sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila
klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan
setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah
atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka
bisa diberi betadin.
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi (Heardman T, 2012)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum
terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat
laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma
(Heardman T, 2012)
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena
sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu
sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi
serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk
kekebalan tubuh bayi.
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6
bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti
hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2
bulan setelah melahirkan.
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan
kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan (Bari
Abdul,2000).

E. Tanda Bahaya Masa Nifas


Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan
tanda – tanda bahaya masa nifas seperti berikut ini :
a. Perdarahan Pervaginam.
b. Sakit kepala yang hebat
c. Pembengkakan di wajah,tangan dan kaki
d. Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit
e. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami
infeksi.
f. Infeksi Bakteri
g. Demam, muntah dan nyeri berkemih.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Kram perut
j. Merasa sangat letih atau napas terengah – engah
k. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung (Winkjosastro, 2011)

F. Masalah Masa Nifas


a. After pain/ kram perut
Rasa nyeri/mules pada perut akibat kontraksi uterus yang terjadi setelah
plasenta
b. Nyeri perineum
Rasa nyeri pada perineum akibat trauma pada persalinan pervaginm atau
karena
adanya jahitan robekan perineum
c. Gangguan BAB
Gangguan bAB dapat terjadi selama kehamilan mengalami hemoroid karena
mengalami konstipasi dan pengeluran cairan saat persalinan terlalu banyak
sehingga cairan dalam tubuh berkurang yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan/serat dalam proses pencernaan sehingga mengganggu
proses BAB
d. Nyeri pada payudara
Nyeri pada payudara disebabkan karena adanya pembesaran payudara
akibat adanya
produksi Asi dan disebabkan karena malas menyusui sehingga payudara
terasa penuh
dan tegang
e. Gangguan BAK
Gangguan BAK dapat teratasi karena kepala bayi terlalu lama menekan PBP
(pintu
Bawah Panggul) kandung kemih dan adanya trauma jalan lahir

G. Kunjungan Masa Nifas


a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk:
- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila
perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Pemberian ASI awal.
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
- Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2.
b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
- Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
d. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:
- Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
- Memberikan konseling untuk KB secara dini.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM ( MASA NIFAS )


l. PENGKAJIAN
a) Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
b) Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
c) Riwayat Persalinan
 Tempat persalinan
 Normal atau terdapat komplikasi
 Keadaan bayi
 Keadaan ibu
d) Riwayat Nifas Yang Lalu
 Pengeluaran ASI lancar / tidak
 BB bayi
 Riwayat ber KB / tidak
e) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum pasien
 Abdomen
 Saluran cerna
 Alat kemih
 Lochea
 Vagina
 Perinium + rectum
 Ekstremitas
 Kemampuan perawatan diri
f) Pemeriksaan psikososial
 Respon + persepsi keluarga
 Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis , edema / pembesaran
jaringan atau distensi efek – efk hormonal
2) Ketdakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan ,
pengalaman sebelumnya , tingkat dukungan , karakteristik payudara
3) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek
anastesi , profil darah abnormal
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan ,
penurunan Hb , prosedur invasive , pecah ketuban , malnutrisi
5) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal , trauma
mekanis , edema jaringan , efek anastesi ditandai dengan distensi
kandung kemih , perubahan – perubahan jumlah / frekuensi berkemih
6) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat , kehilangan cairan
berlebih ( muntah , hemoragi , peningkatan keluaran urine )
7) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot , efek
progesteron , dehidrasi , nyeri perineal ditandai dengan perubahan
bising usus , feses kurang dari biasanya
8) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan ketidakefektifan model peran stressor
9) Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai perawatan diri dan
bayi berhubungan dengan kurang pemahaman , salah interpretasi tidak
tahu sumber – sumber
10) Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka
jahitan perineum

