Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BIOMEKANIK

“ANALISIS GERAK SHOULDER KOMPLEKS PADA PENDERITA FROZEN


SHOULDER DAN PENDERITA IMPINGEMENT SHOULDER”

Disusun Oleh:

SUCI INRIANI AISYAH

PO713241171044

D.III FISIOTERAPI/TK.II

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN


KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat allah SWT karenanya kami dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Analisis Gerak Shoulder Kompleks Pada

Penderita Frozen Shoulder Dan Penderita Impingement Shoulder” .

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi

namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain

berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan yang kami terima selama ini sehingga

kendala-kendala yang kami hadapi bisa teratasi dan kami juga sadar jika masih

banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,maka dari itu kritik dan saran dari

dosen pembimbing dan teman-teman sekalian sangat kami harapkan.

Kami berharap Semoga materi yang ada dalam makalah ini dapat bermamfaat

dan menjadi sumbangan pemikiran bagi teman-teman yang membaca, utamanya

kami sebagai penyusun sehingga tujuan yang di harapkan dapat tercapai.Aamiin`

Makassar, 24 Juli 2019

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Frozen shoulder identik dengan capsulitis atau periarthritis sendi bahu yang
menimbulkan nyeri dan keterbatasan lingkup gerak (LGS) baik secara aktif maupun pasif
pada seluruh pola gerak sendi glenohumeral, Callient (1997). Adanya rasa nyeri dapat
mengganggu penderita dalam melakukan aktifitas, biasanya nyeri ini akan timbul saat
melakukan aktifitas, seperti : mengangkat tangan ke atas waktu menyisir rambut, menggosok
punggung sewaktu mandi, menulis dipapan tulis, mengambil sesuatu dari saku belakang
celana, mengambil atau menaruh sesuatu di atas dan kesulitan saat memakai atau melepas
baju. Hal ini akan menyebabkan pasien enggan menggerakkan sendi bahunya yang akhirnya
dapat memperberat kondisi yang ada sehingga dapat menimbulkan gangguan dalam gerak
dan aktifitas fungsional keseharian (Wiratno, 1988).

Secara epidemiologi frozen shoulder terjadi sekitar usia 40-65 tahun. Dari 2-5 %
populasi sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai perempuan
dibanding laki-laki. Frozen shoulder juga terjadi pada 10-20 % dari penderita diabetus
mellitus yang merupakan salah satu faktor resiko frozen shoulder (Sandor, 2004).
Kasus frozen shoulder memiliki masalah yang komplek bila dibandingkan dengan tendinitis
dan bursitis karena terjadi keterbatasan gerak yang lebih berat dan prognosis kesembuhan
yang lebih buruk dibandingkan dengan tendinitis dan bursitis (Calliet, 1991).

Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan dan memelihara,


meningkatkan dan memperbaiki kemampuan gerak dan fungsi. Berbagai modalitas dapat
dipergunakan untuk menyelesaikan problematik frozen shoulder, salah satu modalitas yang
dipakai adalah terapi latihan. Bentuk terapi latihan bermacam-macam dapat berupa latihan
pasif, aktif, resisted yang diwujudkan dalam latihan pulley, shoulder wheel, shoulder leader,
latihan Codman dll. Latihan yang cukup penting salah satunya adalah dengan
latihan explosive power berupa latihan plyometrics (Kisner, 1996).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan fisiologi bahu

Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang terdiri
atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga
memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan
aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi
bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada bahu. Sendi bahu
merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh tulang-tulang yaitu :
scapula (shoulder blade), clavicula (collar bone) , humerus (upper arm bone), dan sternum.
Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi sternoclavicular,
sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat sendi tersebut
bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi glenohumera lsangat luas lingkup geraknya
karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis dangkal
(Sidharta, 1984). Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu, maka bila
dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 4 fungsi persendian yang kompleks,
yaitu:

