Anda di halaman 1dari 6

PAPER GIZI HAJI DAN UMROH

A. HAJI

Kata Haji berasal dari bahasa arab dan mempunyai arti secara bahasa dan
istilah. Dari segi bahasa berarti menyengaja. Sedang dari segi istilah, haji berarti
menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk mengerjakan ibadah yang meliputi thawaf,
sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi perintah Allah SWT.1 Hukum
asal dari melaksanakan haji sendiri adalah wajib atau fardhu ‘ain, yaitu sesuatu yang
harus dilakukan secara individual. Namun, hukum tersebut dapat berubah dengan
melihat pada kondisi dari individu itu sendiri. Misalnya saja orang yang tidak mampu
melaksanakannya dikarenakan ketiadaan biaya, maka baginya tidak diwajibkan untuk
berhaji.

B. UMROH
Umroh menurut bahasa artinya berziarah ke tempat yang ramai, sedangkan
menurut syara artinya berkunjung ke tanah suci (kabah) untuk beribadah. Ada beberapa
pendapat tentang hukum melaksanakan hukum umroh. Menurut Imam Abu hanifah dan
Imam Malik Rah.A Umroh hukumnya Sunnah. Sedangkan menurut Imam Syafii dan
Imam Ahmad Rah.a hukumnya wajib. Oleh karena itu paling tidak seumur hidup
seseorang harus melakukan umroh satu kali bagi yang mampu, karena menurut
pendapat kedua Imam tersebut hukumnya wajib. Dan menurut Imam Abu hanifah
Rah.A paling tidak melakukan umroh satu kali hukumnya sunnah muakkadah. Ini
menurut pendapat yang masyhur karena sebagian ulama Hanafiah menghukuminya
wajib dan sebagian yang lain menghukuminya fardu kifayah.

1. Al-Baqarah ayat 196 :

‫َواَتِموا الحج و العمرة هلل فان احصرتم فماستيسر من الهدي وال تحلقوا رءوسكم حتى يبلغ الهدي محله‬
‫فمن كان منكم مريضا او به اذى من رآسه ففدية من صيام او صدقة او نسك فاذا امنتم فمن تمتع بالعمرة الى‬
‫الحخ فماستيسر من الهدي فمن لم يجد فصيام ثالثة ايام فى الحج و سبعة اذا رجعتم تلك عشرة كاملة ذالك لمن‬
)196( ‫لم يكن اهله حاضرى المسجد الحرام واتقوا هللا واعلموا ان هللا شديد العقاب‬

"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Tetapi jika kamu
terkepung (oleh musuh), maka (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat, dan jangan

1
Abd. Aziz, Fiqih, (Semarang: Wicaksana,1991), hal. 25
kamu mencukur kepalamu, sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika
ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu dia bercukur),
maka dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban. Apabila kamu
dalam keadaan aman, maka barang siapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia (wajib
menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak mendapatkannya,
maka dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari) setelah kamu
kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari). Demikian itu, bagi orang yang bukan
penduduk Masjidilharam. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
sangat keras hukuman-Nya."

 Tafsir :

“Dan sempurnakanlah Ibadah Haji dan Umrah karena Allah” Laksanakanlah


ibadah haji dan umrah dengan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya,
hanya karena Allah semata. Baik secara lahiriah (formalitas)-nya dengan menjalankan
manasik secara sempurna maupun pada batiniyahnya, yakni melaksanakan haji dan
umrah dengan ikhlas hanya karena Allah semata, bukan dengan maksud untuk
menyombongkan diri atau sekedar mencari popularitas. “ Jika kamu terkepung
(terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah
didapat”. Jika kamu terhalang untuk menyempurnakan ibadah haji dan umrah,
disebabkan sakit atau musuh, sedangkan kamu menghendaki tahallul, maka wajib
bagimu menyembelih hewan yang mudah kamu dapatkan : seperti unta, sapi atau
kambing. Namun, apabila kamu tidak memiliki kambing, maka dapat digantikan
dengan membeli makanan yang seharga kambing untuk disedekahkan. Jika tidak bisa
juga, maka bisa dengan berpuasa satu hari untuk tiap-tiap mud makanan (sekitar 2,5
kg beras).

“Dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai ditempat


penyembelihannya,” janganlah kamu melakukan tahallul dari ihram dengan mencukur
rambut sebelum qurban sampai pada tempat penyembelihannya, yaitu Tanah Suci
atau tempat pengepungan. “ Jika ada diantaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau
bersedekah atau berkorban,” barangsiapa di antara kamu, wahai orang-orang yang
berihram, sedang menderita sakit yang menjadi bahaya apabila dicukur rambutnya,
atau ada gangguan di kepalanya seperti kutu kepala, lalu dia mencukur rambutnya,
maka wajiblah baginya fidyah: yaitu boleh berpuasa tiga hari, atau bersedekah dengan
tiga sha’ kepada enam orang miskin, atau menyembelih hewan korban minimal
menyembelih kambing.
“Apabila kamu telah (merasa) aman,” sejak pertama kamu merasa aman, atau
setelah dikepung kamu menjadi aman. “ Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan
umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang
mudah didapat,” barangsiapa berumrah di bulan haji, dan bersenang-senang
(tamattu‟) seperti orang bersenang-senang di luar berihram, yaitu dengan memakai
wangi-wangian dan menggauli istri-istrinya, maka wajib baginya menyembelih
kurban yang mudah didapatkan: yaitu menyembelih kambing sebagai rasa syukur
kepada Allah.

” Tetapi jika ia tidak menemukan (bintang korban atau tidak mampu), maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang
kembali” barangsiapa yang tidak mampu membayar harga kurban, maka wajib
baginya berpuasa sepuluh hari, tiga hari dilakukan di dalam masa haji dan tujuh hari
ketika kembali ke tanah airnya. “ Itulah sepuluh (hari) yang sempurna,” sepuluh hari
yang sempurna sebagai ganti menyembelih, dan pahalanya seperti pahala
menyembelih tanpa dikurangi.

“Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya


tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota
Mekah).” Tamattu dan membayar fidyah (berkorban) dikhususkan untuk selain
penduduk Makkah. Sedangkan bagi penduduk Makkah, mereka tidak diwajibkan
tamattu‟, dan tidak ada pula berkorban, “ Dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” Takutlah kepada Allah dengan
mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dan
ketauilah bahwa siksaan-Nya sangatlahlah keras bagi orang yang menentang perintah-
Nya.

2. Al-Baqarah ayat 197 :

‫من خير الحج اشهر معلومات فمن فرض فيهن الحج فال رفث وال فسوق و ال جدال فى الحج و ما تفعلوا‬
)197( ‫يعلمه هللا و تزودوا فان خيرالزاد التقوى واتقون ياولى االلباب‬

"(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa
mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok
(rafats), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang
baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai
orang-orang yang mempunyai akal sehat!"

 Tafsir :
“ Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.” Nash ini telah jelas
menunjukkan bahwa haji memiliki waktu yang tertentu. Dan waktunya itu adalah
beberapa bulan yang sudah dimaklumi yaitu, Syawwal, Dzulqa‟dah dan sepuluh hari
pertama Dzulhijjah. Dengan demikian, tidak sah melakukan ihram haji kecuali pada
bulan-bulan ini meskipun sebagian pendapat menganggapnya sah berdasarkan sunnah
yang ada.

Barangsiapa yang telah menetapkan niatnya hendak mengerjakan haji pada bulan-
bulan yang sudah dimaklumi itu dengan mengerjakan ihram, “ Maka tidak boleh
rafats, berbuat fasik, dan bertengkar dalam melakukan ibadah haji .” Yang dimaksud
dengan rafats di sini ialah menyebut-nyebut jima’ dan segala hal yang dapat
menimbulkan rangsangan, baik secara mutlak maupun di hadapan perempuan.
Jidal adalah berbantah-bantahan atau bertengkar sehingga yang satu marah kepada
yang lain. Fusuq adalah melakukan kemaksiatan baik besar maupun kecil.

Sesudah dilarangnya melakukan perbuatan yang buruk, maka didoronglah mereka


untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, “ Apa yang kamu kerjakan
merupakan kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.” Cukup kiranya di dalam
perasaan seorang mukmin kalau dia mengingat bahwa Allah mengetahui dan melihat
kebaikan yang dilakukannya. Hal ini menjadi pendorong baginya untuk mengerjakan
kebaikan karena Allah melihat dan mengetahuinya.

