Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Peluang, Volume 4, Nomor 1, Oktober 2015, ISSN: 2302-5158

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR


DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Irwitadia Hasibuan
Universitas Syiah Kuala
irwitadiahasibuanmedan@gmail.com

ABSTRAK
Aljabar merupakan materi yang diajarkan di kelas VII SMP dan sangat
penting untuk dipelajari karena memiliki banyak kontribusi baik dalam materi
matematika lanjutan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya
banyak siswa yang memounyai kesulitan dalam mengaplikasikan materi aljabar
tersebut pada materi matematika lanjutan. Oleh karena itu peneliti melakukan
penelitian dengan tujuan untuk 1) mendeskripsikan hasil belajar siswa pada materi
bentuk aljabar, 2) mengetahui kesulitan siswa dalam mempelajari materi bentuk
aljabar, dan 3) mengidentifikasi penyebab kesulitan yang dialami siswa di kelas
VII SMP Negeri 1 Banda Aceh tahun pelajaran 2013/2014. Data untuk penelitian
ini diperoleh dari sampel yang diambil secara acak, yaitu siswa VII-8 sebanyak 27
siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes dan wawancara. Data
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa SMP Negeri 1 Banda Aceh dalam materi bentuk aljabar masih sangat rendah.
Hal ini didukung karena dari data hasil penelitian diperoleh bahwa hanya 1 siswa
(3,7%) yang dapat menguasai materi bentuk aljabar dari 27 siswa sehingga peneliti
berkeyakinan bahwa siswa pada umumnya mengalami kesulitan belajar dalam
mempelajari materi ini. Kesulitan belajar tersebut dikarenakan 1) pemahaman
konsep dasar aljabar yang rendah; 2) kurangnya minat/kemauan; 3) kurangnya
latihan untuk mengerjakan soal-soal bentuk aljabar; 4) kesulitan menganalisis soal
cerita; 5) persepsi yang buruk tentang aljabar; dan 6) pembelajaran aljabar yang
kurang bermakna.
Kata kunci: Hasil belajar siswa, kesulitan siswa, aljabar

Pendahuluan pembelajaran aljabar dan masih banyak


Salah satu materi pembelajaran siswa sering melakukan kesalahan dalam
matematika yang harus dikuasai oleh siswa mengerjakan persoalan yang terkait dengan
kelas VII adalah Aljabar. Semua orang pasti aljabar. Hal inilah yang menjadi indikator
pernah menggunakan konsep aljabar dalam bahwa masih banyak siswa yang tidak dapat
permasalahan sehari-hari, baik yang disadari mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
maupun tidak disadari khususnya bagi (KKM) saat mempelajari aljabar dan materi
mereka yang pernah menempuh jenjang lainnya yang berhubungan dengan aljabar.
pendidikan, tapi kenyataan di lapangan Upaya mengatasi munculnya kesulitan
menunjukkan hasil yang memprihatinkan tersebut telah dilakukan oleh guru kelas VII
dalam pembelajaran aljabar. Banyak siswa pada saat pembelajaran aljabar, sebagai
yang meminta guru untuk mengulangi contoh guru berusaha memberikan
penjelasannya dalam setiap proses
5
Irwitadia Hasibuan

penjelasan kembali dengan membuatkan pengertian yang lebih luas mencakup bidang
diagram untuk memisahkan antara suku– kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Dimyati
sukunya, konstanta, dan variabel ketika anak dan Mudjiono (dalam Yulia, 2012:12) juga
masih banyak melakukan kesalahan saat menyebutkan, “Hasil belajar merupakan
melakukan operasi hitung perkalian dua hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
suku aljabar dengan suatu skalar. Hal tindak mengajar. Tindak mengajar diakhiri
tersebut dilakukan dengan harapan siswa dengan proses evaluasi hasil belajar dari sisi
lebih mengerti makna dari suku, konstanta guru. Hasil belajar merupakan berakhirnya
dan variabel. Contoh lainnya adalah guru pengajaran dari puncak proses belajar dari
langsung memberikan penjelasan kembali sisi siswa,”. Benjamin S. Bloom (dalam
kepada para siswa hingga mereka Djaali, 2008:77) menyebutkan,
menyatakan bahwa dirinya telah mengerti Enam jenis perilaku ranah kognitif,
saat guru menjumpai para siswa yang masih sebagai berikut:
mengalami kesulitan dalam mengerjakan a. pengetahuan (knowledge) ialah
kemampuan untuk menghafal,
persoalan aljabar. Upaya yang dilakukan
mengingat, atau mengulangi informasi
guru telah maksimal sehingga siswa dapat yang pernah diberikan;
menyatakan bahwa dirinya telah mengerti, b. pemahaman (comprehension) ialah
walaupun kenyataan yang sering terjadi, kemampuan untuk menginterpretasi atau
pada waktu yang hampir bersamaan ketika mengulang informasi dengan
siswa diminta untuk mengerjakan soal menggunakan bahasa sendiri;
latihan, siswa kembali melakukan kesalahan. c. aplikasi (application) ialah kemampuan
menggunakan informasi, teori, dan aturan
Selain itu, observasi yang penulis
pada situasi baru;
lakukan selama PPL di SMA Laboratorium
d. analisis (analysis) ialah kemampuan
Unsyiah Banda Aceh menghasilkan
mengurai pemikiran yang kompleks, dan
perolehan informasi bahwa ternyata banyak
mengenai bagian-bagian serta
siswa-siswi yang tidak mampu
hubungannya;
menyelesaikan soal-soal berbentuk aljabar
e. sintesis (synthesis) ialah kemampuan
dan mengalami kesulitan dalam
mengumpulkan komponen yang sama
mempelajarinya. Hal ini terbukti dengan
guna membentuk satu pola pemikiran
banyaknya siswa-siswi yang belum
yang baru; dan
mencapai KKM dalam mempelajari
f. evaluasi (evaluation) ialah kemampuan
beberapa materi bentuk aljabar dan hasil
membuat pemikiran berdasarkan kriteria
belajar siswa-siswi yang belum memuaskan.
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis
beranggapan bahwa dasar aljabar, yang
Berdasarkan pengertian hasil belajar
mereka pelajari saat mereka duduk di
bangku SMP, tidak tertanam kuat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
disebabkan oleh kesulitan dalam belajar adalah kemampuan-kemampuan
mempelajarinya. yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-
Landasan Teori kemampuan tersebut mencakup aspek
Hasil belajar merupakan bagian kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil
terpenting dalam pembelajaran. Sudjana belajar dapat dilihat melalui kegiatan
(1988:12) mendefinisikan, “Hasil belajar evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan
siswa pada hakikatnya adalah perubahan data pembuktian yang akan menunjukkan
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
6
Jurnal Peluang, Volume 4, Nomor 1, Oktober 2015, ISSN: 2302-5158

tingkat kemampuan siswa dalam mencapai atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tujuan pembelajaran. tergolong rendah.
Kesulitan belajar merupakan d. Slow learner atau lambat belajar adalah
gabungan dari dua kata, yaitu kesulitan dan siswa yang lambat dalam proses belajar
belajar. Poerwadarminta (2007:121&1.156), sehingga ia membutuhkan waktu yang
“Kesulitan adalah kesusahan dan kesukaran, lebih lama dibandingkan sekelompok
sedangkan belajar adalah berusaha siswa lain yang memiliki taraf potensi
memperoleh kepandaian”. Kesulitan belajar intelektual yang sama.
siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan e. Learning disabilities atau
tertentu untuk mencapai hasil belajar dan ketidakmampuan belajar mengacu pada
dapat bersifat baik psikologis, sosiologis, gejala dimana siswa tidak mampu
maupun fisiologis sehingga pada akhirnya belajar atau menghindari belajar
dapat menyebabkan prestasi belajar yang sehingga hasil belajar di bawah potensi
dicapainya berada di bawah semestinya. intelektualnya.
Kesulitan belajar siswa mencakup Berdasarkan penjelasan di atas maka
pengertian yang luas, di antaranya: a. dianjurkan agar orangtua perlu mengetahui
learning disorder, b. learning disfunction, c. bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh
under achiever, d. slow learner, dan e. putera-puteri mereka agar lebih mengerti
learning disabilities. Di bawah ini akan bentuk kesulitan yang putera-puteri mereka
dijelaskan dari pengertian masing-masing hadapi. Djamarah (2002:56) berpendapat
tersebut. dalam bukunya bahwa ia menjelaskan
a. Learning disorder atau kekacauan penyebab kesulitan belajar anak didik.
belajar adalah keadaan dimana proses Anak didik adalah subjek dalam
belajar seseorang terganggu karena belajar karena dia yang merasakan langsung
timbulnya respon yang bertentangan. penderitaan akibat kesulitan belajar.
Seseorang yang mengalami kekacauan Kesulitan belajar yang dialami oleh anak
belajar tidak dirugikan potensi dasarnya, didik tidak hanya bersifat menetap, tetapi
akan tetapi belajarnya terganggu atau juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-
terhambat oleh adanya respon-respon usaha tertentu. Penyebab kesulitan belajar
yang berten-tangan sehingga hasil berasal dari anak didik adalah:
belajar yang dicapainya lebih rendah 1) intelektual (IQ) yang kurang baik;
dari potensi yang dimilikinya. 2) bakat yang kurang atau tidak sesuai
b. Learning disfunction merupakan gejala dengan bahan pelajaran yang diberikan
dimana proses belajar yang dilakukan oleh guru;
siswa tidak berfungsi dengan baik, 3) aktifitas belajar yang kurang, lebih
meskipun sebenarnya siswa tersebut banyak malas daripada melakukan
tidak menunjukkan adanya aktivitas belajar;
subnormalitas mental, gangguan alat 4) kebiasaan belajar yang kurang baik,
dria, atau gangguan psikologis lainnya. belajar dengan penguasaan ilmu
c. Under achiever mengacu kepada siswa pengetahuan pada tingkat hapalan, tidak
yang sesungguhnya memiliki tingkat dengan pengertian; dan
potensi intelektual yang tergolong di