1. Sendi Glenohumeralis

Sendi ini merupakan sendi synovial yang menghubungkan tulang humerus (caput
humerus) dengan scapula (cavitas glenoidalis). Caput humerus berbentuk hampir setengah
bola berdiameter 3 centimeter bernilai sudut 153° dan cavitas glenoidalis bernilai sudut 75º,
keadaan ini yang membuat sendi tidak stabil. Adanya labrium glenoidalis, jaringan
fibrocartilaginous dan menghadapnya fossa glenoidalis agak ke atas membuat sendi ini
sedikit lebih stabil lagi. Ada 9 buah otot yang menggerakkan sendi ini, yaitu : m.deltoideus,
m.supraspinatus, m.infraspinatus, m.subscapularis, m.teres minor, m.latasimus dorsi, m.teres
mayor, m.coracobracialis dan m.pectoralis mayor. m.deltoideus dan otot-otot rotator cuff
(m.supraspinatus, m.infraspinatus, m.subscapularis, m.teres minor) tergolong prime mover
(otot penting dalam memindahkan barang) dan fungsinya sebagai abduktor lengan.

Gerakan abduksi sendi Glenohumeralis dipengaruhi oleh rotasi humerus pada sumbu
panjangnya. Dari posisi lengan menggantung ke bawah dan telapak tangan menghadap tubuh,
gerakan abduksi lengan secara aktif hanya mungkin sampai 90° saja (bila dilakukan secara
pasif bisa sampai 120°) dan gerakan elevasi selanjutnya hanya mungkin apabila disertai rotasi
ke luar dari humerus pada sumbunya. Hal ini dilakukan agar turbeculum mayus humeri
berputar ke belakang acromion, sehingga gerakan selanjutnya ke atas tidak terhalang lagi.
Sebaliknya bila lengan berada dalam rotasi ke dalam, maka gerakan abduksi hanya mungkin
sampai 60° saja.

2. Sendi Acromioclavicular
Sendi ini merupakan persendian antara acromion dan extermitas acromialis clavicula.
Kedua bagian tulang ini di dalam ruang sendinya dihubungkan melalui suatu cakram yang
terdiri dari jaringan fibrocartilaginous dan sendi ini diperkuat oleh ligamentum
acromioclavicularis superior dan inferior. Pada waktu scapula rotasi ke atas (saat lengan
elevasi) maka terjadi rotasi clavicula mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini akan
menyebabkan elevasi clavicula. Elevasi pada sudut 30° pertama terjadi pada sendi
sternoclavicularis kemudian 30° berikutnya terjadi akibat rotasi clavicula ini.

3. Sendi Sternoclavicularis

Sendi ini merupakan persendian antara sternum dan extermitas sternalis clavicula.
Kedua bagian tulang ini di dalam ruang sendinya juga dihubungkan melalui suatu cakram.
Sendi ini diperkuat oleh ligamentum clavicularis dan costo clavicularis. Adanya ligamen ini
maka sendi costosternalis dan costovertebralis (costa 1) secara tidak langsung mempengaruhi
gerakan sendi glenohumeralis secara keseluruhan.

4. Sendi Suprahumeral

Sendi ini bukan merupakan sendi sebenarnya, tetapi hanya merupakan articulatio
(persendian) protektif antara caput humeri dengan suatu arcus yang dibentuk oleh
ligamentum coracoacromialis yang melebar. Ligamen ini fungsinya untuk melindungi sendi
glenohumeralis terhadap trauma dari atas dan sebaliknya mencegah dislokasi ke atas dari
caput humeri. Ligamen ini juga menjadi hambatan pada waktu abduksi lengan. Di dalam
sendi yang sempit ini terdapat struktur-struktur yang sensitif yaitu: cursae subacromialis dan
subcoracoideus, tendon m.supraspinatus, bagian atas kapsul sendi glenohumeralis, tendon m.
biceps serta jaringan ikat.

Join play movement adalah istilah yang digunakan pada Manipulative therapy untuk
menggambarkan apa yang terjadi didalam sendi ketika dilakukan gerakan translasi,gerakan-
gerakan tersebut dilakukan secara pasif oleh terapis pada saat pemeriksaan maupun terapi.

Ada 3 macam joint play movement: (1). Traction/ traksi, (2). Compression/ kompresi,
(3). Gliding.

