PENDAHULUAN
Diare adalah perubahan buang air besar (defekasi) lebih dari 3 kali per hari
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200 ml/24 jam. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. 1,2
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus),
yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang
air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air
besar dengan tinja bercampur lendir (mukus) dan nyeri saat buang air
besar (tenesmus).5 Disentri/ diare yang berdarah adalah masalah umum pada anak-
anak. Sangat penting untuk membedakan diare berdarah dari penyebab lain
pendarahan usus. Infeksi bakteri (disentri basiler) dan infestasi parasit (disentri
amuba) yang bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus diare berdarah. 3,4
1
Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak
adalah Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza. Insiden
bronkopneumonia pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Di Indonesia,
bronkopneumonia merupakan penyebab kematian urutan ke-3 setelah
kardiovaskuler dan Tuberculosis.6,8
2
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. K
Jenis kelamin : Perempuan
Lahir pada tanggal/umur : 10-02-2018
Berat waktu lahir : 2.800 gram
Partus secara normal dibantu oleh Bidan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Nama ibu : Ny. Z Umur : 24 tahun
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan ibu : D3
Nama ayah : Tn. G Umur : 23 tahun
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pendidikan ayah : SMA
Alamat : BTN Palupi blok H1
No. Telp : 082290378084
Masuk dengan diagnosis : Diare akut + Bronkopneumoni
Tanggal masuk rumah sakit : 07 Juli 2018
Tanggal keluar rumah sakit : 11 Juli 2018
Masuk ke ruangan : AMC
3
FAMILY TREE
Ayah Ibu
Anak Sakit
Anamnesis
Keluhan utama : Demam
Anamnesis Terpimpin:
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam tinggi sejak 5 jam yang lalu
disertai BAB encer dan berlendir sejak 1 hari yang lalu dengan frekuesi 10 kali
sehari, saat masuk rumah sakit BAB 5 kali, pasien juga mengeluh sesak saat
masuk RS. Gejala ini baru pertama kali dialami oleh bayi tersebut. Pasien juga
mengeluh batuk berlendir yang telah dialami kurang lebih 1 bulan yang lalu.
Riwayat pasien mengalami gejala yang sama (-), riwayat pengoban sebelumnya (-
), riwayat keluarga (-).
4
- Cacing : -
- Batuk/pilek :-
- Lain – lain : -
Anak masih meminum SUFOR (susu formula) sejak lahir umur 0 sampai 4
bulan.
5
Anamnesis Keluarga
1. Ikhtisar Keturunan: Anak ke 1 dari 1 bersaudara
Perjalanan Penyakit:
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan BAB encer sejak 1 hari yang lalu
dengan frekuesi 10 kali sehari, saat masuk rumah sakit BAB 5 kali. Gejala ini
baru pertama kali dialami oleh bayi tersebut. Pasien juga mengeluh demam sejak
5 jam yang lalu pasien juga mengeluh sesak saat masuk RS, dan juga mengeluh
batuk berlendir yang telah dialami kurang lebih 1 bulan yang lalu. Pasien
mengalami sesak (+), mual (-) dan muntah (-), nyeri perut (-), buang air kecil (+)
lancar. Setelah 1 hari perawatan di RS anak mengalami BAB bercampur darah
selama 2 hari.
6
BB/U = persentil (<-2 SD) normoweight
7
BB/TB = persentil (<-1 SD) – (>-2 SD) Gizi baik
8
- Lapisan lemak: -
- Lain- lain: -
Kepala
- Bentuk : Normocephal (LK 40 cm)
- Rambut : Rambut sedikit, berwarna hitam, sulit dicabut
Mata
- Exophtalmus/Enophtalmus : Tidak ada
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Tidak ikterus
- Pupil : Isokor, RCL +/+, RCTL+/+
- Lensa jernih : Jernih +/+
- Fundus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Gerakan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rinorrhea (-/-), pernafasan cuping hidung (+/+)
Mulut
- Bibir: tidak kering, tidak sianosis
- Lidah: tidak kotor, tidak tremor
- Gigi: dalam masa pertumbuhan
- Selaput mulut: tidak ada stomatitis angularis
- Gusi: tidak ada perdarahan
- Bau pernapasan: normal
Tenggorokan
- Tenggorokan: tidak ada kelainan
- Tonsil: Sulit di nilai
- Pharynx: Sulit di nilai
Leher
- Trachea: letak ditengah
- Kelenjar: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
9
- Kaku kuduk (-)
- Lain-lain: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thorax
- Bentuk : normal Xiphosternum : Tidak ada
- Rachitic Rosary : Tidak ada Harrison’s groove : Tidak ada
- Ruang Intercostal : Tidak ada Pernapasan paradoxal : Tidak ada
- Precordial Bulging : Tidak ada Retraksi : Ada
- Lain-lain: : Tidak ada
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi :Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (-/-), Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V linea
parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Genitalia : Dalam batas normal
Kelenjar : Tidak ada pembesaran
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat.
