Anda di halaman 1dari 10

A.

Perhitungan Cadangan

1 Pertimbangan Teknis

Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah:

a) Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)”

Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi penambangan

yang tidak menyebabkan kelongsoran atau jenjang masih dalam keadaan stabil. Untuk

menentukan UPS ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

 Stripping ratio yang diperbolehkan.

 Sifat fisik dan mekanik batuan

 Struktur Geologi

 Jumlah air dalam di dalam batuan

b) Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi

c) Dimensi jenjang/bench

Cara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang. Dimensi

jenjang juga sangat tergantung pada produksi yang diinginkan dan alat-alat yang

digunakan. Dimensi jenjang harus mampu menjamin kelancaran aktivitas alat mekanis

dan faktor keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi, lebar, dan panjang jenjang.

d) Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan daerah

penambangan.
e) Kondisi geometrik jalan

Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar jalan,

kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope, dan jarak

terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut.

f) Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:

 Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai.

 Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.

g) Kondisi geografi dan geologi

 Topografi

Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem

penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat ditentukan cara

penggalian, tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat, jalur-jalur jalan

yang dipergunakan,dan sistem penirisan tambang.

 Struktur geologi

Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan

gerakan-gerakan tektonis.

 Penyebaran batuan

 Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan rekahan.Adanya air

dalam massa ini akan menimbulkan tegangan air pori.


Keuntungan dari metode ini adalah proses perhitungannya tidak rumit dan sekaligus

dapat dipergunakan untuk menyajikan hasil interpretasi model dalam sebuah penampang atau

irisan horisontal. Sedangkan kekurangan metode penampang adalah tidak bisa dipergunakan

untuk tipe endapan dengan mineralisasi yang kompleks. Disamping itu hasil perhitungan secara

konvensional ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk mengecek hasil perhitungan yang

lebih canggih misalnya dengan sistem blok.

Rumus luas rata-rata (mean area)

Rumus luas rata-rata dipakai untuk endapan yang mempunyai penampang yang

uniform.

S1 + S2 
VL
2

S1,S2 = luas penampang endapan


L = jarak antar penampang
V = volume cadangan
Gambar 6.2: Sketsa perhitungan volume
bijih dengan rumus mean area (metode penampang).

Sedangkan untuk menghitung tonase bijih digunakan rumus :

T = V x BJ
dimana : T = tonase bijih (ton)
V = volume bijih (m3)
BJ = berat jenis bijih (ton/m3).
Rumus prismoida
L
V = ( S1 + 4M + S2 )
6

S1,S2 = luas
penampang
S2 ujung M = luas
penampang
tengah L = jarak antara S1
dan S2 V = volume
cadangan
M
Gambar 6.3 :Sketsa
perhitungan volume bijih
L dengan rumus prismoida.

S1 ½ L

Rumus kerucut terpancung

S1
S1

V
L
S 1 + S2 + S1 S2  S1S2
3
L L S1 = luas penampang atas
S2 = luas penampang alas
L = jarak antar S1 dan S2
V = volume cadangan
S2
S2
Gambar 6.4: Sketsa perhitungan volume bijih
dengan rumus kerucut terpancung

Rumus obelisk
Rumus obelisk dipakai untuk bentuk endapan yang membaji, merupakan suatu

modifikasi dari rumus prismoida dengan mensubstitusi:

a1 + a 2   b1 + b2 
M =
2 2

a2

s2 b2

s1 b1

a1

Gambar 6.5: Sketsa perhitungan volume bijih dengan rumus obelisk.

Metode Poligon (Area of Influence)


Metoda ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan

mempunyai geometri yang sederhana. Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan

nilai data yang berada di tengah-tengah poligon sehingga metoda ini sering disebut dengan

metoda poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi

dua jarak antara dua titik conto dengan satu garis sumbu (lihat Gambar 6.6).

3 3 4 4

2
2

1 6 5 = TITIK BOR/SUMUR UJI


1 6 

10 = DAERAH PENGARUH

9 8 7
9 8 7

Gambar 6.6: Metode poligon (area of influence).

Andaikan ketebalan bijih pada titik 1 adalah t1 dan luas daerah pengaruhnya adalah S1

maka volume (V) = S1 x t1 (volume pengaruh). Bila specific gravity dari bijih =  , maka tonase

bijih = S1 x t1 x  ton.

Untuk data yang sedikit metoda poligon ini mempunyai kelemahan, antara lain :

 Belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai data di sekitar poligon,

 Tidak ada batasan yang pasti sejauh mana nilai conto mempengaruhi distribusi ruang.

Metode USGS Circular 891 (1983)

Sistem United States Geological Survey (USGS, 1983) merupakan pengembangan dari

sistem blok dan perhitungan volume biasa. Sistem USGS ini dianggap sesuai untuk diterapkan

dalam perhitungan sumberdaya batubara, karena sistem ini ditujukan pada pengukuran bahan
galian yang berbentuk perlapisan (tabular) yang memiliki ketebalan dan kemiringan lapisan yang

relatif konsisten. Sumberdaya yang dihitung terdiri dari sumberdaya terukur (measured coal) dan

sumberdaya terunjuk (indicated coal), yang keduanya termasuk ke dalam jenis sumberdaya

demonstrated coal. Prosedur atau teknik perhitungan dalam sistem USGS adalah dengan

membuat lingkaran-lingkaran (setengah lingkaran) pada setiap titik informasi endapan batubara,

yaitu singkapan batubara dan lokasi titik pengeboran.

Daerah dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terukur

dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terunjuk (USGS/Wood

dkk., 1983) (lihat Gambar 6.7).

Teknik perhitungan seperti di atas hanya berlaku untuk kemiringan lapisan lebih kecil

atau sama dengan 300 (300). Sedangkan untuk batubara dengan kemiringan lapisan lebih besar

dari 300 (300) caranya adalah mencari harga proyeksi radius lingkaran-lingkaran tersebut ke

permukaan terlebih dahulu (lihat Gambar 6.8).

Selain itu aspek-aspek geologi daerah penelitian seperti perlipatan, sesar, intrusi dan

singkapan batubara di permukaan, ikut mengontrol perhitungan sumberdaya batubara (Gambar

6.9).

Metode Segitiga
Disamping digunakan untuk menaksir parameter, metode segitiga juga sekaligus

digunakan untuk menghitung sumberdaya/cadangan. Rumus perhitungan hampir sama dengan

metode poligon hanya saja dalam metode segitiga tiga titik data digunakan untuk mewakili

parameter seluruh area segitiga, sedangan metode poligon menggunakan titik data yang berada

di tengah luasan poligon.

Gambar 6.7: Teknik perhitungan sumberdaya batubara berdasarkan sistem United States
Geological Survey Circular 891 (1983).
Gambar

6.8: Cara perhitungan sumberdaya batubara dengan kemiringan 30 0 (atas) dan kemiringan 300
(bawah), (USGS, 1983).

Gambar 6.9: Kontrol struktur pada batas sumberdaya batubara (USGS, 1983).
Sistem Blok

Pemodelan dengan komputer untuk merepresentasikan endapan bahan galian umumnya

dilakukan dengan model blok (block model). Dimensi block model dibuat sesuai dengan disain

penambangannya, yaitu mempunyai ukuran yang sama dengan tinggi jenjang. Semua parameter

seperti jenis batuan, kualitas batubara, dan topografi dapat dimodelkan dalam bentuk blok.

Parameter yang mewakili setiap blok yang teratur diperoleh dengan menggunakan metode

penaksiran yang umum yaitu NNP, IDW, atau kriging.

Dalam kerangka model blok, dikenal jenis penaksiran poligon dengan jarak titik

terdekat (rule of nearest point), yaitu nilai hasil penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai conto

yang terdekat atau dengan kata lain titik (blok) terdekat memberikan nilai pembobotan satu

untuk titik yang ditaksir, sedangkan titik (blok) yang lebih jauh memberikan nilai pembobotan

nol (tidak mempunyai pengaruh).

Gambar 6.10: Perhitungan sumberdaya dengan model blok.

Anda mungkin juga menyukai