1. Gliding

Gliding yaitu gerakan permukaan sendi dimana hanya ada satu titik kontak pada satu
permukaan sendi yang selalu kontak dengan titik kontak yang baru (selalu berubah)
pada permukaan sendi laannya. Arah gliding permukaan sendi sesuai dengan
hukum konkaf konvek yaitu : jika permukaan sendi konkaf, maka
arah gliding berlawanan dengan gerakan tulang. Sedangkan bila permukaan sendi
konvek maka arah gliding searah dengan gerakan tulang. Untuk sendi bahu
arah gliding berlawanan dengan arah gerakan tulang, karena pertmukaan
sendi konfek bergerak peda permukaan sendi konkaf (caput humei dengan cavitas
glenoidal).
2. Traksi

Traksi adalah gerakan translasi tulang yang arah geraknya tegak lurus dan menjauhi
bidang terapi sehimgga terjadi peregangan sendi, biasanya dapat mengurangi nyeri
pada sendi,

3. Kompresi

Kompresi adalah gerakan translasi tulang yang arahnyategak lurus tetapi kedua
pernukaan sendi saling mendekati, biasanya akan menimbulkan nyeri (mudatsir,
2007).

 IMPINGAMENT SHOULDER :
Impingement Syndrome didefinisikan sebagai kompresi dan abrasi mekanik
dari rotator cuff, bursa Subacromial dan tendon biceps saat melewati bawah lengkung
acromial dan ligamen coracoacromial terutama pada saat gerak elevasi lengan.
Impingement syndrome adalah nyeri yang disebabkan oleh penekanan dari
tendon ototsupraspinatus diantara acromion dan tuberositas humerus. Nyeri pada
Subacromial impingement syndrome menyebabkan penurunan aktivitas fungsional
bahu untuk melakukanaktivitas sehari%hari, seperti sehari%hari seperti mandi ketika
keramas, menyisir, mengenakan pakaian, mengancing baju, mengenakan celana,
mengambil dompet disaku belakang, menulisdi papan tulis, adanya gangguan
menggunakan lengan untuk menggapai sesuatu teruamaletaknya agak di atas kepala,
mengangkat benda, menurunkan benda, melempar dan semuaaktivitas yang
mengharuskan tangannya terangkat melebihi kepalanya serta gangguanaktivitas
bekerja seperti profesi guru, kuli panggul, pembantu rumah tangga, olahraga( softball,
swimmer, basket ball, badminton), rekreasi (panjat tebing) hingga kualitas hidup ( self
care).

Disabilitas yang disebabkan oleh Subacromial impingement syndrome(atau


disingkat SIS) pada sendi bahu (shoulder joint ) yang memiliki mobilitas tinggi dan
mudah mengalamicedera, sehingga pada pasien sering dikeluhkan kumpulan gejala
rasa nyeri pada bahu seperti “Painful Shoulder Syndrome” (rotator cuff disease,
impingement syndrome, shoulder instabilities) yang dapat menyebabkan keterbatasan
gerak hingga gangguan fungsi gerak.
Gambar : Painful Shoulder syndrome

Terdapat 4 otot yang berperan dalam menggerakkan, memutar, dan melakukan


begitu banyak gerakan melalui sendi bahu. Otot yang terlibat yaitu otot supraspinatus,
ototinfraspintus, otot teres minor dan otot subscapularis. Otot Supraspinatus sangat
penting untuk mengangkat lengan. Sementara otot Infraspinatus dan Teres Minor
berfungsi menggerakkan atau memutar lengan ke arah luar dan otot Subskapularis
berperan dalam gerakan lengan ke arah dalam.

a. Musculus Supraspinatus
Dimulainya dari fossa supraspinatus dan otot ini melewati kapsula artikularisdan bersatu untuk
mencapai fasies superior tuberculum mayor. Otot ini memperkuathumerus pada lekuk sendi,
menegangkan kapsula artikularis dan abduksi lengan. Kadang-kadang terdapat bursa sinovial
dekat cavitas glenoidalis. Persarafan: n.supraskapularis(C4-C6). Kepentingan klinik: tendonopati
m. Supraspinatus disebabkan regangan berlebihan atau trauma yang sering terjadi. Tendonopati
ini berhubungan dengan kalsifikasi pada tendon dekat tuberkulum mayor dan menimbulkan rasa
nyeri hebat pada abduksi setelah usia 40 tahun ruptur tendon jugasering terjadi.

