Anda di halaman 1dari 13

Self Compacting Concrete (SCC)

Self-compacting concrete (SCC) adalah sebuah beton yang inovatif yang tidak memerlukan
penggetaran saat penuangan dan pemadatan. SCC mampu mengalir dibawah pengaruh berat
sendirinya (hanya dengan mengandalkan gravitasi), mengisi formwork secara menyeluruh dan
mencapai pemadatan penuh, bahkan dalam keadaan tulangan yang sangat rapat. Beton yang telah
mengeras memiliki struktur yang rapat, homogen dan memiliki sifat-sifat serta daya tahan seperti
beton yang dipadatkan secara konvensional.
Keuntungan penggunaan SCC dibandingkan beton yang dipadatkan secara
konvensional:
1. Mempercepat masa konstruksi, karena waktu penuangan yang lebih cepat dan dapat langsung
mengisi celah antar tulangan yang rapat
2. Homogenitas yang tinggi, jumlah rongga yang minimal dan kekuatan beton yang seragam
(sehingga memberikan hasil akhir dan daya tahan yang tinggi), karena memiliki fluiditas dan
ketahanan segregasi yang lebih baik dibandingkan beton normal
3. Kuat awal yang lebih tinggi, waktu pelepasan cetakan yang lebih cepat, karena memiliki rasio air-
semen yang lebih rendah dari beton normal
4. Dapat dipompa hingga jarak yang lebih jauh, karena memiliki daya alir tinggi dan daya penahan
segregasi yang lebih baik dari beton normal
5. Permukaan yang dihasilkan lebih halus, karena mengalir dengan baik dan mempunyai permukaan
nyaris horisontal setelah dialirkan
6. Mengurangi paparan terhadap kebisingan dan penggetaran yang dialami oleh pekerja dan
lingkungan
7. Lebih tahan terhadap resiko thermal cracking akibat panas dibandingkan beton normal

Beton SCC sering digunakan sebagai salah satu alternatif pemakaian beton normal pada:
1. Pembetonan struktur dengan tulangan rapat, terutama pada struktur-struktur penahan beban
dinamis
2. Pembetonan dengan banyak lokasi maupun titik-titik yang sulit dijangkau, misalnya: cetakan
dengan bentuk yang rumit dan pile
3. Kepentingan arsitektural, untuk menghasilkan permukaan yang sempurna tanpa lubang dan retak-
retak
4. Struktur yang terekspos kondisi cuaca buruk sehingga memerlukan durabilitas yang lebih tinggi

Sifat-Sifat Beton Keras SCC


1. Kuat tekan
Untuk SCC biasanya memiliki kuat tekan yang sedikit lebih tinggi dari beton normal dengan FAS yang
sama. Hal ini diakibatkan ikatan yang lebih baik antara agregate dan pasta yang telah mengeras,
karena tidak adanya penggetaran.

2. Kuat tarik
Besarnya kuat tarik pada SCC dapat diasumsikan sama dengan beton normal, karena volume pasta
(semen+agregat halus+air) tidak memiliki efek yang signifikan terhadap kuat tarik

3. Modulus elastisitas
SCC memiliki modulus elastisitas yang sedikit lebih rendah dari beton biasa karena memiliki pasta
semen yang lebih banyak dari beton biasa
Karena bagian terbesar dari beton adalah agregatnya, maka jenis dan jumlah agregat
sebagaimana juga nilai modulus elastisitasnya (E) memiliki pengaruh terbesar. Memilih agregat
dengan nilai E yang makin tinggi akan membuat E beton juga makin tinggi
Semakin tinggi volume pasta semen, semakin rendah nilai E

4. Rangkak
SCC memiliki koefisien rangkak yang lebih besar akibat volume pasta semen yang lebih banyak
dibandingkan beton biasa dengan kekuatan yang sama
• Semakin tinggi kekuatan beton, rangkak semakin berkurang
• Jika menggunakan semen dengan kemampuan hidrasi yang lebih cepat akan memiliki kekuatan
yang lebih tinggi saat pembebanan, memiliki rasio stress/strength yang lebih rendah dan rangkak
yang makin berkurang pula Makin tinggi volume agregat kasar, rangkak makin berkurang
• Makin tinggi nilai modulus elastisitas (E) agregat, rangkak makin berkurang