Contoh rencana asuhan keperawatan

1. Nyeri akut
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level, Pain Management
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
fisik, psikologis),  comfort level secara komprehensif
kerusakan jaringan Setelah dilakukan termasuk lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
DS: selama 1x24 jam klien frekuensi, kualitas dan
- Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, faktor presipitasi
DO: dengan kriteria hasil: 2. Observasi reaksi
- Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu 3. Bantu pasien dan
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik keluarga untuk mencari
sayu, tampak capek, nonfarmakologi untuk dan menemukan
sulit atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, dukungan
menyeringai) mencari bantuan) 4. Kontrol lingkungan yang
- Terfokus pada diri  Melaporkan bahwa nyeri dapat mempengaruhi
sendiri berkurang dengan nyeri seperti suhu
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
- Fokus menyempit menggunakan ruangan, pencahayaan
(penurunan persepsi manajemen nyeri dan kebisingan
waktu, kerusakan proses  Mampu mengenali nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi
berpikir, penurunan (skala, intensitas, nyeri
interaksi dengan orang frekuensi dan tanda 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
dan lingkungan) nyeri) untuk menentukan
- Tingkah laku distraksi,  Menyatakan rasa intervensi
contoh : jalan-jalan, nyaman setelah nyeri 7. Ajarkan tentang teknik
menemui orang lain berkurang non farmakologi: napas
dan/atau aktivitas,  Tanda vital dalam dalam, relaksasi, distraksi,
aktivitas berulang-ulang) rentang normal kompres hangat/ dingin
- Respon autonom  Tidak mengalami 8. Tingkatkan istirahat
(seperti diaphoresis, gangguan tidur 9. Berikan informasi tentang
perubahan tekanan nyeri seperti penyebab
darah, perubahan nafas, nyeri, berapa lama nyeri
nadi dan dilatasi pupil) akan berkurang dan
- Perubahan autonomic antisipasi
dalam tonus otot ketidaknyamanan dari
(mungkin dalam rentang prosedur
dari lemah ke kaku) 10. Kolabrasi dalam
- Tingkah laku ekspresif pemberian analgetik untuk
(contoh : gelisah, mengurangi nyeri
merintih, menangis, 11. Monitor vital sign sebelum
waspada, iritabel, nafas dan sesudah pemberian
panjang/berkeluh kesah) analgesik pertama kali
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Kesiapan meningkatkan pemberian ASI


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kesiapan meningkatkan NOC : NIC :


pemberian ASI  Postpartum maternal Lactation counseling
health behavior 1. Berikan informasi tentang
Batasan karakteristik :  Knowledge: manfaat psikologis
- Pola eliminasi bayi breastfeeding menyusui
adekuat sesuai usia  Infant nutritional 2. Tentukan keinginandan
- Pola berat badan bayi status motivasi ibu untuk
tepat sesuai usia Setelah dilakukan menyusui serta persepsi
- Pola komunikasi ibu dan tindakan keperawatan menyusui
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

bayi efektif selama 1x24 jampasien 3. Koreksi dengan benar


- Bayi kenyang setelah mempunyai kesiapan kesalahpahaman,
menyusui untuk meningkatkan informasi yang salah, dan
- Ibu mampu pemberian ASI dengan ketidakakuratan tentang
memposisikan bayi pada kriteria hasil: menyusui
payudara untuk  Pertahankan asupan 4. Berikan materi pendidikan
meningkatkan respon cairan dan nutrisi 5. Berikan ibu kesempatan
keberhasilan latch on  Supply ASI yang untuk menyusui setelah
- Ibu melaporkan adekuat melahirkan
kepuasan dengan  Vital sign dalam batas 6. Bantu dalam memastikan
proses menyusi normal posisi yang tepat bagi
- Pengisapan reguler  Monitor kelembutan bayi ke payudara
pada payudara puting susu (keselarasanyang tepat,
- Menelan reguler pada  Monitor pegang areolar dan
payudara pembengkakan kompresi, dan suara
payudara menelan)
7. Instruksikan pada
berbagai posisi menyusui
8. Pantau kemampuan bayi
untuk menghisap
9. Instruksikan ibu agar
menyusui bayi untuk
menyelesaikan pada
payudara pertama terlebih
dahulu sebelum
menawarkan payudara
kedua
10. Instruksikan tentang cara
bayi untuk menghisap
pada saat menyusui, jika
perlu
11. Instruksikan ibu tentang
perawatan putting susu
12. Pantau nyeri puting dan
integritas kulit gangguan
puting

PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ada berdasarkan perencanaan yang
telah dibuat (Doenges M.E, 2010)
EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
a. Evaluasi formatif:evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap
tindakan yang dilakukan.
b. Evaluasi sumatif:evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan
apakah tujuan tercapai atau tidak.
Daftar pustaka

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC
Dochterman, dkk. 2008. Nursing Intervension Classification sixth edition. Philadelphia :
Elseiver
Fraser Diane.1596.Myles Textbook for Midwives.Alih bahasa: Rahayu sri dkk.Buku
Ajar Bidan Myles,Ed,14.Jakarta:Buku Kedokteran EGC.2011.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Edisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Manuaba. 2000. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Pengurus Ikatan Bidan Indonesia.
Masruroh.Buku panduan : Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan
Nifas.Yogyakarta:Parama Publishing.2013.
Prawirohardjo, Sarwono.2002.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta :
YBP – SP.
Prawirohardjo,S.Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo.Jakarta:Bina Pustaka. 2013.
Prawirohardjo,S.Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo.Jakarta:Bina Pustaka. 2010.
Purwoastuti E, Walyani S Elisabeth.Ilmu OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOSIAL
Untuk Kebidanan.Yogyakarta:PUSTAKABARUPRESS.
Saifuddin, A.B dkk. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Edisi
I, Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul Bari Dkk. 2000.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga.Jakarta : YBP-SP
Yanti Damai,Dian.Asuhan kebidanan nifas : belajar menjadi bidan
profesional.Bandung:Refika Aditama. 2011.

Anda mungkin juga menyukai