b. Musculus Infraspinatus

Dimulai dari fossa intraspinatus, spina scapula dan fasia infraspinatus dan berjalan menuju
tuberculum major : permukaan tengah, m. infrasipantus memperkuat kapsula artikularis sendi
bahu, fungsi utamanya adalah rotasi eksterna lengan. Dekat dengan lekuk sendi sering terdapat
bursa subtendinea m. infraspinatus. Persarafan: n.suprascapularis (C4-C6) variasi: seringkali
bergabung dengan m. teres minor.

c. Musculus Subskapularis

Berasal dari fossa subskapularis dan berinsertio pada tuberculum minor dan pada bagian
pro2imal krista tubercoli minoris. Dekat perlekatan antara m.subskapularis dan kapsula
artikularis terdapat bursa subtendinea m. subskapularis dan diantara bursa tendinea dan basis
processus coracoideus terletak bursa sub coracoidea. Kedua bursa berhubungan dengan cavum
articularis. Otot ini bekerja untuk rotasimedialis lengan atas. Persarafan n. subskapularis (C5-
C8). Kepentingan klinik : paralis m subskapularis mengakibatkan maksimal rotasi lateralis
(eksternalis) anggota badan atas, yang menunjukkan bahwa otot ini adalah rotator medialis kuat
lenganatas.

d. Musculus Teres Minor

Dimulai dari pinggir lateral skapula superior terhadap origo m. teres major dan berinsertio pada
permukaan bawah tuberkulum mayor. Otot ini bekerja sebagai rotasilateral lengan. Persarafan:
n. aksillaris (C5-C6) variasi: otot ini dapat bersatu dengan m. infraspinatus.

B. Patologi

Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul sendi oleh jaringan


fibrous yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra articular adhesion,
penebalan sinovialakan berlanjut ke keterbatasan articular cartilago. Berkurangnya cairan
sinovial pada sendi sehingga terjadi perubahan kekentalan cairan tersebut yang menyebabkan
penyusutan pada kapsul sendi, sehingga sifat ekstensibilitas pada kapsul sendi berkurang dan
akhirnya terjadi perlekatan. Tendinitis bicipitalis, calcificperitendinitis, inflamasi rotator cuff,
frkatur atau kelainan ekstra articular seperti angina pectoris, cervical sponylosis, diabetes
mellitus yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat maka kelama-lamaan akan
menimbulkan perlekatan atau dapat menyebabkan adhesive capsulitis. Adhesive
capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang menyebabkan nyeri dan menimbulkan
spasme, degenerasi juga dapat menyebabkan nyeri dan dapat menimbulkan spasme.
Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul menempel pada kaput
humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang dengan perlengketan. Frozen
merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena degenerasi yang progresif. Jika berkangsung
lama otot rotator akan tertarik serta memperlengketan serta memperlihatkan tnada-tanda
penipisan dan fibrotisasi. Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti erosi tuberculum
humeriyang akan menekan tendon bicep dan bursa subacromialis sehingga terjadi penebalan
dinding bursa.

Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada penimbunan kristal kalsium fosfat dan
karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen, kapsul serta dinding
pembuluh darah. Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan
menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi rardang bursa, terjadi berulang-
ulang karena tekiri terus-menerus menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan cairan
bursa, perlengketan dinding dasar dengan bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive
akhirnya terjadi frozen shoulder.

Faktor immobilisasi juga merupakan salah satu faktor terpenting yang juga dapat
menyebabkan perlekatan intra, ekstra selular pada kapsul dan ligamen, kemudian kelenturan
jaringan menjadi menurun dan menimbulkan kekakuan. Semua organ yang disekeliling
jaringan lunak, terutama tendon supraspinatus terlibat dalam perubahan patologi. Fibrotic
ligamen coracohumeral cenderung normal dari tendon bicep caput longum juga rusak
(robek). Keterlibatan tendon bicep berpengaruh secara signifikan dalam penyebaran nyeri ke
anterior sendi glenohumeral yang berhubungan dengan adhesive capsulitis.

Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahap, yaitu :

1. Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerakan
sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir sampai 10-
36 minggu.
2. Stiffness (Frozen) : ditandai dengan nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan
yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh keterbatasan
gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
3. Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada
synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini
berakhir 6-24 bulan atau lebih.

