Lapsus PEB Anjas
Lapsus PEB Anjas
PREEKLAMPSIA BERAT
Oleh:
Anjas Asmara
110 202 005
Pembimbing Supervisor:
Dr.dr. Hj. Nur Rakhmah, Sp.OG (K), M.Kes
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan dianggap telah memenuhi syarat Tugas Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Profesi Dokter dalam Disiplin Ilmu Obstetri and Ginekologi pada;
Menyetujui
Pembimbing
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. R
2. Umur : 22 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tanggal Lahir : 19 November 1996
5. Agama : Islam
6. Alamat : Gowa
7. Bangsa Suku : Makassar
8. No. RM : 04-93-03
9. Tanggal Masuk : 22 juli 2019
B. Status Umum
1. Keluhan Utama:
Nyeri perut tembus ke belakang
2. Anamnesis Terpimpin:
Seorang ibu hamil usia 22 tahun G1P0A0 dengan usia kehamilan 39
minggu 4 hari masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut tembus ke
belakang yang dialami sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Pelepasan
lender (-), darah (+) sejak 12 jam SMRS, air (-). Diketahui HPHT dari
pasien 11/10/2018 dan TP 18/07/2019. Demam (-), sakit kepala (-),
penglihatan kabur (-), nyeri ulu hati (-), mual dan muntah (-).
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Dari Autoanamnesis diketahui Riwayat Hipertensi (-), Riwayat
Diabetes Melitus (-), Alergi (-), Asma (-). Riwayat operasi (-)
4. Riwayat Obstetri:
2019/Kehamilan Sekarang
5
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Composmentis/Sakit Sedang/Gizi Baik
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 160/100mmHg
Nadi : 82 kali / menit
Pernapasan : 26 kali / menit
Suhu : 36,7oC
3. Status Internus
o Kepala : Bentuk normal, simetris
o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Telinga : Serumen (-/-), Membran timpani intak
o Thoraks :
- Paru : Vesicular, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung : S1/S2 Reg. Gallop (-/-), murmur (-/-)
o Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
4. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
TFU : 32 cm
LP : 86 cm
TBJ : 2795 gram
Situs : Memanjang
Punggung : Kanan
Bagian terdepan : Kepala
DJJ : 136 kali/menit
HIS : 2x10’ (25-30”)
Gerakan janin : (+) dirasakan Ibu
6
Pemeriksaan Dalam Vagina
V/V : TAK/TAK
Portio : Lunak, tebal
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : (+) Utuh
UUK : Sulit dinilai
Penurunan : Hodge I
Bagian terdepan : Kepala
Panggul : Kesan Cukup
Pelepasan : Lendir (+), darah (+), air (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
USG Tanggal 22/07/2019
Gravid tunggal hidup intrauterine, persentasi kepala, punggung kanan, EFW:
2680 gram, SDP: 3,5 cm, GA: 35 Minggu.
DARAH RUTIN
7
IMUNO-SEROLOGI
Non
HBSAg Non Reaktif
Reaktif
Non
HIV Non Reaktif
Reaktif
KIMIA URINE
Positif
Protein Negatif
(+1)
Positif
Blood Negatif
(+3)
E. Resume Pasien
Seorang ibu hamil usia 22 tahun G1P0A0 dengan usia kehamilan 39 minggu
4 hari masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut tembus ke belakang yang
dialami sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Pelepasan darah (+) sejak 12 jam
SMRS. Diketahui HPHT dari pasien 11/10/2018 dan TP 18/07/2019
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien Sakit
sedang/Gizi Baik/GCS 15: E4M6V5. Tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 82
kali/menit, pernafasan 26 kali/menit, suhu36,7oC. Pada pemeriksaan luar
didapatkan TBJ 2795 gram, DJJ 136 kali/menit, dan HIS 2x10’ (25-30”). Pada
pemeriksaan dalam vagina didapatkan pembukaan 4 cm, ketuban (+) utuh, bagian
terdepan kepala, penurunan Hodge I, pelepasan lender dan darah (+).
Pada pemeriksaan penunjang, khususnya pemeriksaan laboratorium
didapatkan Kimia urine Protein (+1), Blood (+3).
8
F. Diagnosis:
G1P0A0 ravid 39 minggu 4 hari Inpartu Kala I Fase Aktif + PEB
G. Tatalaksana
1. Nifedipine 3x10mg
2. LD: MgSO4 40% 4 gr dalam NaCl 100 cc 72 tpm
3. MD: MgSO4 40% 6 gr dalam RL 500 cc 28 tpm
4. Observasi HIS, DJJ, Kemajuan Persalinan
5. VT Komtrol
H. Follow Up
1. Follow Up (22 Juli 2019 pukul 13.30 WITA)
S O A P
Ibu ingin Pemeriksaan Dalam Vagina G1P0A0 gravid 39 Pimpin
meneran V/V : TAK/TAK minggu 4 hari Inpartu Persalinan
Portio : Melesap Kala II + PEB
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : (-)
UUK : Jam 12
Penurunan : Hodge IV
Bagian terdepan: Kepala
Panggul : Kesan Cukup
Pelepasan :Lendir(+),
darah (+), air (+)
2. Outcome
Lahir bayi Jenis kelamin Perempuan, BBL 2650 gr, PBL 46 cm, A/S 8/10
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. EPIDEMIOLOGI
Preeklampsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara
berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di negara berkembang
dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju
perawatan perinatalnya lebih baik.1
Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dalam kurun waktu 3 tahun (2005-
2007) dilaporkan angka kejadian preeklampsia berat dan eklampsia adalah 8%
dan dalam tahun 2007-2009 kejadian preeklampsia/eklampsia dilaporkan 8,6%,
artinya tidak ada penurunan.5
C. ETIOLOGI
Penyebab preeklampsia saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti
sehingga oleh Zweifel (1916) preeklampsia disebut sebagai “the disease of
theories”.5
Etiologi pasti penyebab gangguan ini masih belum jelas. Kecurigaan pada
masalah plasentasi serta endothelium ibu, akan tetapi mekanisme yang
menyebabkan disfungsi endotel dan hubungannya dengan plasenta masih tidak
jelas.7
10
D. PATOGENESIS
Pada preeklampsia terjadi Iskemia plasenta yang diperkirakan mensintesis
peningkatan jumlah pengeluaran soluble fms-like tyrosine kinase-1 (sFlt-1),
cytokines, dan mungkin angiotensin II (ANG II) type 1 receptor autoantibodies
(AT1-AA). Hal tersebut menyebabkan spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik,
sebagai usaha-usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi, sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial
belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.8, 9
E. MANIFESTASI KLINIS
Preeklampsia
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia adalah sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan
jarak periksa satu jam, sebaiknya 6 jam.
b. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau +2 pada
urin midstream.
Preeklampsia berat
11
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia berat adalah sebagai
berikut:
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
b. Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)
d. Sakit kepala yang hebat atau gangguan penglihatan
e. Nyeri epigastrium dan ikterus
f. Oedema paru
g. Trombositopenia
h. Pertumbuhan janin terhambat
F. DIAGNOSIS
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan:8
Gambaran klinik: pertumbuhan berat badan yang berlebihan, hipertensi, dan
timbul proteinuria.
Gejala subjektif: sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, gangguan
visus (penglihatan kabur, skotoma, diplopia), mual dan muntah.
Gangguan serebral lainnya: sempoyongan, refleks meningkat, dan tidak tenang.
Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada
pemeriksaan laboratorium
G. KOMPLIKASI
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklamsia.
Komplikasi di bawah yang biasa terjadi pada preeklampsia berat:11, 12
Solusia plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklampsia.
Hipofibrinogenemia
12
Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh karena itu dianjurkan
untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
Hemolisis
Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan gejala
klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan
pasti apakah ini merupakan kerusakan sel hati atau destruksi sel darah
merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi
penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina.
Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
Edema paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumoniae sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan
abses paru.
Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia merupakan akibat
vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,
tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati
dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan
enzim-enzimnya.
Sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet)
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi
hati, hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT, SGOT], gejala
subjektif [cepat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]), hemolisis
akibat kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh
dan tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi (adhesi
13
trombosit di dinding vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor
kuat), lisosom.
Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang
lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal
ginjal.
Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra-uterin.
Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma, dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang
pneumonia aspirasi dan DIC (deisseminated intravascular cogulation).
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan preeklampsia sebagai berikut:14
1. Preeklampsia
1) Kehamilan kurang dari 37 minggu
a. Pantau tekanan darah, urine (untuk proteinuria), refleks dan kondisi
janin.
b. Konseling pasien dengan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya
preeklampsia dan eklampsia.
c. Lebih banyak istirahat.
d. Diet biasa (tidek perlu diet rendah garam).
e. Tidak perlu diberi obat-obatan.
f. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:
a) Diet biasa.
b) Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urine (untuk proteinuria)
sehari sekali.
c) Tidak perlu obat-obatan.
d) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensatio kordis atau gagal ginjal akut.
14
e) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan.
f) Jika tidak ada tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan
penanganan dan observasi kesehatan janin.
g) Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak, rawat sampai
aterm.
h) Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
2) Kehamilan lebih dari 37 minggu
a. Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan
dengan oksitoksin atau prostaglandin.
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan
prostaglandin atau kateter folley atau lakukan seksio sesaria.
2. Preeklampsia berat
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia. Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif.
Tujuan penatalaksanaan kasus preeklampsia berat / eklampsia ialah:15
a. Mencegah timbulnya kejang / kejang ulangan pada eklampsia
b. Mencegah timbulnya komplikasi pada ibu dan atau anaknya
c. Terminasi kehamilan secara aman
1. Mencegah Kejang
a. Obat pilihan ialah MgSO4
b. Bisa diberikan IM atau IV
c. Antidotum MgSO4 Calsium Bicarbonat 10% 10mg IV pelan
15
a. Obat antihipertensi diberikan bila tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan
atau tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg.
b. Target penurunan tekanan darah ± 30% dari tekanan darah awal
c. Obat pilihan Nifedipin diberikan 10mg per oral
16
BAB IV
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Muhammadiyah Surakarta.
Hasanuddin.
Surakarta.
p38 MAPK, Trombosit dan Asam Urat pada Preeklampsia Berat dan
18
6. Raras. 2011. Pengaruh Preeklampsia Berat pada Kehamilan terhadap
7. Robson, E.S. dan Waugh J., 2011. Patologi dalam Kehamilan: Manajemen
11. Wibowo B., Rachimhadi T., 2006. Preeklampsia dan Eklampsia, dalam: Ilmu
Prawirahardjo.
FKUNS.
14. Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
RSUD Soetomo.
19
20