Tulang-tulang : Tidak ada deformitas
10
Otot-otot : Eutrofi
Refleks : Refleks fisiologis (+) Refleks patologis (-)
11
PEMERIKSAAN DENVER
12
Usia 4 bulan
o Personal Sosial : Anak berhasil mengamati tangannya yang
sebenarnya 80-90% anak diusia yang sama sudah mampu
melakukan
o Adaptif motoric halus : Anak berhasil melakukan uji coba yaitu
mengamati manik-manik, mengikuti 180⁰ yang sebenarnya 80-
90% anak diusia yang sama sudah mampu melakukan
o Bahasa : Anak berhasil melakukan uji coba yaitu
dengan menoleh ke bunyi icik-icik, menoleh kearah suara yang
sebenarnya 80-90% anak diusia yang sama sudah mampu
melakukan
o Motorik Kasar : Anak gagal uji coba bangkit kepala tegak
dan membalik yang sebenarnya 90% anak diusia yang sama sudah
melakukan hal yang sama
Pemeriksaan Penunjang
- DARAH RUTIN (07/07/18)
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 7,9 4,5-10,0 103/ µl
RBC 4,6 4,0-5,5 106/µl
HGB 12,2 12,0-16,0 g/dl
HCT 36,2 42-52 %
PLT 363 150-450 103/µl
MCV 78,4 80-99 Fl
MCH 26,4 27-31 pg
MCHC 33,7 33-37 g/dl
Diagnosis sementara: Diare akut + susp Bronkopneumonia
Diagnosis : Disentri + Bronkopneumonia
Anjuran pemeriksaan : Feses Lengkap
13
Terapi :
Medikamentosa
IVFD Kaen 3b 8 tetes/menit
Dumin rectal 125 mg setengah tube
Sanmol drop 3 x 0,5
RESUME
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan Demam sejak 5 jam yang lalu
disertai BAB encer sejak 1 hari yang lalu dengan frekuesi 10 kali sehari, saat
masuk rumah sakit BAB 5 kali. Pasien mengatakan bahwa kotoran BAK pasien
bercampur dengan darah, gejala ini baru pertama kali dialami oleh bayi tersebut.
Pasien mengeluh batuk berlendir yang telah dialami kurang lebih 1 bulan yang
lalu dan pasien juga mengeluh sesak saat masuk RS. Riwayat pasien mengalami
gejala yang sama (-), riwayat pengoban sebelumnya (-), riwayat keluarga (-).
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 38,2 0C, nadi 112 x/menit dan
respirasi 52 x/menit. Pada status gizi didapatkan status gizi baik dengan berat
badan 5 kg dan tinggi badan 60 cm didapatkan hasil dipersentil (<-1 SD) – (>-2
SD), Pada ekstremitas ditemukan Ekstremitas atas dan bawah akral hangat. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC sebesar 7,9 103/ul, RBC sebesar 4,6
106/ul, HGB sebesar 12,2 g/dl, HCT sebesar 36,2 %, PLT sebesar 363 103/u,
MCV 78,4 Fi, MCH 26,4 pg, MCHC 33,7 g/dl. Pada pemeriksaan Denver
didapatkan kesimpulan bahwa anak memiliki keterlambatan dari satu aspek
motorik kasar.