Problematik Frozen shoulder

Frozen shoulder merupakan gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan
keterbatasan luas gerak sendi (LGS) pada sendi glenohumeral. Adanya rasa nyeri dapat
mengganggu penderita dalam melakukan aktifitas. Biasanya nyeri ini akan timbul saat
melakukan aktifitas, seperti : mengangkat tangan ke atas waktu menyisir rambut, menggosok
punggung sewaktu mandi, menulis dipapan tulis, mengambil sesuatu dari saku belakang
celana, mengambil atau menaruh sesuatu di atas dan kesulitan saat memakai atau melepas
baju. Hal ini akan menyebabkan pasien enggan menggerakkan sendi bahunya yang akhirnya
dapat memperberat kondisi yang ada sehingga dapat menimbulkan gangguan dalam gerak
dan aktifitas fungsional keseharian (Wiratno, 1988).

Sedangkan sifat keterbatasan frozen shoulder ditandai dengan : (1) mengikuti pola
kapsular (capsular pattern), yang ditandai dengan gerak eksorotasi lebih nyeri dan terbatas
dari gerakan abduksi serta lebih terbatas lagi dari endorotasi. (eksorotasi > abduksi >
endorotasi), (2) bukan pola kapsuler (non capsular pattern), yaitu keterbatasan gerak dan
nyeri terjadi pada arah gerak tertentu, tergantung dari topis lesi, misalnya keterbatasan ke
arah endorotasi atau abduksi saja (Heru Purbo Kuntono, 2007).

Problematika pada frozen shoulder berupa nyeri dan keterbatasan gerak akan
menyebabkan keluhan pada keterbatasan fungsi berupa ketidakmampuan untuk menggosok
punggung saat mandi, menyisir rambut, kesulitan dalam berpakaian, mengambil dompet dari
saku belakang, kesulitan memakai pakaian dalam bagi wanita dan gerakan- gerakan
fungsional yang lain yang melibatkan sendi bahu (Apley, 1993). Akibat selanjutnya
penderita frozen shoulder akan mendapatkan hambatan dalam aktifitas sosial masyarakat
karena keadaannya.

C. Tanda Dan Gejala

a. Nyeri

Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan,
diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat
dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama
nyeri berkurang, tetapi sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus
selama 6-12 bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien
dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal.

b. Keterbatasan Lingkup gerak sendi


Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi
glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu
gambaran klinis yang dapat menyertai tendinitis, infark myokard, diabetes melitus,
fraktur immobilisasi berkepanjangan atau redikulitis cervicalis. Keadaan ini
biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 45–60 tahun dan lebih sering pada
wanita.

Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari
sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita
akan melakukan dengan mengangkat bahunya (srugging).

c. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot


Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam
mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri
dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering
menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran penderita
dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan
melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat dijumpai adanya
atropi bahu (dalam berbagaoi tingkatan). Sedangkan pemeriksaan neurologik
biasanya dalam batas normal.

d. Gangguan aktifitas fungsional


Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada
penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri,
keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara langsung akan
mempengaruhi (mengganggu) aktifitas fungsional yang dijalaninya.

D. Analisis Gerak Shoulder Kompleks

Nama Gerakan Analisis Gerak


SHOULDER GIRDLE
Elevasi - Arah gerakan :Menggerakkan tulang belikat
ke superior.

- Axis Gerak : Axis sagital

- Bidang Gerak : Frontal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu sendi sternoclavicular
joint, dimana terlihat clavicula bergerak
bersama dengan discus articularis terhadap
manubrium sternum.

- Ligament yg berperan : Ligament


costoclavicular
- Otot yang bekerja :
 Primemover : Upper trapezius, dan levator
scapula.
 Asisten Agonis : rhomboid major dan
serratus anterior
 Antagonis : M. Lower Trapezius, M.
latissimus dorsi.

- ROM : 0° - 40°

Depresi - Arah gerakan :Menggerakkan tulang belikat


ke inferior.

- Axis Gerak : Axis sagital

- Bidang Gerak : Frontal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu sendi sternoclavicular
joint, dimana terlihat clavicula bergerak
bersama dengan discus articularis terhadap
manubrium sternum.

- Ligamen yg berperan : ligament sternoclavicula


dan ligament acromioclavicular superior.