7
Irwitadia Hasibuan

5) tidak ada motivasi dalam belajar yaitu ketidakmampuan dalam belajar


sehingga materi pelajaran sukar diterima matematika.
dan sukar diserap oleh anak didik. Hambatan dalam mempelajari
Sekolah adalah lembaga pendidikan matematika ialah siswa mempunyai dasar
formal tempat pengabdian guru dan rumah kesulitan khusus. Sehubungan dengan itu,
rehabilitasi anak didik. Sekolah sebagai Soejono (1984:4) mengemukakan seperti
lembaga pendidikan yang besar mempunyai berikut ini:.
dampak yang besar bagi anak didik. 1) Kesulitan dalam mengemukakan konsep.
Kenyamanan dan ketenangan anak didik a) Siswa lupa nama singkatan/nama
dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi teknik suatu objek.
dan sistem sosial dalam menyediakan b) Ketidakmampuan mengingat satu atau
lingkungan yang kondusif. Jika tidak maka lebih syarat cukup dan sebagainya.
sekolah akan ikut terlibat dalam 2) Kesulitan belajar dalam menggunakan
menimbulkan kesulitan belajar bagi anak prinsip.
didik. a) Siswa tidak mempunyai konsep yang
Penyebab kesulitan belajar dari dapat digunakan untuk
sekolah, seperti 1) pribadi guru yang tidak mengembangkan prinsip sebagai butir
baik; 2) guru yang tidak berkualitas dalam pengetahuan baru.
pengambilan metode yang digunakan dalam b) Siswa tidak dapat menggunakan
mengajar; 3)suasana sekolah yang kurang prinsip karena kurang kejelasan
menyenangkan, misalnya bising karena letak tentang prinsip tersebut dan
sekolah yang berdekatan dengan jalan besar; sebagainya.
4) waktu sekolah dan disiplin yang kurang; 3) Kesulitan dalam memecahkan soal dalam
dan 5) perpustakaan belum lengkap dengan bentuk verbal.
buku-buku pelajarannya untuk anak didik. a) Tidak mengerti apa yang dibaca
Penyebab ekstern anak didik meliputi karena kurangnya pengetahuan siswa
semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar tentang konsep atau beberapa istilah
yang tidak mendukung aktivitas belajar anak yang tidak diketahui.
didik. Penyebab-penyebab ekstern tersebut b) Tidak mampu menetapkan variabel
sebagai berikut: 1) lingkungan keluarga, 2) untuk menyusun persamaan dan
lingkungan masyarakat, dan 3) lingkungan sebagainya.
sekolah. Kedua penyebab di atas tidak Berdasarkan kutipan di atas maka
menjadi penyebab utama karena masih ada dapat disimpulkan bahwa kesulitan dalam
penyebab kesulitan belajar yang bersifat belajar matematika berupa kesulitan
khusus, seperti sindrom psikologis berupa menggunakan konsep, kesulitan
learning disability (ketidakmampuan menggunakan prinsip, dan kesulitan
belajar). Sindrom adalah suatu gejala yang memecahkan soal berbentuk verbal.
timbul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis yang menimbulkan Hasil Penelitian
kesulitan belajar anak didik, misalnya: Berdasarkan data yang diperoleh dari
disleksia yaitu ketidakmampuan dalam hasil penelitian maka secara klasikal, siswa
belajar membaca, disgrafis yaitu belum menguasai materi bentuk aljabar
ketidakmampuan menulis, dan diskalkulia karena siswa yang tergolong menguasai

8
Jurnal Peluang, Volume 4, Nomor 1, Oktober 2015, ISSN: 2302-5158

materi bentuk aljabar hanya memperoleh disebabkan oleh beberapa penyebab antara
skor di bawah 85% yaitu hanya 3,7% dan lain seperti tersebut di bawah ini.
secara individual, siswa belum menguasai 1. Pemahaman dasar yang rendah tentang
materi bentuk aljabar karena hanya 19 siswa materi prasyarat bentuk aljabar.
(70,4%) yang mencapai ketuntasan dari 27 Banyak siswa mengeluh akan sulitnya
siswa yang diteliti. Hal ini menunjukkan soal bentuk aljabar. Peneliti
bahwa penguasaan siswa pada materi bentuk mendapatkan bahwa kebanyakan siswa
aljabar masih rendah sehinga analisa lebih ternyata belum memahami betul konsep
lanjut diperlukan untuk mengetahui dasar aljabar ketika dilakukan analisis.
penyebab kesulitan siswa pada materi Banyak konsep-konsep dasar tidak
bentuk aljabar. dipahami dengan baik, padahal untuk
Menyangkut kesulitan yang dialami mempelajari materi ini diperlukan
siswa dalam mempelajari materi Bentuk pemahaman yang cukup tentang materi-
Aljabar yang peroleh dari hasil tes dan materi prasyarat sebelumnya, seperti
wawancara adalah sebagai berikut: menjumlahkan atau mengurangkan
1. Kesulitan pada pengetahuan dasar bentuk pecahan bentuk aljabar yang harus
aljabar, yaitu: (1) kesulitan menentukan mengetahui konsep dasar untuk mencari
variabel, koefisien, konstanta, tanda pada FPB dan KPK. Kesimpulannya adalah
setiap suku aljabar, (2) kesulitan siswa harus memahami materi prasyarat
menentukan suku-suku sejenis, (3) sebelumnya agar mudah mempelajari
kesulitan mensubstitusi bilangan pada materi bentuk aljabar lanjutan.
bentuk aljabar, (4) kesulitan menentukan 2. Kurangnya minat/kemauan dalam
penjumlahan dan pengurangan pecahan mempelajari materi bentuk aljabar
bentuk aljabar, dan (5) kesulitan Kesuksesan dalam mempelajari sesuatu
memahami konsep KPK dan FPB. biasanya dipacu dengan kemauan yang
2 Kesulitan menjabarkan 𝑥(𝑥 + 𝑎) = 𝑥 2 + kuat untuk mempelajarinya. Jika
𝑎𝑥 atau kesulitan menggunakan hukum kemauan itu sudah ada maka akan
distributif dan kesulitan menjabarkan timbul semangat untuk terus
serta menyederhanakan bentuk aljabar. mempelajari materi tersebut walaupun
3. Kesulitan dalam penerapan konsep dengan kesulitan-kesulitan yang
bentuk aljabar pada soal cerita, (1) dihadapi. Hal tersebut dikarenakan
kesulitan dalam menentukan model dimana ada kemauan di sana ada jalan.
matematika, (2) kesulitan pada operasi Jika siswa tidak memiliki kemauan yang
aljabar, seperti perkalian bentuk aljabar, kuat maka semuanya akan terasa sulit
(3) kesulitan pada konsep dasar bentuk untuk dipelajari.
aljabar. 3. Kurangnya latihan dalam mengerjakan
4. Kesulitan dalam mensubstitusi soal-soal bentuk-bentuk aljabar.
persamaan yang sudah diketahui, (1) Salah satu kunci sukses mempelajari
kesulitan dalam memahami maksud soal matematika adalah dengan berlatih. Jika
dan (2) kesulitan dalam menggunakan siswa banyak berlatih maka siswa akan
hukum distributif. semakin memahami materi tersebut.
Kesulitan yang dialami siswa dalam Siswa yang berlatih dengan
mempelajari materi bentu aljabar cenderung mengerjakan soal-soal yang berbeda
9
Irwitadia Hasibuan