14
BAB III
FOLLOW UP
Follow Up Hari ke 1
Tanggal : 09 Juli 2018
Subjek (S) : Demam (+), batuk (+), BAB cair (+) disertai darah 4 kali,
lendir (+) sesak (+) kejang (-), mual (-), muntah (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Somnolen
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 120 kali/menit
- Respirasi : 50 kali/menit
- Suhu : 37,9 0C
b. Kepala :Bentuk normocephal (40 cm)
c. Rambut : Rambut sedikit, berwarna hitam, sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otorrhea (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah: Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi: Perdarahan
(-)
h. Tonsil : Sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
Massa lain (-)
15
j. Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (+), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (-/-), Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop(-)
k. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan cembung, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
l. Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Assesment (A) :
Disentri basiller + Bronkopneumonia
16
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 15 tetes/menit
Zink 20 mg 1 dd ½ tab
Metronidazole 40 mg 3 dd 1 tab (puyer)
Oralit 1 sachet/ BAB cair
Puyer batuk 3 dd 1 (Ambroxol 2,5 mg + salbutamol 0,2 mg + histapan 5 mg)
Follow Up Hari ke 2
Tanggal : 10 Juli 2018
Subjek (S) : Demam (-), batuk berlendir (+) menurun, BAB cair (+)
disertai darah dan lendir 1 kali, lendir (+) sesak (-) kejang
(-), mual (-), muntah (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Somnolen
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 118 kali/menit
- Respirasi : 30 kali/menit
- Suhu : 36 0C
b. Kepala : Bentuk normocephal (40 cm)
c. Rambut : Rambut sedikit, berwarna hitam, sulit dicabut
d. Mata :Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otorrhea (-/-)
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
17
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama dengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (-/-), Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan cembung, massa (-), distensi (-), sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
18
Assesment (A) :
Disentri basiller + Bronkopneumonia
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 15 tetes/menit
Zink 20 mg 1 dd ½ tab
Metronidazole 40 mg 3 dd 1
Oralit 1 scc/ BAB cair
Puyer batuk 3 dd 1 (Metilprednisolon 0,2 + salbutamol 0,2 mg + histapan 5
mg)
Santagesik injeksi 50 mg/8 jam
Cefotaxim 150 mg/12 jam
Follow Up Hari ke 3
Tanggal : 11 Juli 2018
Subjek (S) : Demam (-), batuk (+) jarang, BAB cair (-), sesak (-)
kejang (-), mual (-), muntah (-), sesak (-)
Objek (O) :
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 120 kali/menit
- Respirasi : 37 kali/menit
- Suhu : 36,5 0C
b. Kepala : Bentuk normocephal (40 cm)
c. Rambut : Rambut sedikit, berwarna hitam, sulit dicabut
d. Mata : Sklera: ikterik (-/-), conjungtiva: anemis (-/-),
cekung (-/-), pupil: Isokor (+/+), Lensa: Jernih
(+/+)
e. Hidung : Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
f. Telinga : Otorrhea (-/-)
19
g. Mulut : Bibir: sianosis (-), bibir: kering (-), Lidah Kotor (-),
stomatitis (-), Selaput mulut: normal, Gusi:
Perdarahan (-)
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), struma (-)
Kaku kuduk (-)
massa lain (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan samadengan kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kiri atas jantung SIC II di linea parasternalis sinistra
dan batas kiri bawah SIC V linea midclavicularis sinistra, batas kanan
atas di SIC II linea parasternalis dextra dan batas kanan di SIC III-IV di
linea parasternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk kesan datar, massa (-), distensi (-),sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpany (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), hepar: pembesaran (-),
lien: pembesaran (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
20
Assesment (A) :
Disentri + Bronkopneumonia
Planning (P)
Medikamentosa
IVFD Asering 10 tetes/menit
Zink 20 mg 1 dd ½ tab
Metronidazole 40 mg 3 dd 1
Oralit 2 scc/ BAB cair
Puyer batuk 3 dd 1 (Ambroxol 2,5 mg + salbutamol 0,2 mg +
Metilprednisolon 0,2 mg)
Santagesik injeksi 50 mg/8 jam
Cefotaxim 150 mg/12 jam
Pasien dipulangkan dan berobat jalan
21
BAB IV
DISKUSI KASUS
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 38,2 0C, nadi 112 x/menit dan
respirasi 52 x/menit. Pada status gizi didapatkan status gizi baik dengan berat
badan 5 kg dan tinggi badan 60 cm didapatkan hasil dipersentil (<-1 SD) – (>-2
SD), Pada ekstremitas ditemukan Ekstremitas atas dan bawah akral hangat. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC sebesar 7,9 103/ul, RBC sebesar 4,6
106/ul, HGB sebesar 12,2 g/dl, HCT sebesar 36,2 %, PLT sebesar 363 103/u,
MCV 78,4 Fi, MCH 26,4 pg, MCHC 33,7 g/dl. Pada pemeriksaan Denver
didapatkan kesimpulan bahwa anak memiliki keterlambatan dari satu aspek
motorik kasar.