- Otot yang bekerja :


 Primemover : lower trapezius
 Asisten agonis : M. Pectoralis minor, M.
subclavius, dan M. latissimus dorsi
 Antagonis :

- ROM : 0° - 10°
- Arah gerakan : Menggerakkan tulang belikat
ke depan ( anterior ) menjauhi tubuh.
Protraksi
- Axis Gerak : Axis longitudional

- Bidang Gerak : Transversal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu sendi sternoclavicular
joint, dimana terlihat clavicula bergerak.

- Ligamen yg berperan : ligament


sternoclavicular posterior, ligament
acromioclavicularis posterior.

- Otot yang bekerja :


 Primemover : M. Serratus Anterior
 Asisten Agonis : M. Pectoralis Major
 Antagonis : M. Rhomboid Major et minor

- ROM : 0° - 20°

Retraksi - Arah gerakan : Menggerakkan tulang belikat


ke depan ( anterior ) mendekati tubuh.

- Axis Gerak : Axis longitudional

- Bidang Gerak : Transversal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu sendi sternoclavicular
joint, dimana terlihat clavicula bergerak.

- Ligamen yg berperan : ligament


sternoclavicular anterior dan ligament
coracoacromial anterior

- Otot yang bekerja :


 Primemover : M. Rhomboid Major et
minor
 Asisten Agonis : M. Middle trapezius
 Antagonis : M. pectoralis major
- ROM : 0° - 15°
Upward rotation - Arah gerakan : Gerakan rotasi ke cranial dari
scapula.

- Axis Gerak : Axis tegak lurus

- Bidang Gerak : Transversal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu sendi sternoclavicular
joint dan rotasi pada sendi acromioclavicular
joint, dimana terlihat clavicula bergerak.

- Ligament yg berperan :

- Otot yang bekerja : Trapezius pars upper dan


lower, serta serratus anterior
 Primemover : M. Serratus Anterior dan M.
upper trapezius
 Asisten agonis : M. lower trapezius dan M.
rhomboid major
 Antagonis :
- ROM : 0-30◦

Downward rotasi - Arah gerakan : Gerakan rotasi ke caudal dari


scapula terhadap axis tegak lurus pada
permukaan scapula, dalam hal ini acromion
bepindah ke caudal dan medial, angulus inferior
bergerak ke medial dan lateral.

- Axis Gerak : Axis tegak lurus

- Bidang Gerak : Transversal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu sendi sternoclavicular
joint dan rotasi pada sendi acromioclavicular
joint, dimana terlihat clavicula bergerak.

- Ligament yg bekerja :
- Otot yang bekerja :
 Primemover : M. Levator scapula dan M.
Rhomboid minor
 Asisten agonis : M. Pectoralis minor
 Antagonis :

- ROM : 0-17◦

Scapular tilt - Arah gerakan : Gerakan scapular tilt muncul


saat sendi bahu melakukan gerakan
hiperekstensi

- Axis Gerak : Axis longitudional

- Bidang Gerak : Sagital

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu glenohumeral joint.
Dimana menghasilkan kombinasi gerakan pada
tulang scapula, clavicula dan humerus.

- Ligament :

- Otot yang bekerja :


 Primemover : Latissimus dorsi, Deltoid
posterior
 Asisten agonis :
 Antagonis :

- ROM :

SHOULDER JOINT
Fleksi - Arah gerakan : Gerakan menekuk sendi atau
memperkecil sudut antar dua tulang.

- Axis Gerak : Axis transversal

- Bidang Gerak : Sagital

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu glenohumeral joint.
Dimana menghasilkan kombinasi gerakan pada
tulang scapula, clavicula dan humerus.

- Ligament yg berperan : Glenohumeral


superior, glenohumeral middle, glenohumeral
inferor

- Otot yang bekerja :


 Primemover : Deltoid pars anterior dan
supraspinatus
 Asisten Agonis : Pectoralis major,
coracobrachialis
 Antagonist : Biceps brachii

- ROM : 0-90◦

Ekstensi - Arah gerakan : Gerakan menekuk sendi atau


memperbesar sudut antar dua tulang.

- Axis Gerak : Axis transversal

- Bidang Gerak : Sagital

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu glenohumeral joint,
dengan gerakan tulang dipengaruhi oleh rotasi
humerus pada sumbu panjangnya.

- Ligament yg berperan : Coracohumeral

- Otot yang bekerja :


 Primemover : Latissimus dorsi, dan teres
major
 Asisten Agonis : Deltoideus pars posterior
 Antagonist : Triceps brachii

- ROM : 0-45◦

Abduksi - Arah gerakan : Menggerakkan anggota gerak


menjauhi bagian tengah tubuh ( lateral ).

- Axis Gerak : Axis antero-posterior

- Bidang Gerak : Frontal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu glenohumeral joint,
dengan gerakan tulang dipengaruhi oleh rotasi
humerus pada sumbu panjangnya.

- Ligament yg bekerja adalah ligament


humeral inferior

- Otot yang bekerja :


 Primemover : Deltoid middle, dan
supraspinatus
 Asisten Agonis: Deltoid, serratus anterior,
dan trapezius
 Antagonist : Latisimmus dorsi, pectoralis
major

- ROM : 1800

Adduksi - Arah gerakan : Menggerakkan anggota gerak


mendekati bagian tengah tubuh ( medial ).

- Axis Gerak : Axis antero-posterior

- Bidang Gerak : Frontal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu glenohumeral joint,
dengan gerakan tulang dipengaruhi oleh rotasi
humerus pada sumbu panjangnya.

- Ligament yg berperan adalah ligament


Coracohumeral

- Otot yang bekerja :


 Primemover : Pectoralis major
 Asisten Agonis :Latisimmus dorsi, teres
major, subscapularis
 Antagonist : Deltoid, dan trapezius.

- ROM : 0 – 450

Eksternal Rotasi - Arah gerakan : Gerakan sendi dengan cara


memutar sumbu vertical tulang ke bagian luar.

- Axis Gerak : Axis longitudional ( frontal )


humeri

- Bidang Gerak : Transversal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu sternoclavicular joint
dan acromioclavicular joint.

- Ligament yg berperan : Glenohumeral


superior, glenohumeral middle, glenohumeral
inferor

- Otot yang bekerja :


 Primemover: Infraspinatus, teres
major,deltoid posterior
 Asisten Agonis : Teres minor
 Antagonist : Trapezius, serratus anterior

- ROM : 0-450
Internal Rotasi - Arah gerakan : Gerakan sendi dengan cara
memutar sumbu vertical tulang ke bagian dalam.

- Axis Gerak : Axis longitudional ( frontal )


humeri

- Bidang Gerak : Transversal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu sternoclavicular joint dan
acromioclavicular joint.

- Ligament yg berperan : Tidak ada ligamen yang


bekerja pada saat endorotasi.

- Otot yang bekerja :


 Primemover : Subscapularis, pectoralis
major, latisimmus dorsi, teres major
 Asisten Agonis : Pars clavicularis
 Antagonist : Trapezius, serratus anterior

- ROM : 0-300

Abduksi horizontal - Arah gerakan : Gerakan lengan yang mendekati


tubuh dalam posisi abduksi lengan 90 derajat dan
mencapai jarak gerak sendi 45 derajat yang
dimulai posisi anatomis.

- Axis Gerak : Axis antero – posterior

- Bidang Gerak : Transversal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu glenohumeral joint,
dengan gerakan tulang dipengaruhi oleh rotasi
humerus pada sumbu panjangnya.

- Ligament yg berperan :

- Otot yang bekerja :


 Primemover : M. deltoid posterior
 Asisten agonis : M. deltoid
 Antagonis :

- ROM : 130°
Adduksi horizontal - Arah gerakan : Gerakan lengan yang menjauhi
tubuh dalam posisi abduksi lengan 90 derajat dan
mencapai jarak gerak sendi 145 derajat yang
dimulai posisi anatomis.

- Axis Gerak : Axis antero-posterior

- Bidang Gerak : Transversal

- Sendi yang terlibat dan gerakan tulangnya :


Sendi yang terlibat yaitu glenohumeral joint,
dengan gerakan tulang dipengaruhi oleh rotasi
humerus pada sumbu panjangnya.

- Ligament yg berperan :

- Otot yang bekerja :


 Primemover : M. Pectoralis major,
 Asisten agonis : M. Deltoid anterior
 Antagonis :

- ROM : 130°

Anda mungkin juga menyukai