PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kemih. ISK merupakan reaksi inflamasi sel-sel
urotelium yang melapisi saluran kemih. Kasus ISK seringkali dijumpai pada
praktek dokter sehari-hari mulai infeksi ringan yang baru diketahui pada saat
pemeriksaan urin sampai infeksi berat yang dapat mengancam jiwa.1,2
Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru
lahir higga orang tua. Pada umunya wanita lebih sering mengalami episode ISK
daripada pria; hal ini karena uretra wanita lebih pendek daripada pria. Namun
pada masa neonatus ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang
tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%). Dengan
bertambahnya usia, insiden ISK terbalik yaitu pada masa sekolah ISK pada anak
perempuan 3% sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini pada usia remaja
anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimtomatik pada
wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6% dan angka itu meningkat menjadi 20% pada
wanita usia lanjut.1
ISK umunya disebabkan oleh flora normal saluran kemih khusunya
Escherichia coli, yang naik ke saluran kemih dan merupakan penyebab terjadinya
infeksi pertama (90%) serta berkontribusi menyebabkan infeksi berulang (75%).
Bakteri lain yang sering menyebabkan ISK adalah Klebsiella, Proteus,
Enterococcus, dan pseudomonas.3
Etiologi Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-
80%) pada ISK serangan pertama. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM
Jakarta juga menunjukkan hasil yang sama. Kuman lain penyebab ISK yang
sering adalah Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka,
Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan
Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus.4
1
Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah
seperti Pseudomonas, golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus atau
epidermidis. Haemofilus influenzae dan parainfluenza dilaporkan sebagai
penyebab ISK pada anak. Kuman ini tidak dapat tumbuh pada media biakan
standar sehingga sering tidak diperhitungkan sebagai penyebab ISK. Bila
penyebabnya Proteus, perlu dicurigai kemungkinan batu struvit (magnesium-
ammonium-fosfat) karena kuman Proteus menghasilkan enzim urease yang
memecah ureum menjadi amonium, sehingga pH urin meningkat menjadi. Pada
urin yang alkalis, beberapa elektrolit seperti kalsium, magnesium, dan fosfat akan
mudah mengendap.4
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat akibat kerusakan pada organ-
organ lain. Pada umunya infeksi akut yang mengenai organ padat (ginjal, prostat,
epididimis, dan testis) memberikan keluhan yang hebat sedangkan infeksi pada
organ-organ berongga (buli-buli, ureter, pielum) memberikan keluhan yang lebih
ringan. Gejala klinis dan tanda ISK.1,3
Penegakan diagnosis ISK membutuhkan pemeriksaan kultur urin. sampel
urin untuk pemeriksaan urinalisis harus diperiksa dalam kurun waktu 20 menit
atau didinginkan sampai menunggu uji kultur dilakukan. Hasil urinalisis yang
menunjukkan piuria (leukosituria, ditemukan > 10 sel darah putih/mm3)
menunjukkan adanya infeksi, tetapi dapat juga ditemukan pada kasus uretritis,
vaginitis, nefrolitiasis, glomerulonefritis, dan nefritis interstisial. 3
Terapi empiris harus diberikan pada anak yang memiliki gejala dan pada
seluruh anank dengna hasil kultur urin positif. Pada naka yang lebih muda yang
tidak menunjukkan gejala tetapi memiliki hasil ultur urin positif, terapi antibiotik
harus diberikan secara parenteral ataupun oral. Pada anak dengan kecurigaan ISK
yang terlihat sakit berat, dehidrasi, atapun dengan asupan cairan tidak adekuat,
pemberian terapi inisial antibbiotik harus secara parenteral dan perawatan di
rumah sakit perlu dipertimbangkan.3
Pencegahan primer dicapai dengan cara menjaga higiene area periuneum
dan pengelolaan faktir risiko yang mendasari terjadinya IS seperti konstipasi
2
kronik, enkopresis, dan inkontinensia urin pada siang hari atau pun malam hari.
Pencegahan sekunder ISK denga pemberian antibiotik profilaksis yang diberikan
sekali sehari, dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi berulang, walaupun
pengaruh profilaksis sekunder untuk mencegah terjadinya jaringan parut pada
gnjal tidak diketahui.3
3
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Jenis kelamin : Perempuan
Lahir pada tanggal/umur : 15 Mei 2015
Berat waktu lahir : 3.500 gram
Partus secara normal dibantu oleh Bidan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Nama ibu : Ny. S Umur : 20 tahun
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan ibu : SMP
Nama ayah : Tn. H Umur : 23 tahun
Pekerjaan ayah : Buruh
Pendidikan ayah : SD
Alamat : Desa Loli Tasaburi
No. Telp :-
Masuk dengan diagnosis : ISK
Tanggal masuk rumah sakit : 27 Juli 2018
Tanggal keluar rumah sakit : 01 Agustus 2018
Masuk ke ruangan : Nuri bawah
4
FAMILY TREE
Ayah Ibu
Anak Sakit
Anamnesis
Keluhan utama : Demam
Anamnesis Terpimpin:
Seorang anak masuk rumah sakit dengan keluhan demam hilang timbul sejak
2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh kencing bernanah sejak 1 hari yang lalu.
Gejala disertai mual dan muntah lebih dari 10 kali dan berwarna coklat 2 hari
yang lalu, gejala di sertai BAK > 10 kali. Pasien juga mengeluh nyeri perut dan
sakit kepala saat demam berlangsung. Sesak (-). Riwayat mengalami gejala yang
sama (+), riwayat berobat (+), riwayat keluarga mengalami gejala yang sama (-).
5
- Batuk/pilek :-
- Lain – lain : -
.
Riwayat Imunisasi Dasar :
DASAR ULANGAN
I II III I II III
BCG +
POLIO + + +
DTP + + +
CAMPAK +
HEPATITIS + + +
6
Anamnesis Keluarga
1. Ikhtisar Keturunan: Anak ke 1 dari 2 bersaudara
Perjalanan Penyakit:
Seorang anak masuk rumah sakit dengan keluhan demam hilang timbul sejak 2
hari yang lalu. Pasien juga mengeluh kencing bernanah sejak 1 hari yang lalu.
Gejala disertai mual (+) dan muntah lebih dari 10 kali berwarna coklat sejak 2 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri perut dan sakit kepala. Sebelumnya pada
tahun yang sama anak dirawat dengan gejala kencing bernanah namun setelah
membaik pasien di pulangkan. Namun sekarang gejala tersebut timbul kembali.
7
Anemia : -/-
Keadaan mental : Somnolen
Ikterus : tidak ada
Tanda Vital
- Denyut nadi : 128 kali/menit, kuat angkat
- Suhu : 37.5 0C
- Respirasi : 28 kali/menit
Kejang
- Tipe : Tidak ada
- Lamanya: -
Kulit
- Warna: Sawo matang Turgor : kembali > 2 detik
- Efloresensi: - Tonus : ada
- Pigmentasi: - Edema: tidak ada edema
- Jaringan parut: -
- Lapisan lemak: -
- Lain- lain: -
Kepala
- Bentuk : Normosefal
- Rambut : Rambut tebal berwarna hitam sulit di cabut
Mata
- Exophtalmus/Enophtalmus : Tidak ada
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Tidak ikterus
- Pupil : Isokor, RCL +/+, RCTL+/+
- Lensa jernih : Jernih +/+
- Fundus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Gerakan : Tidak dilakukan pemeriksaan
8
Telinga : Otore (-/-)
Hidung : Rinore (-/-)
Mulut
- Bibir: tidak kering, tidak sianosis
- Lidah: tidak kotor, tidak tremor
- Gigi: dalam masa pertumbuhan
- Selaput mulut: tidak ada stomatitis angularis
- Gusi: tidak ada perdarahan
- Bau pernapasan: normal
Tenggorokan
- Tenggorokan: tidak ada kelainan
- Tonsil: Hiperemis (-)
- Pharynx: T1/T1
Leher
- Trakea: letak ditengah
- Kelenjar: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
- Kaku kuduk (-)
- Lain-lain: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thorax
- Bentuk : normal Xiphosternum : Tidak ada
- Rachitic Rosary : Tidak ada Harrison’s groove : Tidak ada
- Ruang Intercostal : Tidak ada Pernapasan paradoxal : Tidak ada
- Precordial Bulging : Tidak ada Retraksi : Tidak ada
- Lain-lain: : Tidak ada
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi :Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
9
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V linea
parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (+), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Genitalia : Dalam batas normal
Kelenjar : Tidak ada pembesaran
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat.
Tulang-tulang : Tidak ada deformitas
Otot-otot : Eutrofi
Refleks : Refleks fisiologis (+) Refleks patologis (-)
10
Diagnosis sementara: Susp. ISK + Diare dehidrasi ringan sedang
Diagnosis : ISK + diare dehidrasi ringan sedang
Anjuran pemeriksaan : Urin lengkap
Terapi :
Medikamentosa
IVFD RL 16 tpm
Paracetamol syr 3 x 1 ½ cth
Domperidon syr 3 x 1 cth
RESUME
Seorang anak masuk rumah sakit dengan keluhan demam hilang timbul sejak 2
hari yang lalu. Pasien juga mengeluh kencing bernanah sejak 1 hari yang lalu.
Gejala disertai mual dan muntah lebih dari 10 kali dan berwarna coklat 2 hari
yang lalu, gejala di sertai BAK > 10 kali. Pasien juga mengeluh nyeri perut dan
sakit kepala saat demam berlangsung. Sesak (-). Riwayat mengalami gejala yang
sama (+), riwayat berobat (+), riwayat keluarga mengalami gejala yang sama (-).
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 37.5 0C, nadi 128 x/menit dan
respirasi 28 x/menit. Pada status gizi didapatkan status gizi baik dengan berat
badan 14 kg dan tinggi badan 103 cm didapatkan hasil dipersentil (<-1 SD) – (>-2
SD), Pada ekstremitas ditemukan Ekstremitas atas dan bawah akral hangat. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC sebesar 6 103/ul, RBC sebesar 5,4
106/ul, HGB sebesar 10,9 g/dl, HCT sebesar 34,6 %, PLT sebesar 316 103/u,
MCV 64,7 Fi, MCH 20,4 pg, MCHC 31,5 g/dl.
11
BAB III
FOLLOW UP
Follow Up Hari ke 1
Tanggal : 28 Juli 2018
Subjek (S) : Demam (+), BAB cair (+) > 10 kali, Muntah > 10 kali,
BAK bernanah (+), nyeri perut (+), nyeri kepala (+)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 68 kali/menit
- Respirasi : 24 kali/menit
- Suhu : 36,7 0C
b. Kepala :Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarna hitam sulit di cabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah: Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi: Perdarahan
(-)
h. Tonsil : Sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
Massa lain (-)
Turgor kulit kembali dalam > 2 detik
12
j. Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop(-)
k. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (+), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
l. Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
13
5. Urobilinogen Negatif Negatif
6. Bilirubin Negatif Negatif
7. Keton + Negatif
8. Nitrit Negatif Negatif
9. Blood Negatif Negatif
10. Leukosit + Negatif
11. Vitamin C Negatif Negatif
12. Sedimen
Leukosit 5–7 0-5
Eritrosit 1–2 0-3
Kristal ca. Oxalat Negatif Negatif
Granula Negatif Negatif
Epitel sel + Negatif
Hyfa Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Assesment (A) :
ISK + Diare akut dehidrasi ringan sedang
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
L-bio 2 dd 1 tab
Paracetamol syr 3 dd 1 ½ cth
Inj deksametason 1,5 mg/8 jam/iv
14
Follow Up Hari ke 2
Tanggal : 29 Juli 2018
Subjek (S) : BAB cair (+) 4 kali, Muntah (+) 2 kali, BAK bernanah (+),
nyeri perut (+), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 118 kali/menit
- Respirasi : 30 kali/menit
- Suhu : 36 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarna hitam sulit dicabut
d. Mata :Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
15
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan cembung, massa (-), distensi (-), sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (+), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
-
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Assesment (A) :
ISK + Diare akut dehidrasi ringan sedang
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
Inj. Sefotaksim 350 mg/ 8 jam/iv
L – Bio 2 dd 1 tab
Inj. Deksametason 1,5 mg/8 jam/iv
16
Follow Up Hari ke 3
Tanggal : 30 Juli 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (+), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 80 kali/menit
- Respirasi : 28 kali/menit
- Suhu : 36,5 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
17
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (+), hepar : pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
-
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Assesment (A) :
ISK
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
L bio 2 dd 1 tab
Inj. Deksametason 1,5 mg/8 jam/iv
18
Follow Up Hari ke 4
Tanggal : 31 Juli 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 108 kali/menit
- Respirasi : 36 kali/menit
- Suhu : 36,7 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
19
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Assesment (A) :
ISK
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
L bio 2 dd 1 tab
20
Inj. Deksametason 1,5 mg/8 jam/iv
Follow Up Hari ke 5
Tanggal : 01 agustus 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 100 kali/menit
- Respirasi : 30 kali/menit
- Suhu : 36,8 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)
Thorax
Paru-paru
21
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan samadengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
22
7. Keton Negatif Negatif
8. Nitrit Negatif Negatif
9. Blood Negatif Negatif
10. Leukosit Negatif Negatif
11. Vitamin C Negatif Negatif
12. Sedimen
Leukosit 0–1 0–5
Eritrosit 0-1 0–3
Kristal ca. Oxalat Negatif Negatif
Granula Negatif Negatif
Epitel sel + Negatif
Hyfa Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Assesment (A) :
ISK
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
L bio 2 dd 1 tab
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
Follow Up Hari ke 6
Tanggal : 02 agustus 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 110 kali/menit
- Respirasi : 34 kali/menit
23
- Suhu : 36,4 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih (+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor
(-), stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi: Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan samadengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
24
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Assesment (A) :
ISK
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 14 tetes/menit
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
L bio 2 dd 1 tab
Follow Up Hari ke 7
Tanggal : 03 agustus 2018
Subjek (S) : BAK bernanah (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair
(-), nyeri kepala (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 105 kali/menit
- Respirasi : 32 kali/menit
- Suhu : 36,7 0C
b. Kepala : Bentuk normosefal
25
c. Rambut : Rambut tebal berwarana hitam sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih (+/+)
e. Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otore (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor
(-), stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi: Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan samadengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
26
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Assesment (A) :
ISK
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD KAEN 3b 8 tetes/menit
Inj. Sefotaksim 350 mg/8 jam/iv
Zink 20 mg 1 dd 1 tab
27
BAB IV
DISKUSI KASUS
Infeksi saluran kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih. Meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai ≥ l 00.000
unit koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari,
digunakan sebagai batasan diagnosis ISK.2
Bakteriuria asimtomatik (asymptomatic bacteriuria, covert bacteriuria)
adalah terdapatnya bakteri dalam saluran kemih tanpa menimbulkan manifestasi
klinis. Umumnya diagnosis bakteriuria asimtomatik ditegakkan pada saat
melakukan biakan urin ketika check-up rutin/uji tapis pada anak sehat atau tanpa
gejala klinis. Sedangkan ISK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan
tanda klinik. ISK simtomatik dapat dibagi dalam dua bagian yaitu infeksi yang
menyerang parenkim ginjal, disebut pielonefritis dengan gejala utama demam,
dan infeksi yang terbatas pada saluran kemih bawah (sistitis) dengan gejala utama
berupa gangguan miksi seperti disuria, polakisuria, kencing mengedan (urgency).
ISK non spesifik adalah ISK yang gejala klinisnya tidak jelas. Ada sebagian kecil
(10-20%) kasus yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis, baik
berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang yang tersedia.4
Etiologi Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-
80%) pada ISK serangan pertama. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM
Jakarta juga menunjukkan hasil yang sama. Kuman lain penyebab ISK yang
sering adalah Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka,
Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan
Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus.4
Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah
seperti Pseudomonas, golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus atau
epidermidis, Haemofilus influenzae dan parainfluenza dilaporkan sebagai
penyebab ISK pada anak. Kuman ini tidak dapat tumbuh pada media biakan
28
standar sehingga sering tidak diperhitungkan sebagai penyebab ISK. Bila
penyebabnya Proteus, perlu dicurigai kemungkinan batu struvit (magnesium-
ammonium-fosfat) karena kuman Proteus menghasilkan enzim urease yang
memecah ureum menjadi amonium, sehingga pH urin meningkat menjadi 8-8,5.
Pada urin yang alkalis, beberapa elektrolit seperti kalsium, magnesium, dan fosfat
akan mudah mengendap.4
lnfeksi saluran kemih merupakan penyebab demam kedua tersering setelah
infeksi akut saluran napas pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Pada kelompok
ini angka kejadian ISK mencapai 5%. Angka kejadian ISK bervariasi, tergantung
umur dan jenis kelamin. Angka kejadian pada neonatus kurang bulan adalah
sebesar 3%, sedangkan pada neonatus cukup bulan l%. Pada anak kurang dari 10
tahun, ISK ditemukan pada 3,5% anak perempuan dan 1,l% anak lelaki. Diagnosis
yang cepat dan akurat dapat mencegah penderita ISK dari komplikasi
pembentukan parut ginjal dengan segala konsekuensi jangka panjangnya seperti
hipertensi dan gagal ginjal kronik.2
Gangguan aliran urin yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun
fungsional, seperti refluks vesiko-urener, batu saluran kemih, buli-buli
neurogenik, sumbatan muara uretra atau kelainan anatomi saluran kemih lainnya
dapat menjadi faktor predisposisi ISK. Usaha preventif adalah tidak menahan
kencing dan menjaga higiene periuretra dan perineum.2
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Gambaran klinis ISK sangat bervariasi dan sering tidak khas, dari
asimtomatik sampai gejala sepsis yang berat. Berikut gejala ISK berdasarkan
usia2:
29
Tabel 1. gejala ISK berdasarkan usia
30
normal, dapat ditemukan nyeri pinggang. Gejala neurologis dapat berupa iritabel
dan kejang. Nefritis bakterial fokal akut adalah salah satu bentuk pielonefritis,
yang merupakan nefritis bakterial interstitial yang dulu dikenal sebagai nefropenia
lobar. Pada sistitis, demam jarang melebihi 38⁰C, biasanya ditandai dengan nyeri
pada perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu
berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih, retensio urin,
dan enuresis.4
PEMERIKSAAN FISIS
Gejala dan tanda ISK yang dapat ditemukan berupa demarn, nyeri ketok
sudut kostovertebral, nyeri tekan suprasimfisis. Kelainan pada genitalia eksterna
seperti fimosis, sinekia vulva, hipospadia, epispadia, dan kelainan pada tulang
belakang seperti Spina bifida.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemerilcsaan urinalisis dapat dinemukan proteinuria, Ieukosituria
(Ieukosit > 5/ LPB), hematuria (eritrosit > 5/LPB).2,5
Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria bermakna pada kultur urin
yang jumlahnya tergantung dari metode pengambilan sampel urin (lihat Tabel 2).
Pemeriksaan penunjang lain dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti
disebutkan di atas dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi, foto polos perut
dan bila perlu dilanjutkan dengan miksio-sisto-uretrogram dan pielografi
intravena. Pemeriksaan ureum dan kreatinin serum dilakukan untuk menilai fungsi
ginjal.2,5
31
Tabel 2. Interpretasi hasil biakan urin
Pada pasien ini mengeluhkan demam dirasakan sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai sakit kepala, sakit kepala timbul saat demam berlangsung,
muntah 10 kali dan muntah berwarna coklat, nyeri supra pubik, frekuensi BAK
meningkat, warna kuning pekat tidak keruh, berbau biasa dan nafsu makan
berkurang. Pasien memiliki riwayat perawatan di RS dengan ISK. Palpasi
abdomen nyeri tekan supra pubik. Pemeriksaan hematologi tampak leukosit
meningkat. Hasil urinalisis tampak leukosit banyak. Sehingga dapat ditegakkan
diagnosis bahwa pasien mengalami infeksi saluran kemih dan diare akut
dehidrasi ringan sedang.
TATALAKSANA
Medikamentosa
Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil biakan
urin dan uji kepekaan, antibiotik diberikan secara empirik selama 7-l0 hari untuk
eradikasi infeksi akut. Jenis antibiotik dan dosis dapat dilihat pada tabel 3. Anak
yang mengalami dehidrasi, muntah, atau tidak dapat minum oral, berusia satu
bulan atau kurang atau dicurigai mengalami urosepsis sebaiknya dirawat di rumah
32
sakit untuk rehidrasi dan terapi antibiotika intravena. Koreksi bedah sesuai dengan
kelainan saluran kemih yang ditemukan.2
Suportif
Selain pemberian antibiotik, penderita ISK perlu mendapat asupan cairan
yang cukup, perawamn higiene daerah perineum dan periuretra, serta pencegahan
konstipasi.2
Terapi dalam 2 x 24 jam setelah pengobatan fase akut dimulai, gejala ISK
umumnya menghilang. Bila belum menghilang, dipikirkan untuk mengganti
antibiotik yang lain.2
Pemeriksaan kultur dan resistensi urin ulang dilakukan 3 hari setelah
pengobatan fase akut dihentikan, dan bila memungkinkan setelah 1 bulan dan
setiap 3 bulan. Jika ada ISK berikan antibiotik sasuai hasil kepekaan.2
Bila ditemukan adanya kelainan anatomik maupun fungsional yang
menyebabkan obstruksi, maka pengobatan fase akut dilanjutkan dengan antibiotik
33
profilaksis. Antibiotik profilaksis juga diberikan pada ISK berulang. ISK pada
neonatus, dan pielonefritis akut.2
34
Gambar 1. alogaritme penanggulangan dan pencitraan anak dengan ISK
KOMPLIKASI
ISK simpleks umumnya tidak mengganggu proses tumbuh kembang.
Sedangkan ISK kompleks bila disertai dengan gagal ginjal kronik akan
mempengaruhi proses tumbuh kembang.2
35
Komplikasi ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan
meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal
ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi
pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut.Faktor risiko
terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik
dalam tatalaksana dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi
saluran kemih.4
36
Diare akut adalah buang air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari dengan
konstitensi cair tanpa atau dengan lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
14 hari. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari
3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi tidak meningkat normal, hal
tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara
akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. 6,7
Beberapa jenis diare sering disebabkan oleh organisme renik seperti
bakteri dan virus. Bakteri patogen seperti E.coli, Shigella, Campylobacter,
Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri patogen yang
menyebabkan epidemi diare pada anak. Kolera merupakan salah satu contoh kasus
epidemik dan sering diidentikkan dengan penyebabkan kematian utama pada
anak. Namun sebagian besar kejadian diare yang disebabkan oleh kolera terjadi
pada dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Diare cair pada anak
sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus , V. cholera dan E.coli. Diare
berdarah paling sering disebabkan oleh Shigela (UNICEF dan WHO, 2009).
Sedangkan diare cair akut pada anak di bawah lima tahun paling banyak
disebabkan oleh infeksi rotavirus. 7,8
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 7
1) Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
Infeksi enteral meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter dan
sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dan lain-lain.
- Infeksi parasit
- Cacing, Protozoa, Jamur.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
37
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
2) Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
5) Kesulitan makan
6) Defek anatomis : Malrotasi, Penyakit Hirchsprung, Short Bowel Syndrome,
Atrofi mikrovilli, Stricture
7) Endokrinopati : Thyrotoksikosis, Penyakit Addison, Sindroma Adrenogenital
8) Neoplasma : Neuroblastoma, Phaeochromocytoma.
38
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, mata cekung, mukosa bibir kering,
turgor kulit agak lambat, perasaan haus minum dan peristaltik meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien sedang dalam keadaan dehidrasi ringan sedang (tabel
2) dimana gejala yang didapatkan pada pasien sesuai dengan kategori B (tabel 3).
GEJALA KLASIFIKASI
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut : DIARE
Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI
Mata cekung BERAT
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut : DIARE
Gelisah, rewel/mudah marah DEHIDRASI
Mata cekung RINGAN/
Haus, minum dengan lahap SEDANG
39
Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar *gelisah, rewel *lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa *haus, ingin *malas minum
tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
Periksa : turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang bila
ada 1 tanda * Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain
Terapi : Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
40
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
Pada kasus ini, rencana penanganan yang dianjurkan adalah rencana terapi B.
Hal ini dilakukan karena pada kasus diare jumlah cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh banyak yang keluar. Oleh karena itu prioritas managemen diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang adalah menggantikan jumlah kebutuhan cairan yang
diperlukan tubuh.
Berdasarkan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dalam pengobatan
diare dibagi menjadi 3 macam rencana terapi, yaitu : 8,9
41
Berikan juga tablet Zink
Periksa kembali kondisi anak sesudah 3-6 jam dan klasifikasikan dehidrasi.
Kemudian tentukan Rencana Terapi yang sesuai (A,B, atau C) untuk
melanjutkan pengobatan.
1. Rehidrasi
Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Jumlah oralit yang
diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml.
Setelah 3 jam:
1. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi
2. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
3. Melanjutkan memberi makan pasien
42
Zink termasuk mikronutrien yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan
merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pemberian zink
dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
4. Antibiotik selektif
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan
tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti Shigella, Salmonella, Enterotoxin E.
Coli, Enteroinvasif E. Coli dan sebagainya.
43
Komplikasi
Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain:
1. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ‘3 Tidak ‘ yaitu
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
44
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan
sebagian besar kuman penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah
makan,dan sesudah buang air besar (BAB).
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun
5. Menggunakan jamban yang sehat
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar10
Prognosis
Pada kasus ini prognosisnya baik karena segera dilakukan penanganan selain itu
derajat dehidrasinya yang ringan-sedang.
45
DAFTAR PUSTAKA
46