5. Susut
Susut pada SCC lebih kecil dibandingkan beton normal karena FAS-nya lebih rendah
• Semakin tinggi volume agregat, susut semakin berkurang
• Semakin tinggi nilai modulus elastisitas agregat (E), susut semakin berkurang
• Semakin kecil ukuran agregat maksimum (yang berarti volume pasta semen semakin besar),
semakin besar susutnya

6. Koefisien ekspansi thermal


Menggunakan agregat dengan koefisien ekspansi thermal yang rendah, akan mengurangi koefisien
ekspansi thermal dari beton yang dihasilkannya juga

7. Lekatan terhadap tulangan


Dibandingkan beton biasa dengan kuat tekan yang sama, SCC memiliki fluiditas dan kohesi yang lebih
baik, sehingga memiliki ikatan dengan tulangan yang lebih kuat. Sedangkan beton biasa sering
mengalami kegagalan untuk meyelimuti tulangan secara menyeluruh akibat segregasi dan bleeding
saat penuangan maupun sebelum mengeras

8. Kapasitas gaya geser pada bidang pengecoran


Permukaan SSC yang telah mengalami pengerasan agak lebih halus dan impermeabel/tidak tembus
air, oleh karena itu kapasitas gaya geser antara lapis pertama dan kedua lebih rendah dari beton yang
dipadatkan dengan penggetaran konvensional dan tidak mampu menahan gaya geser. Oleh karena
itu perlu diberikan perawatan untuk permukaannya, misalnya retarder permukaan, penyikatan atau
dengan membuat permukaan menjadi kasar

9. Ketahan terhadap api


Ketahanan terhadap api yang dimiliki SCC hampir sama dengan beton normal. Tetapi jika
menginginkan ketahanan api yang lebih tinggi dapat menggunakan
serat polypropylene. Serat ini akan meleleh dan akan diserap matrix semen saat terbakar. Rongga
bekas serat yang telah meleleh akan menjadi ruang pemuaian untuk uap yang terjadi, sehingga
mengurangi resiko pengelupasan.

Durabilitas/Daya Tahan
Pemadatan dengan penggetaran seringkali merupakan proses yang tidak kontinu, misalnya pada
penggetaran eksternal dan hand tamping. Penggetaran internal yang meskipun dilaksanakan dengan
benar juga seringkali masih menimbulkan ketidakseragaman hasil pemadatan, karena volume beton
yang berada dalam daerah pengaruh vibrator tidak menerima energi pemadatan yang sama.
Konsekuensi dari pemadatan yang tidak benar adalah, seperti: lubang-lubang sarang lebah/keropos,
segregasi, bleeding dll, memiliki pengaruh negatif yang besar pada permeabilitas sekaligus
mempengaruhi durabilitas beton.

SCC bila dikerjakan dengan benar akan bebas dari kerugian-kerugian pemadatan tersebut dan
menghasilkan suatu material beton yang memiliki permeabilitas yang seragam dan rendah, sehingga
hanya memiliki sedikit kelemahan terhadap lingkungan yang merugikan dan karenanya memberikan
durabilitas yang lebih baik.

6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR SCC DAN CARA PENGUJIANNYA

Beberapa catatan untuk memilih pengujian yang perlu dilakukan:


1. Jika struktur tidak menggunakan/hanya memerlukan sedikit tulangan, pengujian passing ability
dapat ditiadakan
2. Pengujian kekentalan hanya diperlukan bila menginginkan hasil permukaan yang bagus, atau bila
penulangan sangat rapat
3. Pengujian segregasi menjadi pengujian yang penting bila diinginkan SCC yang memiliki fluiditas
yang lebih tinggi dan kekentalan yang lebih rendah
a. Daya Alir
Daya alir akan makin tinggi jika penggunaan superplasticiser juga makin tinggi. Daya alir seringkali
dinyatakan dengan slump-flow. Slump-flow yang terlalu tinggi akan menyebabkan segregasi. Dibawah
ini adalah acuan pembagian nilai slump-flow berdasarkan tujuan penggunaan (The European
Guidelines for SCC, May 2005)

Untuk kasus-kasus khusus yang memerlukan slump lebih tinggi daripada 850 mm, pengawasan harus
diberikan untuk mencegah segregasi dan ukuran maksimum agregat sebaiknya kurang dari 12 mm.

b. Kekentalan
Nilai hasil pengujian tidak secara langsung mengukur kekentalan SCC, tapi masih berhubungan
dengan kekentalan tersebut, yaitu dengan mendeskripsikan kecepatan alir. Pengukuran T ketika
mengadakan pengujian slump-flow dapat menjadi sebuah cara untuk memastikan keseragaman SCC
dari batch satu ke batch lainnya.T500 500 adalah waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat
pengujian slump-flow untuk menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami
segregasi.
c. Passing Ability
Passing ability adalah kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui ruang yang terbatas dan
celah sempit, misalnya daerah tulangan yang rapat tanpa segregasi, kehilangan keseragaman atau
blocking

Bagian yang paling menentukan adalah gap terkecil yang melaluinya SCC harus mengalir secara
kontinu untuk mengisi cetakan.
Untuk slab tipis dimana gap lebih besar dari 80 mm dan struktur lainnya dimana gap lebih besar dari
100 mm, passing ability tidak perlu ditentukan.
Untuk struktur kompleks dengan gap lebih kecil dari 60 mm, trial dengan membuat mock-up
sangatlah penting.

d. Daya Tahan Segregasi/Segregation Resistance


Daya tahan segregasi sangat fundamental bagi SCC yang dicor ditempat yang memerlukan
homogenitas dan kualitas. Pengujian daya tahan segregasi tidak selalu harus dilakukan, kecuali: jika
menggunakan SCC dengan kategori slump-flow lebih tinggi dan/atau dengan kategori kekentalan
yang lebih rendah. Penting diketahui bahwa penggunaan superplasticiser yang makin tinggi akan
mengurangi daya tahan segregasi

Syarat-syarat Material Penyusun SCC:


1. Semen
Hampir semua jenis semen dapat dipakai, tetapi pilihan yang terbaik biasanya ditentukan oleh syarat-
syarat tertentu dari pengecoran tertentu atau tergantung pada apa yang biasanya dipakai oleh
pembuat beton.

2. Agregat Kasar
Persyaratan agregat kasar hampir sama dengan beton normal, hanya ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
• Agregat ringan dapat digunakan dalam SCC, tetapi perlu dicatat bahwa agregat dapat mengapung
di permukaan jika kekentalan pasta rendah dan hal ini mungkin tidak terdeteksi oleh pengujian daya
tahan segregasi
• Ukuran maksimum agregat ditentukan oleh jarak antar tulangan , agar tida terjadi blocking agregat
saat SCC mengalir melewati tulangan, untuk mengetahuinya dapat diadakan pengujian passing
ability.
• Ukuran maksimum agregat dibatasi antara 12-20 mm
• Semakin bulat bentuk permukaan agregat semakin baik adukan yang terjadi, karena semakin kecil
kemungkinan terjadi blocking dan berkurangnya gesekan internal sehingga aliran dapat semakin
cepat
3. Agregat Halus
Persyaratan agregat halus juga hampir sama dengan beton normal, perbedaan terletak pada lebih
banyaknya kandungan agregat halus dan lebih kecil/lebih halus ukuran agregat halusnya dibanding
beton normal.
Ukuran partikel yang lebih kecil dari 0.125 mm harus dianggap sebagai agregat halus dan dihitung
dalam rasio air-powder. Agregat yang baik adalah agregat yang memiliki gradasi optimum (tak
seragam/memiliki semua ukuran)

4. Admixture/Bahan Tambahan Kimiawi


• Komponen yang paling penting untuk SCC adalah superplasticiser atau high range water reducing
admixtures.
• Bahan campuran untuk memodifikasi kekentalan (VMA:Viscosity Modifying Admixtures) dapat pula
digunakan untuk membantu mengurangi segregasi dan sensitivitas campuran akibat variasi dalam
bahan penyusunnya, terutama kandungan airnya.
• Bahan tambahan lainnya (air entraining, accelerating, retarding, etc) dapat digunakan dengan cara
yang sama seperti pada beton yang digetarkan secara konvensional, tetapi tetap berpedoman pada
aturan pakai yang dikeluarkan oleh produsen bahan campuran tersebut.

