Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kemih. ISK merupakan reaksi inflamasi sel-sel
urotelium yang melapisi saluran kemih. Kasus ISK seringkali dijumpai pada
praktek dokter sehari-hari mulai infeksi ringan yang baru diketahui pada saat
pemeriksaan urin sampai infeksi berat yang dapat mengancam jiwa.1,2
Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru
lahir higga orang tua. Pada umunya wanita lebih sering mengalami episode ISK
daripada pria; hal ini karena uretra wanita lebih pendek daripada pria. Namun
pada masa neonatus ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang
tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%). Dengan
bertambahnya usia, insiden ISK terbalik yaitu pada masa sekolah ISK pada anak
perempuan 3% sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini pada usia remaja
anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimtomatik pada
wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6% dan angka itu meningkat menjadi 20% pada
wanita usia lanjut.1
ISK umunya disebabkan oleh flora normal saluran kemih khusunya
Escherichia coli, yang naik ke saluran kemih dan merupakan penyebab terjadinya
infeksi pertama (90%) serta berkontribusi menyebabkan infeksi berulang (75%).
Bakteri lain yang sering menyebabkan ISK adalah Klebsiella, Proteus,
Enterococcus, dan pseudomonas.3
Etiologi Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-
80%) pada ISK serangan pertama. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM
Jakarta juga menunjukkan hasil yang sama. Kuman lain penyebab ISK yang
sering adalah Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka,
Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan
Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus.4

1
Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah
seperti Pseudomonas, golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus atau
epidermidis. Haemofilus influenzae dan parainfluenza dilaporkan sebagai
penyebab ISK pada anak. Kuman ini tidak dapat tumbuh pada media biakan
standar sehingga sering tidak diperhitungkan sebagai penyebab ISK. Bila
penyebabnya Proteus, perlu dicurigai kemungkinan batu struvit (magnesium-
ammonium-fosfat) karena kuman Proteus menghasilkan enzim urease yang
memecah ureum menjadi amonium, sehingga pH urin meningkat menjadi. Pada
urin yang alkalis, beberapa elektrolit seperti kalsium, magnesium, dan fosfat akan
mudah mengendap.4
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat akibat kerusakan pada organ-
organ lain. Pada umunya infeksi akut yang mengenai organ padat (ginjal, prostat,
epididimis, dan testis) memberikan keluhan yang hebat sedangkan infeksi pada
organ-organ berongga (buli-buli, ureter, pielum) memberikan keluhan yang lebih
ringan. Gejala klinis dan tanda ISK.1,3
Penegakan diagnosis ISK membutuhkan pemeriksaan kultur urin. sampel
urin untuk pemeriksaan urinalisis harus diperiksa dalam kurun waktu 20 menit
atau didinginkan sampai menunggu uji kultur dilakukan. Hasil urinalisis yang
menunjukkan piuria (leukosituria, ditemukan > 10 sel darah putih/mm3)
menunjukkan adanya infeksi, tetapi dapat juga ditemukan pada kasus uretritis,
vaginitis, nefrolitiasis, glomerulonefritis, dan nefritis interstisial. 3
Terapi empiris harus diberikan pada anak yang memiliki gejala dan pada
seluruh anank dengna hasil kultur urin positif. Pada naka yang lebih muda yang
tidak menunjukkan gejala tetapi memiliki hasil ultur urin positif, terapi antibiotik
harus diberikan secara parenteral ataupun oral. Pada anak dengan kecurigaan ISK
yang terlihat sakit berat, dehidrasi, atapun dengan asupan cairan tidak adekuat,
pemberian terapi inisial antibbiotik harus secara parenteral dan perawatan di
rumah sakit perlu dipertimbangkan.3
Pencegahan primer dicapai dengan cara menjaga higiene area periuneum
dan pengelolaan faktir risiko yang mendasari terjadinya IS seperti konstipasi

2
kronik, enkopresis, dan inkontinensia urin pada siang hari atau pun malam hari.
Pencegahan sekunder ISK denga pemberian antibiotik profilaksis yang diberikan
sekali sehari, dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi berulang, walaupun
pengaruh profilaksis sekunder untuk mencegah terjadinya jaringan parut pada
gnjal tidak diketahui.3

3
BAB II
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. S
 Jenis kelamin : Perempuan
 Lahir pada tanggal/umur : 15 Mei 2015
 Berat waktu lahir : 3.500 gram
 Partus secara normal dibantu oleh Bidan
 Agama : Islam
 Kebangsaan : Indonesia
 Nama ibu : Ny. S Umur : 20 tahun
 Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
 Pendidikan ibu : SMP
 Nama ayah : Tn. H Umur : 23 tahun
 Pekerjaan ayah : Buruh
 Pendidikan ayah : SD
 Alamat : Desa Loli Tasaburi
 No. Telp :-
 Masuk dengan diagnosis : ISK
 Tanggal masuk rumah sakit : 27 Juli 2018
 Tanggal keluar rumah sakit : 01 Agustus 2018
 Masuk ke ruangan : Nuri bawah

Anamnesis (diberikan oleh ibu pasien)


Anak ke 1 dari 2 bersaudara
Tanggal (umur) sebab masih hidup
2 tahun

4
FAMILY TREE

Ayah Ibu

Anak Sakit

Anamnesis
 Keluhan utama : Demam

Anamnesis Terpimpin:
Seorang anak masuk rumah sakit dengan keluhan demam hilang timbul sejak
2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh kencing bernanah sejak 1 hari yang lalu.
Gejala disertai mual dan muntah lebih dari 10 kali dan berwarna coklat 2 hari
yang lalu, gejala di sertai BAK > 10 kali. Pasien juga mengeluh nyeri perut dan
sakit kepala saat demam berlangsung. Sesak (-). Riwayat mengalami gejala yang
sama (+), riwayat berobat (+), riwayat keluarga mengalami gejala yang sama (-).

 Anamnesis antenatal dan riwayat persalinan:


Riwayat Ante Natal Care (ANC) rutin dikontrol posyandu saat hamil, ibu tidak
pernah sakit saat hamil. Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Bayi
lahir normal ditolong oleh bidan, bayi lahir langsung menangis, cukup bulan
dengan berat badan lahir 3.500 gram dan Panjang badan lahir tidak diketahui,
usia ibu saat melahirkan 24 tahun. G2P2A0

 Penyakit yang sudah pernah dialami (Tanggal & Riwayat)


- Morbili : -
- Varicella : -
- Pertussis : -
- Diare : -
- Cacing : -

5
- Batuk/pilek :-
- Lain – lain : -

 Riwayat Kepandaian/Kemajuan Bayi:


- Membalik : Pada usia 5 bulan
- Tengkurap : Pada usia 4 bulan
- Duduk : Pada usia 6 bulan
- Merangkak : Pada usia 7 bulan
- Berdiri berpegangan : Pada usia 9 bulan
- Berjalan : Pada usia 12 bulan
- Tertawa : Pada usia 2 bulan
- Berceloteh : Pada usia 8 bulan
- Memanggil papa mama : Pada usia 11 bulan

 Anamnesis makanan terperinci sampai sekarang :


Usia Riwayat makanan
0 - 6 bulan Asi
6 – 9 bulan Asi + Sun
9 – 12 bulan Sufor + nasi tim
> 1 tahun Sufor + nasi tim + makanan keluarga

.
 Riwayat Imunisasi Dasar :
DASAR ULANGAN
I II III I II III
BCG +
POLIO + + +
DTP + + +
CAMPAK +
HEPATITIS + + +

6
 Anamnesis Keluarga
1. Ikhtisar Keturunan: Anak ke 1 dari 2 bersaudara

2. Riwayat keluarga: (tentang penyakit, masih hidup/meninggal, sebab


meninggal,dsb)
Tidak ada riwayat penyakit keluarga.

 Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan


Pasien memiliki keadaan sosial yang baik dengan berhubungan terutama ibu
dan selalu diberi perhatian dan dirawat dengan baik. Keadaan ekonomi pasien
termasuk kategori menengah kebawah. Kondisi lingkungan, pasien tinggal di desa
loli tasaburi, tinggal bersama kedua orang tua, ayah pasien kadang merokok di
dalam rumah dan lingkungan rumah merupakan lingkungan perumahan padat
penduduk.

 Perjalanan Penyakit:
Seorang anak masuk rumah sakit dengan keluhan demam hilang timbul sejak 2
hari yang lalu. Pasien juga mengeluh kencing bernanah sejak 1 hari yang lalu.
Gejala disertai mual (+) dan muntah lebih dari 10 kali berwarna coklat sejak 2 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri perut dan sakit kepala. Sebelumnya pada
tahun yang sama anak dirawat dengan gejala kencing bernanah namun setelah
membaik pasien di pulangkan. Namun sekarang gejala tersebut timbul kembali.

II. PEMERIKSAAN FISIK


 Umur : 3 tahun 2 bulan
 Berat Badan : 14 kg
 Panjang Badan : 103 cm
 Keadaan umum : Sakit Sedang
 Status Gizi : Status gizi baik
 Sianosis : tidak ada

7
 Anemia : -/-
 Keadaan mental : Somnolen
 Ikterus : tidak ada
 Tanda Vital
- Denyut nadi : 128 kali/menit, kuat angkat
- Suhu : 37.5 0C
- Respirasi : 28 kali/menit
 Kejang
- Tipe : Tidak ada
- Lamanya: -
 Kulit
- Warna: Sawo matang Turgor : kembali > 2 detik
- Efloresensi: - Tonus : ada
- Pigmentasi: - Edema: tidak ada edema
- Jaringan parut: -
- Lapisan lemak: -
- Lain- lain: -
 Kepala
- Bentuk : Normosefal
- Rambut : Rambut tebal berwarna hitam sulit di cabut
 Mata
- Exophtalmus/Enophtalmus : Tidak ada
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Tidak ikterus
- Pupil : Isokor, RCL +/+, RCTL+/+
- Lensa jernih : Jernih +/+
- Fundus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Gerakan : Tidak dilakukan pemeriksaan

8
 Telinga : Otore (-/-)
 Hidung : Rinore (-/-)
 Mulut
- Bibir: tidak kering, tidak sianosis
- Lidah: tidak kotor, tidak tremor
- Gigi: dalam masa pertumbuhan
- Selaput mulut: tidak ada stomatitis angularis
- Gusi: tidak ada perdarahan
- Bau pernapasan: normal
 Tenggorokan
- Tenggorokan: tidak ada kelainan
- Tonsil: Hiperemis (-)
- Pharynx: T1/T1
 Leher
- Trakea: letak ditengah
- Kelenjar: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
- Kaku kuduk (-)
- Lain-lain: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Thorax
- Bentuk : normal Xiphosternum : Tidak ada
- Rachitic Rosary : Tidak ada Harrison’s groove : Tidak ada
- Ruang Intercostal : Tidak ada Pernapasan paradoxal : Tidak ada
- Precordial Bulging : Tidak ada Retraksi : Tidak ada
- Lain-lain: : Tidak ada
 Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi :Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)

9
 Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V linea
parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (+), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
 Genitalia : Dalam batas normal
 Kelenjar : Tidak ada pembesaran
 Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat.
 Tulang-tulang : Tidak ada deformitas
 Otot-otot : Eutrofi
 Refleks : Refleks fisiologis (+) Refleks patologis (-)

II. Pemeriksaan Penunjang


DARAH RUTIN (27/07/18)
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 6 4,5-10,0 103/ µl
RBC 5,4 4,0-5,5 106/µl
HGB 10,9 12,0-16,0 g/dl
HCT 34,6 42-52 %
PLT 316 150-450 103/µl
MCV 64,7 80-99 Fl
MCH 20,4 27-31 pg
MCHC 31.5 33-37 g/dl

10
 Diagnosis sementara: Susp. ISK + Diare dehidrasi ringan sedang
 Diagnosis : ISK + diare dehidrasi ringan sedang
 Anjuran pemeriksaan : Urin lengkap
 Terapi :
Medikamentosa
IVFD RL 16 tpm
Paracetamol syr 3 x 1 ½ cth
Domperidon syr 3 x 1 cth

RESUME
Seorang anak masuk rumah sakit dengan keluhan demam hilang timbul sejak 2
hari yang lalu. Pasien juga mengeluh kencing bernanah sejak 1 hari yang lalu.
Gejala disertai mual dan muntah lebih dari 10 kali dan berwarna coklat 2 hari
yang lalu, gejala di sertai BAK > 10 kali. Pasien juga mengeluh nyeri perut dan
sakit kepala saat demam berlangsung. Sesak (-). Riwayat mengalami gejala yang
sama (+), riwayat berobat (+), riwayat keluarga mengalami gejala yang sama (-).
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 37.5 0C, nadi 128 x/menit dan
respirasi 28 x/menit. Pada status gizi didapatkan status gizi baik dengan berat
badan 14 kg dan tinggi badan 103 cm didapatkan hasil dipersentil (<-1 SD) – (>-2
SD), Pada ekstremitas ditemukan Ekstremitas atas dan bawah akral hangat. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC sebesar 6 103/ul, RBC sebesar 5,4
106/ul, HGB sebesar 10,9 g/dl, HCT sebesar 34,6 %, PLT sebesar 316 103/u,
MCV 64,7 Fi, MCH 20,4 pg, MCHC 31,5 g/dl.

11
BAB III
FOLLOW UP

 Follow Up Hari ke 1
Tanggal : 28 Juli 2018
Subjek (S) : Demam (+), BAB cair (+) > 10 kali, Muntah > 10 kali,
BAK bernanah (+), nyeri perut (+), nyeri kepala (+)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 68 kali/menit
- Respirasi : 24 kali/menit
- Suhu : 36,7 0C
b. Kepala :Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarna hitam sulit di cabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah: Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi: Perdarahan
(-)
h. Tonsil : Sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
Massa lain (-)
Turgor kulit kembali dalam > 2 detik

12
j. Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop(-)

k. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (+), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)

l. Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)

No Pemeriksaan Urine Hasil Nilai Rujukan


1. PH 6.5 4,8 – 8,0
2. BJ 1.015 1,003 – 1,022
3. Protein Negatif Negatif
4. Reduksi Negatif Negatif

13
5. Urobilinogen Negatif Negatif
6. Bilirubin Negatif Negatif
7. Keton + Negatif
8. Nitrit Negatif Negatif
9. Blood Negatif Negatif
10. Leukosit + Negatif
11. Vitamin C Negatif Negatif
12. Sedimen
Leukosit 5–7 0-5
Eritrosit 1–2 0-3
Kristal ca. Oxalat Negatif Negatif
Granula Negatif Negatif
Epitel sel + Negatif
Hyfa Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif

Assesment (A) :
ISK + Diare akut dehidrasi ringan sedang

Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
L-bio 2 dd 1 tab
Paracetamol syr 3 dd 1 ½ cth
Inj deksametason 1,5 mg/8 jam/iv

14
 Follow Up Hari ke 2
Tanggal : 29 Juli 2018
Subjek (S) : BAB cair (+) 4 kali, Muntah (+) 2 kali, BAK bernanah (+),
nyeri perut (+), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 118 kali/menit
- Respirasi : 30 kali/menit
- Suhu : 36 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarna hitam sulit dicabut
d. Mata :Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)

Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)

15
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan cembung, massa (-), distensi (-), sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (+), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
-
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)

Assesment (A) :
ISK + Diare akut dehidrasi ringan sedang

Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
Inj. Sefotaksim 350 mg/ 8 jam/iv
L – Bio 2 dd 1 tab
Inj. Deksametason 1,5 mg/8 jam/iv

16
 Follow Up Hari ke 3
Tanggal : 30 Juli 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (+), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis

a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 80 kali/menit
- Respirasi : 28 kali/menit
- Suhu : 36,5 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)

Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)

17
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (+), hepar : pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
-
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)

Assesment (A) :
ISK
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
L bio 2 dd 1 tab
Inj. Deksametason 1,5 mg/8 jam/iv

18
 Follow Up Hari ke 4
Tanggal : 31 Juli 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 108 kali/menit
- Respirasi : 36 kali/menit
- Suhu : 36,7 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)

Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)

19
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)

Assesment (A) :
ISK

Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
L bio 2 dd 1 tab

20
Inj. Deksametason 1,5 mg/8 jam/iv

 Follow Up Hari ke 5
Tanggal : 01 agustus 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 100 kali/menit
- Respirasi : 30 kali/menit
- Suhu : 36,8 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)

Thorax
Paru-paru

21
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan samadengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)

Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)

No Pemeriksaan Urine Hasil Nilai Rujukan


1. PH 7.0 4,8 – 8,0
2. BJ 1.010 1,003 – 1,022
3. Protein Negatif Negatif
4. Reduksi Negatif Negatif
5. Urobilinogen Negatif Negatif
6. Bilirubin Negatif Negatif

22
7. Keton Negatif Negatif
8. Nitrit Negatif Negatif
9. Blood Negatif Negatif
10. Leukosit Negatif Negatif
11. Vitamin C Negatif Negatif
12. Sedimen
Leukosit 0–1 0–5
Eritrosit 0-1 0–3
Kristal ca. Oxalat Negatif Negatif
Granula Negatif Negatif
Epitel sel + Negatif
Hyfa Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Assesment (A) :
ISK
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
L bio 2 dd 1 tab
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv

 Follow Up Hari ke 6
Tanggal : 02 agustus 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 110 kali/menit
- Respirasi : 34 kali/menit

23
- Suhu : 36,4 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih (+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor
(-), stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi: Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)

Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan samadengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra

24
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)

Assesment (A) :
ISK

Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
L bio 2 dd 1 tab

 Follow Up Hari ke 7
Tanggal : 03 agustus 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 105 kali/menit
- Respirasi : 32 kali/menit
- Suhu : 36,7 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal

25
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih (+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor
(-), stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi: Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)

Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan samadengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)

26
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)

Assesment (A) :
ISK

Planning (P)
Medikamentosa
IVFD KAEN 3b 8 tetes/menit
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
Zink 20 mg 1 dd 1 tab

Pasien pulang paksa

27
BAB IV
DISKUSI KASUS

Infeksi saluran kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih. Meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai ≥ l 00.000
unit koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari,
digunakan sebagai batasan diagnosis ISK.2
Bakteriuria asimtomatik (asymptomatic bacteriuria, covert bacteriuria)
adalah terdapatnya bakteri dalam saluran kemih tanpa menimbulkan manifestasi
klinis. Umumnya diagnosis bakteriuria asimtomatik ditegakkan pada saat
melakukan biakan urin ketika check-up rutin/uji tapis pada anak sehat atau tanpa
gejala klinis. Sedangkan ISK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan
tanda klinik. ISK simtomatik dapat dibagi dalam dua bagian yaitu infeksi yang
menyerang parenkim ginjal, disebut pielonefritis dengan gejala utama demam,
dan infeksi yang terbatas pada saluran kemih bawah (sistitis) dengan gejala utama
berupa gangguan miksi seperti disuria, polakisuria, kencing mengedan (urgency).
ISK non spesifik adalah ISK yang gejala klinisnya tidak jelas. Ada sebagian kecil
(10-20%) kasus yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis, baik
berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang yang tersedia.4
Etiologi Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-
80%) pada ISK serangan pertama. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM
Jakarta juga menunjukkan hasil yang sama. Kuman lain penyebab ISK yang
sering adalah Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka,
Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan
Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus.4
Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah
seperti Pseudomonas, golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus atau
epidermidis, Haemofilus influenzae dan parainfluenza dilaporkan sebagai
penyebab ISK pada anak. Kuman ini tidak dapat tumbuh pada media biakan

28
standar sehingga sering tidak diperhitungkan sebagai penyebab ISK. Bila
penyebabnya Proteus, perlu dicurigai kemungkinan batu struvit (magnesium-
ammonium-fosfat) karena kuman Proteus menghasilkan enzim urease yang
memecah ureum menjadi amonium, sehingga pH urin meningkat menjadi 8-8,5.
Pada urin yang alkalis, beberapa elektrolit seperti kalsium, magnesium, dan fosfat
akan mudah mengendap.4
lnfeksi saluran kemih merupakan penyebab demam kedua tersering setelah
infeksi akut saluran napas pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Pada kelompok
ini angka kejadian ISK mencapai 5%. Angka kejadian ISK bervariasi, tergantung
umur dan jenis kelamin. Angka kejadian pada neonatus kurang bulan adalah
sebesar 3%, sedangkan pada neonatus cukup bulan l%. Pada anak kurang dari 10
tahun, ISK ditemukan pada 3,5% anak perempuan dan 1,l% anak lelaki. Diagnosis
yang cepat dan akurat dapat mencegah penderita ISK dari komplikasi
pembentukan parut ginjal dengan segala konsekuensi jangka panjangnya seperti
hipertensi dan gagal ginjal kronik.2
Gangguan aliran urin yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun
fungsional, seperti refluks vesiko-urener, batu saluran kemih, buli-buli
neurogenik, sumbatan muara uretra atau kelainan anatomi saluran kemih lainnya
dapat menjadi faktor predisposisi ISK. Usaha preventif adalah tidak menahan
kencing dan menjaga higiene periuretra dan perineum.2

DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Gambaran klinis ISK sangat bervariasi dan sering tidak khas, dari
asimtomatik sampai gejala sepsis yang berat. Berikut gejala ISK berdasarkan
usia2:

29
Tabel 1. gejala ISK berdasarkan usia

neonatus sampai usia 2 bulan gejalanya menyerupai gejala sepsis


berupa demam, apatis, berat badan
tidak naik, muntah, mencret,
anoreksia, problem minum dan
sianosis.
bayi - 1 tahun gejala klinik dapat berupa demam,
penurunan berat badan, gagal
tumbuh, nafsu makan berkurang,
cengeng, kolik, muntah, diare,
ikterus, dan distensi abdomen.
Demam yang tinggi dapat disertai
kejang.
Pada palpasi ginjal anak merasa
kesakitan.
1 tahun – 4 tahun Gejala berupa demam yang tinggi
hingga menyebabkan kejang,
muntah dan diare, bahkan dapat
timbul dehidras.
anak besar gejalanya lebih khas, seperti sakit
waktu miksi, urgency, frequency,
polakisuria, mengompol, disuria,
polakisuria, atau urin yang berbau
menyengat sedangkan nyeri perut
atau pinggang dan pireksia lebih
jarang ditemukan.

Pada pielonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai menggigil, gejala


saluran cerna seperti mual, muntah, diare. Tekanan darah pada umumnya masih

30
normal, dapat ditemukan nyeri pinggang. Gejala neurologis dapat berupa iritabel
dan kejang. Nefritis bakterial fokal akut adalah salah satu bentuk pielonefritis,
yang merupakan nefritis bakterial interstitial yang dulu dikenal sebagai nefropenia
lobar. Pada sistitis, demam jarang melebihi 38⁰C, biasanya ditandai dengan nyeri
pada perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu
berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih, retensio urin,
dan enuresis.4

PEMERIKSAAN FISIS
Gejala dan tanda ISK yang dapat ditemukan berupa demarn, nyeri ketok
sudut kostovertebral, nyeri tekan suprasimfisis. Kelainan pada genitalia eksterna
seperti fimosis, sinekia vulva, hipospadia, epispadia, dan kelainan pada tulang
belakang seperti Spina bifida.2

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemerilcsaan urinalisis dapat dinemukan proteinuria, Ieukosituria
(Ieukosit > 5/ LPB), hematuria (eritrosit > 5/LPB).2,5
Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria bermakna pada kultur urin
yang jumlahnya tergantung dari metode pengambilan sampel urin (lihat Tabel 2).
Pemeriksaan penunjang lain dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti
disebutkan di atas dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi, foto polos perut
dan bila perlu dilanjutkan dengan miksio-sisto-uretrogram dan pielografi
intravena. Pemeriksaan ureum dan kreatinin serum dilakukan untuk menilai fungsi
ginjal.2,5

31
Tabel 2. Interpretasi hasil biakan urin

Pada pasien ini mengeluhkan demam dirasakan sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai sakit kepala, sakit kepala timbul saat demam berlangsung,
muntah 10 kali dan muntah berwarna coklat, nyeri supra pubik, frekuensi BAK
meningkat, warna kuning pekat tidak keruh, berbau biasa dan nafsu makan
berkurang. Pasien memiliki riwayat perawatan di RS dengan ISK. Palpasi
abdomen nyeri tekan supra pubik. Pemeriksaan hematologi tampak leukosit
meningkat. Hasil urinalisis tampak leukosit banyak. Sehingga dapat ditegakkan
diagnosis bahwa pasien mengalami infeksi saluran kemih dan diare akut
dehidrasi ringan sedang.

TATALAKSANA
Medikamentosa
Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil biakan
urin dan uji kepekaan, antibiotik diberikan secara empirik selama 7-l0 hari untuk
eradikasi infeksi akut. Jenis antibiotik dan dosis dapat dilihat pada tabel 3. Anak
yang mengalami dehidrasi, muntah, atau tidak dapat minum oral, berusia satu
bulan atau kurang atau dicurigai mengalami urosepsis sebaiknya dirawat di rumah

32
sakit untuk rehidrasi dan terapi antibiotika intravena. Koreksi bedah sesuai dengan
kelainan saluran kemih yang ditemukan.2
Suportif
Selain pemberian antibiotik, penderita ISK perlu mendapat asupan cairan
yang cukup, perawamn higiene daerah perineum dan periuretra, serta pencegahan
konstipasi.2

Tabel 3. dosis antibiotik parenteral (A) dan oral (B)

Terapi dalam 2 x 24 jam setelah pengobatan fase akut dimulai, gejala ISK
umumnya menghilang. Bila belum menghilang, dipikirkan untuk mengganti
antibiotik yang lain.2
Pemeriksaan kultur dan resistensi urin ulang dilakukan 3 hari setelah
pengobatan fase akut dihentikan, dan bila memungkinkan setelah 1 bulan dan
setiap 3 bulan. Jika ada ISK berikan antibiotik sasuai hasil kepekaan.2
Bila ditemukan adanya kelainan anatomik maupun fungsional yang
menyebabkan obstruksi, maka pengobatan fase akut dilanjutkan dengan antibiotik

33
profilaksis. Antibiotik profilaksis juga diberikan pada ISK berulang. ISK pada
neonatus, dan pielonefritis akut.2

Tabel 4. Antibiotik profilaksis


Trimetoprim : 1-2 mg/kgbb/hari
Kotrimoksazol
-Trimetoprim : 1-2 mg/kgbb/hari
-Sulfametoksazol: 5-10 mg/kgbb/hari
Sulfisoksazol : 5-10 mg/kgbb/hari
Sefaleksin : 10-15 mg/kgbb/hari
Nitrofurantoin : 1 mg/kgbb/hari
Asam nalidiksat : 15-20 mg/kgbb/hari
Sefaklor : 15-17 mg/kgbb/hari
Sefiksim : 1-2 mg/kgbb/hari
Sefadroksil : 3-5 mg/kgbb/ha

34
Gambar 1. alogaritme penanggulangan dan pencitraan anak dengan ISK

KOMPLIKASI
ISK simpleks umumnya tidak mengganggu proses tumbuh kembang.
Sedangkan ISK kompleks bila disertai dengan gagal ginjal kronik akan
mempengaruhi proses tumbuh kembang.2

35
Komplikasi ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan
meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal
ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi
pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut.Faktor risiko
terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik
dalam tatalaksana dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi
saluran kemih.4

36
Diare akut adalah buang air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari dengan
konstitensi cair tanpa atau dengan lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
14 hari. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari
3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi tidak meningkat normal, hal
tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara
akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. 6,7
Beberapa jenis diare sering disebabkan oleh organisme renik seperti
bakteri dan virus. Bakteri patogen seperti E.coli, Shigella, Campylobacter,
Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri patogen yang
menyebabkan epidemi diare pada anak. Kolera merupakan salah satu contoh kasus
epidemik dan sering diidentikkan dengan penyebabkan kematian utama pada
anak. Namun sebagian besar kejadian diare yang disebabkan oleh kolera terjadi
pada dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Diare cair pada anak
sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus , V. cholera dan E.coli. Diare
berdarah paling sering disebabkan oleh Shigela (UNICEF dan WHO, 2009).
Sedangkan diare cair akut pada anak di bawah lima tahun paling banyak
disebabkan oleh infeksi rotavirus. 7,8
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 7
1) Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
Infeksi enteral meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter dan
sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dan lain-lain.
- Infeksi parasit
- Cacing, Protozoa, Jamur.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,

37
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
2) Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
5) Kesulitan makan
6) Defek anatomis : Malrotasi, Penyakit Hirchsprung, Short Bowel Syndrome,
Atrofi mikrovilli, Stricture
7) Endokrinopati : Thyrotoksikosis, Penyakit Addison, Sindroma Adrenogenital
8) Neoplasma : Neuroblastoma, Phaeochromocytoma.

Tabel 1. Gejala khas diare oleh berbagai penyebab.

38
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, mata cekung, mukosa bibir kering,
turgor kulit agak lambat, perasaan haus minum dan peristaltik meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien sedang dalam keadaan dehidrasi ringan sedang (tabel
2) dimana gejala yang didapatkan pada pasien sesuai dengan kategori B (tabel 3).

GEJALA KLASIFIKASI
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut : DIARE
 Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI
 Mata cekung BERAT
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut : DIARE
 Gelisah, rewel/mudah marah DEHIDRASI
 Mata cekung RINGAN/
 Haus, minum dengan lahap SEDANG

 Cubitan kulit perut kembali lambat


Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai DIARE
diare dehidrasi berat atau ringan/sedang TANPA
DEHIDRASI

Tabel 2. Klasifikasi diare dengan dehidrasi berdasarkan WHO. 9

39
Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar *gelisah, rewel *lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa *haus, ingin *malas minum
tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
Periksa : turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang bila
ada 1 tanda * Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain
Terapi : Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 3. Derajat dehidrasi menurut WHO. 9

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.

40
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan

Pada kasus ini, rencana penanganan yang dianjurkan adalah rencana terapi B.
Hal ini dilakukan karena pada kasus diare jumlah cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh banyak yang keluar. Oleh karena itu prioritas managemen diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang adalah menggantikan jumlah kebutuhan cairan yang
diperlukan tubuh.
Berdasarkan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dalam pengobatan
diare dibagi menjadi 3 macam rencana terapi, yaitu : 8,9

- Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah


 Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Pemberian Oralit :
Sampai umur 1 tahun: 50-100 mL tiap BAB
1- 5 tahun: 100-200 mL tiap BAB
 Beri tablet Zink selama 10 hari
 Lanjutkan pemberian makan
 Kapan harus kembali
- Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit
 Menentukan jumlah oralit 3 jam pertama :
BB (dalam Kg) × 75 mL
 Berikan tablet Zink selama 10 hari
 Setelah 3 jam, nilai dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Rencana Terapi C : Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat
 IV RL 100 ml/kgBB
 Jika bisa minum, berikan Oralit :
• < 12 bulan 1 jam pertama 30 ml/kgBB, 5 jam berikut 70 ml/kgBB
• 1-5 tahun 30 menit pertama 30 ml/kgBB, 2½ jam 70 ml/kgBB

41
 Berikan juga tablet Zink
 Periksa kembali kondisi anak sesudah 3-6 jam dan klasifikasikan dehidrasi.
Kemudian tentukan Rencana Terapi yang sesuai (A,B, atau C) untuk
melanjutkan pengobatan.

1. Rehidrasi
Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Jumlah oralit yang
diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml.
Setelah 3 jam:
1. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi
2. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
3. Melanjutkan memberi makan pasien

Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:


1. Mengajarkan ibu cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
2. Mengajarkan ibu berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah
untuk
3. Menyelesaikan 3 jam pengobatan.
 Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi sesuai yang di anjurkan dalam rencana terapi A.
4. Menjelaskan aturan perawatan diare di rumah:
1) Beri cairan tambahan (susu low atau free laktosa)
2) Lanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
3) Lanjutkan pemberian makan

Cara memberikan larutan oralit yaitu dengan meminumkan sedikit-sedikit tapi


sering dari cangkir/ mangkuk/ gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit
kemudian berikan lagi lebih lambat serta lanjutkan pemberian ASI.

2. Tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :


 Anak 2-6 bulan = 10 mg (1/2 tablet) per hari
 Anak > 6 bulan = 20 mg (1 tablet) per hari

42
Zink termasuk mikronutrien yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan
merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pemberian zink
dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

3. ASI dan makanan diteruskan


ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang pada saat terjadi diare. Bayi yang minum ASI harus
diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak minum
ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.

4. Antibiotik selektif
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan
tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti Shigella, Salmonella, Enterotoxin E.
Coli, Enteroinvasif E. Coli dan sebagainya.

5. Nasehat kepada orangtua


Nasehat yang dapat diberikan apabila penderita sudah pulang ke rumah atau
untuk penderita rawat jalan adalah segera datang kembali kerumah sakit jika
timbul demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat
haus, diare semakin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Selain itu ibu
disarankan untuk selalu menjaga kebersihan bayi dan mencuci tangan dengan
baik dan benar sebelum dan sesudah memberi makan/minum bayi. Hal ini
bertujuan agar tercipta higienitas ibu dan bayi yang baik. Pada kasus ini
nasehat telah diberitahukan dan mendapat respon yang baik dari kedua
orangtua pasien.10,11

43
Komplikasi

Diare berkepanjangan dapat menyebabkan:

1. Dehidrasi (Kekurangan cairan )


Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang. Dehidrasi dapat
terjadi ringan, sedang atau berat.
2. Gangguan sirkulasi
Pada diare akut,kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat.
Jika kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat
mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume
darah (hipovolemia).
3. Gangguan asam basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam
tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernapas cepat untuk
meningkatkan pH arteri.
4. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami
malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia sapat mengakibatkan koma.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Kemungkinan karena cairan
ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler
sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.
5. Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang
berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan
dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi
(malnutrisi) 10

Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain:
1. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ‘3 Tidak ‘ yaitu
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

44
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan
sebagian besar kuman penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah
makan,dan sesudah buang air besar (BAB).
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun
5. Menggunakan jamban yang sehat
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar10

Prognosis

Prognosis diare dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi, sehingga


penatalaksanaannya sesuai dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi. Apabila
penanganan yang diberikan tepat dan sesegera mungkin, maka dapat mencegah
komplikasi dari diare tersebut.10

Pada kasus ini prognosisnya baik karena segera dilakukan penanganan selain itu
derajat dehidrasinya yang ringan-sedang.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Prasetya, dkk. UROLOGI. Bina Pustaka: 2011


2. Pujiadi, A.H.m Hegar. B., Handryastuti, S., Idris, N.S., Gandapura,E.P.,
Harmoniati,E.D., Yuliarti, K.,Pedoman pelayanan Medis. Ikatan Dokter
Indonesia. Jakarta: 2011.
3. Marcdante, K.J., Kliegman, R.M., Jenson.H.B., Behrman, R.nNelson Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi bahasa Indonesia , diterjemahkan, didapatkan dan
diedit oelh Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014.
4. IDAI ukk nefrologi. KONSENSUS INFEKSI SALURAN KEMIH PADA
ANAK. Ikatan dokter anak indonesia (idai) unit kerja koordinasi (ukk)
nefrologi. Jakarta: 2011
5. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas.Makassar Pediatric update III.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas. Makassar: 2015
6. Endang Poerwati. Determinan Lama Rawat Inap Pasien Balita dengan Diare.
Vol 27. No. 4. Jurnal Kedokteran Brawijaya: Jakarta Timur; 2013.
7. Jufrie, M., Oswari, H., Arief, S., et al. Buku Ajar Gastroenterologi
Hepatologi. Jilid I. Cetakan 3. Badan Penerbit IDAI: Jakarta; 2012. Hal 87-
118.
8. Depkes. RI Buku saku petugas kesehatan Lintas Diare. Jakarta; Depkes RI:
2011.
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Hal 3, 16-
18, 29.
10. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric
Diagnosis Little Brown and Company 2010;20 – 23.
11. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in
Children Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268 – 274

46

Anda mungkin juga menyukai