22
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
diasertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanda lendir dan
darah. Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit,
buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mukus) dan nyeri saat buang air
besar (tenesmus).3,4
Infeksi bakteri dan infestasi parasit bertanggung jawab untuk sebagian besar
kasus diare berdarah. Penyakit infeksi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh
virus, bakteri dan protozoa. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai
disentri basiler yang disebabkan oleh bakteri shigella, sedangkan infeksi yang
disebabkan oleh protozoa dikenal sebagai disentri amuba.3,4
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah : 4
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitis usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan.
Penyebab disentri dibagi atas 2 bagian besar berdasarkan penyebabnya yaitu
bakteri dan amoeba.1.3
23
1) Disentri basiler
Disentri basiler dapat disebabkan oleh kuman Shigella sp, ECEI (Escherichia
coli enteroinvasive) Salmonella dan Campylobacter. Namun agent yang paling
sering menyebabkan mordibitas adalah Shigella sp. 1,3
a) Shigella sp
Shigella spesies aalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai
agen penyebab penyakit disentri basiler. Sampai saat ini terdapat empat spesies
shigella yaitu Shigella Dysenteriae, Shigella Flexneri, Shigella Boydii Dan
Shigella Sonnei. 1,3
Morfologi dari kuman ini adalah berbentuk basil, ukuran 0,5-0,7um x 2-3um,
pada pewarnaan gram bersifat gram negatif, tidak berflagel. Sifat pertmbuhan dari
kuman ini adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4 – 7,8 dengan
suhu pertumbuhan optimum 370C kecuali S.sonnei dapat tumbuh pada suhu 450C.
1,3
Spesies Shigella kurang tahan terhadap agen fisik dan kimia dibandingkan
salmonella. Tahan dalam es selama 2 bulan. Toleran terhadap suhu rendah dan
kelembapan cukup. Kuman akan mati pada suhu 550C. 1,3
b) Escherichia coli
Eschericia coli adalah kuman oportunistik yang banyak ditemukan didalam
usus besar manusia sebagai flora normal. Genus Escherichia terdiri dari spesies
yaitu Escherichia coli dan Escherchia hermanii. 1,3
24
Kuman ini berbentuk kokobasil, gram negative, ukuran 0,4-0,7 um x 1,4 um,
sebagian besar gerakan positif dan beberapa strain memiliki kapsul. E. coli
tumbuh baik pada hampir semua media. Kuman ini menghasilkan toksin pada
usus yang dikenal dengan enterotoksin. Ada dua macam enterotoksin yang telah
berhasi diisolasi yaitu toksin termolabil dan toksin termostabil. 1,3
Produksi kedua macam toksin diatur oleh plasmid yang mampu pindah dari
satu sel ke sel kuman lainnya. Toksin termolabil bekerj merangsang enzim adenil
siklase yang terdapat di dalam sel epitel mukosa usus halus, menyebabkan
peningkatan permeabilitas sel epitel usus. Sehingga terjadi akumulasi cairan
didalam usus dan berakhir dengan diare. Sedangkan toksin termostabil bekerja
dengan cara mengaktivasi enzim guanilat siklase menghasilkan siklik guanosin
monofosfat, menyebabkan gangguan absorpsi klorida dan natrium, selain itu
toksin termostabil menurunkan motilitas usus halus. 1,3
c) Salmonella
Salmonella diklasifikasikan dalam 3 spesies yaitu Salmonella Choleraesuis,
Salmonella Paratyphi, Salmonella Enteriditis. Kuman ini berbentuk basil, tidak
berspora dan bersifat gram negatif, ukurnnya 1- 3,5 um x 0,5 – 0,8 um. 1,3
Kuman ni tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-410 C
(suhu pertumbuhan optimum 37,50C) dn pH perumbuhan 6-8. Kuman ini mati
pada suhu 560C juga pada keadaan kering. Dalam air tahan 4 minggu. Hidup
subur pada medium yang mengandung garam empedu. 1,3
Kekebalan tubuh yang terbentuk untuk kuman- kuman ini bersifat serotype
spesifik, dimana seseorang dapat terinfeksi lebih dri 1 kali dengan tipe yang