Selanjutnya Allah memerintahkan untuk berbekal, “ Bawalah bekal, karena


sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. Dan bertaqwalah kepada-Ku wahai
orang-orang yang mempunyai akal sehat .” Yang dimaksud bekal di sini adalah
takwa. Takwa merupakan bekal hati dan ruh, yang dengannya ia menjadi kuat,
bersinar, dan bercahaya serta dapat mencapai tujuan dan keselamatan.

3. Al-Hajj ayat 27 :

)27( ‫و اذن فى الناس با الحج يأتوك رجاال و على كل ضامر يآتين من كل فج عميق‬

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka
datang dari segenap penjuru yang jauh”

 Tafsir :

ayat tersebut memerintahkan kepada Rasul untuk menyampaikan kepada manusia


untuk mengerjakan ibadah haji dan mengajak manusia kepadanya. Untuk
menyampaikan kepada yang jauh dan yang dekat tentang kewajiban dan
keutamaannya. Sebab jika tidak mengajak mereka, maka mereka mendatangimu
dalam keadaan menunaikan haji dan umrah, dengan berjalan di atas kaki mereka
karena perasaan rindu, dan di atas unta yang melintasi padang pasir dan sahara serta
meneruskan perjalanan hingga menuju tempat yang paling mulia, dari setiap tempat
yang jauh.

Hal ini telah dilakukan oleh Al-Khalil (Nabi Ibrahim) ‘alaihissalam, kemudian
oleh anak keturunannya yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Keduanya
mengajak manusia untuk menunaikan haji di rumah ini. Keduanya menampakkan dan
mengulanginya. Dan telah tercapai apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala janjikan
kepadanya. Manusia mendatanginya dengan berjalan kaki dan berkendaraan dari
belahan timur dan barat bumi. Allah Subhanahu wa Ta'ala lalu menyebutkan beberapa
faedah menziarahi Baitullah Al-Haram, dalam rangka mendorong pengamalannya.

4. Al-Hajj ayat 28 :

‫ليشهدوا منافع لهم و يذكروا اسم هللا فى ايام معلومات على ما رزقهم من بهيمة االنعام فكلوا منها و‬
)28( ‫اطعموا البائس الفقير‬

“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka
menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Dia
berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan
(sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir”

 Tafsir :

agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka, dengan mendapatkan


berbagai manfaat dari sisi agama di Baitullah berupa ibadah yang mulia. Ibadah yang
tidak didapatkan kecuali di tempat tersebut. Demikian pula berbagai manfaat duniawi
berupa mencari penghasilan dan didapatnya berbagai keuntungan duniawi. Ini semua
merupakan perkara yang dapat disaksikan. Semua mengetahui hal ini.

Dan agar mereka menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala pada hari-hari yang
tertentu atas apa yang (Allah Subhanahu wa Ta'ala) telah rizkikan kepada mereka
berupa hewan ternak. Ini merupakan manfaat agama dan duniawi. Maknanya, agar
mereka menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika menyembelih sembelihan
kurban sebagai tanda syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas rizki yang Dia
limpahkan dan mudahkan untuk mereka. Dan jika kalian telah menyembelihnya,
maka makanlah darinya dan berilah makan kepada orang yang sangat miskin.
Kemudian hendaknya mereka menyelesaikan manasik haji dan menghilangkan
kotoran serta gangguan yang melekat pada diri mereka selama ihram. Hendaklah
mereka juga menunaikan nadzar yang mereka wajibkan atas diri mereka berupa haji,
umrah, dan sembelihan.

Hendaklah mereka thawaf di rumah tua (Ka’bah), masjid yang paling mulia secara
mutlak, yang diselamatkan dari kekuasaan orang-orang yang angkuh. Ini adalah
perintah untuk thawaf secara khusus setelah disebutkan perintah untuk bermanasik
haji secara umum, karena keutamaan (thawaf) tersebut, kemuliaannya, dan karena
thawaf adalah tujuan. Sedangkan yang sebelumnya adalah sarana menuju (thawaf)
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai