Anda di halaman 1dari 2

Nama : Agung Maulana

NIM : 11171110000031
Sistem Ekonomi
Budaya-Produksi-Pasar

Institusi ekonomi sejatinya lahir dan terintegrasi dari sistem yang lebih luas yaitu sistem sosial. Dimanapun
manusia itu berada, manusia akan selalu melakukan aktivitas ekonomi dengan atau tanpa uang. Hal ini tentu terpaksa
(mau gak mau harus mau) dilakukan manusia, karena manusia pada dasarnya memiliki keterbatasan dalam
melakukan pemunuhan kebutuhan hidupnya. Dari keterbatasanya tersebut, umat manusia mengembangkan
pengetahuan-pengetahuan mengenai aktivitas ekonomi. Salah satu yang dikembangkan ialah mode-mode produksi.
Secara garis besar mode produksi yang digunakan umat manusia terbagi menjadi dua kategori, yaitu ekonomi-
subsistens dan ekonomi industri.

Pada ekonomi subsistens, masyarakat melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Masyarakat ini tidak menggunakan uang, karena perputaran aktivitas ekonomi sebatas pemenuhan kebutuhan
terhadap dirinya. Aktivitas ekonomi Subsistens dibagi menjadi 3 tipe utama, yakni berburu dan meramu, bertenak,
dan bertani. Ketiganya merupakan bagian perkembangan evolutif aktivitas ekonomi. Pada ekonomi industri, Pada
ekonomi industry manusia telah mengembangkan aktivitas perekonomian secara kompleks. Roda perekonomian
melibatkan banyak aktor dan juga peralatan yang canggih. Sebagai Contoh suatu pabrik yang terdiri dari pemodal,
pekerja, dan mesin-mesin. Pada mode produksi industry, spesialisasi pekerjaan dubutuhkan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas suatu produksi. Tentunya perkembangan mode produksi yang dialami manusia tidak lepas
dari pengalaman sosial-budaya manusia yang dibangun diatasnya.

Perkembangan konstruksi sosial-budaya manusia selain menghasilkan mode produksi juga menghasilkan
bentuk-bentuk pertukaran. Diantaranya; distribusi, resiprositi, redistribusi, dan market exchange. Distribusi
merupakan aktivitas ekonomi yang dikembangkan manusia yang berkaitan dengan proses pemindahan barang oleh
individu kepada individu lainnya. Resiprositi adalah pertukaran barang atau jasa antara dua pihak tanpa melibatkan
alat sistem pembayaran (uang, giro, cek, dll). Resiprositi terbagi menjadi 3 bentuk, yakni resiprositi disamaratakan,
resiprositi seimbang, dan resiprositi negative. Resiprositi disamaratakan adalah pemberian barang dan jasa tanpa
adanya kesepakatan beban kewajiban kepada individu penerima. Seperti…. Sepertinya tidak ada Contoh yang nyata.
Selanjutnya resiprositi seimbang, ialah pertukaran barang dan jasa dengan adanya kesepakatan beban kewajiban
dengan nilai yang setara. Seperti mahasiswa bayar ukt 5 dengan harapan mendapatkan jasa dengan nilai yang setara.
Lalu yang terkahir ada resiprositi negative, ialah pertukaran barang dan jasa secara Cuma-Cuma seperti judi dan
pencurian. Resiprositi itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni kekerabatan, status sosial, jaringan sosial, dan harta.

Bentuk lain dari pertukaran adalah redistribusi, yaitu penarikan barang dan jasa dari masyarakat lalu
dibagikan kembali kepada masyarakat tersebut. Proses redistribusi memerlukan otoritas pusat, seperti pemerintah
menarik pajak lalu mengembalikan kepada masyarakat kedalam bentuk jasa dan barang. Selain kedua itu terdapat
bentuk pertukaran pasar, yakni menggunakan mekanisme permintaan dan penawaran. Alat sistem pembayaran yang
digunakan bentuk ini ialah uang. Uang memiliki nilai tukar yang disepakati oleh pasar dan merupakan alat
pembayaran yang sah dalam bentuk pertukaran pasar.

Hubungan yang terjalin antara kebudayaan dan fenomena pasar sangat kuat. Hal ini dijelaskan oleh
Dimaggio mengenai 3 persoalan ekonomi. Pada persoalan pertama, kebudayaan mempengaruhi rasionalitas
ekonomi pada aktor-aktor ekonomi. Aktor ekonomi bertindak dengan cara-cara yang sangat kental dengan nilai-nilai
budaya. Seperti orang betawi, budaya royal terhadap kekerabatan yang dimiliki, maka dari itu mana ada orang betawi
dagang sukses, sekalinya ada 1/1000. Selanjutnya ialah persoalan kedua, efisiensi perusahaan. Kebudayaan
mempengaruhi mekanisme pengambilan kebijakan dalam efisiensi perusahaan, coba di Indonesia yang kental
dengan identitas agama, apakah ada perusahaan yang terus bekerja pada hari-hari libur ke-agamaan… nampaknya
kebudayaan sangat terlibat dalam efisiensi perusahaan. Lalu yang ketiga ialah asal usul prefrensi. Kebudayaan dapat
mempengaruhi pembentukan kegiatan perekonomian. Seperti di arab, bentuk kegiatan ekonomi berlandaskan nilai-
nilai ke-Islaman.
Nama : Agung Maulana
NIM : 11171110000031
Jadi dalam antropologi ekonomi, kebudayaan ditempatkan sebagai alasan utama terjadinya berbagai
macam perbedaan tingkah laku aktor ekonomi, sistem ekonomi, kelompok ekonomi. Budaya berguna untuk
menjelaskan perbedaan-perbedaan tersebut, juga alasannya dan faktor-faktor pembentuknya.

Setelah Mengetahui hubungan budaya dan ekonomi, selanjutnya akan dibahas mengenai fungsi budaya.
Yang pertama ialah fungsi kebudayaan sebagai bentuk constitutive dari aktor-aktor yang terlibat di dalam pasar.
Fungsi ini didasari oleh peranan nilai-nilai individu dalam membentuk mekanisme pasar. Alasan ini disebabkan
adanya perbedaan konsep yag dimiliki oleh individu-individu yang beradaptasi sebagai gambaran adanya perbedaan
pandangan hidup dari mereka yang ternyata berasal dari konteks-konteks kebudayaan yang mempengaruhi fungsi
kognitif. Selanjutnya adalah fungsi kebudayaan sebagai bentuk constitutive dari masyarakat pasar. Dalam
pandangan ini diasumsikan bahwa masyarakat pasar memerlukan perangkat khusur reportoir, strategi dan pranata-
pranata pada tingkat kolektif. Fungsi kebudayaan dalam hal ini ialah untuk menerangkan bentuk-bentuk yang
tumpeng tindih dari tindakan sosial. Seperti munculnya kompetisi dan persaingan dalam pasar ketimbang munculnya
hubungan saling ketergantungan atau timbal balik. Terakhir ialah fungsi kebudayaan sebagai sarana untuk
memahami bentuk-bentuk kapitalisme. Pandangan ini mengasumsikan bahwa dalam masyarakat modern peranan
kebudayaan akan membantu para individu beradaptasi dalam masyarakat pasar dengan penuh makna. Dalam
konteks kapitalisme nilai-nilai memiliki hubungan erat dengan lahirnya kesadaran ekonomi dan kebudayaan.

Model produksi makanan manusia terus berkembang, dari berburu dan meramu, berternak, bertani hingga
saat ini yang kita kenal sebagai junk food. Strategi yang dilakukan manusia dalam beradaptasi ialah menggunakan
strategi efektivitas dan efisiensi. Pada masyarakat berburu dan meramu, tentunya makanan yang dapat masih sangat
efektif untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, berbeda dengan masyarakat zaman now. Penghematan waktu
digunakan untuk memproduksi makanan cepat saji, Hal ini disebabkan aktivitas masyarakat yang kompleks sehingga
cara masyarakat itu memenuhi kebutuhannya ialah dengan membuat makanan yang cepat dan efektif.

Pada film the Founder, dijelaskan bagaimana sebuah bisnis McDonalds mampu melakukan efisiensi
penyajian makanan dalam waktu 30 detik, sedang rata-rata restaurant menyajikan makanan dalam waktu 30 menit.
Hal ini membuat Kroc kagum dan tertarik, lalu kroc membujuk Mac dan Dick untuk mengembangkan usahanya secara
global, tapi tidak berhasil. Namun Kroc saat itu menerima kesepatakan dengan mereka sebagai Chief Marketing
Officer dengan membuka cabang baru. Pada perkembangannya Kroc lebih berhasil membawa McDonald hingga
terkenal dalam lingkup nasional, dan pada akhirnya Kroc membeli McDonald dari tangan Mac dan Dick. Dari sini saya
menafsirkan bahwa kapitalisme mengubah kebudayaan makan manusia. Dalam hal ini makanan cepat saji seolah-
olah menyediakan jalan pintas dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia ditengah-tengah padatnya waktu kerja
pada sistem kapitalisme. Pengaruh pasar global begitu terasa dalam film ini, karena sudah tidak lagi hambatan
transportasi. Sehingga McDonald dapat berkembang secara pesat ke seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai