Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang
penyusunan Makalah ini dengan baik dan lancar. Pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dari dua buku tersebut ada perbedaan terjemahan kata ijarah dari bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia, antara sewa dan upah juga ada perbedaan makna
operasional, sewa biasanya digunakan untuk benda, sedangkan upah digunkan
untuk tenaga. Namun dalam bahasa Arab ijarah adalah sewa dan upah. Sehingga
ketika kita melihat bagaimana aplikasi dari ijarah itu sendiri dilapangan, maka
kita bisa mendapati sebagai mana yang akan dibasas dalam makalah ini.
Yangmana diharapkan dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan masukan
ilmu pengetahuan kepad kaum muslimin mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
sewa-menyewa.
3
1.2 Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Al-ijarah sendiri berasal dari kata Al ajru yang diartikan sebagai Al 'Iwadhu
yang mempunyai arti ”ganti”, al-kira`, yang mempunyai arti ”bersamaan” dan al-
ujrah yang memiliki arti ”upah”.
a. Para ulama dari golongan Hanafiyah berpendapat, bahwa al-ijarah adalah suatu
transaksi yang memberi faedah pemilikan suatu manfaat yang dapat diketahui
kadarnya untuk suatu maksud tertentu dari barang yang disewakan dengan
adanya imbalan.
b. Ulama Mazhab Malikiyah mengatakan, selain al-ijarah dalam masalah ini ada
yang diistilahkan dengan kata al-kira`, yang mempunyai arti bersamaan, akan
tetapi untuk istilah al-ijarah mereka berpendapat adalah suatu `aqad atau
perjanjian terhadap manfaat dari al-Adamy (manusia) dan benda-benda
bergerak lainnya, selain kapal laut dan binatang, sedangkan untuk al-kira`
menurut istilah mereka, digunakan untuk `aqad sewa-menyewa pada benda-
benda tetap, namun demikian dalam hal tertentu, penggunaan istilah tersebut
kadang-kadang juga digunakan.
5
c. Ulama Syafi`iyah berpendapat, al-ijarah adalah suatu aqad atas suatu manfaat
yang dibolehkan oleh Syara` dan merupakan tujuan dari transaksi tersebut,
dapat diberikan dan dibolehkan menurut Syara` disertai sejumlah imbalan yang
diketahui.
d. Hanabilah berpendapat, al-ijarah adalah `aqad atas suatu manfaat yang
dibolehkan menurut Syara` dan diketahui besarnya manfaat tersebut yang
diambilkan sedikit demi sedikit dalam waktu tertentu dengan adanya `iwadah.
Demikian pula artinya menurut terminologi syara’. Untuk lebih jelasnya, dibawah
ini akan dikemukakan beberapa definisi ijarah menurut pendapat beberapa ulama
fiqih:
a. Ulama Hanafiyah:
Artinya:
b. Ulama Asy-Syafi’iyah:
.عقد على منفعة مقصودة معلومة مباحة قابلة للبذل واالءباحة بعوض معلوم
Artinya:
“Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah,
serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.”
6
c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah:
Artinya:
“Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan
pengganti.”
Jumhur ulama fiqh berpendapat bahwa ijarah adalah menjual manfaat dan
yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Oleh karena itu,
mereka melarang menyewakan pohon untuk diambil buahnya, domba untuk
diambil susunya, sumur untuk diambil airnya, dan lain-lain, sebab semua itu
bukan manfaatnya, tetapi bendanya. Namun sebagian ulama memperbolehkan
mengambil upah mengajar Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan yang bersangkutan
dengan agama, sekedar untuk memenuhi kaperluan hidup, karena mengajar itu
telah memakai waktu yang seharusnya dapat mereka gunakan untuk pekerjaan
mereka yang lain.1
1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensido,
1994), h.304
7
Hampir semua ulama fiqh sepakat bahwa ijarah disyari’atkan dalam Islam.
Namun ada sebagian yang tidak menyepakati dengan alasan bahwa ijarah adalah
jual-beli barang yang tidak dapat dipegang (tidak ada). Sesuatu yang tidak ada
tidak dapat dikategorikan jual beli. Dalam menjawab pandangan ulama yang tidak
menyepakati ijarah tersebut, Ibn Rusyd berpendapat bahwa kemanfaatan
walaupun tidak berbentuk, dapat dijadikan alat pembayaran menurut kebiasan
(adat). Dan mengenai hal ini dapat dikatakan bahwa meski tidak terdapat manfaat
pada saat terjadinya akad, tetapi pada dasarnya akan dapat dipenuhi. Sedang dari
manfaat-manfaat tersebut, hukum syara’ hanya memperhatikan apa yang ada pada
dasarnya yang akan dapat dipenuhi, atau adanya keseimbangan antara dapat
dipenuhi dan tidak dapat dipenuhi.2
a. Al-Qur’an
Artinya:
b. As-Sunnah
) (رواه ابن ماجه عن ابن عمر.اعطوا االجير اجره قبل ان يجف عرقه
Artinya:
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibn Majah dari Ibn
Umar)
2
Ibnu Rusyd, Tarjamah Bidayatu’l Mujtahid, (Semarang: Asy-Syifa, 1990), h. 196
8
c. Ijma’
Umat Islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah dibolehkan
sebab bermanfaat bagi manusia.
Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijarah itu hanya satu, yaitu ijab (ungkapan
menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa-menyewa), antara lain
dengan menggunakan kalimat: al-ijarah, al-isti’jar, al-ikhtira’, dan al-ikra.
Adapun menurut jumhur ulama mengatakan bahwa rukun ijarah ada empat (4),
yaitu:
4Nasrun
Haroen, Op.Cit, h.231
9
2.4 Syarat-Syarat Ijarah.
5
Nasrun Haroen, Op.Cit,
10
Para ulama fiqh berbeda pendapat tentang sifat ijarah, apakah bersifat mengikat
kedua belah pihak atau tidak. Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa akad ijarah
itu mengikat, tetapi boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur dari
salah satu pihak yang berakad, seperti salah satu pihak wafat atau kehilangan
kecakapan bertindak hukum. Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa akad
ijarah itu bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh
dimanfaatkan.6 Akibat perbedaan pendapat ini terlihat dalam kasus apabil;a salah
seorang meninggal dunia, maka akad ijarah batal, karena manfaat tidak boleh
diwariskan. Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa manfaat itu boleh
diwariskan karena termasuk harta (al-mal). Oleh sebab itu, kematian salah satu
pihak yang berakad tidak membatalakn akad ijarah.
6
Rachmat Syafe’I, OP.Cit, h. 130
7
Rachmat Syafe’I, OP.Cit, h. 131
11
Ijarah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:8
8
Moh. Zuhri, Terjemah Fiqh Empat Madzhab, (Semarang: Asy-Syifa, 1993), h.169-170
12
) (رواه اصحاب السنن االربعة واحمد والشافع.اذا اختلف المتبايعان تحالفا وترادا
Artinya:
“Jika terjadi perbedaan di antar orang yang berjual beli, keduanya harus saling
bersumpah dan mengembalikan.” (HR. Ashab Sunan Al-Arba’ah, Ahmad, dan
Imam Syafi’I)
Para ulama fiqh menyatakan bahwa akad ijarah akan berakhir apabila:
13
BAB III
KESIMPULAN
Adapun menurut jumhur ulama mengatakan bahwa rukun ijarah ada empat (4),
yaitu:
14
d. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaan untuk melakukan akad
ijarah
e. Manfaat yang menjadi obyek ijarah harus diketahui secara sempurna,
sehingga tidak muncul perselisihan dikemudian hari.
f. Obyek ijarah boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak
bercacat.
g. Obyek ijarah adalah sesuatu yang dihalalkan oleh syara’.
h. Yang disewakan adalah bukan suatu kewajiban bagi penyewa.
i. Objek ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan, seperti rumah,
mobil, dan hewan tunggangan.
j. Upah/sewa dalam akad ijarah harus jelas, tertentu dan sesuatu yang bernilai
harta.
k. Ulama Hanafiyah mengatakan sewa/upah itu tidak sejenis dengan manfaat
yang disewa.
15
DAFTAR PUSTAKA
Pengertian Ijarah
https://www.google.co.id/amp/s/zahrasysyauqillah.wordpress.com/2015/05/2
5/makalah-ijarah-sewa-menyewa/amp/ di akses pada tanggal 11 Agutus 2018
16