akan membuat daya pikir mereka mencari alternatif lain sampai


berkembang sehingga mereka mampu permasalahan soal bentuk aljabar
untuk menganalisis berbagai soal terkait terpecahkan ketika siswa mengalami
dengan materi bentuk aljabar, tapi kesulitan dalam mengerjakannya.
kenyataannya, kebanyakan siswa kurang 6. Pembelajaran materi bentuk aljabar yang
melatih diri untuk mempelajari materi kurang bermakna.
prasyarat dan materi bentuk aljabar Pembelajaran materi bentuk aljabar yang
sehingga mereka merasa takut ketika selama ini diajarkan dirasa kurang
dihadapkan dengan berbagai soal bentuk bermakna sehingga guru harus mencari
aljabar. upaya dalam mengubah persepsi
4. Kesulitan menganalisis soal cerita. tersebut. Guru harus menggantikan
Siswa yang terbiasa mengerjakan soal- pengalaman kehidupan nyata anak
soal yang berbentuk angka dalam dengan ide-ide matematika dalam
matematika mengalami kesulitan jika pembelajaran di kelas agar pembelajaran
dihadapkan pada soal cerita. Kesulitan lebih terasa bermakna karena jika anak
ini disebabkan karena siswa tidak belajar matematika terpisah dengan
terbiasa dalam menganalisis soal pengalaman mereka sehari-hari maka
sehingga siswa kebingungan dalam anak-anak cepat lupa dan tidak dapat
mengartikan maksud soal. Hal ini terjadi mengaplikasikan matematika.
karena siswa kurang berlatih Faktor dalam diri siswa juga dapat
menggunakan soal-soal cerita sehingga menjadi penyebab timbulnya kesulitan
kemampuan dalam menganalisis soal dalam belajar seperti kurangnya perhatian
menjadi rendah. Siswa-siswa yang siswa terhadap materi bentuk aljabar, cara
kurang menghayati soal juga pasti belajar siswa yang salah karena pada
mengalami kesulitan dalam dasarnya siswa memliki cara belajar
menerjemahkan soal cerita, padahal berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya
sebenarnya, dalam soal yang panjang masing-masing. Selain itu, faktor dari luar
terdapat petunjuk-petunjuk pengerjaan. diri siswa juga jadi penyebab seperti
Soal yang panjang membuat siswa kurangnya dukungan dan motivasi dari
berpikir negatif dalam menjawabnya, orang tua dalam mengawasi anak untuk
padahal soal yang panjang biasanya belajar. Sebagian orang tua hanya menyuruh
hanya menanyakan pertanyaan yang anaknya belajar tanpa mengawasi dan
sederhana. membimbing anaknya untuk belajar
5. Persepsi yang buruk tentang materi sehingga anaknya tidak tahu bertanya
bentuk aljabar. kepada siapa saat anaknya mengalami
Persepsi turun-temurun tentang sulitnya kesulitan. Hal ini membuat anak menjadi
materi bentuk aljabar membuat materi malas dalam belajar.
ini semakin ditakuti oleh siswa bahkan
sebelum siswa mempelajarinya. Hal ini Penutup
membuat menurunnya kepercayaan diri Berdasarkan analisis data maka
siswa dalam menjawab soal-soal bentuk penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
aljabar sehingga siswa cendrung
menyerah dan tidak mau lagi untuk
10
Jurnal Peluang, Volume 4, Nomor 1, Oktober 2015, ISSN: 2302-5158

1. Hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Banda Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Aceh dalam materi bentuk aljabar masih Departemen Pendidikan Nasional.
sangat rendah. Pidarta, Made. 2003. Landasan
Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Umumnya siswa SMP Negeri 1 Banda
Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus
Aceh mengalami kesulitan belajar dalam Umum Bahasa Indonesia. Edisi
mempelajari materi materi bentuk Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
aljabar. Sholeh, M. 1998. Pokok-pokok Pengajaran
3. Penyebab kesulitan belajar tersebut Matematika di Sekolah. Jakarta:
dikarenakan 1) pemahaman konsep dasar Depdikbud.
aljabar yang rendah; 2) kurangnya Simangunsong, Sukino Wilson. 2004.
Matematika untuk SMP Kelas VIII.
minat/kemauan; 3) kurangnya latihan
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
untuk mengerjakan soal-soal bentuk Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan
aljabar; 4) kesulitan menganalisis soal Matematika di Indonesia. Jakarta:
cerita; 5) persepsi yang buruk tentang Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
aljabar; dan 6) pembelajaran aljabar yang Departemen Pendidikan Nasional.
kurang bermakna. Soejono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi
Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja
Daftar Pustaka Grafindo Persada.
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Soejono. 1984. Diagnosis Kesulitan dan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Pengajaran Remedial Matematika.
Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Jakarta: Depdikbud.
Cipta. Sudjana. 1988. Evaluasi Hasil Belajar dan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Umpan Balik. Jakarta: Gramedia.
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Thoha C., Muhammad. 2003. Teknik
Aksara. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Djamarah. 2002. Belajar dan Faktor-faktor RajaGrafindo Persada.
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Yusuf, Munawir dkk. 2003. Pendidikan
Aksara. Bagi Anak dengan Problema Belajar.
Manik, Dame Rosida. 2009. Penunjang Cetakan Pertama. Solo: Tiga
Belajar Matematika Untuk SMP/MTs Serangkai Pustaka Mandiri.

11

Anda mungkin juga menyukai