5. Aditif/Bahan Tambahan Non-kimia


Digunakan untuk:
• Meningkatkan dan menjaga tingkat kohesi daya tahan terhadap segregasi
• Mengatur kadar semen dengan tujuan untuk mengurangi panas hidrasi dan thermal shrinkage
crack
Aditif diklasifikasikan berdasarkan kekuatan reaksinya terhadap air:

6. Serat/Fibre
Serat metalik dan polymer dapat digunakan dalam pembuatan SCC, tetapi mengurangi daya alir dan
passing ability. Harus dicatat bahwa menggunakan SCC dengan serat pada struktur dengan
penulangan normal dapat secara signifikan meningkatkan resiko blokade terhadap aliran SCC.
6.4 Mix-design
Prinsip Mix-design
Agar dapat dicapai sifat-sifat adukan segar SCC yang diinginkan, prinsip-prinsip mendasar ini harus
dimengerti:
• Fluiditas dan kekentalan pasta disesuaikan dan diseimbangkan melalui pemilihan dan perbandingan
yang akurat, dengan membatasi rasio air-agregat halus dan dengan menambah superplasticiser dan
(fakultatif) viscosity modifying admixtures/VMA. Komponen SCC tersebut harus dikontrol dengan
benar, ukuran yang sesuai dan interaksinya adalah kunci pencapaian filling ability, passing ability dan
daya tahan terhadap segregasi.
• Untuk mengontrol kenaikan temperatur, thermal shrinkage crack dan kekuatan, kandungan agregat
termasuk agregat halus diperbolehkan untuk mengandung aditif tipe I dan II dengan komposisi yang
signifikan agar kandungan semen tetap berada dalam level yang dapat diterima.
• Pasta adalah sarana bagi pergerakan agregat, oleh karena itu volume pasta harus lebih besar dari
volume rongga pada agregat sehingga semua partikel agregat individual dilapisi oleh lapisan pasta
secara menyeluruh, pasta juga berfungsi sebagai pelumas. Hal ini meningkatkan fluiditas dan
mengurangi gesekan antar agregat.
• Rasio agregat kasar terhadap agregat halus dikurangi, sehingga partikel agregat kasar individual
dilapisi lapisan mortar secara menyeluruh. Hal ini mengurangi ikatan/interlock antar agregat kasar saat
beton melewati celah sempit atau celah antar tulangan serta meningkatkan passing ability yang
dimiliki SCC.

Prinsip-prinsip tersebut menghasilkan beton yang jika dibandingkan dengan beton biasa akan
memiliki perbedaan dalam hal:
• Kandungan agregat kasar yang lebih rendah
• Kandungan pasta semen yang lebih tinggi
• Rasio air-powder yang rendah
• Penggunaan superplasticiser yang lebih banyak
• Dapat pula menggunakan viscosity modifying admixture

Mix-design Dasar
Mix-design biasanya menggunakan volume sebagai parameter kunci, karena sangatlah penting untuk
mengisi rongga-rongga diantara partikel agregat. Tidak ada standar khusus untuk mix desain SCC
dan beberapa institusi akademik, produsen admixture, ready-mix, beton pracetak. Beberapa pustaka
tentang mix-design dapat ditemukan dalam beberapa pustaka berikut:
• www.efnarc.org
• Okamura H and Ozawa K. Self-compactable high performance concrete. International Workshop on
High Performance Concrete. American Concrete Institute; Detroit. 1994, pp31-44.
• Ouchi M, Hibino M, Ozawa K, and Okamura H. A rational mix-design method for mortar in self-
compacting concrete. Proceedings of Sixth South-East Asia Pacific Conference of Structural
Engineering and Construction. Taipei, Taiwan, 1998, pp1307-1312.
• SCC 028 20 “The European Guidelines for Self Compacting Concrete”
• Nawa T, Izumi T, and Edamatsu Y. State-of -the-art report on materials and design of self-
compacting concrete. Proceedings of International Workshop on Selfcompacting Concrete. August
1998; Kochi University of Technology, Japan. pp160-190.

• Domone P, Chai H and Jin J. Optimum mix proportioning of self-compacting concrete. Proceedings
of International Conference on Innovation in Concrete Structures: Design and Construction, Dundee,
September 1999. Thomas Telford; London. pp277-285.
• Billberg, P. Self-compacting concrete for civil engineering structures - the Swedish Experience.
Report no 2:99. Swedish Cement and Concrete Research Institute. Stockholm, 1999
• Su N, Hsu K-C and Chai H-W A simple mix design method for self-compacting concrete Cement
and Concrete Research, 31, (2001) pp 1799-1807
• Gomes P.C.C, Gettu R, Agullo L, Bernard C, Mixture proportioning of high strength, Self-Compacting
Concrete: Performance and Quality of concrete structures. Third CANMET/ACI Intnl Conf. (Recefi,
Brazil) Supplementary CD, 2002, 12p.
• Bennenk, H. W. & J.Van Schiindel: The mix design of SCC, suitable for the precast concrete industry.
Proceedings of the BIBM Congress, 2002 Istanbul, Turkey.
• Billberg, P. Mix design model for SCC (the blocking criteria). Proceedings of the first North American
conference on the design and use of SCC, Chicago 2002.

Tabel 5.8 memberikan rentang umum kandungan unsur-unsur pokok SCC berdasarkan berat dan
volume. Perbandingan ini tidak bernilai mutlak dan dalam kasus-kasus tertentu, salah satu unsur
pembentuk SCC dapat berada di luar rentang ini.
6.5 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT
PELAKSANAAN
Ada beberapa hal yang membutuhkan perlakuan berbeda dengan beton biasa.
Vibrasi atau Penggetaran
Penggetaran untuk SCC biasanya tidak diperlukan, selain itu penggetaran akan menyebabkan
settlement yang signifikan dari agregat kasar. Jika kepadatan yang diinginkan tidak tercapai, beton
harus dicek kesesuaiannya terhadap spesifikasinya terlebih dahulu. Jika ternyata telah sesuai tetapi
kepadatan penuh tetap belum tercapai, pertimbangan untuk merubah spesifikasi dapat dipakai.
Tetapi ada beberapa jenis pekerjaan dimana kontrol yang akurat dan penggetaran ringan mungkin
diperlukan:
• Pada beberapa struktur tertentu , dimana bentuk formwork dapat menyebabkan udara
terperangkap pada lokasi tertentu. Hal ini dapat ditangani dengan pemadatan manual lokal pada
area tersebut
• Slab, terutama yang menggunakan SCC dengan kelas slump-flow yang rendah, mungkin
memerlukan tamping ringan atau screed bar yang bergetar dengan sangat lembut untuk meratakan
permukaan, agar bebas dari tonjolan agregat kasar
• Pengecoran yang tertunda, jika permukaan SCC yang telah di cor sebelumnya telah timbul kerak
atau kaku sehingga nantinya cold-joint atau cacat permukaan dapat terbentuk

Curing
Permukaan atas SCC dapat mengering dengan cepat karena jumlah pasta semen yang lebih banyak,
rasio air-agregat halus yang lebih rendah dan kurangnya air akibat bleeding di permukaan beton.
Perawatan beton awal harus dimulai sesegera mungkin setelah pengecoran dan finishing awal yang
bertujuan untuk meminimalisasi resiko timbulnya kerak di permukaan dan retak akibat susut pada
umur awalnya.

6.6 MEMPERBAIKI KUALITAS AKHIR SCC


Pada tabel-tabel dibawah ini akan diuraikan cacat-cacat yang mungkin timbul setelah pengecoran
SCC. Perbaikan cacat untuk SCC ini dapat pula dipakai untuk beton biasa dengan pemadatan
konvensional, tetapi cacat-cacat tertentu lebih mudah dihindari jika menggunakan SCC karena sifat
dasar yang dimilikinya. Penting untuk dicatat bahwa cacat permukaan seperti burik dan cacat
permukaan lainnya akan mempengaruhi tampilan permukaan beton, cacat lain seperti keropos, lapis
antar penuangan yang tidak kontinu, pengelupasan dan retak akan mempengaruhi integritas beton.

Anda mungkin juga menyukai