berbeda-beda. Genus ini dapat menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan
infeksi yang dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat. 1,3
2) Disentri amoeba
Disentri dapat juga disebabkan oleh amoeba atau yang sering disebut
amoebiasis. Pada umumnya disebabkan oleh Entamoeba hystolitica yang
merupakan protozoa usus yang sering hidup menjadi mikroorganisme apatogen di
25
usus besar manusia. Pada kondisi seperti sistem imun yang rendah, protozoa ini
dapat menjadi pathogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan
menembus dinding usus sehingga menyebabkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ini
ada 2 bentuk trofozoit dan bentuk kista. 1,3
Siklus hidup dari Entamoeba hystolitica adalah kista matur yang masuk secara
oral akan melalui proses excystation yang menjadi stadium trofozoid dimana lebih
aktif dan bermultiplikasi di usus besar dan menyebabkan ulserasi. Beberapa
tropozoid dapat menyebar ke ekstraintestinal dan menyebabkan abses ditempat
lain seperti hepar dan otak. Beberapa akan berkembang menjadi kista kembali dan
keluar melalui feses dan dapat menginfeksi orang lain yang terpapar. 1,3
Patofisiologi
Disentri Amoeba
Amoebiasis didapat dari rute fecal-oral melalui makanan atau air yang sudah
terkontaminasi amoeba. Setelah masuk ke saluan cerna E hystolitica, dalam
bentuk kistanya akan melalui proses ekskistasi di usus halus dan menginvasi usus
besar dalam bentuk tropozoid. Masa inkubasinya dapat bermacam-macam dari 2
hari hingga 4 bulan. Proses invasi timbul saat penempelan, tropozoid akan
menginvasi epitel usus besar dan membentuk lesi ulkus didaerah tersebut.
Trofozoit akan melisiskan sel target dengan menggunakan lectin untuk menempel
dan protein parasitic untuk menmbulkan kebocoran ion dari sitoplasma sel. 1.2.3.4
26
Gambar 3. Siklus hidup Entamoeba hystolitica
27
mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah toksik dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya. Berbeda dengan tukak akibat amoebiasis
yang tidak disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening sekitarnya.
Tukak tersebut kadang-kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi. 1.2.3.4
Disentri amoebiasis
Disentri basiler
Masa inkubasi sangat bervariasi antara beberapa jam sampai 8 hari. Mula –
mula gejalanya seperti gejala infeksi umumnya yaitu demam, kemudian diare
yang mengandung lendir dan darah, tenesmus. Bila penyakit menjadi berat dapat
disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai kesadaran menurun.
2,5
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang
berat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit
diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk
yang berat (fulminating cases) biasanya disebuang air besar kan oleh S.
dysentriae. Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-
berak seperti air dengan lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal,
cepat terjadi dehidrasi, renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat
ditolong. Akibatnya timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit
28
berkurang karena dehidrasi. Muka menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin
dan viskositas darah meningkat (hemokonsentrasi). 2,5
Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupa seperti gejala kolera atau
keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer,
anuria dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan
tindakan pengobatan. Angka ini beratmbah pada keadaan malnutrisi.
Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan-lahan
tetapi memerlukan waktu penyembuhan yang lama. 2,5
Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih
berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan pada
kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda dengan
kasus yang menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secara menahun.
Kejadian ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik.2
Untuk membedakan antara infeksi antara disentri amoeba dan disentri basiler
dapat digunakan sebagai berikut :2,5
Disentri Amoeba Disentri Basiler
Gejala klinik
EIEC Shigella Salmonella
Masa tunas 6-72 jam 24-48 jam 6-72 jam
Panas + + +
Mual muntah Jarang Sering -
Tenesmus dan Tenesmus dan Tenesmus dan
Nyeri perut
kramp kolik kramp
Nyeri kepala _ + +
Lamanya sakit Variasi >7 hari 3-7 hari
Volume Sedikit Sedikit Sedikit
Frekuensi Sering >10x/hari Sering
Konsistensi Lembek Lembek Lembek
Darah + Kadang +
Bau seperti telur
Bau Tidak berbau ±
busuk
29
Warna Merah-hijau Merah-hijau Kehijauan
Leukosit _ + +
Lain-lain Infeksi sistemik Kejang ± Sepsis ±
Pada kasus ini, berdasarkan kriteria diatas diare yang dialami oleh pasien
kemungkinan besar adalah disentri amoeba. Kondisi yang ada pada pasien sesuai
dengan kriteria disentri amoeba yaitu terdapat demam, tinja berlendir dan disertai
darah dengan frekuensi >10 kali/hari, tidak berbau, dan tidak ada mual muntah, .
Untuk memastikan penyebab diare harus dilakukan pemeriksaan feses. Namun,
pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan feses.
30
5. Nasihat kepada orang tua.
Pasien pada kasus ini pasien tidak mengalami dehidrasi sehingga pada
penatalaksanaan dilakukan berdasarkan terapi A, antara lain:4
1) Pemberian cairan tambahan
Pemberian ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
Pemberian oralit setiap kali buang air besar
- Sampai umur 1 tahun : 50-100 ml setiap buang air besar
- Umur 1 - 5 tahun : 100-200 mL setiap buang air besar
31
Prognosis diare dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi dan banyaknya
frekuensi dan volume diare yang dialami sehingga penatalaksanaannya sesuai
dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi. Apabila penanganan yang diberikan
tepat dan sesegera mungkin, maka dapat mencegah komplikasi dari diare
tersebut.3,4 Prognosis pasien pada kasus ini baik dikarenakan diare yang dialami
tidak disertai dengan dehidrasi dan frekuensi diare menurun setiap harinya setelah
pengobatan.
Berikut ini adalah daftar etiologi pneumonia pada anak berdasarkan kelompok
umur.6
32
4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri
Chlamydia Pneumonia H. Influenza
Mycoplasma Pneumoniae Moraxella
Streptococcus Pneumoniae Chataralis
S. Aureus
Virus Virus
Adenovirus Varicella- Zooster
Virus Influenza
Virus Parainflueza
Rhinovirus
5 Tahun ke atas Bakteri Virus
Chlamydia Pneumoniae Adenovirus
Mycoplasma Pneumoniae Epstein-Barr
Streptococus Pneumoniae Rhinovirus
Parainfluenza
Virus
Influenza Virus
33
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.6
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah.
Pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 6
34
Table 1. Pneumonia pada bayi kurang dari 2 bulan
Manifestasi klinis
35
dialami sejak 1 bulan sebelum masuk RS dan selanjutnya demam selama 5 jam
sebelum masuk RS. Batuk disertai dengan lendir, pilek (-), serta sesak napas (+).
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan nafas cepat yaitu 52x/menit dan suhu
38,2oC. Terlihat adanya pernapasan cuping hidung. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan pula suara napas tambahan yaitu ronkhi basah halus pada kedua lapang
paru. Maka berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, pasien ini termasuk
bronkopneumonia ringan.
Gambaran foto rontgen thoraks pneumonia pada anak dapat meliputi gambaran
difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat ringan pada satu paru
hingga konsolidasi luas pada kedua paru disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial. Gambaran foto thoraks dapat membantu mengarahkan
kecenderungan etiologi pneumonia. Penebalan peribronkial, infiltrat intersisial
merata, dan hiperinflasi cenderung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar
berupa konsolidasi segmen atau lobar.6
36
1. Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
2. Panas badan
3. Ronki basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrar difus
5. Leukositos ( pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
37
bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.6
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the
Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases
2013;32:331-51.
2. Hasan R. dkk., 2014. Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Juffrie, M. Dkk.,2012. Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi. jilid I.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
4. Depkes RI. 2015. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS).Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
5. WHO, 2013. Pedoman Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat
Pertama di Kabupaten/Kota.
6. Rahajoe, N. N., Supriyatno, B., Setyanto, D. B. 2013. Buku Ajar Respirologi
Anak Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
7. USU. Bronkopneumonia. Jurnal Universitas Sumatra Utara. 2014
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
39