Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era
reformasi sekarang. Pada bulan Juni 1945, 74 tahun yang lalu disambut dengan
lahirnya sebuah sejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia menjadi pilar yang penting dalam
kehidupan pemerintah dan masyarakatnya. Pilar-pilar itu tercermin dalamtiap-tiap
sila Pancasila.Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang bersifat universal, sehingga nilai-nilai pancasila menjadi sumber
segala sumber. Pancasila sebagai orientasi paradigmatik bagi ilmu, khususnya
bagi ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan negara atau bangsa non-Barat.
Bangsa-bangsa nonBarat memiliki sejarah, budaya, dan pandangan hidup yang
spesifik, sehingga mempunyai keniscayaan dalam interaksinya dengan ilmu
pengetahuan modern.
Menurut Sutrisno (2006:88), Pancasila adalah suatu Philosofische grondslag,
suatu Weltanschauung yang diusulkan olen Bung Karno di depan sidang BPUPKI
1 Juni 1945 sebagai dasar bagi negara Indonesia yang kemudian merdeka.
Pancasila dikualifikasikan sebagai falsafah dan ideologi yang menunjukkan jati
diri atau citra visioner bangsa Indonesia. Pancasila lebih di dorong oleh persatuan
dan kesatuan bangsa, sehingga proses pembangsaan selalu dihadapkan pada
tantangan baru.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja nilai nilai Pancasila yang sudah ada pada zaman kerajaan ?

2. Apa saja nilai nilai Pancasila yang sudah ada pada zaman Pergerakan
Nasional

3. Apa saja nillai nilai Pancassila yang sudah ada pada zaman
Kemerdekaan ?
4. Apa saja nilai nilai Pancasila yang terkandung pada zaman Orde Baru ?

5. Apa saja nilai nilai Pancasila yang terkandung pada zaman Reformasi
sampai sekarang ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Pancasila, Selain itu dengan penyusunan makalah ini agar
pembaca dapat mengetahui nilai nilai Pancasila yang sudah ada sejak Zaman
kerajaan di Indonesia.Sehingga dapat menambah wawasan pembaca terutama
pada pengimplementasian nilai nilai Pancasila dilingkungan kampus maupun
diluar kampus.
BAB II

Pembahasan

A. Nilai nilai Pancasila pada zaman kerajaan

2.1 Masa Kerajaan Kutai


Nilai Pancasila yang terkandung:
a. Sila Pertama : Memeluk agama Hindu
b. Sila Ketiga : Wilayah kekuasaannya meliputi hampir
seluruh kawasan Kalimantan Timur
c. Sila Keempat : Rakyat pada masa kerajaan Kutai hidup
sejahtera dan makmur
2.2 Masa Kerajaan Sriwijaya
Nilai Pancasila yang terkandung:
a. Sila pertama : Agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai pada masa Kerajaan Sriwijaya.
b. Sila kedua : Terjalinnya hubungan antara Sriwijaya
dengan India (Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar
ke India menunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang
bebas aktif.
c. Sila ketiga : Sebagai Negara Maritim, Kerajaan
Sriwijaya telah menerapkan konsep Negara kepulauan sesuai dengan
konsep wawasan nusantara.
d. Sila keempat : Tercermin dalam cita-cita Kesejahteraan
bersama Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam
perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika” (suatu
cita-cita negara yang adil dan makmur).
e. Sila kelima : Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat
pelayanan dan perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat
makmur.
2.3 Masa Kerajaan Majapahit
Nilai Pancasila yang terkandung:
a. Sila pertama : Terbukti, agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku
Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma yang terdapat Sloka persatuan nasional
yang berbunyi”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrua” yang artinya, walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua
dan tidak ada agama yang memiliki tujuan berbeda.
b. Sila kedua : Terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk
dengan Kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja.
Disamping itu juga menjalin persahabatan dengan Negara-negara
tetangga.
c. Sila ketiga : Terwujud dengan keutuhan kerajaan. Khususnya
dalam Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada
dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331.
d. Sila keempat : Terdapat semacam penasehat dalam tata
pemerintahan Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah
mufakat. Menurut Prasasti Kerajaan Brambang (1329), dalam tata
Pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
kerajaan. Seperti, Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang berarti
memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan dan gotong royong
dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat
bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama.
e. Sila kelima : Terwujud dengan berdirinya kerajaan selama
beberapa abad yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.
B.Nilai nilai Pancasila pada zaman pergerakan nasional
2.4 Organisasi non-kooperatif
a. Budi Utomo
Didirikan tanggal 20 mei 1908 [sekarang Hari Kebangkitan Nasional]
Didirikan dr. Sutomo, dr. Ciptomangunkusumo, dan dr. Gunawan [pelajar
STOVIA].
Latar belakang berdirinya antara lain karena keprihatinan dr.Wahidin
Sudirohusodo terhadap kondisi anak-anak Indonesia yang masih mengalami
hambatan dalam mengakses pendidikan karena kurangnya dana belajar.
Tujuan organisasi ini adalah memberi pengajaran bagi orang Jawa agar
mendapat kemajuan dan usaha membangkitkan kultur Jawa (kombinasi
tradisi, kultur, edukasi Barat) . Perkembangan organisasi , 1906-1907,
propaganda keliling Jawa. Ide ini diterima oleh Sutomo (mahasiswa
STOVIA) dengan mendirikan BU di Jakarta 20 Mei 1908. Anggota tidak
banyak sekitar 10ribu orang (Jawa& Madura).
BU adalah perpaduan antara tradisi, kultur, dan edukasi Barat . Kesadaran
lokal yang diformulasikan dalam wadah organisasi modern, organisasi
dengan pemimpin, ideologi yang jelas & anggota. Berdirinya BU disambut
dengan pro & kontra di kalangan priyayi. Dalam tubuh BU pecah
menjadi golongan muda & golongan tua. Golongan Muda menempuh
jalur politik dalam menghadapi pemerintahan Kolonial. Golongan tua tetap
dengan cara lama sosio-kultural . Golongan Muda akhirnya mendirikan
Sarekat Islam (SI) & Indische Party (IP).

b. Sarekat Islam
Semula bernama SDI, yg didirikan di Surakarta 1909. Oleh KH.
Samanhudi
· Bidang agama dan perdagangan
· 1911, SDI berubah jadi Sarekat Islam.
· Dipimpin HOS. Cokroaminoto
· Tokoh lain: H. Agus Salim, Abdul Muis. Indische Partij
· Didirikan RM. Suwardi Suryaningrat, dr Cipto Mangunkusumo, EFE.
Douwes Dekker, 1912, Bandung.
· Suwardi Suryaningrat mengkritik perayaan 100 tahun kemerdekaan
Belanda dengan tulisan Als ik een Nederlander was [andai aku seorang
Belanda]
· Kihajar Dewantara, dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker,
dibuang ke Belanda.
· Latar belakang : Persaingan antara pedagang Cina dan Jawa, karena
perubahan tingkah laku & arogansi pedagang Cina.
· Tujuan : usaha menghidupkan kegiatan ekonomi pedagang Islam Jawa
yg diikat dengan agama.
· Perkembangan : 1912 oleh H. Samanhudi di Solo. 1913, rapat akbar di
kebun binatang Surabaya, Cokroaminoto menegaskan bahwa tujuan SI
adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat
ekonominya agar mampu bersaing dengan bangsa asing. SI berkembang
pesat, kurang dari setahun (1914) anggota SI mencapai 444.251 org.
· GJ. Idenburg (1909-1916) mengatasi reaksi dari orang Belanda dengan
membuat kanalisasi : mengurangi desakan kuat sehingga tidak timbul
satu kekuatan besar yg dapat menghancurkan eksistensi pemerintah.
· Badan hukum hanya diberikan kepada cabang-cabang SI, sedangkan
CSI baru akan diberikan kemudian hanya cabang lokal yang diakui
secara resmi & hubungan antar cabang dan koordinasi dari CSI
diperlemah.
· 1914 : Kongres SI di Yogyakarta, terpilih Cokroaminoto sebagai
pimpinan SI. Konflik internal mulai muncul & kepercayaan terhadap CSI
mulai berkurang .
· 1916 : kongres 1 yang dihadiri 80 SI lokal, mirip kongres nasional,
karena SI mencita-citakan penduduk Indonesia menjadi satu natie atau
satu bangsa, mempersatukan etnik Indonesia menjadi bangsa Indonesia.
· 1917 : kongres SI ke-2 di Jakarta, telah muncul aliran revolusioner
sosialistis yang diwakili oleh Semaun. Putusan tetap : asas perjuangan SI
adalah mendapat zelf bestuur / pemerintahan sendiri ; menetapkan asas
kedua : strijd tegen overheersing van het zondig kapitalisme (perjuangan
melawan penjajahan & kapitalisme yang jahat. Cokroaminoto & Abdul
Muis mewakili SI di Dewan Rakyat
· 1918: kongres ke-3 di Surabaya, anggota mencapai 450.000 dari 87 SI
lokal. Pengaruh Semaun semakin kuat, dikatakannya bahwa pertentangan
yang terjadi bukan antara penjajah & terjajah tetapi juga antara kapitalis
dengan buruh, karena itu perlu memobilisasi kekuatan buruh & tani, di
samping tetap memperluas pengajaran.

· 1919: kongres ke-4, pengaruh sosialiskomunis telah masuk ke tubuh SI


pusat & cabang2nya, setelah aliran tersebut mempunyai wadah organisasi
Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV).

c. Perhimpunan Indonesia [tadinya bernama Indische vereeniging]


· Didirikan oleh pelajar Indonesia di negeri Belanda 1922.
· Tokoh: Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Natzir Pamontjak, Abdul Majid
Joyodiningrat.
· PI menuntut Indonesia Merdeka 1926, anggota PI mengikuti Kongres
Liga Anti Imperialisme di Brussel, Belgia. Pemimpin PI akhirnya
ditangkap Belanda, tetapikembali dibebaskan, karen tidak terbukti
bersalah

d. Indische Sociaal Democratische Vereeniging [ISDV]


Dikembangkan Sneevliet
ISDV melakukan penetrasi ke tubuh organisasi pergerakan, antara lain SI,
melalui Semaun dan Darsono.
SI pecah jadi 2: * SI Merah condong ke paham sosialis * SI putih
mempertahankan asas dan tujuan SI
Semaun adalah pimpinan SI Merah, setelah kelusr dari SI Merah ia
mendirikan PKI PKI berkaitan dengan komitern di Moscow, Uni Soviet.
PKI mempengaruhi petani dan rakyat kecil
1926, pemberontakan PKI di Madiun. Oleh Alimin dan Tan Malaka, tapi
gagal.
e. PNI
 Didirikan tahun 1927, Bandung.
 Oleh pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club dengan
ketua Ir. Soekarno.
 PNI membahayakan Belanda. Maka tokoh-tokoh PNI ditangkap dan
dimasukkan dalam penjara Sukamiskin, Bandung. Dalam penjara Ir.
Soekarno menulis pidato "Indonesia Menggugat"
 Ir. Soekarno diganti oleh Mr. Sartono. Mr. sartono kemudian
membubarkan PNI dan membentuk Partindo.
 Moh. Hatta yang tidak setuju pembentukan Partindo membentuk
PNI Baru
 Ir. Soekarno bergabung dengan Partindo.
 Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang ke Endi, Flores. Moh. Hatta dan
Syahrir dibuang ke Bandaneira.

2.5 Organisasi yang bersifat kooperatif :PBI, GAPI, dan Parindra

Hubungan antara Pergerakan Nasional dengan Nilai – Nilai Pancasila

1. Nilai Religi
Keragaman agama dan ritual keagamaan yang berkembang
dalam masyarakat mulai dikondisikanuntuk memahami permasalahan
kebangsaan. Intelektual muda yang berpendidikan modern mulai
mengembangkan pola pendidikan modern yang berbasis keagamaan. (NU,
Muhammadiyah, gerakan wanita, dll.) pola pesantren yang berkembang
pada masa itu mendapat respon positif dari masyarakat umum. Kondisi
ini semakin mendukung nilai perjuangan dan sikap keagamaan tetap
dijalankan seiring dengan perjuangan mencapai kemerdekaan.

2. Nilai Kemanusiaan
Perjuangan mewujudkan cita-cita bangsa tidak luput dari peran
wanita. Contohnya saja R.A Kartini. Beliau memelopori dan memberi
inspirasi kepada para wanita untuk peran serta meningkatkan derajat
wanita. Dewi sartika, Maria Wulanda Maramis, dan beberapa tokoh
wanta yang terjun pada dunia pers Indonesia yang mulai maak pad waktu
itu salah satu media penanaman patriotism dan nasionalisame bangsa.
Kata “Indonesia” pertama kali dikenalkan oleh seorang antropologi
bernama J.R. Logan pada tahun 1850. Melalui organisasi (Indonesische
Vereeniging) Indonesia sama dengan Nederlands Indie yang
menyebutkan suatu wilayah yang memiliki keragaman budaya, agama,
suku , dan ras. Hal ini merupakan salah satu kata kunci untuk dapat
menumbuhkan kesadaran nasional bangsa Indonesia sebagai wujud
toleransi social dan penerimaan hak dasar sebagai makhluk social.

3. Nilai Persatuan
Kesadaran akan pentingnya persatuan diwujudkan dalam
bentuk dibuatnya organisai-organisasi oleh para tokoh-tokoh terkemuka.
Misalnya PNI (Partai Nasional Indonesia).
Langkah awal membangun persatuan dilakukan dengan jalan
mengadakan kongres pemuda yang dihadiri oleh para intelektual muda.
Kongres pemuda ke-2 yng diadakan di Jakarta menghasilkan sebuah
kesepakatan nasional yang disebut IKRAR Sumpah Pemuda.
Arah perjuangan yang sebelumnya bersifat kooperatif non-kooperatif
mulai berfusi mulai berubah, guna berjuang bersama.

4. Nilai Demokratis atau Musyawarah


Rasa toleransi dan solidaritas dalam IKRAR Sumpah Pemuda
menjadi dasar merubah mentalitet kedaerahan (regionsentris)
atau etnisentris menjadi Indonesia sentris. Kongres rakyat Indonesia
bulan Desember 1939 menetapkan kesepakakatan untuk memilih bendera
persatuan Indonesia merah putih, lagu persatuan Indonesia Raya, bahsa
persatuan bahasa Indonesia . hasil kongres tersebut menunjukkan adanya
keseriusan dan kesepakatan dalam suatu mufaatbahwa Negara dan bangsa
Indonesia perlu diwujudkan dalam sejarah bangsa ini.

5. Nilai Keadilan
Pertemuan para intelektual muda dalam beberapa studi club
juga menjadi salah satu perekat pemerataan informasi perkembangan
nasionalisme di Indonesia yang tidak lagi terpusat di Jawa.
Hal tersebut menggambarkan bahwa keadilan, kesamarataan terhadap
segala daerah di Indonesia mulai terbentuk.
C .Nilai nilai Pancasila pada zaman kemerdekaan

Dalam konteks sejarah menuju kemerdekaan, setidaknya terdapat


lima atau enam rumusan Pancasila. Pertama, pada tanggal 29 Mei 1945,
di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) Mr Muhammad Yamin mengusulkan rumusan dasar
negara Indonesia sebagai berikut: 1. Peri Kebangsaan, 2. Peri
Kemanusiaan, 3. Peri Ketuhanan, 4. Peri Kerakyatan, dan 5.
Kesejahteraan Rakyat.

Namun secara tertulis, beliau menyampaikan konsep yang berbeda,


yaitu: 1. Ketuhanan yang Maha Esa, 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia,
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, 4. Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarat perwakilan,
dan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kedua, pada tanggal 31 Mei 1945, Dr Soepomo menyampaikan:


1.Persatuan, 2. Kekeluargaan, 3. Keseimbangan lahir dan batin, 4.
Musyawarah, dan 5. Keadilan rakyat.

Ketiga, Ir Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengusulkan lima


dasar negara yang terdiri dari: 1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia), 2.
Internasionalisme (Peri Kemanusiaan), 3. Mufakat (Demokrasi), 4.
Kesejahteraan Sosial, dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa
(Berkebudayaan).

Sebagai negarawan Ir Soekarno berhasil meramu dinamika pemikiran


yang berkembang sebagaimana dilontarkan oleh para tokoh Bangsa
lainnya dan mengusulkan penyebutan dasar kemerdekaan negara tersebut
ialah Pancasila. Yudi Latif (2011) dalam bukunya Negara Paripurna:
Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila, secara apik
menukilkan pidato Bung Karno saat itu : “Kenapa diucapkan terima kasih
kepada saya, kenapa saya diagung-agungkan, padahal toh sudah sering
saya katakan, bahwa saya bukan pencipta Pancasila. Saya sekedar
penggali Pancasila daripada bumi tanah air Indonesia ini, yang kemudian
lima mutiara yang saya gali itu, saya persembahkan kembali kepada
bangsa Indonesia”.

Keempat, Pancasila yang tertuang dalam Naskah Piagam Jakarta


yang dirumuskan oleh BPUPKI (Panitia Sembilan) pada tanggal 22 Juni
1945 yang beranggotakan Soekarno, Achmad Soebardjo, Abdul Kahar
Muzakkir, Alex Andries Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Mohammad
Hatta, Abdul Wahid Hasyim, Agus Salim, dan Mohammad Yamin.
Rumusannya adalah : 1. Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan
Syariat Islam Bagi Pemeluk-Pemeluknya, 2. Kemanusiaan Yang Adil
Dan Beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan-Perwakilan, dan 5.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Kelima, ialah Pancasila yang tertuang dalam Piagam Jakarta yang
disahkan oleh sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi
pembukaan UUD 1945, setelah terlebih dahulu dihapus 7 (tujuh) kata dari
kalimat “ Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi
Pemeluk-Pemeluknya”, diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dengan demikian jika ditilik dari konteks sejarah, karena ada istilah
kelahiran, maka babakan sejarah itu dapat dikaji dari beberapa tahapan.
Tahapan ‘perkenalan’ ialah masa sejak hadirnya bangsa Indonesia sejak
zaman purba hingga menjelang kemerdekaan. Saat digelarnya sidang
BPUPKI pada 29 Mei sampai 1 Juni sebagai momentum lamaran dimana
berbagai keinginan luhur termasuk Bung Karno menyampaikan
gagasannya tentang Pancasila.

Dirumuskannya Piagam Jakarta (22 Juni) adalah momentum


perkawinan antara seluruh elemen anak bangsa yang direpresentasikan
oleh Panitia Sembilan, dan 18 Agustus 1945 merupakan kelahiran The
Final of Pancasila yang kita gunakan saat ini sebagai Dasar Negara.
Iya-nya merupakan anak kandung syah dari proses perkawinan dan
pembuahan antara benih agamis-religius (ketuhanan) dan nasionalisme.
The Final of Pancasila merupakan persembahan kado terindah dari para
pendiri bangsa yang tentu saja sudah melalui proses dialektika yang
dinamis.

Dengan demikian, rumusan Pancasila sesuai tahapan di atas memiliki


eksistensi masing-masing yang merupakan bagian dari sejarah pergulatan
pemikiran dan sikap para pendiri bangsa kita yang harus dihormati,
sehingga tidak ada alasan untuk menegasikan diantara yang ada.

D. Nilai nilai Pamcasila pada zaman Orde Baru

Pada masa orde baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan


Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik
terhadap orde lama yang menyimpang dari pancasila melalui program P4
(Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia
Pancakarsa.
Orde baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara sekaligus berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia.
Akan tetapi implementasi dan aplikasinya sangat mengecewakan.
Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata
tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai
kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain.
Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden Soeharto
menggunakan Pancasia sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaannya.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila, yaitu
pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah melalui
pembekalan atau seminar. Kedua, asa tunggal, yaitu presiden Soeharto
membolehkan rakyat untuk membentuk organisasi-organisasi dengan
syarat harus berasaskan Pancasila. Ketiga, stabilisasi yaitu presiden
Soeharto melarang adanya kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan
pemerintah. Karena presiden Soeharto beranggapan bahwa kritikan
terhadap pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di dalam negara. Dan
untuk menstabilkannya presiden Soeharto menggunakan kekuatan militer
sehingga tak ada yang berani untuk mengkritik pemerintah.
Dalam pemerintahannya presiden Soeharto melakukan beberapa
penyelewengan dalam penerapan Pancasila, yaitu diterapkannya
demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat pada pemerintah . selain
itu presiden juga memegang kendali terhadap lembaga legislative,
eksekutif dan yudikatif sehingga peraturan yang di buat harus sesuai
dengan persetujuannya. Presiden juga melemahkan aspek-aspek
demokrasi terutama pers karena dinilai dapat membahayakan
kekuasaannya. Maka, presiden Soeharto membentuk Departemen
Penerangan atau lembaga sensor secara besar-besaran agar setiap berita
yang dimuat di media tidak menjatuhan pemerintahan. Penyelewengan
yang lain adalah pelanggengan korupsi, kolusi, dan nepotisme sehingga
pada masa ini banyak pejabat negara yang melakukan korupsi. Tak hanya
itu, pada masa ini negara Indonesia juga mengalami krisis moneter yang
di sebabkan oleh keuangan negara yang tidak stabil dan banyaknya
hutang kepada pihak negara asing. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan,
dan
pelanggaran.HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan oleh apara
t pemerintah atau negara.

E. Nilai nilai Pancasila yang terkandung pada Zaman Reformasi sampai


sekarang
Eksistensi pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik
yang substansinya belum mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum
berlangsung dengan baik karena Pancasila belum difungsikan secara maksimal
sebagaimana mestinya. Banyak masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila
tetapi belum memahami makna sesungguhnya.
Pada masa reformasi, Pancasila sebagai re-interprestasi.Yaitu Pancasila
harus selalu di interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman,
berarti dalam menginterprestasikannya harus relevan dan kontekstual dan harus
sinkron atau sesuai dengan kenyataan pada zaman saat itu.
.Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara di bawah payung ideologi Pancasila. Namun, faktanya
masih banyak masalah sosial-ekonomi yang belum terjawab. Eksistensi dan
peranan Pancasila dalam reformasi pun dipertanyakan. Pancasila di masa
reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila di masa orde lama dan orde baru.
Karena saat ini debat tentang masih relevan atau tidaknya Pancasila dijadikan
ideologi masih kerap terjadi. Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti
pada masa lalu.Pancasila banyak diselewengkan dianggap sebagai bagian dari
pengalaman buruk di masa lalu dan bahkan ikut disalahkan dan menjadi sebab
kehancuran.
Pancasila pada masa reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila
pada masa orde baru dan orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus di
hadapi. Tantangan itu adalah KKN yang merupakan masalah yang sangat besar
dan sulit untuk di tuntaskan. Pada masa ini korupsi benar-benar merajalela. Para
pejabat negara yang melakukan korupsi sudah tidak malu lagi. Mereka justru
merasa bangga, ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK dengan
melambaikan tangan serta tersenyum seperti artis yang baru terkenal. Selain
KKN, globalisasi menjadi racun bagi bangsa Indonesia Karen semakin lama
ideologI Pancasila tergerus oleh ideologI liberal dan kapitalis. Apalagi tantangan
pada masa ini bersifat terbuka, lebih bebas, dan nyata.

Anda mungkin juga menyukai